Anda di halaman 1dari 25

Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No.

2, Oktober 2010, 216-228 ISSN


2087-1090

Analisa Marketing Mix-7P (Produk, Price, Promotion,


Place, Partisipant, Process, dan Physical Evidence)
terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik
Kecantikan Teta
di Surabaya

Hendri Sukotjo dan Sumanto Radix


A.
Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya

Abstract: The study, titled "An Analysis of Marketing Mix-7P (Product, Price, Promotion, Place,
Partisipant, Process and Physical Evidence) The Beauty Clinic Products Buying Decision Teta in
Surabaya" was designed to determine the efect of P-7 marketing mix of consumer decisions in
Beauty Clinic Teta shop in Surabaya with testing hypotheses simultaneously (simultaneously) and
partial (separate). This study takes an object of research on consumers / customers of Teta Beauty
Clinic in Surabaya with a sample of 115 respondents with data collection through questionnaire
instrument. The fndings of this research is expected to be a platform for companies to increase product
quality and quality of services provided to its customers.

Key works: Marketing mix-7P, shopping


decisions.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi, dan sosial budaya sebagai akibat
dari arus perubahan global yang mendorong transformasi pada seluruh aspek perilaku
konsumen dan pemenuhan kebutuhannya yang terus berkembang, dewasa ini telah
banyak bermunculan bermacam bentuk Klinik atau Salon yang menawarkan perawatan
kecantikan mulai dari ujung kaki sampai dengan ujung rambut
Surabaya sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta, merupakan lahan
tersendiri bagi tumbuhnya bisnis layanan jasa seperti klinik-klinik kecantikan, dimana,
sudah menjadi
kebutuhan atau rutinitas masyarakat metro untuk melakukan perawatan kesehatan
dan kecantikan kulit.
Dengan berkembangnya jasa layanan perawatan kesehatan dan kecantikan kulit,
disatu sisi tentunya membawa keuntungan bagi konsumen karena akan lebih banyak
alternatif pilihan tempat bagi mereka yang ingin melakukan perawatan kesehatan dan
kecantikan kulit, akan tetapi disisi lain akan menimbulkan ancaman bagi pengelola

216
2162
klinik-klinik kecantikan itu sendiri, karena harus menghadapi persaingan yang
sangat ketat dalam memperebutkan jumlah pelanggan/konsumen yang ada..
Dari fenomena tersebut sebagai konsekuensinya, pihak marketer atau pengelola
klinik kecantikan harus senantiasa memahami perilaku konsumen secara keseluruhan
agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat merumuskan
strategi pemasarannya
dengan cepat dan tepat.
Oleh karena klinik kecantikan merupakan perusahaan yang menghasilkan produk
berupa jasa layanan maupun jasa penjualan yang harus dipasarkan kepada konsumen,
maka dalam memilih sebuah klinik kecantikan sebagai tempat untuk perawatan
kesehatan dan kecantikan kulit, konsumen banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah faktor

217
2172
Analisa Marketing Mix-7P Terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di
Surabaya

marketing mix yang terdiri dari 7P (yang meliputi : produk, price, promotion, place,
participant, proses, dan physical evidence).
Mengacu pada latar belakang yang diajukan diatas, maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan (bersama-sama)
dan secara parsial antara variable-variabel dalam konsep marketing mix 7P yang terdiri
dari : Produk, price, promosi, place (saluran distribusi), partisipant, physical evidence
(lingkungan
fisik), dan proses terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Klinik
kecantikan di
Surabaya. Dan Variabel manakah dari marketing mix-7P yang memiliki pengaruh
paling dominan terhadap keputusan dalam pembelian produk klinik kecantikan di
Surabaya.

TINJAUAN TEORITIS

Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Disebagian besar masyarakat, pemasaran sering diartikan sebagai proses penjualan


barang dan jasa, tetapi apabila dilihat lebih mendalam pengertian pemasaran
mempunyai aspek yang lebih luas dari pada pengertian tersebut. Berikut ini adalah
pendapat ahli tentang pengertian pemasaran yaitu:
“ Marketing is a social and managerial process by which individuals and groups
obtain what they need and want through creating and exchanging product value with
others” (Kotler & Armtrong, 1997: 6)

Definisi pemasaran yang dikemukakan oleh ahli tersebut dapat diketahui bahwa
pemasaran merupakan suatu system dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan
dan ditujukan untuk merencanakan, mendistribusikan dan mempromosikan barang dan
jasa yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen.
Kegiatan pemasaran haruslah dikoordinasikan dan dikelola dengan baik, maka
dikenal istilah manajemen pemasaran. Definisi manajemen pemasaran itu sendiri
menurut Kotler (2000 : 13) adalah:
“Marketing managemen is the analysis, planning, implementation, and control a
program
designed to creat, build, and maintain benefcial exchange with target buyer for the
purpose of achieving organizational objectifves”

Pergesaran Paradigma Pemasaran

Paradigma adalah bagaimana memandang dunia, paradigma menjelaskan kepada


kita tentang dunia dan dapat membantu untuk memprediksikan perilakunya.
Pergeseran paradigma dalam pemasaran tidak selalu menimbulkan perubahan pada
definisi pemasaran yang ada sekarang.
Ditinjau dari aspek manajerial dalam pergeseran paradigma pemasaran
menunjukkan suatu proses atau sebagai proses pengambilan keputusan manajemen yang
mencakup analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian dibidang pemasaran.
Pengambilan keputusan manajemen lebih memfokuskan kepada empat aspek tersebut.
Sedangkan tinjauan dari aspek perilaku konsumen dalam pergeseran paradigma
pemasaran menunjukan bahwa semua keputusan konsumen atau pelanggan dijadikan
dasar untuk pengambilan keputusan (Basu, 2000: 24). Aspek-aspek yang berkaitan
dengan keputusan konsumen dari sudut pandang konsumen, seperti kepuasan dan
antusiasme juga tercakup didalamnya.
Hendri S. dan Sumanto R. A.

Bagi pemasar, janji untuk memberikan kepuasan pelanggan melalui bauran


pemasarannya dapat menimbulkan akibat terpenuhinya tujuan laba jangka panjang
meskipun kadang-kadang mengorbankan laba jangka pendek. Kepuasan pelanggan
merupakan darah kehidupan perusahaan yang harus mengalir terus menerus,
karena memberikan beberapa manfaat (Tjiptono, 2001) sebagai berikut;
a. Hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi
harmonis, b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang,
c. Membentuk rekomendasi dari mulut kemulut yang menguntungkan
perusahaan, d. Mendorong terciptanya loyalitas pelanggan,
e. Membangun reputasi perusahaan di mata
pelanggan, f. Meningkatkan laba.

Pemasaran Jasa

Pemasaran jasa tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas gambaran produknya.


Jasa baru terlihat bila dikaitkan dengan suatu hubungan langsung (interpersonal),
misalnya antara produsen dengan konsumen. Peristiwa memberi dan menerima yang
dilakukan kedua pihak ini lebih menekankan atau diukur pada kepuasan. Bisnis jasa
sangat kompleks, karena banyak elemen yang mempengaruhinya, seperti system
internal organisasi, lingkungan fisik, kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran,
komentar dari mulut ke mulut, dan sebagainya. Oleh karena itu Gronroos dalam Kotler,
(2000 : 469) menyatakan bahwa dalam konsep pemasaran jasa melibatkan beberapa
unsur dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran yakni tidak hanya dari sisi pemasaran
eksternal tetapi juga pemasaran internal dan pemasaran interaktif.
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban perusahaan dalam
rangka melatih dan memotivasi para karyawannya agar dapat melayani para pelanggan
dengan baik. Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara pelanggan dan
karyawan. Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan
oleh perusahaan dalam mempersiapkan, menetapkan harga, melakukan distribusi dan
mempromosikan jasa kepada para pelanggan.
Pemasaran jasa bersifat sensitive dalam menghayati kebutuhan konsumen-nya,
karena itu tenaga pemasaran jasa harus selalu dekat dan terus menerus memperhatikan
konsumennya, untuk dapat memperkenalkan dan mempromosikan jasa tersebut. Hal ini
terutama disebabkan
para konsumen/pelanggannya berubah, karena dapat dipengaruhi perasaan, keinginan
serta perkembangan yang terdapat di lingkungannya.
Kegiatan pemasaran jasa harus dapat mendekatkan konsumen, pelanggan,
mengkaji peluang-peluang pasar, menetapkan posisi jasa segmen pasar dan pasar
sasaran atas dasar kebutuhan jasa tersebut serta merumuskan bauran pemasaran
(marketing mix), yang meliputi mutu dan deversifikasi jasa, harga atau tarif dari
kegiatan promosi dan strategi penyampaian jasa tersebut.

