Oleh:
Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
e-mail: :aryowutomo@gmail.com, r.srilestari@yahoo.co.id
Abstract
This research proposes to analyze the use of Incendiary Weapons in Syrian armed conflicts under
International Humanitarian Law, as well as to determine the legal implications on the use of Incendiary
Weapons in Syrian armed conflict. The results show that the practice of using Incendiary weapons
by the Syrian and Russian government does not heed the rules in international humanitarian law and
considered as war crime because the attacks launched by military jet of the Syrian Government On August
26, 2013 in the city of Urem Al-Koubra Aleppo and by the Russian government in the city of Aleppo and
Idlib on 5 June to 10 August 2016 cause incidental loss to civilians and civilian objects in Syria. Under
Article 2 of Protocol III Convention on Certain Conventional Weapons 1980 (CCW) It is prohibited in all
circumstances to make any military objective located within a concentration of civilians the object of attack
by air-delivered incendiary wepons. To create just war mechanism each parties to the conflict should
respect and implement the rules of Humanitarian Law.
Keywords: International Humanitarian Law, Armed Conflict, war crimes, Incendiary Weapons, Syria.
pembatasan penggunaan senjata konvensional dan asing. Konflik bersenjata tersebut telah
tertentu yang dianggap dapat mengakibatkan luka menimbulkan banyak korban serta kerugian bagi
yang berlebihan atau dapat memberikan efek tidak warga sipil di Suriah.
pandang bulu (Arlina dkk, 1999 : 46). Berdasarkan laporan Office of the United
Hukum Humaniter Internasional berlaku Nations High Commissioner for Human Rights
dalam konflik bersenjata baik itu konflik bersenjata (OHCHR) No. A/HRC/25/65, 12 februari 2014
internasional maupun konflik bersenjata non- yang berisi Report of the independent international
internasional. Sekalipun sudah terdapat commission of inquiry on the Syrian Arab
pengaturan mengenai tata cara dan alat berperang Republicmenyebutkan bahwa pasukan pemerintah
serta pengaturan mengenai perlindungan terhadap telah melakukan pelanggaran berat terhadap Hak
korban perang masih banyak korban yang jatuh Asasi Manusia dan Kejahatan Perang berupa
akibat konflik bersenjata. Keadaan ini menunjukkan pembunuhan, penyanderaan, penyiksaan,
bahwa keberadaan dari setiap pengaturan- kekerasan seksual, merekrut dan menggunakan
pengaturan mengenai konflik bersenjata belum anak-anak dalam konflik dan menjadikan warga
terlalu memberi dampak yang positif. Seperti yang sipil sebagai target penembak jitu, serta pasukan
terjadi di Suriah, negara yang terletak di timur pemerintah mengabaikan perlindungan khusus
tengah ini sedang mengalami konflik bersenjata yang diberikan kepada rumah sakit, tenaga medis
yang melibatkan berbagai pihak dengan intervensi dan kemanusiaan serta kekayaan budaya.
internasional. Konflik di Suriah yang berlangsung Laporan OHCHR juga menyebutkan bahwa
sejak Maret 2011 lalu telah menelan korban pasukan pemerintah menggunakan senjata
lebih dari 250.000 jiwa dan 13,5 juta orang pembakar (Incendiary Weapons) yang dapat
membutuhkan bantuan kemanusiaan di dalam menyebabkan cedera berlebihan dan penderitaan
wilayah Suriah, dan lebih dari 50%dari populasi yang tidak perlu pada warga sipil. Pada tanggal 26
Suriah saat ini mengungsi (https://www.amnesty. Agustus 2013, jet tempur militer pihak pemerintah
org/en/latest/news/2016/02/syrias-refugee-crisis- menjatuhkan dua bom pembakar di kota Urem Al-
innumbers,diakses pada 10 Desember 2016). Koubra Aleppo, salah satunya mendarat di sebuah
Konflik bersenjata Suriah dilatarbelakangi sekolah. Bom tersebut menciptakan bola api yang
oleh kekecewaan rakyat Suriah terhadap menewaskan 10 warga sipil dan puluhan orang
rezim Bashar Al-Assad yang korup, otoriter luka parah, kebanyakan yang menjadi korban
dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. adalah anak-anak dan remaja, beberapa korban
Rakyat Suriah kemudian melakukan aksi damai diantaranya tidak bertahan hidup serta menderita
menuntut keadilan, akan tetapi rezim Bashar Al- cacat karena luka bakar hingga 80 persen dari
Assad menanggapi aksi damai tersebut dengan tubuh mereka. Penggunaan Senjata pembakar
kekerasan. Puncaknya adalah ketika 15 anak di Suriah semakin berkembang dari tanggal 5
laki-laki ditahan dan disiksa karena telah menulis juni sampai 10 agustus 2016 salah satu pihak
kata-kata untuk mendukung Arab Spring. Peristiwa yang membantu pemerintah Suriah yaitu Rusia
Arab Spring, merupakan gelombang revolusi melancarkan serangan menggunakan Incendiary
unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Weapons sebanyak 18 kali di kota Aleppo dan
arab. peristiwa ini telah berhasil menggulingkan Idlib Sedikitnya 12 warga sipil Dilaporkan terluka
Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali dan (https://www.hrw.org/news/2016/08/16/syria/
Presiden Mesir Hosni Mubarak. Salah satu anak russia-incendiary-weaponsburn-aleppo-idlib,
laki-laki, Hamza al-Khateeb yang berusia 13 tahun, diakses pada 10 desember 2016).
terbunuh setelah disiksa secara brutal. Berdasarkan peraturan, asas-asas dan
Akibat peristiwa tersebut rakyat Suriah prinsip Hukum Humaniter praktik penggunaan
mulai melakukan revolusi (perlawanan) atau Incendiary weapons oleh pemerintah Suriah
pemberontakan terhadap rezim Bashar Al-Assad. dianggap sebagai kejahatan perang karena
Pemerintah Suriah mengerahkan tentaranya untuk serangan yang dilancarkan menyebabkan
memadamkan pemberontakan tersebut, kemudian kerugian yang berlebihan terhadap penduduk
warga sipil dan tentara pembelot membentuk dan objek sipil di Suriah. Penggunaan Incendiary
unit pertempuran, yang dimulai kampanye weapons selain berbahaya untuk manusia juga
pemberontakan melawan Pemerintah Suriah memiliki dampak pada hancurnya fasilitas vital.
dengan sebutan Free Syrian Army, aksi tersebut Berbagai dampak yang muncul dari penggunaan
berkembang menjadi suatu konflik bersenjata Incendiary weapons dalam serangan udara
antara pihak pemerintah dan pemberontak tersebut merupakan ancaman yang sangat serius
dan masing-masing memiliki dukungan lokal bagi rakyat sipil di Suriah.
orang yang dilindungi dalam konvensi mencegah proses peradilan oleh suatu
untuk dijadikan sasaran militer atau masyarakat Internasional terhadapnya.
daerah tertentu kebal dari operasi Dengan kata lain, International Crimes
militer. Hal tersebut diperkuat dengan ini menganut asas Universal jurisdiction.
Pasal 8 (2)(b)(i)(ii)Statuta Roma 1998 Berdasarkan hal tersebut pihak pemerintah
bahwa dilarang melancarkan serangan Suriah dan Rusia harus bertanggung jawab
terhadap sekelompok penduduk sipil atas perbuatan yang telah merugikan warga
atau terhadap setiap orang sipil yang sipil akibat dari penggunaan Incendiary
tidak ikut serta secara langsung dalam weapons. Secara umum terdapat beberapa
pertikaian itu, serta dilarang melakukan bentuk sanksi dalam Hukum Humaniter
serangan terhadap objek-objek sipil, terhadap pelanggaran Hukum Perang, yaitu
yaitu, objek yang bukan merupakan berupa Protes, Penyanderaan, Kompensasi,
sasaran militer. Reprisal, dan Penghukuman pelaku yang
tertangkap (Haryomataram, 2009:97).
