Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN ABSTRAK DENGAN

RINGKASAN DAN PENTINGNYA


LAMPIRAN
PERBEDAAN ABSTRAK DENGAN RINGKASAN DAN PENTINGNYA

LAMPIRAN

ABSTRAK

1.1. Pengertian umum

Abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan ia

menjadi bagian tersendiri. Abstrak berfungsi untuk menjelaskan secara singkat kepada

pembaca tentang apa yang terdapat dalam suatu tulisan. Pada umumnya abstrak diletakkan

pada bagian awal sebelum bab-bab penguraian. Menurut sifatnya, abstrak dapat dibagi

menjadi abstrak yang bersifat deskriptif yang dalam bahasa Inggris disebut Abstract dan

abstrak yang bersifat informatif. Abstrak informatif terbagi menjadi ringkasan (precise) dan

ikhtisar (summary). Dalam tulisan ilmiah yang disusun untuk memperoleh gelar lewat

penelitian seperti skripsi, tesis dan disertasi, umumnya jenis abstrak yang digunakan adalah

yang berwujud ringkasan, sedangkan ikhtisar lebih banyak digunakan pada tulisan ilmiah

yang diterbitkan dalam bentuk buku.

1.2. Abstrak Deskriptif atau Abstract

Sebagai abstrak deskriptif, abstrak hanya menyajikan uraian yang sangat singkat

tentang isi tulisan tanpa menyatakan apa yang dibahas dalam aspek-aspek yang tercakup pada

tulisan itu sendiri. Dengan kata lain, untuk menjelaskan gagasan utama yang terdapat pada

tulisan, Abstrak cukup disusun dalam kalimat tunggal sehingga Abstrak tidak memerlukan
perincian yang bersifat detil ataupun contoh-contoh yang bersifat ilustratif. Pandangan

penulis tentang karyanya pun tidak akan tampak dalam Abstrak. Pendek kata, pada Abstrak

penulis hanya menyajikan hal-hal yang bertalian dengan topik atau menyajikan semata-mata

tentang problematika yang terdapat dalam tulisannya. Berikut di bawah ini merupakan satu

contoh abstrak yang diambil dari artikel yang ditulis oleh Djoni Dwijono, Mendayagunakan

Komputer Pribadi secara Maksimal dengan Ergonomics dalam Buletin Informatika No. 13

tahun III/1997, hlm. 74 : Konsep Ergonomics telah melahirkan inovasi-inovasi yang baru di

bidang disain mesin dan selalu berkembang dari waktu ke waktu agar mampu menghasilkan

mesin yang benar-benar memaksimalkan kemampuan dan daya kerja manusia. Akan tetapi

dalam perkembangannya, ergonomics tidak hanya meliputi disain mesin melainkan juga

meliputi cara kerja, prosedur-prosedur maupun lingkungan yang mendukung usaha kerja

manusia berkat penelitian, pengembangan, dan inovasi yang kreatif.

1.3. Abstrak Informatif: Ringkasan (Precise)

Ringkasan merupakan penyajian singkat tentang isi tulisan dengan memperlihatkan

urutan dari isi atau bab-bab yang terdapat dalam tulisan. Dalam bentuknya yang singkat itu,

urutan tentang isi atau bab-bab tulisan disajikan secara proporsional. Pada prinsipnya di

dalam ringkasan, gagasan dan pendekatan penulis telah tampak dan problematika berikut

upaya pemecahan yang ada dalam tulisan disajikan berurutan sesuai bab-bab yang ada.

Adakalanya ilustrasi juga disertakan dalam ringkasan.

Adapun ringkasan dapat dicontohkan dari karya terjemahan yang berjudul Komputer:

Tantangan Baru di Bidang Hukum yang diterbitkan oleh Airlangga Universiti Press pada

tahun 1991 : Pembaca tidak harus memiliki pengetahuan yang mendalam baik dalam bidang

Ilmu Hukum maupun Ilmu Informatika karena buku ini hanya menyajikan suatu sudut

pandang sederhana tentang perubahan yang terjadi dalam ketentuan-ketentuan di bidang


hukum dengan meluasnya penggunaan komputer. Bab pertama berisi uraian singkat

mengenai cara kerja komputer dan empat bab berikutnya menguraikan akibat-akibat yuridis

dari pengunaan komputer ditinjau dari Hukum Perdata, Hukum Pidana, dan Hukum Tata

Negara. Dari bab lima hingga bab delapan berisi uraian yang meliputi cara kerja komputer,

bank data, otomatisasi oleh penguasa hingga peran komputer di bidang pendidikan yang

kesemuanya dapat menjadi titik perhatian para ahli hukum maupun perancang undang-

undang. Akhirnya buku ini lebih merupakan sumbang pemikiran agar ilmu hukum dan

praktek hukum mampu menjawab tantangan jaman karena masyarakat yang senantiasa

berubah.

1.4. Abstrak Informatif: Ikhtisar (Summary)

Abstrak yang berbentuk ikhtisar sebenarnya sering digunakan para penulis dalam

membuat kutipan secara tidak langsung ataupun di dalam menyimpulkan suatu uraian.

Sebagai salah satu bentuk abstrak, ikhtisar juga merupakan penyajian singkat tentang isi

tulisan namun tidak mempertahankan urutan bab-bab yang ada seperti halnya pada ringkasan.

Dengan demikian, problematika dan upaya pemecahan yang tersaji dalam tulisan dijelaskan

secara ringkas dan bebas tanpa memberikan penjelasan mengenai isi dari seluruh tulisan

secara proporsional. Ilustrasi pun kadang juga diperlukan dalam sebuah ikhtisar.

Dari uraian mengenai Abstrak, Ringkasan, dan Ikhtisar, maka dapat diketahui bahwa uraian

yang disajikan baik dalam bentuk ringkasan maupun ikhtisar sifatnya tidak sesingkat abstrak.

Selain gagasan utama yang dikandung dalam tulisan, pada ringkasan maupun ikhtisar

disertakan ilustrasi untuk menjelaskan aspek-aspek yang dibahas dalam tulisan. Pada

ringkasan sekalipun penyajiannya menurut bab-bab yang ada, namun adakalanya

mengabaikan bab yang kurang penting seperti halnya pada penyusunan ikhtisar.
1.5. Panjang Abstrak

Tidak terdapat patokan yang absolut mengenai besar kecilnya ringkasan maupun

ikhitisar namun bagi penulis pemula dapat mempergunakan patokan seperti misalnya apabila

jumlah halaman tulisan adalah 250 halaman, maka proporsi untuk ringkasan atau ihtisar dapat

diperkirakan dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Jumlah halaman X baris setiap halaman X kata dalam dalam satu baris. (250 x 25 x 9 )

= 56.250 kata maka jumlah halaman ringkasan atau ikhtisar yang dibutuhkan adalah :

56.250 : (25 x 9) = 250 kata = 2,5 halaman dalam 21,1 halaman berukuran kuarto dalam 1

spasi atau spasi pada kertas berukuran kuarto.

Patokan untuk menentukan jumlah baris dalam satu halaman maupun jumlah kata

dalam satu baris seperti digunakan pada contoh di atas adalah berasal dari standar masyarakat

ilmiah bahwa huruf yang dipakai untuk karya ilmiah adalah berukuran PICA pada mesin

ketik atau sama dengan jenis huruf Times New Roman 12 pada program pengolah kata MS

Word dan sejenisnya.

Rumus untuk menentukan ukuran ringkasan atau ikhtisar seperti di atas hanyalah gambaran

umum yang tidak perlu ditetapkan secara ketat karena yang penting adalah ukuran dan

keseimbangan proporsional dengan besar tebal tipisnya sebuah tulisan.

RINGKASAN

Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah yang berlaku

dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu

diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat ringkasan terutama bagi

mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat ringkasan. Berikut ini beberapa

pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur.
1. Membaca Naskah Asli

Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda

mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis ringkasan

juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis naskah asli. Untuk mencapainya,

judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar isi

memunyai pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok

yang tercantum dalam daftar isi.

2. Mencatat Gagasan Utama

Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan pengarang

asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Bacalah kembali karangan itu

bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam

bagian atau alinea itu. Pokok-pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah

ringkasan. Langkah kedua ini juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang

menjadi sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu

gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi

juga dicatat.

3. Mengadakan Reproduksi

Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi

disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah

kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Bila

gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tapi

jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan
kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu

dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.

4. Ketentuan Tambahan

Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar

ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.

1. Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.


2. Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang,

gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.


3. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam

ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.

4. Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang

sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum

yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam

naskah.

5. Anda harus mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah. Tapi yang sudah dicatat

dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan Anda.

Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran Anda sendiri yang dimasukkan dalam

ringkasan.
6. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan sebuah

pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal

atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan orang

ketiga.
7. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Karena itu, Anda harus melakukan

seperti apa yang diminta. Bila diminta membuat ringkasan menjadi seperseratus dari

karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk memastikan apakah ringkasan yang

dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan
bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan yang harus

ditulisnya. Perhitungan ini tidak dimaksudkan agar Anda menghitung secara tepat jumlah riil

kata yang ada. Tapi perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. Jika Anda harus

meringkaskan suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungan

yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:


8. Panjang karangan asli (berupa kata) adalah: Jumlah halaman x Jumlah baris per halaman x

Jumlah kata per baris = 250 x 35 X 9 kata = 78.750 kata.


9. Panjang ringkasan berupa jumlah kata adalah: 78.750 : 10 = 7.875 kata. Panjang ringkasan

berupa jumlah halaman ketikan adalah: jika kertas yang dipergunakan berukuran kuarto, jarak

antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata, pada halaman kertas kuarto dapat

diketik 25 baris dengan jarak dua spasi, maka: Jumlah kata per halaman adalah: 25x 9 kata =

225. Jumlah halaman yang diperlukan adalah: 7.875:225 = 35 halaman.

PENTINGNYA LAMPIRAN

Lampiran merupakan informasi penting apabila pembaca karya ilmiah menginginkan

informasi secara lebih detail. Penulisan lampiran diurutkan sesuai dengan urutan

penggunaanya didalam bagian inti. Lampiran dapat berupa tabel, gambar, prosedur maupun

dokumen penelitian lainnya. Setiap lampiran berisi hanya satu informasi yang terintegrasi dan

sebaiknya disajikan dalam satu halaman yang sama.

- sejumlah materi yang berupa data, tabel, bagan, surat rekomendasi yang berkaitan dengan

materi karya ilmiah

- jika lebih dari satu, lampiran diberi nomor urut

Misalnya: Lampiran 1

Pentingnya lampiran dalam sebuah karya ilmiah yaitu lampiran berisi keterangan

tambahan yang berkaitan dengan isi karya ilmiah seperti dokumen khusus,

instrumen/quesioner/alat pengumpul data, ringkasan hasil pengolahan data, tabel, peta atau
gambar. Keterangan tambahan ini dimaksudkan agar pembaca mendapat gambaran lebih

menyeluruh akan proses dari penyusunan karya ilmiah.

Lampiran merupakan data yang menunjang / berkaitan, atau bahkan yang merupakan

bukti autentik tentang hal2 yang di tulis dalam karya tulis atau yang merupakan referensi

dalam mengambil kesimpulan dalam karya ilmiah. Jadi ada tata cara dalam melampirkan

gambar peta situasi, dokumentasi, tabel, dan lain-lain.

Diposkan 15th January 2012 oleh Rahayu Septia Ningsih


Label: abstrak lampiran ringkasan
0

Tambahkan komentar

RSN'Blog

something to do with my life

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

Laporan TPHP Dapus

Laporan TPHP Pengukuran titik leleh es


1

Laporan TPHP Pengangkutan ikan hidup

Laporan TPHP Organoleptik

Laporan TPHP Pencairan es

Laporan TPHP Pendinginan es

Laporan TPHP Rigor indeks

Laporan TPHP Bab 1

TUGAS TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SELEKTIVITAS ALAT


TANGKAP GILLNET

Standarisasi

January 15th, 2012

Laporan Rancang bangun kapal perikanan 1-3

Laporan mopi

MANAJEMEN OPERASI PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT


TANGKAP PURSE SEINE DI PPP BAJOMULYO JUWANA

definisi planning

APLIKASI TAMBAK SYLVOFISHERY MODEL KOMPLANGAN

APLIKASI MANAJEMEN AKUAKULTUR PAYAU TERHADAP PRODI


PSP

laporan kepelautan 4-dapus

Laporan kepelautan 1-3

JOB DISCRIPTION KAPAL PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP


LONG LINE

ANALISIS EFISIENSI ALAT TANGKAP CANTRANG DI KABUPATEN


PEMALANG JAWA TENGAH

PERBEDAAN ABSTRAK DENGAN RINGKASAN DAN PENTINGNYA


LAMPIRAN
Teknik Pengukuran Tingkat Produktivitas Alat Tangkap Gill Net Di Perairan
Rawa Pening

MEMBANDINGKAN CARA PENULISAN BAKU DAFTAR ACUAN DAN


DAFTAR PUSTAKA DENGAN HARVARD STYLE (APA) DALAM KARYA
TULIS ILMIAH

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP GILLNET TERHADAP IKAN


TONGKOL

tentang ikan cucut

Download pasha ungu feat rossa-KUPINANG KAU DENGAN BISMILLAH


(ost kupinang kau dengan bismillah).flv video on savevid.com

laporan navigasi

laporan daerah penangkapan ikan

laporan tingkah laku ikan

laporan meteorologi laut (awan)

laporan limnologi bab 4-dapus

laporan limnologi bab 1-3

laporan pelabuhan perikanan

laporan ekoper

laporan biopi panjang berat

laporan biopi fekunditas

laporan biopi foot habits

laporan biopo TKG

laporan biopo IKG

laporan biopo analisa morfometri

Biopi pendahuluan
laporan avertebrata

laporan ikhtiologi bab 4-dapus

laporan ikhtiologi bab 1-3

posting pertama

Laporan TPHP Dapus


DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Adawyah. 2007. Teknologi Referigrasi Hasil Perikanan Jilid II Teknik Pembekuan


Ikan. CV. Paripurna, Jakarta.

Afrianto, Eddy dan Evi, L. 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Agustini, TW., Darmanto, YS., dan Putri, DPK. 2008. Evaluation On Utilization Of Small Marine
Fish To Produce Surimi Using Different Cryoprotective Agents To Increase The Quality Of
Surimi. Journal of Coastal Development Volume 11, Number 3.
http://www.akademik.unsri.ac.id/ (01 Desember 2011, 21.10).

Berka, R. 19SG. The Transportation of Live Fish. A Riview. EUFAC Technology Paper, 48:l-52.

Caggiano, M. 2009. Quality in harvesting and post harvesting procedures influence on quality.
Fish and freshness and quality assessment for sea bass and sea bream. Torre Canne di
Fassano, Italy.

Darmanto. 1998. Pengaruh Pre Rigor, Rigor, Post Rigor terhadap Indeks Rigor K-Value dan
Kemunduran Mutu Pasta Ikan pada Berbagai Jenis Ikan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Ilmu
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP Edisi Maret 1998 [Jurnal]. UNDIP,
Semarang.

Djazuli, N. dan T. Handayani 1992. Transportasi Ikan Hidup dan Olahan Hasil Laut. Balai
Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Jakarta.

Eko, B. 2004. Akuarium Laut. Kanisius. Jogjakarta.

Feistel and Wagner. 2006. "A New Equation of State for H2O Ice Ih". J. Phys. Phys. Chem.Ref.

Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Jilid 1. Liberty. Yogyakarta.

Hari, I. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Hidayat, Nur dan Suhartini, S. 2005. Olahan Ikan Segar. Trubus Agrisarana. Surabaya.

Ilyas, S dan Yunizal. 1993. Teknik Refrigerasi Hasil-Hasil Perikanan. Lembaga Teknologi
Perikanan. Jakarta.

Ilyas, S . 1993. Teknologi Referigrasi Hasil Perikanan Jilid II Teknik Pembekuan


Ikan. CV. Paripurna, Jakarta.

Indra, J dan Dewi, K.R. 2006. Aplikasi Metode Akustik untuk Uji Kesegaran Ikan. Buletin
Teknologi Hasil Perikanan Vol. IX Nomor 2 Tahun 2006 [Jurnal].

Irianto, E. H. dan Soesilo. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. [Seminar].
Bogor. [Jurnal].

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Bandung.

Martyshev, F.G. 1983. Pond Fisheries. Ameerican Publishing Company. PVT Limited. New Delhi.

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murniyati, A.S. dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta Anggota IKAPI. Bogor.

Saanin, H. 2001. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Tjipta. Bogor.

Said, A. 1997. Budidaya Udang Windu. Azka Press. Jakarta.

Shawyer, M. and Pizzali. 2003. The Use of Ice on Small Fishing Vessels. [Jurnal].

Sorensen, N.K., Brataas, Nyvold, T.E., dan Lauritzen. 1997. Influence of Early Processing (Pre-
Rigor) on Fish Quality [Jurnal]. http://www.ub.uit.no
/munin/bitstream/10037/1819/5/paper_1.pdf (19 November 2011).

Suyanto, R.S. 1991. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tabrani. 1997. Teknologi Hasil Perairan. Universitas Islam Riau Press. Riau.

Wibowo, E. 2003. Modul Kuliah Budidaya Perairan. Universitas Diponegoro Semarang.

Yono, S. 2006. Teknologi Hasil Perikanan. Jilid 1. Liberty. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai