Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semantik dalam Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari


kata sema, tanda adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada
suatu bahasa,kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua
aspek lain dari ekspresi makna: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang
lebih sederhana, sert a pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada
suatu kondisi atau konteks tertentu.[1]

Kemunculan semantik sebagai bagian dari linguistik yang dimunculkan oleh “Braille”
di akhir abad 19 – ini masih menjadi perdebatan terhadap munculnya semantik sebagai
disiplin ilmu makna – dengan judul tesisnya Essai de Semantique merupakan suatu
perkembangan terhadap kebutuhan makna dalam ilmu kebahasaan. Semantik melakukan
upaya pemaknaan terhadap simbol-simbol teks yang berakar dari teks itu sendiri. Pembagian
pamahaman makna dalam semantik disajikan dengan beragam latar belakang, mulai dari
makna dalam perbedaan suara (fonetik), makna dalam perbedaan gramatikal, makna dalam
perbedaan leksikal, dan makna dalam perbedaan sosiolinguistik. Sedangkan pada proses
berikutnya semantik lebih memahami pada kontekstulitas teks untuk menghasilkan sebuah
makna. Dalam semantik, pergulatan dalam analisa makna suatu teks terus berkembang
hingga saat ini, baik yang menganalisa dari unsur leksikal, gramatikal, maupaun kontekstual.
Masing-masing memiliki daya analisa yang sambung, yang tidak dapat dilepaskan dalam
kajian semantik.

Pendekatan semantik dalam menafsirkan al-Qur’an lebih nampak pada pemaknaan


yang mereposisikan teks al-Qur’an pada tekstualitas dan kontekstualitasnya. Selanjutnya
semantik sebagai bagian dalam ilmu kebahasaan memberikan daya tambah terhadap dimensi
bahasa dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an. Toshihiko Izutsu lebih jauh
mengglobalkan pemaknaan al-Qur’an dalam dimensi makna dasar dan makna relasional.
Analisa ini mempunyai kecenderungan pemaknaan yang sangat luas dari segala dimensi
pembentukan ayat-ayat al-Qur’an. Satu sisi semantik memang memiliki daya teori yang
mampu mengungkap makna teks yang lebih tanyeng. Ini membuktikan bahwa antara
semantik dan al-Qur’an sama-sama memiliki karakteristik penganalisisan. Al-Qur’an sebagai
kitab suci yang membawa segala simbol yang menyertai teksnya, baik secara idiologi,
kesejarahan, norma, dan segala segmen kehidupan kemanusiaan yang terkandung dalam al-
Qur’an. Sedangkan semantik secara disiplin keilmuan membentangkan analisa teks yang
sangat khusus sebagai ilmu bantu bahasa.

Toshihiko izutsu (1914-1993) adalah profesor universitas dan penulis banyak buku
tentang keislaman dan agama-agama lain. Menurut izutsu Alqur’an bisa didekati dengan
sejumlah cara pandang/pendekatan yang beragam seperti teologi psikologi,sosiologi, tata
bahasa dan lain-lain namun dari sekian banyak pendekatan yang ada beliau konsisten
menggunakan pendekatan linguistik khususnya semantik alqur’an
Izutsu menggunakan metode analisis semantik atau konseptual terhadap bahan-bahan
yang disediakan oleh kosa kata al-qur’an yang berhubungan dengan beberapa persoalan yang
paling kongkrit dan melimpah yang dimunculkan oleh bahasa al-qur’an. Yang dimaksud
semantik dalam kajian izutsu disini adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu
bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual pandangan
dunia atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu , tidak hanya sebagai
alat bicara dan berfikir , tetapi lebih penting lagi , pengkonsepan dan penafsiran dunia yang
melingkupinya.
Dengan demikian, sangat menarik untuk mengkaji ulang tentang bagaimana proses
pendekatan semantik yang dilakukan Toshihiko Izutsu dalam studi Islam, karena walau
bagaimanapun keberadaan Islam yang notebenenya agama wahyu diawali dengan interaksi
verbal yang disajikan antara Allah sebagai Tuhan kepada makhluknya (manusia). Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai analisis pendekatan semantik dalam
studi islam, kajian karya Toshihiko Izutsu.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah:

1. Bagaimana biografi Toshihiko Izutsu?

2. Apa pengertian dan fungsi semantik dalam metode penafsiran al-Qur’an ?

3. Bagaimana metodologi penggunaan pendekatan semantik dalam karya Toshihiko

Izutsu Relasi Tuhan dan Manusia?


