Oleh:
11.912.200.025
SAID BATAM
2022
BAB I
PENDAHULUAN
2
yang menakar persepsinya terhadap remaja berdasarkan ingatan mereka
mengenai pengalaman mereka sendiri ketika remaja.
Para orang dewasa kini menganggap remaja sebagai sosok yang lebih
bermasalah, kurang rasa hormat, lebih memikirikan diri sendiri, lebih asertif,
dan lebih berjiwa petualang dibandingkan generai mereka. Kecenderungan
untuk langsung mengasumsikan hal-hal yang buruk mengenai remaja,
umunya terkait dengan memori singkat dari remaja berdasarkan ingatan
mereka sendiri ketika remaja.
Meskipun demikian, pendapat itu sebenarnya berkaitan dengan cita rasa
dan tata krama, dalam pandangan orang dewasa, anak muda dari setiap
generasi agaknya cenderung terlihat radikal, lemah, dan berbeda dari mereka
dulu yang berdebda dalam hal penampilan, tiingkah laku, musik yang di sukai,
model rambut, dan pakaian yang dikenakan. Memerankan sesuatu dan
mencoba-coba adalah usaha-usaha yang dilakukan remaja agar dapat diterima
dan ditolak oleh orang tua dengan nilai-nilainya.
Sebagian besar remaja mencoba melakukan negoisasi berkaitan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk akhirnya berhasil menjadi seorang dewasa
yang matang, namun cukup banyak juga yang tidak berhasil. Perbedaan etnik,
budaya, gender, sosial-ekonomi, usia dan gaya hidup mempengaruhi
perlintasan hidup aktual dari remaja. Mulai muncul beberapa potret remaja
yang berbeda, tergantung dari kelompok remaja yang sedang diteliti.1
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting sekali, baik sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa. Sebab
jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera, rusaknya suatu bangsa dan
masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik,
maka sejahtera lahir batinnya, apabila akhlaknya rusak maka rusaklah lahir
batinnya.
Zaman yang semakin maju dan serba modern ini memicu terjadinya
krisis akhlakul karimah. Salah satu penyebab timbulnya krisis akhlakul
kariamah yang terjadi saat ini dikarenakan orang sudah mulai lengah dan
kurang mengindahkan agama, khususnya dikalangan remaja yang identik
1
John W. Santrok, 2011, Life-Span Development Edisi Ketigabelas, Jilid 1, (Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama), hal. 402-403
3
dengan kehidupan gaya bebas. Hal tersebut bisa dilihat dari pergaulan bebas
yang terjadi di kalangan anak usia remaja. Mereka lebih mementingkan
fashionnya dibandingkan dengan akhlak.
Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang
mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta
sekalipun Di samping istilah akhlak, ada juga yang dikenal dengan istilah
etika dan moral. Ketiga istilah tersebut sama-sama menentukan nilai baik dan
buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar
masing-masing.
Masalah akhlak dalam ajaran Islam sangat mendapatkan perhatian yang
begitu besar. Berbicara mengenai akhlak, akhlak terbagi menjadi dua yaitu
akhlak baik dan akhlak buruk. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan
buruk harus didasarkan pada petunjuk al-Qur’an dan al-hadis. Jika berbicara
mengenai akhlak pelaku terdekat dengan ini adalah remaja, meskipun akhlak
menempel pada semua manusia baik itu anak-anak, remaja maupun dewasa
akan tetapi yang banyak diperbincangkan dalam hal ini adalah remaja.
Nilai akhlak yang selama ini diutamakan sekolah adalah kejujuran dan
semangat belajar. Nilai tersebut ternyata menjadi pilihan terbanyak yang
disepakati harus ada dalam diri peserta didik. Demikian juga nilainilai akhlak
mulia yang lain juga ditumbuhkembangkan untuk peserta didik. Berbagai
upaya sekolah telah dilakukan untuk menumbuhkembangkan kejujuran dan
semangat belajar peserta didik.2
Cinderella menggambarkan tokoh dalam film kartun anak-anak, yang
semasa kecilnya hidup bahagia bersama ayah dan ibunya. Namun menjelang
remaja, kehidupan berubah karena ibu kandungnya meninggal dan ayahnya
menikah lagi dengan wanita lain. Setelah ayahnya menikah, kehidupan
cinderella menjadi sangat tidak bahagia. Karena ibu dan 2 saudara tirinya itu
sangat membenci cinderella. Kehidupannya menjadi sangat pahit,
2
CA Suksmo, 2017, Pedoman Penggalian dan Perwujudan Nilai Akhlak Mulia di
Sekolah Menngah Kejuruann (SMK), (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah), hal. 2.
4
menyebabkan ia merindukan sosok lelaki seperti ayahnya yang akan
melindungi dan menyayangi dirinya.
Istilah sindrom cinderella complex menggambarkan sebuah ketakuan
tersembunyi pada perempuan untuk mandiri. Karena yang ada dalam pikiran
mereka adalah keinginan untuk selalu diselamatkan, dilindungi, dan tentunya
di sayangi oleh sang pangeran. Seorang wanita yang mengalami cinderella
complex sangat membutuhkan seorang suami yang bersifat seperti ayahnya,
yang dewasa, mengayomi, dan selalu melindungi.
Kondisi tersebut terus berkembang sehingga secara perlahan perempuan
mulai tergantung kepada laki-laki karena kemampuannya mempertahankan
hidupnya tidak terlatih secara fisik. Selain itu juga ditambah dengan
berkembangnya dominasi kekuasaan dari kaum laki-laki yang semakin kuat,
sehingga lama kelamaan keberadaan perempuan secara tidak ekplisit menjadi
tidak setara lagi dengan kaum lelaki. Bersamaan dengan itu, tumbuh dan
berkembang pula peradaban dan struktur tatanan kehidupan bermasyarakat
yang justru semakin mengukuhkan dominasu kaum lelaki.
Kebebasan dan kemandirian tidak dapat diminya dari orang lain baik
darii masyarakat maupun pria, tetapi sehat dikembangkan dari dalam diri
sendiri. Dan untuk meraihnya, perempuan harus melepas rasa ketergantungan
itu, yang sebelumnya digunakan sebagai tempat berlindung. Dengan bebas
dari cinderella complex, seorang perempuan mampu bediri dengan mantap,
berani untuk maju, dan memaksimalkan segala potensi yang ada dalam
dirinya.
Berdasarkan uraian di atas terlihat beberapa aspek-aspek cinderella
complex terdiri dari aspek rendahnya harga diri, tergantung kepada orang lain,
mengharapkan pengarahan dari orang lain, kontrol diri eksternal, menghindari
tantangan dan kompetisi. Dalam Cinderella complex terdapat kecenderungan
yang akan berpengaruh terhadap cara wanita berinteraksi dengan
lingkungannya dan ketika menghadapi kesempatan untuk mengembangkan
diri serta dalam menghadapi permasalahan. Konsep diri merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi cara remaja dalam menilai dirinya.
5
Ini fenomena dapat didefinisikan sebagai suatu sindro yang ditandai oleh
serangkaian motivasi spesifik atau penyebab. Dowling mengindetifikasikan
hanya satu motivasi, sedangkan sindrom sebenarnya adalah kombinasi dari
banyak motivasi yang dalam diri mereka karakteristik yang membentuk
komplex. Istilah sindrom sebagian besar telah digunakan untuki menentukan
kondisi jelas dari kedokteran. Namun dalam beberapa dekade terakhir telah
digunakan diluar obat untuk mengacu pada kombinasi fenomena terlihat pada
asosisasi.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
3
The Cinderella Comple: Woman Hidden Fear of
Dowling, 2016,
Independence, (Jakarta: Erlangga), hal. 17.
7
2.1.4. Peserta Didik
Pengertian peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang
RI No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Oemar Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu
komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dengan begitu,
peserta didik adalah orang yang memiliki cita-cita yang ingin
diwujudkan kedepannya sesuai dengan ilmu yang telah di milikinya.
8
BAB III
METODE PENELITIAN