PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemunculan semantik sebagai bagian dari linguistik yang dimunculkan oleh “Braille”
di akhir abad 19 – ini masih menjadi perdebatan terhadap munculnya semantik sebagai
disiplin ilmu makna – dengan judul tesisnya Essai de Semantique merupakan suatu
perkembangan terhadap kebutuhan makna dalam ilmu kebahasaan. Semantik melakukan
upaya pemaknaan terhadap simbol-simbol teks yang berakar dari teks itu sendiri. Pembagian
pamahaman makna dalam semantik disajikan dengan beragam latar belakang, mulai dari
makna dalam perbedaan suara (fonetik), makna dalam perbedaan gramatikal, makna dalam
perbedaan leksikal, dan makna dalam perbedaan sosiolinguistik. Sedangkan pada proses
berikutnya semantik lebih memahami pada kontekstulitas teks untuk menghasilkan sebuah
makna. Dalam semantik, pergulatan dalam analisa makna suatu teks terus berkembang
hingga saat ini, baik yang menganalisa dari unsur leksikal, gramatikal, maupaun kontekstual.
Masing-masing memiliki daya analisa yang sambung, yang tidak dapat dilepaskan dalam
kajian semantik.
Toshihiko izutsu (1914-1993) adalah profesor universitas dan penulis banyak buku
tentang keislaman dan agama-agama lain. Menurut izutsu Alqur’an bisa didekati dengan
sejumlah cara pandang/pendekatan yang beragam seperti teologi psikologi,sosiologi, tata
bahasa dan lain-lain namun dari sekian banyak pendekatan yang ada beliau konsisten
menggunakan pendekatan linguistik khususnya semantik alqur’an
Izutsu menggunakan metode analisis semantik atau konseptual terhadap bahan-bahan
yang disediakan oleh kosa kata al-qur’an yang berhubungan dengan beberapa persoalan yang
paling kongkrit dan melimpah yang dimunculkan oleh bahasa al-qur’an. Yang dimaksud
semantik dalam kajian izutsu disini adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu
bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual pandangan
dunia atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu , tidak hanya sebagai
alat bicara dan berfikir , tetapi lebih penting lagi , pengkonsepan dan penafsiran dunia yang
melingkupinya.
Dengan demikian, sangat menarik untuk mengkaji ulang tentang bagaimana proses
pendekatan semantik yang dilakukan Toshihiko Izutsu dalam studi Islam, karena walau
bagaimanapun keberadaan Islam yang notebenenya agama wahyu diawali dengan interaksi
verbal yang disajikan antara Allah sebagai Tuhan kepada makhluknya (manusia). Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai analisis pendekatan semantik dalam
studi islam, kajian karya Toshihiko Izutsu.
B. Rumusan Masalah
2. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi semantik dalam metode penafsiran al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
Toshihiko Izutsu lahir pada 4 Mei 1914 dan wafat pada 1 Juli 1993. Beliau dilahirkan
dalam sebuah keluarga kaya pemilik bisnis di Jepang. Sejak usia dini, ia akrab dengan Zen
meditasi dan teka-teki, karena ayahnya juga seorang ahli kaligrafi dan Buddha Zen praktisi
awam. Beliau masuk fakultas ekonomi, Universitas Keio, tetapi dipindahkan ke departemen
sastra Inggris, berharap akan diperintahkan oleh Profesor Junzaburō Nishiwaki. Ia menjadi
asisten riset pada tahun 1937, setelah lulus dengan gelar BA.
Tahun 1958, beliau menyelesaikan terjemahan langsung pertama Al-Qur'an dari bahasa
Arab ke Jepang.[2] Terjemahannya masih terkenal dengan linguistik keakuratan dan banyak
digunakan untuk karya-karya ilmiah. Beliau sangat berbakat dalam belajar bahasa asing, dan
selesai membaca Al-Qur'an dalam sebulan setelah mulai mempelajari bahasa Arab. Toshiko
Izutsu adalah seorang profesor universitas dan penulis dari banyak buku tentang Islam dan
Keio di Tokyo, Iran Imperial Academy of Philosophy di Teheran, dan Universitas McGill di
Montreal.
