DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
1. AKHMAD ZAINUL.M
2. AMIRA NATHANIA.I
3. HAFIZATUNNISA
4. SALMA NURHALIZA
5. RINTO RAHMATTILAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan
hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Sejarah Masuknya Islam
ke Nusantara’
Berdasarkan sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun dari dalam, walaupun masih banyak
kekurangan. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai sejarah masuknya islam
ke Indonesia, juga memberikan penjelasan yang jelas mengenai proses masuknya islam ke Indonesia serta
Diharapkan bahwa makalah ini membantu pembaca untuk memahami dengan lebih baik tentang sejarah
masuknya islam ke indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, disebabkan karena terbatasnya
kemampuan kami, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan dari pembaca
terutama dari Bapak Dosen Bimbingan kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………...................i
Daftar Isi…………………………………........………………...……….…………………….....….......ii
BAB I
1.2 Tujuan...............................................................................................................................................................................1
BAB I I
BAB III
Kesimpulan ..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan
antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat
Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah
lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku
dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-
pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang
asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan
agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran
para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses
perkembangan islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya
Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan
Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para
utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya
tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah
perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim
terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-
besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima
agama Islam. Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni kerajaan Samudra
Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H /
1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah,
pengembara Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan
bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang
ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah
satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya
tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-
makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara
secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal.
Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada
abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu
ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam,
Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,
keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14
dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu /
Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of
Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis
dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan
merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya
sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan
Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam
menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang sebagian
besar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini
bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa
Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara,
hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M. Penyebabnya,
selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga
karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama
Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang
isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain
yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam
Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara
orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan nusantara,
memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai nusantara. Apalagi mereka mendapati
kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga
semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam
memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu
/ Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai
Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk
membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah
pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka
pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah
Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah.
Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten,
Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki
Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan
pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i.
Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam.
Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi
seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara
adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal
dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan
meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik yang licik, namun sejarah
telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda.
Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu
(Filipina), Samudra Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di
abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam
Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).(Sumber : ummah.com).
1. Penemuan sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2. Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun 676 H
atau tahun 1297 M.
3. Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang
dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena
memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1.Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan
orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu
dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema
Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian tersebut
masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan
Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak
suweng dan lain-lain.
3.Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok
Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-
Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar
ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan
sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di
seluruh Indonesia.
4.Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi
selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan
di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi
dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat
yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang memusatkan kegiatan
dakwahnya di Tuban. Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama dewa dengan nama-nama malaikat.
Sunan Giri memulai aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan
pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Sunan Giri
terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
Ketika para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan
wayang dan gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan
Kalijaga. Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernafaskan Islam terutama mengenai etika.
Sunan Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah
utara kota Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam adalah dengan mengadakan
kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.
Sunan gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448. ia mengembangkan ajaran islam di
cirebon, majalengka, kuningan, kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar bagi
perkembanganislam di Banten.
c. Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena
Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar Jawa, seperti
ternate dan hiu. Pada abad ke-16 di sulsel telah berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya
banyak yang memeluk agama islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate.
Pada abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan Kalimantan
berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran Suriansyah merupakan tokoh yang
amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Dalam usaha mengembangkan islam/ Syekh
muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok pesantren untuk menampung santri yang datang dari
berbagai pelosok Kalimantan. Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat
berjasa dalam mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau yang lebih
dikenal nama pangeran Antasari.
e. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian
Jaya Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal
dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama
yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja Tidore masuk islam dan mengganti nama menjadi
Sultan Jamalludin.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan Hassanudin.
Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa Sultan Zaenal Abidin. Ia
juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.
Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas
dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya
sebagai berikut :
1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja
keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam tetap memiliki
batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi
Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang
sudah ada di Nusantara ini.
2. Hasil karaya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo
4. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5. Mampu membangaun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga kee
seluruh pelosok Nusantara.
6. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa
makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
7. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku yang penuh
keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
8. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak
sebanding.
BAB III
KESIMPULAN
Proses penyebaran islam di nusantara termasuk Indonesia dilakukandengan cara perdagangan, perkawinan,
pendidikan, dan melalui seni dan budaya.3.
Manfaat dari mempelajari sejarah perkembangan islam di nusantara, salah satunya yaitu mampu
membangun masjid sebagai tempat ibadah dari berbagai bentuk, dan dapat meneladani Wali Sanga.
Adapun hikmah dari mempelajari sejarah perkembangan islam ini yaitu Islam membawa ajaran yang
berisi kedamaian, selain itu penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki
ketangguhan dan pekerja keras.
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1990.
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.