Marketing mix (Bauran Pemasaran Jasa)


Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran perusahaan
adalah marketing mix strategy yang didefinisikan oleh Kotler dan Armstrong (1997)
yang menyatakan bahwa marketing mix as the set of controllable marketing variables
that the firm bleads to produce the response it wants in the target market”.
Analisa Marketing Mix-7P Terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di
Surabaya

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa bauran pemasaran merupakan variable-
variabel terkendali yang digabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diharapkan
dari pasar sasaran. Dan untuk usaha jasa terdapat 7 unsur marketing mix (Marketing
Mix-7p) yaitu: Produk, Price, Promotion, Place, Partisipant, Proses, Dan Physical
Evidence.

Product (produk)

Produk merupakan elemen penting dalam sebuah program pemasaran. Strategi


produk dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk
bukan hanya sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen.

Price (Harga)

Menurut Monroe (2005) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan


ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu
harga salah satu faktor penting konsumen dalam mengambil keputusan untuk
melakukan transaksi atau tidak (Engel, Blackwell dan Miniard, 1996).
Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu tidaklah
harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh
lingkungan kehidupan dan kondisi individu (Schifman and Kanuk, 2001).

Promotion (promosi)

Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual kepada


konsumen atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku. Melalui periklanan suatu perusahaan mengarahkan komunikasi persuasif
pada pembeli sasaran dan masyarakat melalui media-media yang disebut dengan media
massa seperti Koran, majalah, tabloid, radio, televise dan direct mail (Baker, 2000:7).
Media promosi yang dapat digunakan pada bisnis ini antara lain (1) Periklanan, (2)
Promosi penjualan, (3) Publisitas dan hubungan masyarakat, dan (4) Pemasaran
langsung. Penentuan media promosi yang akan digunakan didasarkan pada jenis dan
bentuk produk itu sendiri.

Place (Saluran Distribusi)

Kotler (2000: 96) menyatakan bahwa “Saluran distribusi terdiri dari seperangkat
lembaga yang melakukan segala kegiatan (Fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan
produk dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen”. Dari definisi diatas dapat
diartikan bahwa saluran distribusi suatu barang adalah keseluruhan kegiatan atau
fungsi untuk memindahkan produk disertai dengan hak pemiliknya dari produsen ke
konsumen akhir atau pemakai industri.
Distribusi berkaitan dengan kemudahan memperoleh produk di pasar dan tersedia
saat konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa diperoleh dan tersedia bagi
konsumen sasaran.

People (Partisipan)

Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan maupun
penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses layanan itu sendiri, diantaranya adalah para reception, dokter, dan beauty
therapis.
Hendri S. dan Sumanto R.
A.

Process
(Proses)

Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada


konsumen selama melakukan pembelian barang. Pengelola klinik melalui front liner
sering menawarkan berbagai macam bentuk pelayanan untuk tujuan menarik
konsumen. Fasilitas jasa konsultasi dokter gratis, pengiriman produk, credit card, card
member dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image perusahaan.

Physical evidence (Lingkungan


fisik)

Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga termasuk
suasana klinik yang merupakan tempat beroperasinya jasa layanan perawatan dan
kecantikan kulit. Karakteristik lingkungan fisik merupakan segi paling nampak dalam
kaitannya dengan situasi. Yang dimaksud dengan situasi ini adalah situasi dan kondisi
geografi dan lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca,
pelatakan dan layout yang nampak atau lingkungan yang penting sebagai obyek stimuli
(Belk 1974 dalam Assael 1992).
Dari ketujuh elemen marketing mix tersebut yang merupakan kunci sukses bagi
sebuah
klinik diantaranya adalah kelengkapan produk layanan yang siap ditawarkan (one stop
beauty service), lokasi yang strategis, keramahan dan efektivitas pelayanan, tempat
parkir yang memadai, dan fasilitas lain pendukung kenyamanan konsumen didalam
perawatan seperti ruangan dari ruang tunggu sampai dengan ruang perawatan yang
sejuk dan bertata cahaya yang tepat.