C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui biografi Toshihiko Izutsu

2. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi semantik dalam metode penafsiran al-Qur’an

3. Untuk mengetahui metodologi penggunaan pendekatan semantik dalam karya Toshihiko

Izutsu ; Relasi antara Tuhan dan Manusia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Toshihiko Izutsu

Toshihiko Izutsu lahir pada 4 Mei 1914 dan wafat pada 1 Juli 1993. Beliau dilahirkan

dalam sebuah keluarga kaya pemilik bisnis di Jepang. Sejak usia dini, ia akrab dengan Zen

meditasi dan teka-teki, karena ayahnya juga seorang ahli kaligrafi dan Buddha Zen praktisi

awam. Beliau masuk fakultas ekonomi, Universitas Keio, tetapi dipindahkan ke departemen
sastra Inggris, berharap akan diperintahkan oleh Profesor Junzaburō Nishiwaki. Ia menjadi

asisten riset pada tahun 1937, setelah lulus dengan gelar BA.

Tahun 1958, beliau menyelesaikan terjemahan langsung pertama Al-Qur'an dari bahasa

Arab ke Jepang.[2] Terjemahannya masih terkenal dengan linguistik keakuratan dan banyak

digunakan untuk karya-karya ilmiah. Beliau sangat berbakat dalam belajar bahasa asing, dan

selesai membaca Al-Qur'an dalam sebulan setelah mulai mempelajari bahasa Arab. Toshiko

Izutsu adalah seorang profesor universitas dan penulis dari banyak buku tentang Islam dan

agama-agama lain. Ia mengajar di Institut Linguistik Kebudayaan dan belajar di Universitas

Keio di Tokyo, Iran Imperial Academy of Philosophy di Teheran, dan Universitas McGill di

Montreal.

Toshihiko Izutsu juga merupakan seorang professor yang fasih di lebih dari 30 bahasa,

termasuk Arab, Persia, Sansekerta, Pali, Cina, Jepang, Rusia dan Yunani, dengan penelitian

yang bergerak di tempat-tempat seperti Timur Tengah (khususnya Iran), India, Eropa,

Amerika Utara, dan Asia telah dilakukan dengan pandangan untuk mengembangkan

pendekatan filosofis berdasarkan perbandingan agama dalam studi linguistik teks-teks

metafisik tradisional. Izutsu sering menyatakan keyakinannya bahwa harmoni bisa dipupuk

antara masyarakat dengan menunjukkan bahwa banyak kepercayaan yang diidentifikasi

masyarakat itu sendiri dapat ditemukan, meskipun mungkin bertopeng dalam bentuk yang

berbeda, dalam metafisika yang lain, masyarakat sangat berbeda.[3]

Beberapa karya tulis yang pernah dia hsilkan antara lain sebagai berikut:

 Ethico-Religious Concepts in the Quran (1966 republished 2002) ISBN 0-7735-2427-4

 Concept of Belief in Islamic Theology (1980) ISBN 0-8369-9261-X

 God and Man in the Koran (1980) ISBN 0-8369-9262-8

 Sufism and Taoism: A Comparative Study of Key Philosophical Concepts (1984) ISBN 0-

520-05264-1
 Creation and the Timeless Order of Things: Essays in Islamic Mystical Philosophy (1994)

ISBN 1-883991-04-8

 Toward a Philosophy of Zen Buddhism (2001) ISBN 1-57062-698-7

 Language and Magic. Studies in the Magical Function of Speech (1956) Keio Institute of

Philological Studies

B. Pengertian dan Fungsi Semantik dalam Metode Penafsiran Al-Qur’an

Semantik adalah suatu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Maksudnya,

semantik merupakan suatu ilmu yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang

menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain. Dengan demikian

mencakup makna kata, perkembangan dan perubahannya. Makna merupakan obyek kajian

semantik, karena ia berada dalam satuan-satuan dari bahasa berupa kata, frase, klausa,

kalimat, paragraf dan wacana.

Dalam bahasa ada banyak kosakata yang memilki sinonim, terlebih dalam bahasa Arab.

Aspek budaya terkadang juga masuk ke dalam aspek kebahasaan, meski kosakata itu sama

secara leterlek, namun penggunaannya berbeda. Bidang semantik memahami jaringan

konseptual yang terbentuk oleh kata-kata yang berhubungan erat, sebab tidak mungkin

kosakata akan berdiri sendiri tanpa ada kaitan dengan kosakata lain. Alquran sering

menggunakan kata yang hampir memiliki kesamaan, namun memilki titik tekan tersendiri.

Dengan demikian fungsi dari simantik adalah untuk memunculkan tipe ontologis yang

“dinamik” dari al-Qur`an dengan penelaahan kritis dan metodologis terhadap konsep-konsep

pokok, yaitu konsep-konsep yang tampaknya memainkan peran menentukan dalam

pembentukan visi al-Qur`an tentang semesta, realitas. Hal ini akan menghasilkan konsekuensi

adanya kemestian mencermati seluruh konsep-konsep kunci dalam al-Qur`an.


Kumpulan ayat-ayat al-Quran yang 30 juz, kemudian terbagi ke dalam beberapa surah dan

ayat. Unsur-unsur yang membentuk setiap ayat-ayat al-Quran, menurut Abdu Muin Salim

terdiri dari empat unsur; yaitu, Kata, Frasa (frase), klausa dan kalimat.[4]

Senada dengan pendapat tersebut, Noeng Muhajir merumuskan langkah-langkah kegiatan

analisis suatu teks. Menurutnya, untuk menganalis suatu teks (ayat) hendaknya teks dipotong-

potong menjadi kalimat-kalimat, kemudian dipotong-potong menjadi klausa, frasa dan

akhirnya menjadi kata.[5]

Berdasarkan maksud tersebut, maka untuk menganalisis suatu ayat atau sejumlah ayat

diperlukan proses pemenggalan unsur-unsur yang membentuk ayat. Langkah-langkah yang

dilakukan adalah:

1. Menganalisis kosa kata (mufradat) termasuk partikel-partikel huruf.

2. Menganalisis frasa.

3. Menganalisis klausa

4. Menganalisis kalimat.

Untuk mengoperasikan beberapa hal tersebut, maka dapat ditempuh melalui cara:

1. Menentukan obyek kajian, dalam hal ini data yang dibutuhkan berupa ayat al-Quran.

‫حافظوا على الصلوات والصالة الوسطى وقوموا هلل قانتين‬

2. Data tersebut dianalisis secara struktural dengan mendeskripsikan unsur-unsur yang

membentuk ayat.

a. Kata. Kata yang membentuk ayat tersebut adalah: ،‫الصالة‬،‫الصلوات‬, dan ‫ الوسطى‬dan partikel-

partikelnya adalah ،‫ على‬،‫ و‬dan ‫ ل‬pada lafaz jalalah.

b. Frasa. Frasa pada ayat tersebut adalah ،‫على الصلوات‬dan ‫الصالة الوسطى‬

c. Klausa. Klausanya adalah ‫ حافظوا‬dan ‫قوموا‬

d. Kalimatnya adalah ‫حافظوا على الصلوات والصالة الوسطى وقوموا هلل قانتين‬
Pada ayat di atas, setiap unsur atau satuan mengandung makna yang telah membentuk

makan ayat secara utuh. Namun demikian pada dasarnya, setiap unsur dapat diberi tafsiran

secara terpisah yang lepas dari struktur.

Misalnya, kata ‫ الصالة‬dapat digunakan dengan berbagai makna, antara lain: do’a, shalat, dan

rahmat.[6]

1. Melakukan analisis fungsional dengan mendeskripsikan fungsi-fungsi yang membentuk ayat.

Misalnya pada frase ‫ الوسطى الصالة‬tersusun dari dua kata yang masing-masing memiliki arti

tersendiri. Akibat terjadinya penggabungan dua kata tersebut, sehingga melahirkan makna

baru yaitu shalat Ashar.[7]

2. Mengadakan analisis sistematik, yaitu dengan cara menggabungkan seluruh fungsi-fungsi

yang ada dalam ayat guna hubungan keterkaitan satu sama lain dalam membentuk makna

sebuah ayat secara menyeluruh.

Misalnya, pada ayat di atas, terdapat kata ‫ الصالة‬yang secara leksikal berarti do’a dan

shalat. Kemudian kata tersebut diikuti kata ‫ الوسطى‬dan membentuk frase, sehingga

melahirkan makna baru-Shalat Ashar. Selanjutnya klausa ‫ قوموا‬memberikan penegasan

bahwa yang dimaksud dalam perintah tersebut adalah perintah mengerjakan shalat dan bukan

perintah untuk berdo’a.

Dari 102 kali kata shalat terulang dalam al-Quran, 49 kali diantaranya terangkai dengan

kata ‫ أقام‬dalam berbagai derivasinya. Realitas makna teks menunjukkan bahwa kata ‫الصالة‬

yang terangkai dengan kata ‫ أقام‬menunjukkan shalat bukan do’a.

C. Pendekatan Semantik dalam Kajian Islam; Kajian Karya Toshihiko Izutsu; Relasi

Tuhan dan Manusia; Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur’an

Al Qur’an sejak awal pewahyuannya ditujukan kepada seluruh umat manusia. Karenanya

setiap orang baik Muslin maupun non-Muslim yang memiliki kecerdasan untuk merespon
ayat yang terkandung dalam al Qur’an, memiliki hak yang sama untuk melakukan respons

(memberikan penafsiran) terhadap sapaan wahyu al Qur’an. Toshisiko Izutshu (Profesor

Emiritus di Keio University Jepang) yang notabene adalah pengikut agama Zen-Budha telah

melakukan penafsiran al Qur’an melalui metode analisis semantik.

Menurut izutsu Alqur’an bisa didekati dengan sejumlah cara pandang/pendekatan yang

beragam seperti teologi psikologi,sosiologi, tata bahasa dan lain-lain namun dari sekian

banyak pendekatan yang ada beliau konsisten menggunakan pendekatan linguistik khususnya

semantik alqur’an

Izutsu menggunakan metode analisis semantik atau konseptual terhadap bahan-bahan yang

disediakan oleh kosa kata al-qur’an yang berhubungan dengan beberapa persoalan yang

paling kongkrit dan melimpah yang dimunculkan oleh bahasa al-qur’an. Yang dimaksud

semantik dalam kajian izutsu disini adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu

bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual pandangan

dunia atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu , tidak hanya sebagai

alat bicara dan berfikir , tetapi lebih penting lagi , pengkonsepan dan penafsiran dunia yang

melingkupi mereka, dengan demikian, dapat dipahami bahwa sematik sejenis

weltanschauungslehre, yakni suatu studi mengenai hakikat dan struktur dari pandangan dunia

suatu bangsa pada suatu periode sejarah tertentu yang dilakukan dengan cara analisis

metodoligis dari konsep-konsep utama budaya yang dilahirkanya sendiri dan terkristal

kedalam kata-kata kunci bahasanya.

Dengan analisis semantik atau kajian tentang perspektif-perspektif yang ada dalam kata-

kata kunci dalam wahyu al Qur’an, yang dilakukan ilmuwan jepang ini, terbukti makna

obyektif ayat-ayat al Qur’an semakin mungkin dapat ditemukan dan dapat mengeliminir

terjadinya penafsiran-penafsiran ayat-ayat yang menyimpang, serta semakin terbuka


kemungkinan bagi umat manusia untuk menjadikan al Qur’an sebagai jalan keselamatan dan

kebahagiaan dalam kehidupan nyata di dunia ini.

Toshihiko Izutsu adalah seorang professor linguistik dan oriental studi kelahiran Tokyo,

Jepang yang menjadi Guru Besar di Mc. Gill University. Ia menguasai banyak bahasa

Negara-negara lain, tidak terkecuali bahasa Arab dan Inggris. Kegemarannya mempelajari

bahasa, dimulai dari kejenuhannya mempelajari agama Zen. Karena sebagai anak pemimpin

agama Zen-Budha, ayahandanya terlalu ketat dalam mendidik penghayatan terhadap agama

Zen.

Kejenuhanya itu dilampiaskan untuk mempelajari berbagai bahasa, Islam dan al Qur’an,

hingga ia berhasil melahirkan 4 karya tentang kajian semantik al Qur’an. Antara lain : The

Structure of the Ethical Term in the Koran, Etico ? Religious Concepts in the Qur’an, God

and Man in the Koran, Semantik of the Koranic Westanschauung, dan The Concept of Belief

in Islamic Theology : A Semantic Analysis of Iman and Islam. Analisis semantik terhadap al

Qur’an yang dilakukan ilmuwan Jepang ini, memposisikan al Qur’an sebagai sebuah teks

berbahasa Arab (dengan terlebih dahulu mengesampingkan al Qur’an sebagai wahyu

Illahi).[8][9]

Sementara tujuan utama dari analisis semantik al Qur’an hanyalah menyingkap makna dan

merekonstruksi pandangan keduniaan dari al Qur’an. Sedangkan tujuan-tujuan lain, seperti;

memperoleh petunjuk Allah, hukum-hukum Allah seperti yang dilakukan para ahli tafsir,

oleh Izutsu dikesampingkan. Ayat-ayat al Qur’an didudukkan pada posisi yang sama dengan

ayat-ayat lain di luar al Qur’an. Ayat-ayat dianalisis, baik secara linguistik maupun non

linguisti. dan dipersepsikan bahwa ayat-ayat al Qur’an terus menerus dikomunikasikan oleh

Allah kepada manusia.

Dari analisis ini ada persepsi, tentu saja Allah mengharap manusia merespon ayat-ayat-

Nya, tanpa ada diskriminasi antara umat yang beragama maupun yang tak beragama, antara
umat Muslin maupun non-Muslim. Sehingga semua umat manusia mamiliki hak yang sama

untuk menafsirkan ayat-ayat al Qur’an dan tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak

memperbolehkan orang-orang non-Muslim menafsirkan ayat-ayat al Qur’an.

Meskipun diturunkan dalam bahasa Arab, konsep-konsep yang terkandung dalam al

Qur’an bermuara pada pandangan dunia yang berbeda dengan pandangan dunia Arab

Jahiliyah. Dengan analisis semantik, saling hubungan antara kosa kata dengan konsep-konsep

yang terkandung dalam ayat-ayatnya, seringkali memunculkan makna baru yang berbeda

dengan pemaknaan orang Arab Jahiliyah.[10]

Sementara satu-satunya sumber yang dapat digunakan untuk memahami makna konsep-

konsep dalam al Qur’an hanyalah ayat-ayat al Qur’an itu sendiri. Sumber-sumber lain seperti

: sunnah Rosulullah, syair dan tradisi Arab, cerita, maupun tradisi Israiliyat hanyalah sumber

sekunder belaka. Analisis semantik menghendaki para penafsir al Qur’an untuk membaca

keseluruhan data yang tersedia dalam al Qur’an dengan tanpa pretensi. Kemudian

mengintegrasikan antara data-data dalam ayat yang satu dengan ayat yang lain, sebagai upaya

untuk mengeliminir terjadinya anomali-anomali penafsiran yang diakibatkan pengunaan data

ayat-ayat al Qur’an secara persial.

Sedangkan pengintegrasian penafsiran konsep dengan tanpa pretensi terhadap ayat-ayat al

Qur’an memungkinkan analisis semantik mengeliminir terjadinya anomali-anomali

penafsiran yang diakibatkan penggunaan data-data tertentu saja dari al Qur’an untuk

mendukung ideologi yang telah diyakini sebelumnya. Analisis semantik Toshihiko Izutsu

menghasilkan alternatif baru penafsiran al Qur’an secara obyektif sesuai dengan makna awal

ketika wahyu al Qur’an diturunkan dan mempermudah adaptasinya dengan kehidupan

sekarang. Sehingga mempermudah bagi setiap orang (umat manusia) untuk memahami

makna dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat al Qur’an untuk di terapkan sebagai

pedoman nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya untuk umat Muslim, tetapi juga
untuk non-Muslin, karena sesungguhnya al Qur’an diwahyukan oleh Allah SWT adalah

untuk keseluruhan umat manusia.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Toshihiko Izutsu lahir pada 4 Mei 1914 dan wafat pada 1 Juli 1993. Beliau dilahirkan

dalam sebuah keluarga kaya pemilik bisnis di Jepang. Sejak usia dini, ia akrab dengan Zen

meditasi dan teka-teki, karena ayahnya juga seorang ahli kaligrafi dan Buddha Zen praktisi

awam. Beliau masuk fakultas ekonomi, Universitas Keio, tetapi dipindahkan ke departemen

sastra Inggris, berharap akan diperintahkan oleh Profesor Junzaburō Nishiwaki. Ia menjadi

asisten riset pada tahun 1937, setelah lulus dengan gelar BA.

2. Semantik adalah suatu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Maksudnya,

semantik merupakan suatu ilmu yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang

menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain. Dengan demikian

mencakup makna kata, perkembangan dan perubahannya. Makna merupakan obyek kajian

semantik, karena ia berada dalam satuan-satuan dari bahasa berupa kata, frase, klausa,

kalimat, paragraf dan wacana. Dengan demikian fungsi dari simantik adalah untuk

memunculkan tipe ontologis yang “dinamik” dari al-Qur`an dengan penelaahan kritis dan

metodologis terhadap konsep-konsep pokok, yaitu konsep-konsep yang tampaknya

memainkan peran menentukan dalam pembentukan visi al-Qur`an tentang semesta, realitas.

Hal ini akan menghasilkan konsekuensi adanya kemestian mencermati seluruh konsep-

konsep kunci dalam al-Qur`an. Yang bertujuan untuk menganalisis al Qur’an dan

menyingkap makna dan merekonstruksi pandangan keduniaan dari al Qur’an.


3. Analisis semantik Toshihiko Izutsu menghasilkan alternatif baru penafsiran al Qur’an secara

obyektif sesuai dengan makna awal ketika wahyu al Qur’an diturunkan dan mempermudah

adaptasinya dengan kehidupan sekarang.


DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik.

Aditama. 2002. Abdul Chaer. Pengantar semantik bahasa Indonesia. PT Rineka Cipta:
Jakarta
Departemen Agama RI. 1989, .Al-Quran dan Terjemahnyah. Semarang: CV. Toha
Putra,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. II;
Jakarta: Balai Pustaka, t.th.
Djajasudarma, T. Fatimah. Tanpa tahun. Semantik: pengantar ke arah ilmu makna. PT.
Rafika: Bandung
Hamidi, A. Lutfhi, 2009, Pemikiran Toshihiko Izutsu Tentang Semantik al Qur’an;
UIN Suka Press

Izutsu, Toshihiko. 2003. Relasi Tuhan Dan Manusia; Pendekatan Semantik Terhadap
Alquran. Tiara Wacana. Yogyakarta

Leech, Geoffrey, 2003, Semantik, Pustaka Pelajar; Yogyakarta


Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Pustaka
Progressif, t.th. : Yogyakarta
Parera, 1991, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga,.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik leksikal. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. V; Jakarta: Balai
Pustaka,.
http://en.wikipedia.org/wiki/Toshihiko_Izutsu
Radiyana, Aan. dan Abdul Munir. “Analisis Linguistik dalam Penafsiran al-Quran”
dalam al-Hikmah: Jurnal Studi-studi Islam. No. 17, Vol. VII.
Salim, Abdul Muin. 1995, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Quran. Cet. II;
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Shihab, M. Quraish. 1993, Membumikan al-Quran dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan.
Muhajir, Noeng. 1988, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III. Cet. VIII;
Yogyakarta: PT. Bayu Inara Grafika,.
Toshihiko Izutshu, God and man in the Koran: Semantics of the Koranic
Weltanschauung,1964. Tokyo: The Institute Of Culture and Linguistic Studies.

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Toshihiko_Izutsu
[3] ibid
[4] Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Quran (Cet. II; Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1995), h. 24.
[5] Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III (Cet. VIII; Yogyakarta: PT.
Bayu Inara Grafika, 1988), h. 164.
[6] Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, t.th), h. 847.
[7] Lihat Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnyah (Semarang: CV. Toha Putra,
1989), h. 58.
[8] Toshihiko Izutsu, God and man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung,
(Tokyo: The Instititue of culture and linguistic studies,1964), hal. 11
[9] A. Lutfhi Hamidi, 2009, Pemikiran Toshihiko Izutsu Tentang Semantik al Qur’an; UIN
Suka Press
[10] Ibid, A. Luthfi Hamidi

Anda mungkin juga menyukai