Anda di halaman 1dari 7

Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang Sipil

PENGGUNAAN SENJATA KIMIA DALAM PERANG SIPIL DI SURIAH


MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNATIONAL

Guna Memenuhi Tugas Hukum International


Dosen Pengampu
Satria Unggul Wicaksana P, SH.,MH

Disusun Oleh :

EKY KARIMATUR RAIS ALHAKIM


(20191440078)
Raisxjdan@gmail.com

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS HUKUM

Eky Karimatur Rais A.H/FH UMSurabaya


1
Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang Sipil

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara-Negara di timur tengah sepertinya tidak akan pernah luput dengan
yang dinamakan perperangan. Hampir seluruh Negara di timur tengah terdapat
konflik yang tengah melandah di Negara meraka. Konflik tersebut seakan tidak akan
pernah habis baik yang antar Negara maupun konflik perang sipil.
Suriah saat ini tengah mengalami krisis keamanan yang telah berlangsung
sejak 2011. Penyebab perang Suriah pada awalnya adalah aksi protes masyarakat
yang menginginkan sistem pemerintahan demokratik terhadap kepemimpinan Bashar
al Asaad. Namun, seiring waktu berkembang menjadi sebuah perang sipil atau perang
saudara yang menelan banyak korban jiwa.
Setelah perang saudara selama tujuh tahun di Suriah, dimana lebih 350 ribu
orang meninggal dunia, Presiden Bashar al-Assad tampaknya akan menjadi pemenang
konflik melawan kekuatan yang berusaha menggulingkannya. Lalu apasih kunci
utama kemenangan dari Bashar al-Assad. Untuk pertama kalinya, sejauh mana senjata
kimia menjadi kunci dalam strategi pemenangan perangnya. terdapat cukup bukti
untuk menyatakan paling tidak terjadi 106 serangan senjata kimia di Suriah sejak
bulan September 2013, OPCW, badan pengawas dunia yang mengawasi penerapan
CWC, menyatakan senjata kimia adalah senjata yang dipakai untuk sengaja
membunuh atau merusak organ melalui racun.
Penggunaan senjata kimia dilarang hukum kemanusiaan internasional terlepas
dari ada atau tidaknya sasaran militer yang sahih, karena akibat senjata ini sifatnya
tidak pandang bulu dan dirancang bagi terciptanya cedera yang tidak berguna dan
penderitaan yang tidak perlu. Ketika presiden Assad menandatangani Konvensi
Senjata Kimia (CWC) dan sepakat untuk menghancurkan cadangan senjata kimia
negara itu. Dan Meskipun Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan PBB
telah menghancurkan seluruh senjata kimia yang dimiliki sebanyak 1.300 ton yang
dinyatakan pemerintah Suriah, serangan senjata ini tetap terjadi di negara ini.
Kebanyakan serangan yang dilaporkan terjadi dalam rangkaian di dan sekitar daerah
yang sama dan pada waktu yang kurang lebih sama. Aksi ini dilakukan bersamaan
dengan serangan pemerintah - di Hama dan Idlib tahun 2014, Idlib pada tahun 2015,
kota Aleppo di akhir tahun 2016 dan Ghouta bagian timur di permulaan tahun 2018.

Eky Karimatur Rais A.H/FH UMSurabaya


2
Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang Sipil

Senjata kimia digunakan saat rezim bermaksud mengirimkan pesan tegas


kepada penduduk setempat bahwa kehadiran mereka tidak diinginkan, Senjata kimia
bukan saja hukuman penghabisan yang membuat orang takut, senjata ini juga murah
dan mudah digunakan sebuah rezim saat kemampuan militernya menurun karena
konflik. Tidak ada hal yang ditakuti orang lebih dari senjata kimia dan kapanpun
senjata kimia dipakai, penduduk melarikan diri dari tempat itu dan sering kali mereka
tidak kembali lagi.

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum doktrinal atau
normatif yaitu dengan cara menelusuri literatur-literatur yang ada seperti Konvensi
Den Haag Tahun 1907, Konvensi Jenewa Tahun 1949, Protokol Tambahan Tahun
1977, buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, dan lain-lain. Sifat dari penelitian ini
adalah preskriptif, yang berarti bersifat analisis. Penelitian yang dilakukan yaitu
menganalisis kasus serangan pemerintah Suriah pada Ghouta Timur yang
menyebabkan tewasnya warga sipil berdasarkan berbagai konvensi pada hukum
humaniter internasional.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hukum Humaniter International Mengatur Penerapan Senjata Kimia
Yang digunakan untuk Berperang ?
2. Apa yang menyebabkan Negara suriah memilih senjata kimia dan akibat dari
Penerapan Senjata Kimia ?
3. Apa langkah Selanjutnya Yang dapat dilakukan oleh PBB untuk tata cara
Penerapan Senjata kimia di Negara Suriah ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sub Bab 1
Penerapan Senjata Kimia yang Digunakan untuk Berperang menurut Hukum
Humaniter International

Eky Karimatur Rais A.H/FH UMSurabaya


3
Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang Sipil

Hukum humaniter memiliki beberapa asas, salah satu diantaranya adalah asas
kemanusiaan, baik yang terdapat di dalam Hukum Den Haag maupun Hukum Jenewa.
Dalam Hukum Den Haag, asas perikemanusiaan tercermin dari dilarangnya
penggunaan senjata-senjata tertentu yang dirasakan mampu menimbulkan luka yang
berlebihan maupun penderitaan yang tidak perlu, salah satunya ialah penggunaan
senjata kimia. Sedangkan di dalam Hukum Jenewa, asas tersebut tercermin dari
perlindungan-perlindungan yang diberikan kepada tawanan perang, serta kepada
penduduk sipil yang tidak ikut berperang.
Asas tersebut tercermin dari perlindungan-perlindungan yang diberikan
kepada tawanan perang, serta kepada penduduk sipil yang tidak ikut berperang.
Senjata kimia dilarang penggunaannya di dalam konflik bersenjata oleh karena
dampak digunakannya dirasakan tidak manusiawi. Seseorang yang tidak terkena
serangannya secara langsung pun dapat menjadi korban daripada penggunaan senjata
kimia karena senjata kimia dapat menyerang melalui beberapa bentuk, termasuk di
dalamnya dalam bentuk cairan maupun gas.
Selain tidak mengenal lawan, senjata kimia juga dapat memberikan luka
permanen maupun penyakit permanen, yang menyiksa korban bahkan setelah perang
tersebut berakhir. Keseriusan terhadap pelarangan penggunaan senjata kimia di dalam
konflik bersenjata terlihat dari dilahirkannya The 1993 Chemical Weapons
Convention (untuk selanjutnya akan disingkat “CWC”), walaupun penggunaan
senjata yang demikian telah dilarang sebelumnya. Contoh daripada penggunaan
senjata kimia ialah adanya kasus Agent Orange7 yang dilakukan oleh Amerika
Serikat terhadap Vietnam pada Perang Vietnam, yang mengakibatkan terjadinya
kelaparan di daerah tersebut. Bahkan pada tanah serta air di beberapa daerah memiliki
konsentrasi zat kimia yang jauh dari level aman oleh Agen Perlindungan.1

1
Steffy, “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Kasus Penggunaan Senjata Kimia oleh Suriah”, Jurnal Ilmian, 2014.
(https://media.neliti.com/media/publications/15001-ID-tinjauan-hukum-internasional-terhadap-kasus-penggunaan-senjata-kimia-oleh-
suriah.pdf)

Eky Karimatur Rais A.H/FH UMSurabaya


4
Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang Sipil

B. Sub Bab 2
Penyebab Negara Suriah Memilih Senjata Kimia dan Akibat dari Penerapan
Senjata Kimia

Negara Suriah lebih memilih senjta kimia karena Penggunaan senjata kimia
telah memberikan sejumlah hasil bagi (kekuatan pemerintah) yang mereka yakini
cukup berguna meskipun berisiko, dan (senjata kimia) telah beberapa kali
memperlihatkan kegunaannya meskipun berisiko karena itulah mereka terus
menggunakannya, berulang kali, Satu tong bom atau sebuah roket membunuh orang
segera tanpa mereka merasakannya...tetapi senjata kimia membuat korban sesak
nafas. Mereka mengalami kematian secara perlahan, seperti menenggelamkan
seseorang, membuat mereka kehabisan oksigen, sangat mengerikan.
Pejabat kesehatan pihak oposisi mengatakan lebih dari 80 orang tewas pada
hari itu. Meskipun senjata kimia mematikan, pengamat HAM PBB menegaskan pada
sebagin besar kejadian di mana warga sipil terbunuh dan menjadi sasaran melibatkan
penggunaan senjata konvensional, seperti bom curah dan bahan peledak di daerah
yang sebagian penghuninya adalah warga sipil. Meskipun terdapat pernyataan pada
bulan Juni 2014 bahwa Suriah menyatakan bahan senjata kimia telah dipindahkan
atau dihancurkan, sejumlah laporan terus muncul terkait dengan penggunaan senjata
kimia.2

C. Sub Bab 3
Langkah Selanjutnya yang Dapat Dilakukan oleh PBB untuk Tata Cara
Penerapan Senjata Kimia Di Negara Suriah

Kasus penyerangan terhadap penduduk sipil dan penggunaan senjata klorin


yang dilarang dalam perang di Suriah yang dilakukan oleh pemerintahan Basshar Al-
Assad seharusnya mendapatkan penindakan yang tegas dari masyarakat internasional
karena telah melanggar aturan humaniter internasional. Yang dapat berperan dalam
penindakan kasus di Suriah salah satunya adalah Dewan Keamanan PBB dan
organisasi-organisasi non pemerintah yang bergerak di bidang kemanusiaan, seperti
Palang Merah Internasional, Badan Pengawas Hak Asasi Manusia, maupun organisasi
2
Queency Gloria Sumeke, “Penggunaan Senjata Kimia Dalam Konflik Bersenjata Antar Negara Ditinjau dari Hukum Humaniter
Internasional”, Lex Privatum, Vol. V/No. 6, 2017. (https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/17321/16863)

Eky Karimatur Rais A.H/FH UMSurabaya


5
Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang Sipil

lain yang bergerak untuk mengumpulkan berbagai barang bukti terkait kejahatan
kemanusiaan di Suriah.
Bukti-bukti otentik tersebut dapat digunakan untuk perihal penuntutan di
muka pengadilan, yang tetap didasarkan pada pasal-pasal yang dilanggar oleh pihak
pemerintah Suriah. Bagaimanapun upaya penegakan hukum pidana internasional pada
suatu pelanggaran kewajiban maupun pelanggaran delik, upaya tersebut tetap harus
dijalankan sesuai dengan hukum dan instrumen hukum internasional ataupun hukum
nasional yang ada, karena tindak pidana internasional pada kenyataannya terus terjadi,
bahkan tindakannya terus berkembang sehingga melahirkan tindak pidana
internasional yang baru yang lebih membahayakan. Maka dari itu, penegakan hukum
internasional, salah satunya yaitu hukum humaniter internasional harus dijalankan
secara universal, menyeluruh, dan adil, sesuai dengan cita-cita bangsa dan masyarakat
internasional.3

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengaturan Hukum Internasional mengenai larangan penggunaan senjata
kimia di dalam konflik bersenjata dalam bentuk perjanjian internasional terdapat pada
Konvensi Den Haag 1899 dan Konvensi Den Haag 1907. Pengaturan khusus
mengenai senjata kimia, baik di dalam keadaan damai. ataupun di dalam konflik
bersenjata, terdapat pada CWC. Adapun larangan penggunaan senjata kimia di dalam
konflik bersenjata tersebut telah dianggap sebagai bagian dari hukum kebiasaan
internasional, sehingga pelarangan tersebut tetap mengikat suatu negara walaupun
negara tersebut tidak mengikatkan diri kepada perjanjian yang melarang penggunaan
senjata kimia di dalam konflik bersenjata Pengaturan Hukum Internasional terhadap
kasus penggunaan senjata kimia oleh Suriah terdapat pada Konvensi Den Haag 1899
dan Konvensi Den Haag 1907, khususnya pada Konvensi IV Den Haag yang
mengatur mengenai hukum dan kebiasaan perang, Protokol Jenewa 1925 mengenai
pelarangan penggunaan senjata kimia dan senjata biologis di dalam konflik bersenjata
(The Protocol for the Prohibition of the Use in War of Asphyxiating, Poisonous or
3
I Wayan Gede Harry Japmika, “Penegakan Hukum Humaniter Dalam Konflik Bersenjata Suriah”, Jurnal Hukum Program Kekhususan
Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2016.

Eky Karimatur Rais A.H/FH UMSurabaya


6
Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang Sipil

other Gases, and of Bacteriological Methods of Warfare), Piagam PBB, dan Statuta
Roma 1998, serta pada hukum kebiasaan internasional.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Suriah ialah untuk menjalankan framework
berkaitan dengan pemusnahan senjata kimia yang dimilikinya. Dalam hal Suriah
gagal melaksanakan framework yang dirancang khusus terhadapnya tersebut, maka
Suriah akan dipandang sebagai suatu negara yang tidak memiliki itikad baik untuk
menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Apabila dikaitkan dengan
ketentuan Pasal 5 Piagam PBB, maka apabila Suriah gagal melaksanakan framework
tersebut, PBB berwenang untuk menangguhkan hak dan kewajiban Suriah sebagai
bagian dari Majelis Umum PBB.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Steffy. 2014. “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Kasus Penggunaan Senjata Kimia
oleh Suriah”. Jurnal Ilmian. (https://media.neliti.com/media/publications/15001-ID-tinjauan-
hukum-internasional-terhadap-kasus-penggunaan-senjata-kimia-oleh-suriah.pdf).

Sumeke, Queency Gloria. 2017. “Penggunaan Senjata Kimia Dalam Konflik Bersenjata
Antar Negara Ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional”. Lex Privatum Volume
V/Nomor 6. (https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/17321/16863)

Japmika, I Wayan Gede Harry. 2016. “Penegakan Hukum Humaniter Dalam Konflik
Bersenjata Suriah”. Jurnal Hukum Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas
Hukum Universitas Udayana.

Eky Karimatur Rais A.H/FH UMSurabaya


7

Anda mungkin juga menyukai