Keputusan
Pembelian

Dalam keputusan membeli barang, konsumen seringkali lebih dari dua pihak yang
terlibat dalam proses pertukaran atau membelinya, umumnya ada lima macam peranan
yang dapat dilakukan oleh seseorang (Kotler 1998) yaitu : (1) Pencetus ide (initiator), (2)
Pemberi pengaruh (influencer), (3) Pengambil keputusan (decider), (4) Pembeli (buyer),
dan (5) Pemakai (user).
Proses keputusan pembelian menurut Kotler (1998) melalui lima tahap seperti
terlihat pada Gambar 1.

Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku setelah


Kebutuhan Informasi Alternatif Pembelian Pembelian

Gambar 1. Model Proses pembelian (Kotler 1998)

Setelah pembelian suatu produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan tertentu. Jika konsumen merasa puas, dia akan menunjukkan
probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi dan sebaliknya.
220
2202
Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori pada tinjauan pustaka sebagaimana telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat disusun suatu kerangka konseptual untuk menganalisis pengaruh
marketing mix terhadap keputusan pembelian. Adapun dimensi dari marketing mix yang
terdiri dari 7P, yaitu : Product/Produk (X1), Price/Harga (X2), Promotion/Promosi (X3),
Place/Lokasi

221
2212
Analisa Marketing Mix-7P Terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di
Surabaya

(X4), Participant/Karyawan (X5), Physical Evidence/ Lingkungan Fisik (X6), dan


Process/Proses
(X7) akan diteliti pengaruhnya terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan (Y).
Product / Produk (X1)
Price / Harga (X2)
Promotion / Promosi (X3)
Place / Lokasi (X4) Keputusan Pembelian di
Klinik kecantikan Teta di
Participant / Karyawan (X5)
kota Surabaya
Physical Evidence / Lingkungan Fisik (X6) (Y)
Process / Proses (X7)

Gambar 2. Kerangka konseptual pengaruh marketing mix terhadap keputusan pembelian di


Klinik
Kecantikan Teta di Kota Surabaya

Hipotesis Penelitian

H1: Bahwa variabel produk, harga, promosi, lokasi, partisipant (beauty therapist,
dokter dan receptionist), proses, kondisi fisik secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pembelian di klinik kecantikan
Teta di kota Surabaya.
H2: Bahwa variabel produk, harga, promosi, lokasi, partisipant (beauty therapist,
dokter dan
receptionist), proses, kondisi fisik secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap keputusan konsumen dalam pembelian di klinik kecantikan Teta di kota
Surabaya.
H3: Dari ketujuh variable : produk, harga, promosi, lokasi, partisipant (beauty
therapist, dokter dan receptionist), proses, dan kondisi fisik. Variabel promosi
adalah variabel yang paling
dominan terhadap keputusan konsumen dalam pembelian di klinik kecantikan
Teta di kota Surabaya.

METODE

PENELITIAN

Rancangan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana
menitikberatkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan data terukur sehingga
diharapkan akan dapat ditarik suatu kesimpulan. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kausalitas yaitu penelitian yang berusaha untuk melihat apakah antara dua variabel
atau lebih memiliki pengaruh atau tidak, berapa besarnya pengaruh, serta sejauhmana
arah dari pengaruh tersebut.

Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anggota/member card Teta sejumlah
436 orang di Surabaya.
Sampel
Metode yang dipilih adalah simple random sampling, yang merupakan salah satu
dari teknik probability sampling yang sampelnya diambil secara acak. Pemilihan metode
ini didasarkan atas homogenitas anggota/member Teta di Surabaya tiga tahun terakhir.
Jumlah sampel penelitian sekaligus menjadi responden diambil menurut table krejcie
dengan tingkat kesalahan 5% (Sugiyono, 2002 : 63) terpilih sampel sebanyak 115 Orang
Hendri S. dan Sumanto R. A.

Definisi konsep dan Operasional Variabel


Penelitian

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas atau independent variable, diberi symbol ‘X’ yaitu marketing mix.
2. Variabel terikat atau dependent variable, diberi symbol ‘Y’ yaitu keputusan
pembelian di klinik kecantikan Teta di kota Surabaya.