2. Implikasi Hukum terhadap penggunaan Adapun upaya yang telah dilakukan untuk
Incendiary Weapons dalam konflik melaksanakan penegakan hukum terhadap
bersenjata di Suriah berdasarkan Hukum kejahatan perang dalam konflik bersenjata
Humaniter di Suriah, diantaranya:
Berdasarkan peraturan, asas-asas dan a. Mahkamah Pidana Internasional atau
prinsip Hukum Humaniter praktik penggunaan International Criminal Court (ICC)
Incendiary weapons oleh pemerintah Suriah Pelanggaran terhadap jus in bello
dan Rusia dalam konflik bersenjata di Suriah (Hukum yang berlaku dalam situasi
dianggap sebagai kejahatan perang karena perang) menjadi kewenangan dari
serangan yang dilancarkan menyebabkan International Criminal Court (ICC) sesuai
kerugian yang berlebihan terhadap penduduk dengan Pasal 5 Statuta Roma1998, ICC
sipil dan objek sipil di Suriah. Kejahatan memiliki Jurisdiksi terhadap kejahatan
perang meliputi semua pelanggaran terhadap paling serius yang menyangkut
perlindungan yang telah ditentukan oleh masyarakat internasional secara
Hukum Perang, dan juga mencakup keseluruhan yaitu Kejahatan genosida,
kegagalan untuk tunduk pada norma, prosedur Kejahatan terhadap kemanusiaan,
dan aturan pertempuran. Berdasarkan hal Kejahatan perang dan Kejahatan
tersebut terlihat bahwa pihak pemerintah agresi. Mahkamah Pidana Internasional
Suriah dan Rusia tidak tunduk pada norma, menganut prinsip complementary.
prosedur dan aturan pertempuran, walaupun Berdasar prinsip complementary ini maka
mereka telah meratifikasi keempat Konvensi ICC hanya sebagai pelengkap pengadilan
Jenewa 1949 serta Protocol Tambahan I nasional suatu negara karena negara
mengenai perlindungan korban dalam konflik tersebut sudah mempunyai kewajiban
bersenjata internasional. Serta pemerintah berdasar hukum internasional untuk
Rusia telah meratifikasi Certain Conventional mengadili individu yang bertanggung
Weapons1980(CCW)khususnya Protokol III jawab atas kejahatan-kejahatan
mengenai penggunaan Incendiary Weapons yang terjadi.ICC akan melaksanakan
dalam konflik bersenjata. yurisdiksinya apabila suatu pengadilan
Kejahatan perang merupakan salah satu nasional negara tersebutTidak mampu
kejahatan internasional yang masuk ke dalam (unable) atau tidak bersedia (unwilling),
kategori jus cogens dan juga salah satu dari Hanya menjalankan pengadilan pura-
jenis kejahatan internasional paling serius. pura untuk membebaskan terdakwa
Kejahatan perang (War Crimes) adalah satu dari pertanggunjawaban pidana,
dari empat kejahatan internasional disamping Tidak menjalankan pengadilan secara
The Crime of Genocide, Crime Against independen (mandiri) dan imparsial (tidak
Humanity, dan The Crime of Aggression. memihak) (Yustina Trihoni, 2013:159-
International Crimes sendiri didefinisikan 160).
sebagai kejahatan-kejahatan yang karena Berdasarkan jurisdiksi dari ICC
tingkat kekejamannya, tidak satupun pelaku seharusnya pelaku kejahatan perang
boleh menikmati imunitas dari jabatannya dalam konflik bersenjata di Suriah dapat
dan tidak ada yurisdiksi satu negara tempat diadili di Mahkamah Pidana Internasional,
kejahatan itu terjadi bisa digunakan untuk karena mekanisme pengadilan nasional
Pada prinsipnya, akan lebih baik jika sesuai, bukti atau informasi tambahan,
keadilan dilakukan di negara-negara di termasuk wawancara, kesaksian saksi,
mana kejahatan itu dilakukan, namun dokumentasi dan materi forensik.
ini seringkali tidak mungkin dilakukan. Diharapkan Mekanisme Penegakan
Universal Jurisdiction mengurangi tempat Hukum terhadap kejahatan perang
berlindung yang aman di mana orang- dalam konflik bersenjata di Suriah dapat
orang yang bertanggung jawab tidak lagi terus dilaksanakan karena situasi yang
dapat menikmati kekebalan hukum. terjadi di Suriah sudah mengganggu
perdamaian dan keamanan internasional,
c. International Mechanism serta pentingnya dukungan dari Subjek
Majelis Umum PBB menciptakan Hukum Internasional untuk berkontribusi
sebuah mekanisme, yang secara formal dalam hal mengawasi proses penegakan
disebut sebagai International, Impartial hukum serta membantu mengumpulkan
and Independent Mechanism. Mekanisme bukti untuk penuntutan dikemudian hari,
ini dibuat secara resmi oleh Majelis sehingga pelaku kejahatan perang dalam
Umum PBB pada tanggal 21 Desember konflik bersenjata di Suriah dapat diadili
2016, dengan resolusi 71/248. Sekretaris dan tidak luput dari hukuman.
Jenderal PBB António Guterresmenunjuk
Catherine Marchi-Uhel dari Prancis D. Simpulan dan Saran
untuk memimpin mekanisme ini. Dengan
menciptakan Mekanisme ini Majelis 1. Kesimpulan
Umum PBB menekankan perlunya a. Tinjauan Hukum Humaniter terhadap
memastikan pertanggungjawaban atas penggunaan Incendiary Weapons
kejahatan yang melibatkan pelanggaran berdasarkan Asas Kepentingan Militer,
hukum internasional yang dilakukan Asas Kemanusiaan, Asas Kesatriaan
di Suriah. Dalam paragraf 4 resolusi serta prinsip penting yaitu Prinsip
71/248, International, Impartial and Pembedaan, Prinsip Pembatasan dan
Independent Mechanism bertujuan Prinsip Proporsionalitas menunjukan
membantu penyelidikan dan penuntutan bahwa para pihak yang berkonflik
orang-orang yang bertanggung jawab bagaimanapun keadaanya harus
atas kejahatan paling serius di bawah menghormati dan melaksanakan asas-
hukum internasional yang dilakukan di asas serta prinsip Hukum Humaniter
Republik Arab Suriah sejak Maret 2011. karena hal tersebut merupakan landasan
dasar untuk terciptanya mekanisme
Mekanisme ini dimandatkan untuk
perang yang adil. Selain itu pihak
melakukan dua tugas yaitu pertama,
yang berperang harus tunduk pada
mengumpulkan, mengkonsolidasikan,
norma, prosedur dan aturan pertempuran
mempertahankan dan menganalisis bukti
Hukum Humaniterterkait pembatasan
pelanggaran. Kedua, menyiapkan file
cara dan metode berperang sehingga
untuk memfasilitasi dan mempercepat
penggunaan Incendiary Weapons tidak
proses pidana yang adil dan independen
dikategorikan sebagai kejahatan perang.
di Pengadilan Nasional, Regional atau
Internasional, sesuai dengan hukum b. Implikasi Hukum dari penggunaan
internasional. Mekanisme ini akan Incendiary Weapons dalam konflik
mengumpulkan bukti dan informasi bersenjata di Suriah menunjukan bahwa
yang relevan dengan menerimanya penggunaan Incendiary Weapons
dari sumber lain, termasuk dari Syria oleh Pemerintah Suriah dan Rusia
Commission of Inquiry, the Organization berdasarkan peraturan, asas-asas dan
for the Prohibition of Chemical Weapons prinsip Hukum Humaniter merupakan
United Nations Joint Investigative kejahatan perang, karena serangan
Mechanism, Organisasi Internasional menggunakan Incendiary weapons
atau Regional, Entitas sistem PBB, oleh Pemerintah Suriah dan Rusia telah
Organisasi Non-pemerintah, Yayasan menyebabkan kerugian yang tidak perlu
dan Individu, baik atas permintaan terhadap warga sipil di Suriah berupa
Mekanisme, atau atas prakarsa sumber luka-luka yang berlebihan (superfluous
tersebut. Mekanisme ini juga akan injury), penderitaan yang tidak perlu
mengumpulkan secara langsung, jika (unnecessary suffering) serta kerusakan
Daftar Pustaka
Ambarwati, dkk. 2009. Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional. Jakarta:
Rajawali Pers
Arlina Permanasari, dkk. 1999. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta: International Committe of The
Red Cross
Arie Siswanto, Yuridiksi Material Mahkamah Kejahatan Internasional, Jakarta: GI, 2009.
Ayub Torry S.K. & Kukuh tejomurti. 2015. “Alternatif Atas Pemberlakuan Hukum Humaniter Internasional
Dalam Konflik Bersenjata Melawan Islamic State of Iraq and Syria”. Yustisia Vol. 4 No.3
Brehm, Maya, “International Humanitarian Law and the Protection of Civilians from the Effects of Explosive
Weapons,” (July 1, 2013). Chapter in Caroline Harvey, James Summers and Nigel White (Eds.), The
Laws of War: Fit For Purpose?Essays in Honour of Professor Peter Rowe, Cambridge University
Press (2014 Forthcoming).
David P. Fidler, “International Law and Weapons of Mass Destruction: End of the Arms Control Approach?”
14 Duke Journal of Comparative & International Law 39-88 (2004)
Fadillah Agus. 1997. Hukum Humaniter Suatu Perspektif. Jakarta: Pusat Studi Hukum Humaniter Fakultas
Hukum TRISAKTI.
Haryomataram. 1984. Hukum Humaniter. Jakarta: CV Rajawali.
Haryomataram. 2002. Konflik Bersenjata dan Hukumnya. Jakarta: Universitas TRISAKTI.
Haryomataram. 2009. Pengantar Hukum Humaniter Internasional. Jakarta: Rajawali Pers.
https://www.icrc.org/customary-ihl/eng/docs/v1_rul_rule43, diakses pada 10 Desember 2016 pukul 18.30
https://www.amnesty.org/en/latest/news/2016/02/syrias-refugee-crisis-in-numbers/, diakses pada 10
Desember 2016 pukul 18.40.
https://www.hrw.org/news/2016/08/16/syria/russia-incendiary-weapons-burn-aleppo-idlib diakses pada
27 januari 2017 pukul 19.00.
http://www.weaponslaw.org/weapons/incendiary-weapons diakses pada 27 januari 2017 pukul 19.00.
https://www.hrw.org/news/2016/10/20/qa-first-cracks-impunity-syria-iraq#Q1 diakses pada 19 juni 2017
pukul 19.30.
http://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=21241 diakses pada 20 juni
2017 pukul 20.00.
http://www.un.org/News/dh/infocus/Syria/Frequently_asked_questions_on_IIIM.pdf diakses pada 20 juni
2017 pukul 20.00
International Committee of the Red Cross. 1973. Weapons that May Cause Unnecessary Suffering Or Have
Indiscriminate Effects: Report on the Work of Experts. International Committee of the Red Cross.
International Committe of the Red Cross. 2004. Hukum Humaniter Internasional.
I.J MacLeodand A.P.V. Rogers, “The Use ofWhitePhosphorusandthe Law of War” in Yearbookof
International Humanitarian Law (2007)
Jordan J. Paust. 1983. “Controlling Prohibited Weapons and the illegal Use of Permitted Weapons,”
McGill Law Journal 28 (1983), 608-627
Jones, Annika, Seeking International Criminal Justice in Syria (December 9, 2013). (2003) 89 International
Law Studies 802.
Kaufman, Zachary D., “The United States, Syria, and the International Criminal Court: Implications of the
Rome Statute’s Aggression Amendment (December 4, 2013)”. Harvard International Law Journal
Online, Volume 55, Pages 35-44, 2013.