Toshihiko Izutsu juga merupakan seorang professor yang fasih di lebih dari 30 bahasa,
termasuk Arab, Persia, Sansekerta, Pali, Cina, Jepang, Rusia dan Yunani, dengan penelitian
yang bergerak di tempat-tempat seperti Timur Tengah (khususnya Iran), India, Eropa,
Amerika Utara, dan Asia telah dilakukan dengan pandangan untuk mengembangkan
metafisik tradisional. Izutsu sering menyatakan keyakinannya bahwa harmoni bisa dipupuk
masyarakat itu sendiri dapat ditemukan, meskipun mungkin bertopeng dalam bentuk yang
Beberapa karya tulis yang pernah dia hsilkan antara lain sebagai berikut:
Sufism and Taoism: A Comparative Study of Key Philosophical Concepts (1984) ISBN 0-
520-05264-1
Creation and the Timeless Order of Things: Essays in Islamic Mystical Philosophy (1994)
ISBN 1-883991-04-8
Language and Magic. Studies in the Magical Function of Speech (1956) Keio Institute of
Philological Studies
Semantik adalah suatu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Maksudnya,
semantik merupakan suatu ilmu yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang
menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain. Dengan demikian
mencakup makna kata, perkembangan dan perubahannya. Makna merupakan obyek kajian
semantik, karena ia berada dalam satuan-satuan dari bahasa berupa kata, frase, klausa,
Dalam bahasa ada banyak kosakata yang memilki sinonim, terlebih dalam bahasa Arab.
Aspek budaya terkadang juga masuk ke dalam aspek kebahasaan, meski kosakata itu sama
konseptual yang terbentuk oleh kata-kata yang berhubungan erat, sebab tidak mungkin
kosakata akan berdiri sendiri tanpa ada kaitan dengan kosakata lain. Alquran sering
menggunakan kata yang hampir memiliki kesamaan, namun memilki titik tekan tersendiri.
Dengan demikian fungsi dari simantik adalah untuk memunculkan tipe ontologis yang
“dinamik” dari al-Qur`an dengan penelaahan kritis dan metodologis terhadap konsep-konsep
pembentukan visi al-Qur`an tentang semesta, realitas. Hal ini akan menghasilkan konsekuensi
ayat. Unsur-unsur yang membentuk setiap ayat-ayat al-Quran, menurut Abdu Muin Salim
terdiri dari empat unsur; yaitu, Kata, Frasa (frase), klausa dan kalimat.[4]
analisis suatu teks. Menurutnya, untuk menganalis suatu teks (ayat) hendaknya teks dipotong-
Berdasarkan maksud tersebut, maka untuk menganalisis suatu ayat atau sejumlah ayat
dilakukan adalah:
2. Menganalisis frasa.
3. Menganalisis klausa
4. Menganalisis kalimat.
Untuk mengoperasikan beberapa hal tersebut, maka dapat ditempuh melalui cara:
1. Menentukan obyek kajian, dalam hal ini data yang dibutuhkan berupa ayat al-Quran.
membentuk ayat.
a. Kata. Kata yang membentuk ayat tersebut adalah: ،الصالة،الصلوات, dan الوسطىdan partikel-
b. Frasa. Frasa pada ayat tersebut adalah ،على الصلواتdan الصالة الوسطى
d. Kalimatnya adalah حافظوا على الصلوات والصالة الوسطى وقوموا هلل قانتين
Pada ayat di atas, setiap unsur atau satuan mengandung makna yang telah membentuk
makan ayat secara utuh. Namun demikian pada dasarnya, setiap unsur dapat diberi tafsiran
Misalnya, kata الصالةdapat digunakan dengan berbagai makna, antara lain: do’a, shalat, dan
rahmat.[6]
Misalnya pada frase الوسطى الصالةtersusun dari dua kata yang masing-masing memiliki arti
tersendiri. Akibat terjadinya penggabungan dua kata tersebut, sehingga melahirkan makna
yang ada dalam ayat guna hubungan keterkaitan satu sama lain dalam membentuk makna
Misalnya, pada ayat di atas, terdapat kata الصالةyang secara leksikal berarti do’a dan
shalat. Kemudian kata tersebut diikuti kata الوسطىdan membentuk frase, sehingga
bahwa yang dimaksud dalam perintah tersebut adalah perintah mengerjakan shalat dan bukan
Dari 102 kali kata shalat terulang dalam al-Quran, 49 kali diantaranya terangkai dengan
kata أقامdalam berbagai derivasinya. Realitas makna teks menunjukkan bahwa kata الصالة
C. Pendekatan Semantik dalam Kajian Islam; Kajian Karya Toshihiko Izutsu; Relasi
Al Qur’an sejak awal pewahyuannya ditujukan kepada seluruh umat manusia. Karenanya
setiap orang baik Muslin maupun non-Muslim yang memiliki kecerdasan untuk merespon
ayat yang terkandung dalam al Qur’an, memiliki hak yang sama untuk melakukan respons
Emiritus di Keio University Jepang) yang notabene adalah pengikut agama Zen-Budha telah
Menurut izutsu Alqur’an bisa didekati dengan sejumlah cara pandang/pendekatan yang
beragam seperti teologi psikologi,sosiologi, tata bahasa dan lain-lain namun dari sekian
banyak pendekatan yang ada beliau konsisten menggunakan pendekatan linguistik khususnya
semantik alqur’an
Izutsu menggunakan metode analisis semantik atau konseptual terhadap bahan-bahan yang
disediakan oleh kosa kata al-qur’an yang berhubungan dengan beberapa persoalan yang
paling kongkrit dan melimpah yang dimunculkan oleh bahasa al-qur’an. Yang dimaksud
semantik dalam kajian izutsu disini adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu
bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual pandangan
dunia atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu , tidak hanya sebagai
alat bicara dan berfikir , tetapi lebih penting lagi , pengkonsepan dan penafsiran dunia yang
weltanschauungslehre, yakni suatu studi mengenai hakikat dan struktur dari pandangan dunia
suatu bangsa pada suatu periode sejarah tertentu yang dilakukan dengan cara analisis
metodoligis dari konsep-konsep utama budaya yang dilahirkanya sendiri dan terkristal
Dengan analisis semantik atau kajian tentang perspektif-perspektif yang ada dalam kata-
kata kunci dalam wahyu al Qur’an, yang dilakukan ilmuwan jepang ini, terbukti makna
obyektif ayat-ayat al Qur’an semakin mungkin dapat ditemukan dan dapat mengeliminir
Toshihiko Izutsu adalah seorang professor linguistik dan oriental studi kelahiran Tokyo,
Jepang yang menjadi Guru Besar di Mc. Gill University. Ia menguasai banyak bahasa
Negara-negara lain, tidak terkecuali bahasa Arab dan Inggris. Kegemarannya mempelajari
bahasa, dimulai dari kejenuhannya mempelajari agama Zen. Karena sebagai anak pemimpin
agama Zen-Budha, ayahandanya terlalu ketat dalam mendidik penghayatan terhadap agama
Zen.
Kejenuhanya itu dilampiaskan untuk mempelajari berbagai bahasa, Islam dan al Qur’an,
hingga ia berhasil melahirkan 4 karya tentang kajian semantik al Qur’an. Antara lain : The
Structure of the Ethical Term in the Koran, Etico ? Religious Concepts in the Qur’an, God
and Man in the Koran, Semantik of the Koranic Westanschauung, dan The Concept of Belief
in Islamic Theology : A Semantic Analysis of Iman and Islam. Analisis semantik terhadap al
Qur’an yang dilakukan ilmuwan Jepang ini, memposisikan al Qur’an sebagai sebuah teks
Illahi).[8][9]
Sementara tujuan utama dari analisis semantik al Qur’an hanyalah menyingkap makna dan
memperoleh petunjuk Allah, hukum-hukum Allah seperti yang dilakukan para ahli tafsir,
oleh Izutsu dikesampingkan. Ayat-ayat al Qur’an didudukkan pada posisi yang sama dengan
ayat-ayat lain di luar al Qur’an. Ayat-ayat dianalisis, baik secara linguistik maupun non
linguisti. dan dipersepsikan bahwa ayat-ayat al Qur’an terus menerus dikomunikasikan oleh
Dari analisis ini ada persepsi, tentu saja Allah mengharap manusia merespon ayat-ayat-
Nya, tanpa ada diskriminasi antara umat yang beragama maupun yang tak beragama, antara
umat Muslin maupun non-Muslim. Sehingga semua umat manusia mamiliki hak yang sama
untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an dan tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak
Qur’an bermuara pada pandangan dunia yang berbeda dengan pandangan dunia Arab
Jahiliyah. Dengan analisis semantik, saling hubungan antara kosa kata dengan konsep-konsep
yang terkandung dalam ayat-ayatnya, seringkali memunculkan makna baru yang berbeda
Sementara satu-satunya sumber yang dapat digunakan untuk memahami makna konsep-
konsep dalam al Qur’an hanyalah ayat-ayat al Qur’an itu sendiri. Sumber-sumber lain seperti
: sunnah Rosulullah, syair dan tradisi Arab, cerita, maupun tradisi Israiliyat hanyalah sumber
sekunder belaka. Analisis semantik menghendaki para penafsir al Qur’an untuk membaca
keseluruhan data yang tersedia dalam al Qur’an dengan tanpa pretensi. Kemudian
mengintegrasikan antara data-data dalam ayat yang satu dengan ayat yang lain, sebagai upaya
penafsiran yang diakibatkan penggunaan data-data tertentu saja dari al Qur’an untuk
mendukung ideologi yang telah diyakini sebelumnya. Analisis semantik Toshihiko Izutsu
menghasilkan alternatif baru penafsiran al Qur’an secara obyektif sesuai dengan makna awal
sekarang. Sehingga mempermudah bagi setiap orang (umat manusia) untuk memahami
makna dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat al Qur’an untuk di terapkan sebagai
pedoman nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya untuk umat Muslim, tetapi juga
untuk non-Muslin, karena sesungguhnya al Qur’an diwahyukan oleh Allah SWT adalah
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Toshihiko Izutsu lahir pada 4 Mei 1914 dan wafat pada 1 Juli 1993. Beliau dilahirkan
dalam sebuah keluarga kaya pemilik bisnis di Jepang. Sejak usia dini, ia akrab dengan Zen
meditasi dan teka-teki, karena ayahnya juga seorang ahli kaligrafi dan Buddha Zen praktisi
awam. Beliau masuk fakultas ekonomi, Universitas Keio, tetapi dipindahkan ke departemen
sastra Inggris, berharap akan diperintahkan oleh Profesor Junzaburō Nishiwaki. Ia menjadi
asisten riset pada tahun 1937, setelah lulus dengan gelar BA.
2. Semantik adalah suatu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Maksudnya,
semantik merupakan suatu ilmu yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang
menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain. Dengan demikian
mencakup makna kata, perkembangan dan perubahannya. Makna merupakan obyek kajian
semantik, karena ia berada dalam satuan-satuan dari bahasa berupa kata, frase, klausa,
kalimat, paragraf dan wacana. Dengan demikian fungsi dari simantik adalah untuk
memunculkan tipe ontologis yang “dinamik” dari al-Qur`an dengan penelaahan kritis dan
memainkan peran menentukan dalam pembentukan visi al-Qur`an tentang semesta, realitas.
Hal ini akan menghasilkan konsekuensi adanya kemestian mencermati seluruh konsep-
konsep kunci dalam al-Qur`an. Yang bertujuan untuk menganalisis al Qur’an dan
obyektif sesuai dengan makna awal ketika wahyu al Qur’an diturunkan dan mempermudah
Aditama. 2002. Abdul Chaer. Pengantar semantik bahasa Indonesia. PT Rineka Cipta:
Jakarta
Departemen Agama RI. 1989, .Al-Quran dan Terjemahnyah. Semarang: CV. Toha
Putra,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. II;
Jakarta: Balai Pustaka, t.th.
Djajasudarma, T. Fatimah. Tanpa tahun. Semantik: pengantar ke arah ilmu makna. PT.
Rafika: Bandung
Hamidi, A. Lutfhi, 2009, Pemikiran Toshihiko Izutsu Tentang Semantik al Qur’an;
UIN Suka Press
Izutsu, Toshihiko. 2003. Relasi Tuhan Dan Manusia; Pendekatan Semantik Terhadap
Alquran. Tiara Wacana. Yogyakarta
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Toshihiko_Izutsu
[3] ibid
[4] Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Quran (Cet. II; Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1995), h. 24.
[5] Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III (Cet. VIII; Yogyakarta: PT.
Bayu Inara Grafika, 1988), h. 164.
[6] Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, t.th), h. 847.
[7] Lihat Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnyah (Semarang: CV. Toha Putra,
1989), h. 58.
[8] Toshihiko Izutsu, God and man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung,
(Tokyo: The Instititue of culture and linguistic studies,1964), hal. 11
[9] A. Lutfhi Hamidi, 2009, Pemikiran Toshihiko Izutsu Tentang Semantik al Qur’an; UIN
Suka Press
[10] Ibid, A. Luthfi Hamidi