Definisi Operasional Variabel

A. Variabel Bebas:
1. Faktor Produk (X1) adalah semua barang-barang yang ditawarkan atau dijual
di klinik kecantikan untuk dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi oleh konsumen.
Item-itemnya adalah:
* Teknologi peralatan yang modern (X1.1).
* Kelengkapan layanan (X1.2).
* Produk yang berkualitas (X1.3)
2. Faktor Harga (X2) adalah harga barang-barang yang ditawarkan / dijual di
klinik.
Item-itemnya adalah:
* Penetapan harga (X2.1).
* Penetapan harga sebanding dengan hasil (X2.2).
* Potongan harga (X2.3).
* Penetapan harga untuk tindakan laser (X2.4).
* Penetapan harga untuk tindakan non laser (X2.5).
3. Faktor Promosi (X3) adalah promosi yang dilakukan oleh klinik mengenai
barang- barang yang ditawarkan/dijualnya kepada kosumen. Item-itemnya adalah:
* Media promosi dengan menggunakan media cetak (X3.1).
* Media promosi dengan menggunakan media elektronik (X3.2).
* Media promosi dengan menggunakan media luar ruangan (X3.3).
* Pemberian voucher pembelian (X3.4).
* Program member get member (X3.5).
4. Faktor Lokasi (X4) adalah lokasi klinik yang merupakan tempat untuk
menawarkan/
menjual barang-barang kepada konsumen. Item-itemnya adalah:
* Dekat dengan kediaman (X4.1).
* Dekat pertokoan lain (X4.2 ).
* Dekat pusat keramaian / jantung kota (X4.3).
* Dekat dengan rumah makan / restaurant (X4.4).
* Berada dilokasi yang cukup prestise (X4.5).
5. Faktor Partisipant (X5) adalah orang-orang yang terlibat secara langsung
dalam proses penjualan barang-barang di klinik. Variabel partisipant diukur
dengan indikator- indikator sebagai berikut :
* Sedia dan siap membantu (X5.1).
* Keramahan dan kesediaan membantu (X5.2).
* Uniform yang dikenakan partisipan (X5.3).
* Simpatik dan ramah dalam pelayanan (X5.4).
* Dapat memberikan solusi pemecahan masalah (X5.5).
6. Faktor Lingkungan Fisik (X6) adalah keadaan lingkungan fisik klinik sebagai
tempat beroperasinya jasa penjualan barang-barang kepada konsumen. Item-
itemnya adalah:
Analisa Marketing Mix-7P Terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di
Surabaya

* Desain dan tata ruang klinik yang menarik (X6.1)


* Desain tata ruang klinik yang mendukung terhadap layanan cepat (X6.2) .
* Tersedia sarana tempat parkir (X6.3).
* Dekorasi ruangan (X6.4), artinya hiasan ruangan klinik yang dapat
menimbulkan suasana artistik.
* Tersedia sarana pengatur suhu ruangan (X6.5).
* Pembayaran dengan cek / giro / kartu kredit / ATM (X6.6).
* Kondisi kebersihan lingkungan (X6.7).
* Kondisi sarana sanitasi yang memadai (X6.8).
7. Faktor Proses (X7) adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan
diberikan kepada para konsumen selama melakukan pembelian barang. Item-
itemnya adalah:
* Kecepatan pembayaran (X7.1).
* Kejelasan batas waktu setiap jenis layanan (X7.2).
* Secara keseluruhan layanan yang diberikan cukup baik dan cepat (X7.3).
* Memiliki jaminan purna layanan (X7.4).
* Jam buka klinik (X7.5).

B. Variabel Tak Bebas:


Keputusan Berbelanja (Y) diukur dari besarnya jumlah pembelanjaan setiap
transaksi dan frekwensi perawatan yang dilakukan oleh konsumen di klinik yang
bersangkutan.
Dalam penelitian ini kuesioner disusun dalam kalimat-kalimat pertanyaan dan
responden diminta untuk menjawabnya dengan memberikan tanda silang (X). Untuk
mengukur jawaban responden tersebut digunakan Skala Tingkatan Point (Itimized
Rating Scales) dalam bentuk
Skala Likert, dimana jawaban responden untuk pertanyaan positif maupun negatif
dibedakan atas 5 skala. Contoh skor untuk pertanyaan positif adalah sebagai berikut :
Karyawan bagian layanan Teta Aesthetic Clinic selalu bersedia dan siap membantu
pelanggan yang datang“
5 4 3 2 1
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak
setuju
Demikian sebaliknya, untuk pertanyaan negatif diberi skor nilai secara terbalik.

Analisis Data

Analisis dan pengolahan data yang akan dilakukan adalah analisis deskriptif dan
analisis inferensia. Untuk menguji hipotesis penelitian secara statistik digunakan
analisis regresi linier berganda karena penelitian bertujuan mengungkapkan hubungan
kausalitas antara variable independent dan variable dependent. Untuk analisis regresi
dan pengujian hipotesis, akan dilakukan dengan bantuan software SPSS 11. for
Windows yang bertujuan mempermudah dan memperoleh akurasi hitungan yang tepat.
HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Gambaran Obyek

Penelitian

Awal kali pertama berdiri Teta Aesthetic clinic pada tahun 1997 yang berada di lokasi
Jalan
Nginden Intan Tengah F1/46 mengawali jasa layananan dibidang kecantikan dan
aesthetic,
Hendri S. dan Sumanto R. A.

kemudian setelah 5 tahun berikutnya Teta Aesthetic clinic pindah ketempat yang baru
di Jalan Raya Dharmahusada Indah D6-79 Surabaya, dengan tempat yang lebih besar
seluas 720 m, ini dimaksudkan agar dapat menampung konsumen yang semakin lama
semakin bertambah. Dan sebagai tujuan dari pembukaan salon ini adalah untuk
memenuhi keinginan konsumen mempercantik diri dari ujung kaki sampai ujung
rambut, karena selama ini yang kita ketahui bahwa salon biasanya hanya ada
perawatan rambut seperti; potong rambut, creambath, pewarnaan rambut, dll.

Uji
Prasyarat

Uji
Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner.
Angka korelasi yang diperoleh (rhitung) harus dibandingkan dengan angka kritis tabel
korelasi product moment (rtabel) pada taraf 5% pada derajat bebas n-2. Suatu atribut
dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel dan bernilai positif.
Berdasarkan hasil perhitungan Program SPSS menunjukkan bahwa semua
aspek
indikator dari Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Lokasi (X4), Partisipant (X5),
Lingkungan fisik (X6), Proses (X7), dan Keputusan Pembelian (Y) dinyatakan valid,
sehingga layak
digunakan untuk analisis selanjutnya, yaitu analisis regresi linier
berganda.

Uji
Reliabilitas

Pengujian reliabilitas ditujukan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian


yang digunakan dapat diterapkan berulangkali pada obyek yang sama. Pengukuran
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan metode Alpha Cronbach (Gujarati, 1995).
Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai koefisien alpha > 0,6. Selengkapnya
hasil uji reliabilitas instrumen penelitian disajikan dalam tabel berikut.
Berdasarkan berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diketahui bahwa semua
aspek
indikator dari Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Lokasi (X4), Partisipant (X5),
Lingkungan
Fisik (X6), Proses (X7), dan Keputusan Pembelian (Y) dinyatakan reliabel, sehingga
dapat digunakan untuk analisis selanjutnya, yaitu analisis regresi linier berganda.

Uji Asumsi
Klasik
Uji Asumsi
Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan yang


sempurna antar variabel dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas dalam penelitian ini maka digunakan korelasi matriks. Dari
perhitungan estimasi korelasi matrik dengan program SPSS versi 11 menunjukkan
bahwa nilai tolerance dari seluruh variabel dependen lebih besar dari 0,10. Dan nilai VIF
semua variabel bebas lebih kecil dari 10, sehingga tidak terjadi gejala korelasi antar
variabel bebas.

Uji
Heterokedastisitas
Uji asumsi regresi berganda heteroskedisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu
pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya gejala
Analisa Marketing Mix-7P Terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di
Surabaya

tersebut adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot antara
residual versus ft, dan hasil scatterplot dengan program SPSS tidak terjadi trend karena
data titik-titik tersebar hampir secara merata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dalam model diatas tidak terjadi gejala heterokedastisitas

Uji
Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah antara anggota pengamatan dalam
variabel- variabel bebas yang sama memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Jika ada,
maka model kurang akurat dalam memprediksi.
Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS menunjukkan bahwa Durbin Watson
hitung adalah 1.933. Dengan nilai N=115 dan k = 7, maka dari tabel Durbin Watson
diperoleh nilai dL = 1.529 dan dU = 1.827, karena dw tes berada dalam dU < dW < 4 –
dU, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi.

Analisis Regresi Linier


Berganda
Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan Regresi linier berganda, hasil
perhitungan dengan bantuan program komputer SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier


Berganda
Unstandardized Coefcients
Model B Std. Error

Constant -0.278 0.307


Produk (X1) 0.141 0.038
Harga (X2) 0.184 0.054
Promosi (X3) 0.265 0.059
Lokasi (X4) 0.169 0.061
Partisipant (X5) 0.007 0.053
Lingkungan Fisik (X6) 0.307 0.078
Proses (X7) 0.042 0.058
Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, diperoleh persamaan regresi linier


berganda sebagai berikut:
Y = -0.278 + 0.141 X1 + 0.184 X2 + 0.265 X3 + 0.169 X4 + 0.007 X5 + 0.307 X6 + 0.042 X7 +
ei

Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji jF)


Untuk menguji hipotesis 1, dilakukan uji F yang menunjukkan pengaruh secara
simultan atau bersama-sama. Hasil uji F sesuai dengan perhitungan SPSS 11.0 dapat
dilihat pada lampiran seperti pada tabel berikut ini:
Hendri S. dan Sumanto R. A.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji F


Model Anova um of es df Mean e F F tabel
S Regression Squar
2.995 7 Squar
0.428 35.063 2.0963
Residual 1.305 107 0.012
Total 4.300 114
Sumber: Data
Diolah

Kesimpulan: Karena Fhitung = 35.063 > Ftabel maka Ho ditolak pada tingkat signifikansi
5% dengan df pembilang 7 dan df penyebut 107 yang berarti signifikan, sehingga secara
simultan variabel Produk, Harga, Promosi, Lokasi, Partisipant, Lingkungan Fisik, dan
Proses mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian produk
pada Klinik kecantikan Teta di kota Surabaya.

Pengujian Hipotesis Secara Parsial


(Uji t)
Untuk menguji hipotesis 2, digunakan uji t yang menunjukan pengaruh secara
parsial dari masing-masing variabel. Berdasarkan olah data dengan SPSS dan tabel t,
maka hasil perhitungan uji t tampak dalam tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Analisis


Uji t

Variabel tHitung tTabel Kesimpulan


Produk (X1) 3.684 1.9824 Ho Ditolak
Harga (X2) 3.379 1.9824 Ho Ditolak
Promosi (X3) 4.504 1.9824 Ho Ditolak
Lokasi (X4) 2.747 1.9824 Ho Ditolak
Partisipant (X5) 0.143 1.9824 Ho Diterima
Lingkungan Fisik (X6) 3.935 1.9824 Ho Ditolak
Proses (X7) 0.731 1.9824 Ho Diterima
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh


signifikan terhadap Keputusan pembelian adalah variabel Produk, Harga, Promosi,
Lokasi, dan Lingkungan Fisik. Sedangkan variabel Partisipant dan Proses tidak
berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian produk.
Variabel Partisipant dan Proses tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Keputusan Pembelian dikarenakan secara keseluruhan dari indikator yang
merepresentasikan dianggap telah terpenuhi sebagai standar minimal atribut yang
harus dipenuhi oleh suatu klinik kecantikan, dan Teta Aesthetic Clinic telah
memenuhi kondisi tersebut.
Dibandingkan dengan kompetitor, Teta Aesthetic Clinic dianggap oleh pelanggan
tidak jauh perbedaannya, dan justru variabel Produk, Harga, Promosi, Lokasi dan
Lingkungan Fisiklah yang merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
Keputusan Pembelian. Sehingga bila unsur dari variabel tersebut ditingkatkan akan
berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian.

Koefisien Korelasi Parsial


Nilai koefisien korelasi parsial didapat dari output hasil perhitungan analisis regresi
dengan program SPSS dan digunakan untuk menguji hipotesis 3.
Analisa Marketing Mix-7P Terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di
Surabaya

Berdasarkan hasil print-out SPSS tersebut, pada kolom korelasi parsial, terlihat
bahwa nilai korelasi parsial (r2) terbesar adalah untuk variabel promosi (X3), artinya
secara parsial variabel promosi (X3) memberikan pengaruh yang paling dominan
terhadap Keputusan Pembelian produk pada Klinik kecantikan Teta di kota Surabaya.

KESIMPULAN DAN

SARAN Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Variabel-variabel dalam konsep marketing mix 7P yang terdiri dari : Produk, price,
promosi, place (saluran distribusi), partisipant, physical evidence (lingkungan fisik),
dan proses secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap pengambilan
keputusan pembelian produk Klinik kecantikan di Surabaya.
2. Variabel produk, harga, promosi, dan lokasi secara parsial berpengaruh terhadap
Keputusan pembelian pada klinik kecantikan Teta.
3. Dari ketujuh variable: produk, harga, promosi, lokasi, partisipant (beauty therapist,
dokter dan receptionist), proses, dan lingkungan fisik. Variabel promosi adalah
variabel yang paling
dominan terhadap keputusan pembelian pada klinik kecantikan Teta di kota
Surabaya, aspek ini erat kaitannya dalam hal promosi yang bersifat edukatif dan
persuasif seperti yang telah dilakukan dalam bentuk advetorial di media cetak, talk
show informatif pada media elektronik radio dan penyelenggaraan member get
member, voucher pembelian serta promo pada media luar ruang yang memuat
promo/event bulanan sangat efektif mempengaruhi keputusan pembelian pada klinik
kecantikan Teta di kota Surabaya

Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa variable-variabel dalam konsep marketing
mix
7P berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja di klinik kecantikan
Teta di kota Surabaya, oleh karena itu pihak klinik kecantikan Teta lebih
meningkatkan marketing mix yang diberikan kepada pelanggan dengan memotivasi
kinerja karyawan agar lebih baik, sehingga dari hal tersebut diharapkan ada
peningkatan pada keputusan konsumen dalam berbelanja di klinik kecantikan Teta
di kota Surabaya.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengamati variabel lain atau
menambah- kan variabel selain variabel merketing mix 7P.
Demikian pula yang penulis harapkan pada penelitian-penelitian berikutnya, seiring
berjalanya waktu lingkup penelitian saat ini yang terbatas pada lingkup wilayah
kota Surabaya, kedepan dapat dikembangkan pada lingkup cabang-cabang klinik
kecantikan Teta di kota lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. 2002. Manajemen Ekuitas Merek, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Assael, Henry. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action. Fourth Edition,
Kent
Publishing Company,
Boston.
Baker, Gary. 2000. Marketing Management. Twelved Edition. New York: MC Graw Hill,
Inc. Basu Swasta DH & T. Hani. 2000. Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku
Konsumen,
Liberty,
Yogyakarta.
Hendri S. dan Sumanto R. A.

Engel, James F., Blackwell, Roger D. & Miniard, Paul W. 1995. Perilaku Konsumen.
Alih
Bahasa: F. X. Budiyanto, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta.
------------. 1996. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa: F. X. Budiyanto, Jilid II, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Control.
Terjemahan. Edisi kedelapan, jilid I, Prenhallindo, Jakarta.
---------------. 2002. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Control.
Terjemahan. Edisi Millenium, Prenhallindo, Jakarta.
---------------. 1998. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Control.
Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny Antonius Rusli; Penyunting: Agus Hasan
Pura
Anggawijaya, Edisi Bahasa Indonesia, jilid I, Prenhallindo, Jakarta.
--------------- dan Armstrong, Gary. 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Alih bahasa:
Alexander
Sindoro; Penyunting: Benyamin Molan, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 1,
Prenhallindo, Yakarta.
Malhotra, Naresh K. 1996. Marketing Research: An Applied Orientation. Second
Edition, Prentice – Hall Inc, New Jersey.
Mudrajad Kuncoro, Ph.D. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
meneliti
& menulis tesis. Erlangga, Jakarta.
Monroe, Allard C.R. Van Riel et al., 2005. Marketing Antecedent of Industrial Brand
Equity: An
Empirical Investigation in Spesialty Chemical. Industrial Marketing Management (12)
841-
847.
Rambat Lupiyoadi, A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 2, Salemba
Empat, Jakarta.
Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Schifman, Leon G and Leslie Lazar Kanuk. 2001. Consumer Behavior. Seven Edition.
New
Jersey: Prentice Hall, Inc.
Teta Web Site (www.tetaclinic@yahoo.com).
Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Andi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai