Anda di halaman 1dari 13

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN INCENDIARY WEAPONS

DALAM KONFLIK BERSENJATA DI SURIAH


DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER

Oleh:
Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
e-mail: :aryowutomo@gmail.com, r.srilestari@yahoo.co.id

Abstract
This research proposes to analyze the use of Incendiary Weapons in Syrian armed conflicts under
International Humanitarian Law, as well as to determine the legal implications on the use of Incendiary
Weapons in Syrian armed conflict. The results show that the practice of using Incendiary weapons
by the Syrian and Russian government does not heed the rules in international humanitarian law and
considered as war crime because the attacks launched by military jet of the Syrian Government On August
26, 2013 in the city of Urem Al-Koubra Aleppo and by the Russian government in the city of Aleppo and
Idlib on 5 June to 10 August 2016 cause incidental loss to civilians and civilian objects in Syria. Under
Article 2 of Protocol III Convention on Certain Conventional Weapons 1980 (CCW) It is prohibited in all
circumstances to make any military objective located within a concentration of civilians the object of attack
by air-delivered incendiary wepons. To create just war mechanism each parties to the conflict should
respect and implement the rules of Humanitarian Law.
Keywords: International Humanitarian Law, Armed Conflict, war crimes, Incendiary Weapons, Syria.

A. Pendahuluan Hukum Humaniter mencakup asas-asas pokok


yaitu asas kepentingan militer (military necessity),
Konflik bersenjata terjadi berawal dari adanya
asas perikemanusiaan (humanity) dan asas
pertentangan kepentingan dengan bangsa lain
kesatriaan (chivalry) sebagaimana yang dikatakan
atau pertentangan antar kelompok dalam suatu
oleh Kunz tanpa adanya keseimbangan dari ke
bangsa sendiri. Berdasarkan jumlah konflik
tiga asas ini, maka mustahil akan terbentuk aturan-
bersenjata yang telah ataupun sedang terjadi di
aturan mengenai Hukum Perang (Haryomataram,
berbagai negara di dunia, konflik bersenjata dapat
1984:34). Hukum Humaniter Internasional juga
dibedakan menjadi konflik bersenjata internasional
mencakup prinsip-prinsip penting yaitu Prinsip
dan konflik bersenjata non internasional. Dalam
Pembedaan (distinction principle) prinsip ini
Konflik bersenjata diperlukan pengaturan tentang
membedakan atau membagi penduduk yang
cara dan alat berperang yang diperbolehkan
sedang terlibat dalam konflik bersenjata ke dalam
dalam konflik bersenjata untuk membatasi akibat-
dua golongan yakni Kombatan (Combatan) dan
akibat dari konflik bersenjata dan meminimalisir
penduduk sipil (Civilian) (Rina Rusman:2009:5).
korban sipil dalam suatu konflik.
Serta terdapat Prinsip Prohibition of causing
Pengaturan tentang cara dan alat berperang unnecessary suffering (prinsip HHI tentang
yang diperbolehkan dalam konflik bersenjata larangan menyebabkan penderitaan yang tidak
terdapat dalam Hukum Humaniter Internasional seharusnya) atau yang lebih sering disebut
yang merupakan istilah lain dari hukum perang sebagai principle of limitation (prinsip pembatasan)
(laws of war) dan hukum konflik bersenjata (laws of (Rina Rusman:2009:5).Prinsip pembatasan
armed conflict) (Haryomataram, 1984:11). Hukum dicantumkan di dalam Pasal 22 dan 23 Konvensi
Humaniter tidak saja mencakup perlindungan Den Haag IV, 1907, yang berbunyi “Hak para
terhadap korban perang melalui Hukum Jenewa, pihak yang berperang untuk menggunakan
tetapi juga mencakup mengenai cara dan alat alat-alat untuk melukai musuh adalah tidak tak
berperangmelalui Hukum Den Haag, pengaturan terbatas”. Prinsip ini juga memiliki keterkaitan
lebih lanjut terdapat di dalam Protokol-Protokol dengan Convention on Certain Conventional
Tambahan 1977 (Arlina Permanasari dkk,1999:22). Weapons1980(CCW) yaitu konvensi mengenai

46 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu: Implikasi Hukum terhadap Penggunaan Incendiary Weapons.....

pembatasan penggunaan senjata konvensional dan asing. Konflik bersenjata tersebut telah
tertentu yang dianggap dapat mengakibatkan luka menimbulkan banyak korban serta kerugian bagi
yang berlebihan atau dapat memberikan efek tidak warga sipil di Suriah.
pandang bulu (Arlina dkk, 1999 : 46). Berdasarkan laporan Office of the United
Hukum Humaniter Internasional berlaku Nations High Commissioner for Human Rights
dalam konflik bersenjata baik itu konflik bersenjata (OHCHR) No. A/HRC/25/65, 12 februari 2014
internasional maupun konflik bersenjata non- yang berisi Report of the independent international
internasional. Sekalipun sudah terdapat commission of inquiry on the Syrian Arab
pengaturan mengenai tata cara dan alat berperang Republicmenyebutkan bahwa pasukan pemerintah
serta pengaturan mengenai perlindungan terhadap telah melakukan pelanggaran berat terhadap Hak
korban perang masih banyak korban yang jatuh Asasi Manusia dan Kejahatan Perang berupa
akibat konflik bersenjata. Keadaan ini menunjukkan pembunuhan, penyanderaan, penyiksaan,
bahwa keberadaan dari setiap pengaturan- kekerasan seksual, merekrut dan menggunakan
pengaturan mengenai konflik bersenjata belum anak-anak dalam konflik dan menjadikan warga
terlalu memberi dampak yang positif. Seperti yang sipil sebagai target penembak jitu, serta pasukan
terjadi di Suriah, negara yang terletak di timur pemerintah mengabaikan perlindungan khusus
tengah ini sedang mengalami konflik bersenjata yang diberikan kepada rumah sakit, tenaga medis
yang melibatkan berbagai pihak dengan intervensi dan kemanusiaan serta kekayaan budaya.
internasional. Konflik di Suriah yang berlangsung Laporan OHCHR juga menyebutkan bahwa
sejak Maret 2011 lalu telah menelan korban pasukan pemerintah menggunakan senjata
lebih dari 250.000 jiwa dan 13,5 juta orang pembakar (Incendiary Weapons) yang dapat
membutuhkan bantuan kemanusiaan di dalam menyebabkan cedera berlebihan dan penderitaan
wilayah Suriah, dan lebih dari 50%dari populasi yang tidak perlu pada warga sipil. Pada tanggal 26
Suriah saat ini mengungsi (https://www.amnesty. Agustus 2013, jet tempur militer pihak pemerintah
org/en/latest/news/2016/02/syrias-refugee-crisis- menjatuhkan dua bom pembakar di kota Urem Al-
innumbers,diakses pada 10 Desember 2016). Koubra Aleppo, salah satunya mendarat di sebuah
Konflik bersenjata Suriah dilatarbelakangi sekolah. Bom tersebut menciptakan bola api yang
oleh kekecewaan rakyat Suriah terhadap menewaskan 10 warga sipil dan puluhan orang
rezim Bashar Al-Assad yang korup, otoriter luka parah, kebanyakan yang menjadi korban
dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. adalah anak-anak dan remaja, beberapa korban
Rakyat Suriah kemudian melakukan aksi damai diantaranya tidak bertahan hidup serta menderita
menuntut keadilan, akan tetapi rezim Bashar Al- cacat karena luka bakar hingga 80 persen dari
Assad menanggapi aksi damai tersebut dengan tubuh mereka. Penggunaan Senjata pembakar
kekerasan. Puncaknya adalah ketika 15 anak di Suriah semakin berkembang dari tanggal 5
laki-laki ditahan dan disiksa karena telah menulis juni sampai 10 agustus 2016 salah satu pihak
kata-kata untuk mendukung Arab Spring. Peristiwa yang membantu pemerintah Suriah yaitu Rusia
Arab Spring, merupakan gelombang revolusi melancarkan serangan menggunakan Incendiary
unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Weapons sebanyak 18 kali di kota Aleppo dan
arab. peristiwa ini telah berhasil menggulingkan Idlib Sedikitnya 12 warga sipil Dilaporkan terluka
Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali dan (https://www.hrw.org/news/2016/08/16/syria/
Presiden Mesir Hosni Mubarak. Salah satu anak russia-incendiary-weaponsburn-aleppo-idlib,
laki-laki, Hamza al-Khateeb yang berusia 13 tahun, diakses pada 10 desember 2016).
terbunuh setelah disiksa secara brutal. Berdasarkan peraturan, asas-asas dan
Akibat peristiwa tersebut rakyat Suriah prinsip Hukum Humaniter praktik penggunaan
mulai melakukan revolusi (perlawanan) atau Incendiary weapons oleh pemerintah Suriah
pemberontakan terhadap rezim Bashar Al-Assad. dianggap sebagai kejahatan perang karena
Pemerintah Suriah mengerahkan tentaranya untuk serangan yang dilancarkan menyebabkan
memadamkan pemberontakan tersebut, kemudian kerugian yang berlebihan terhadap penduduk
warga sipil dan tentara pembelot membentuk dan objek sipil di Suriah. Penggunaan Incendiary
unit pertempuran, yang dimulai kampanye weapons selain berbahaya untuk manusia juga
pemberontakan melawan Pemerintah Suriah memiliki dampak pada hancurnya fasilitas vital.
dengan sebutan Free Syrian Army, aksi tersebut Berbagai dampak yang muncul dari penggunaan
berkembang menjadi suatu konflik bersenjata Incendiary weapons dalam serangan udara
antara pihak pemerintah dan pemberontak tersebut merupakan ancaman yang sangat serius
dan masing-masing memiliki dukungan lokal bagi rakyat sipil di Suriah.

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 47


B. Metode Penelitian the independent international commission
of inquiry on the Syrian Arab Republic
Penelitian ini bersifat preskriptif dan terapan
menyebutkan bahwa pasukan pemerintah
yang mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai,
telah melakukan pelanggaran berat terhadap
keadilan, validitas aturan hukum, konsep-
Hak Asasi Manusia dan Kejahatan Perang
konsep hukum, dan norma-norma hukum.
berupa pembunuhan, penyanderaan,
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
penyiksaan, kekerasan seksual, merekrut
ini adalah pendekatan undang-undang (statute
dan menggunakan anak-anak dalam konflik
approach), pendekatan kasus (case approach)
dan menjadikan warga sipil sebagai target
dan pendekatan konseptual (conceptual
penembak jitu, serta pasukan pemerintah
approach). Bahan hukum primer dalam penelitian
mengabaikan perlindungan khusus yang
ini adalah Protocol III Convention on Certain
diberikan kepada rumah sakit, tenaga medis
Conventional Weapons (CCW) 1980 tentang
dan kemanusiaan serta kekayaan budaya.
larangan dan pembatasan penggunaan senjata-
senjata pembakar, Konvensi Jenewa IV 1949 Laporan OHCHR juga menyebutkan
mengenai Perlindungan Orang-Orang Sipil bahwa pasukan pemerintah menggunakan
dalam Waktu Perang, Protokol Tambahan I 1977 senjata pembakar (Incendiary Weapons)
mengenai perlindungan bagi korban konflik yang dapat menyebabkan cedera berlebihan
bersenjata internasional, Konvensi Den Haag IV dan penderitaan yang tidak perlu pada warga
1907 mengenai Hukum dan Kebiasaan Perang di sipil. Pada tanggal 26 Agustus 2013, jet
Daratserta Statuta Roma 1998. Sementara bahan tempur militer pihak pemerintah menjatuhkan
hukum sekunder berupa buku-buku, pendapat dua bom pembakar di kota Urem Al-Koubra
para ahli, jurnal baik internasional maupun Aleppo, salah satunya mendarat di sebuah
nasional, buku-buku, literatur, tulisan-tulisan, sekolah. Bom tersebut menciptakan bola api
komentar atas putusan pengadilan, berita-berita yang menewaskan 10 warga sipil dan puluhan
dan hasil penelitian ilmiah lainnya yang berkaitan orang luka parah, kebanyakan yang menjadi
dengan materi penelitian yang penulis teliti guna korban adalah anak-anak dan remaja,
menambah referensi dalam menyusun penelitian beberapa korban diantaranya tidak bertahan
ini. Selanjutnya bahan hukum tersebut dianalisis hidup serta menderita cacat karena luka bakar
secara deduktif, sistematis, logis dan yuridis untuk hingga 80 persen dari tubuh mereka. Jenis
menghasilkan jawaban dari permasalahan yang Incendiary weapons yang digunakan di kota
diteliti. Urem Al-Koubra Aleppo berupa Napalm yaitu
salah satu jenis Oil Based Incendiaries, jenis
Metode pengumpulan bahan hukum dalam
senjata ini jika dibakar akan menghasilkan
penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan
gas beracun (Carbon Monoxide) pada waktu
(library research) atau studi dokumen. Teknik
terbakar yang berbahaya bagi manusia.
analisis bahan hukum yang penulis gunakan
Karena pembakaran ini diperoleh dari
dalam penelitian hukum ini ialah dengan metode
minyak bumi maka jenis ini disebut oil based
silogisme yang menggunakan pola berpikir
incendiary (OBI).
deduktif dengan menarik kesimpulan dari premis
mayor dan premis minor. Premis mayor dalam Berdasarkan Review dari Human Rights
penelitian ini adalah bahan hukum primer yang Watch setidaknya Pasukan Militer Suriah telah
penulis gunakan sedangkan premis minor menggunakan senjata air-delivered incendiary
ialah fakta hukum yang terjadi mengenai kasus weponsdi Suriah sejak pertengahan November
penggunaan Incendiary Weapons dalam konflik 2012. Penggunaan Senjata pembakar di
bersenjata di Suriah kemudian dari kedua hal Suriah semakin berkembang dari tanggal 5
tersebut akan ditarik konklusi (Peter Mahmud juni sampai 10 agustus 2016 salah satu pihak
Marzuki, 2014:89-90). yang membantu pemerintah Suriah yaitu
Rusia melancarkan serangan menggunakan
Incendiary Weapons sebanyak 18 kali di
C. Hasil dan Pembahasan kota Aleppo dan Idlib Sedikitnya 12 warga
1. Tinjauan Hukum Humaniter terhadap sipil Dilaporkan terluka. Sejak November
penggunaan Incendiary Weapons dalam 2012, Human Rights Watch telah mencatat
konflik bersenjata di Suriah penggunaan empat jenis senjata pembakar
Berdasarkan laporan Office of the di Suriah, semua bom pesawat pembakar
United Nations High Commissioner for ZAB-series (Zazhigatelnaya Aviatsionnaya
Human Rights (OHCHR) No. A/HRC/25/65, Bomba) yang diproduksi oleh Uni Soviet
12 februari 2014 yang berisi Report of (https://www.hrw.org/news/2016/08/16/syria/

48 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu: Implikasi Hukum terhadap Penggunaan Incendiary Weapons.....

russia-incendiary-weaponsburn-aleppo-idlib, landasan dasar untuk terciptanya mekanisme


diakses pada 10 desember 2016): perang yang adil. Penulis kemudian
Bom seri ZAB mengandung menjabarkan hasil penelitian Tinjauan
zat yang diyakini sebagai Thermite. hukum humaniter terhadap penggunaan
Thermite merupakan jenis Pyrotechnique Incendiary Weapons dalam konflik bersenjata
IncendiariesJenis ini merupakan campuran di Suriahdengan mempergunakan asas
antara suatu bahan bakar dan bahan kepentingan militer, asas kemanusiaan, dan
pembakar (Oxidator), sehingga dengan asas kesatriaan serta Prinsip Pembedaan
demikian tidak diperlukan adanya zat asam (distinction principle).
dari luar untuk berlangsungnya pembakaran. a. Praktik penggunaan Incendiary weapons
Salah satu contoh jenis ini yang banyak dalam konflik bersenjata di suriah
digunakan dalam Perang Dunia I adalah berdasarkan Asas kepentingan militer
Thermitte, dimana bahan bakarnya adalah Asas kepentingan militer
logam Alumunium dan sebagai Oxidator mengandung arti suatu pihak yang
dipergunakan besi Oksida (Ferri Oksid). bersengketa mempunyai hak melakukan
Logam Besi karena berada dalam panas setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
yang tinggi akan meleleh dan membakar keberhasilan suatu operasi militer,
tempat-tempat yang dilaluinya (Melted Steel), namun sekaligus tidak melanggar hukum
kadang-kadang Thermitte ini dicampur perang (Arlina Permanasari, 1999:
dengan bahan bakar lain untuk mendapatkan 13). Asas kepentingan militer ini dalam
hasil yang lebih memuaskan. Jenis Thermitte pelaksanaannya sering pula dijabarkan
yang dicampur dengan bahan-bahan tertentu dengan adanya penerapan prinsip
ini akan disebut Thermate. Thermateakan pembatasan (limitation principle) dan
lebih mudah dinyalakan daripada Thermitte. prinsip proporsionalitas (proportionally
Serangan Incendiary weapons di Suriah principle). Asas kepentingan militer
telah meningkat secara signifikan sejak memberi batasan dalam memilih
Federasi Rusia memulai operasi militer senjata dan metode perang terhadap
bersama dengan pemerintah Suriah pada serangan militer yang dilakukan,
tanggal 30 September 2015. Terdapat bukti kaitanya dalam penggunaan Incendiary
bahwa pesawat pemerintah Rusia digunakan Weapons kombatan yang sah hanya
untuk mengirim Incendiary weapons atau bisa menggunakan Incendiary Weapons
setidaknya berpartisipasi dengan pemerintah untuk mencapai tujuan militer, setiap
Suriah dalam serangan menggunakan serangan dianggap sah apabila ditujukan
Incendiary weapons. Terdapat Rekaman yang hanya pada obyek-obyek militer. Serta
disiarkan oleh media pemerintah Rusia pada harus adanya proporsionalitas yaitu
tanggal 18 Juni menunjukkan bom pembakar kepentingan militer yang diperoleh harus
RBK-500 ZAB-2.5SM yang terpasang di lebih besar dan signifikan dibanding
pesawat tempur Su-34 di pesawat udara kerugian yang timbul, kaitanya dalam
tempur Rusia di Hmeymim, sebelah tenggara penggunaan Incendiary Weapons,
kota Latakia, Suriah, hanya angkatan udara penggunaan tidak menimbulkan
Rusia yang mengoperasikan pesawat jenis kematian serta kerusakan properti yang
tersebut di Suriah. berlebihan.
Incendiary weapons dapat menyebabkan Berdasarkan dampak yang
cedera berlebihan dan penderitaan yang ditimbulkan dari serangan pihak
tidak perlu pada warga sipil. Tindakan pihak pemerintah Suriah dengan menjatuhkan
Permerintah Suriah dan Rusia tersebut tidak Incendiary Weapons melalui jet militer
mengindahkan peraturan asas-asas serta yang dikirim ke kota Urem Al-Koubra
prinsip Hukum Humaniter Internasional. Aleppo Pada tanggal 26 Agustus 2013,
Keadaan ini menunjukkan bahwa keberadaan yang menewaskan 10 orang dan puluhan
dari setiap pengaturan-pengaturan mengenai orang luka-luka, kebanyakan dari
konflik bersenjata belum terlalu memberi korban serangan tersebut adalah remaja
dampak yang positif. Hakikatnya, peraturan, dan anak-anak, serta sebuah sekolah
asas-asas serta prinsip Hukum Humaniter hancur akibat serangan tersebut.
harus dihormati dan dilaksanakan oleh Serta pada tanggal 5 juni sampai
para pihak yang berkonflik bagaimanapun 10 agustus 2016 salah satu pihak
keadaanya, karena hal tersebut merupakan yang membantu pemerintah Suriah

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 49


yaitu Rusia melancarkan serangan Berdasarkan prinsip proporsionalitas
menggunakan Incendiary Weapons pihak pemerintah Suriah dan Rusia
sebanyak 18 kali di kota Aleppo dan Idlib melanggar Pasal 23 huruf (e) Hague
Sedikitnya 12 warga sipil Dilaporkan Regulations Tahun 1907, serta Protokol
terluka. Berdasarkan dampak yang 1 Konvensi Jenewa Pasal 51 ayat 5 huruf
d i ti mb u l ka n a ta s se ra n g a n ya n g (b) kedua pasal tersebut mengharuskan
dilakukan pihak pemerintah Suriah dan para pihak dalam berperang harus
Rusia melanggar Pasal 23 huruf (a) dan memperhitungkan serangan yang
(e) Konvensi Den Haag IV tahun 1907 dilakukan sehingga penggunaan senjata
berkaitan dengan prinsip pembatasan tidak menimbulkan korban, kerusakan,
yaitu melarang penggunaan senjata dan penderitaan yang berlebihan.
beracun atau bahan-bahan yang dapat Terutama dalam hal ini kerusakan-
mengakibatkan penderitaan tidak perlu. kerusakan yang berlebihan dan tidak
Dampak serangan yang yang dilakukan perlu terhadap objek-objek non-militer
menimbulkan luka-luka yang berlebihan dan non-kombatan. Pihak pemerintah
(superfluous injury) dan penderitaan Suriah dan Rusia seharusnya terlebih
yang tidak perlu (unnecessary suffering). dahulu yakin bahwa senjata yang
Pemerintah Suriah dan Rusia juga digunakan tidak akan melukai penduduk
tidak mengindahkan Pasal 2 Protokol sipil maupun menyebabkan kerusakan riil
III Convention on Certain Conventional terhadap obyek sipil.
Weapons1980(CCW) mengenai Penggunaan Incendiary weapons
perlindungan terhadap penduduk dan oleh pihak Pemerintah Suriah dan
objek sipil, yang membatasi penggunaan Rusia dapat diakatakan sebagai
senjata pembakar dilarang untuk dalam kejahatan perang berdasarkan prinsip
segala keadaan menyerang sasaran proporsionalitas karena serangan yang
militer yang berada dalam wilayah yang diarahkan di kota Urem Al-Koubra Aleppo
berpenduduk padat menggunakan Pada tanggal 26 Agustus 2013, serta
incendiary weapons yang diluncurkan pada tanggal 5 juni sampai 10 agustus
dari pesawat terbang. Dalam serangan 2016 oleh pemerintah Rusia di kota
yang dilakukan pada tanggal 26 Agustus Aleppo dan Idlib, dilakukan tanpa ada
2013 serta pada tanggal 5 juni sampai 10 keuntungan militer serta menimbulkan
agustus 2016, metode yang digunakan dampak kerusakan yang berlebihan
pihak pemerintah Suriah dan Rusia dan tidak perlu hal tersebut diperkuat
adalah air-delivered incendiary wepons. dengan Pasal 8 (2)(b)(iv)Statuta Roma
Berdasarkan Principles of the rationae 1998 bahwa dilarang melancarkan suatu
conditions restriction (pembatasan cara serangan dengan mengetahui bahwa
dan sarana berperang) penggunaan serangan tersebut akan menyebabkan
senjata dan cara-cara berperang yang kerugian insidentil terhadap kehidupan
menimbulkan penderitaan yang tidak atau kerugian terhadap orang-orang
perlu dalam perang harus dilarang, sipil atau kerusakan terhadap objek-
prinsip tersebut dikuatkan dengan objek sipil atau kerusakan yang meluas,
Pasal 8 (2)(b)(xx)Statuta Roma 1998 berjangka-panjang dan berat terhadap
bahwa dilarang menggunakan senjata, lingkungan alam yang jelas-jelas terlalu
proyektil dan material serta metode besar dalam kaitan dengan keunggulan
peperangan yang memiliki suatu sifat militer keseluruhan secara konkret dan
yang dapat menimbulkan kerugian yang langsung dan yang dapat diantisipasi.
luar biasa besar atau penderitaan yang
tidak perlu atau yang secara hakiki b. Praktik penggunaan Incendiary weapons
tidak pandang bulu dengan melanggar dalam konflik bersenjata di suriah
hukum internasional mengenai sengketa berdasarkan Asas Kemanusiaan
bersenjata dengan syarat bahwa senjata,
Asas kemanusiaan bertujuan untuk
proyektil dan material serta metode
melindungi dan menjamin penghormatan
peperangan tersebut merupakan
terhadap manusia (Ambarwati, dkk,
masalah pokok dari suatu larangan
2009:40). Pihak Pengguna Incendiary
menyeluruh dan dimasukkan dalam
Weapons dikatakan melanggar prinsip
lampiran kepada Statuta ini.
kemanusiaan apabila Incendiary

50 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu: Implikasi Hukum terhadap Penggunaan Incendiary Weapons.....

Weapons digunakan untuk membunuh melarang tindakan apapun yang


atau melukai secara kejam orang-orang sifatnya menimbulkan penderitaan-
atau tentara dari pihak musuh, serta serangan penderitaan jasmani atau pemusnahan
yang dilakukan ditujukan pada objek sipil orang-orang yang dilindungi dalam hal
sehingga menimbulkan penderitaan yang ini adalah warga sipil yang tidak turut
tidak seharusnya. Pihak pemerintah aktif dalam suatu operasi militer. Suriah
Suriah dianggap tidak mengindahkan telah meratifikasi Konvensi Jenewa
Pasal 23 (e) Konvensi Den Haag IV 1949 terutama Konvensi Jenewa IV
mengenai pelarangan menggunakan mengenai Perlindungan Orang-Orang
senjata, proyektil, atau bahan-bahan Sipil dalam Waktu Perang, sehingga
yang mengakibatkan penderitaan yang berdasarkan Pasal 29 Konvensi Jenewa
tidak perlu, karena berdasarkan dampak IV bahwa Pihak-Pihak dalam pertikaian
yang ditimbulkan oleh serangan yang bertanggung jawab atas perlakuan yang
dilakukan pihak pemerintah Suriah di kota diberikan oleh alat-alat kelengkapannya
Urem Al-Koubra Aleppo menimbulkan kepada orang-orang yang dilindungi
penderitaan yang tidak seharusnya yang ada dalam tangannya, lepas dari
terhadap warga sipil yaitu 10 orang tewas tanggung jawab perseorangan apapun
akibat menderita cacat karena luka bakar yang mungkin ada.
80 persen dari tubuh korban. Penggunaan Incendiary Weapons
Penggunaan Incendiary Weapons sudah seharusnyamemperhatikan
oleh pihak Pemerintah Suriah dan prinsip kemanusiaan karena Incendiary
Rusia dapat dikatakan melanggar Weapons dapat menjadi weapon of
asas kemanusiaan karena serangan mass destruction atau senjata pemusnah
menggunakan Incendiary Weapons masal apabila dipergunakan dengan
ditujukan pada objek sipil sehingga salah, dampak Incendiary Weapons
menimbulkan penderitaan yang tidak dapat menimbulkan penderitaan yang
seharusnya pada warga sipil di kota Urem berlebihan, termasuk melalui luka bakar
Al-Koubra sehingga mengakibatkan 10 termal dan kimia, kerusakan paru-
orang tewas akibat menderita cacat paru akibat menghirup asap beracun
karena luka bakar 80 persen dari tubuh yang mengandung monoksida, shock
korban, serta pada tanggal 5 Juni sampai peredaran darah dan stroke panas.
10 Agustus 2016 oleh pemerintah Rusia Korban yang bertahan hidup menderita
di kota Aleppo dan Idlib Sedikitnya 12 rasa sakit, infeksi berat, kegagalan
wargasipil Dilaporkan terluka. Sesuai organ, dan memiliki resistensi yang lebih
dengan Pasal 32 Konvensi Jenewa IV rendah terhadap penyakit. Cedera dapat
mengenai Perlindungan Orang-Orang mengakibatkan cacat seumur hidup dan
Sipil dalam Waktu Perang dijelaskan trauma psikologis hingga kematian.
bahwa dilarang mengambil tindakan
apapun yang sifatnya menimbulkan c. Praktik penggunaan Incendiary weapons
penderitaan-penderitaan jasmani dalam konflik bersenjata di suriah
atau pemusnahan orang-orang yang berdasarkan Asas kesatriaan
dilindungi yang ada dalam tangan
Wujud utama dari asas kesatriaan
mereka. Larangan ini tidak hanya berlaku
adalah bertindak dengan kehormatan
terhadap pembunuhan, penganiayaan,
dalam konflik bersenjata, penerapan
hukuman badan, pengudungan serta
kehormatan dilakukan pada tahap
percobaan-percobaan kedokteran atau
memulai serangan dengan memberikan
percobaan-percobaan ilmiah yang tidak
peringatan kepada penguasa, oleh
diperlukan oleh perawatan kedokteran
karena itu serangan menggunakan
daripada seorang yang dilindungi, akan
Incendiary Weapons tidak boleh
tetapi juga berlaku terhadap setiap
dilakukan secara diam-diam. Sesuai
tindakan kekuasaan lainnya, baik yang
dengan Pasal 26 konvensi Den Haag IV
dilakukan oleh alat-alat negara sipil
1907 bahwa Petugas yang berwenang
maupun militer.
dari pasukan penyerang, sebelum
Berkaitan dengan penggunaan memulai suatu pemboman kecuali dalam
Incendiary Weapons dalam konflik hal terjadi penyerbuan, harus melakukan
bersenjata dalam pasal tersebut segala kewenangan yang dimilikinya

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 51


untuk memberikan peringatan kepada Berkaitan dengan penggunaan
penguasa. Berdasarkan seangan yang Incendiary weapons dalam konflik
dilakukan pihak pemerintah Suriah tidak bersenjata prinsip pembedaan
melakukan peringatan sebelumnya tercantum dalam Pasal 2 Protokol III
sehingga tindakan tersebut dianggap Convention on Certain Conventional
melanggar Pasal 26 konvensi Den Haag Weapons1980(CCW) mengenai
IV 1907. perlindungan terhadap penduduk dan
Berdasarkan asas Kesatriaan objek sipil dimana Dilarang untuk, dalam
Penggunaan alat-alat yang ilegal atau segala keadaan, menjadikan penduduk
bertentangan dengan hukum humaniter sipil, orang sipil (civilians) dan sasaran
serta cara-cara berperang yang bersifat sipil sebagai sasaran penggunaan
khianat dilarang. Pihak pemerintah Suriah incendiary weapons. Demikian pula
melanggar Pasal 2 Protokol III Convention dilarang untuk dalam segala keadaan
on Certain Conventional Weapons 1980 menyerang sasaran militer yang berada
(CCW) mengenai perlindungan terhadap dalam wilayah yang berpenduduk padat
penduduk dan objek sipil, karena pihak menggunakan incendiary weapons yang
pemerintah menggunakan Incendiary diluncurkan dari pesawat terbang.
Weapons untuk menyerang fasilitas vital Berdasarkan tindakan yang
di kota Urem Al-Koubra Aleppo sehinga dilakukan oleh Pemerintah Suriah dan
mengkibatkan sebuah sekolah hancur Rusia yang menjatuhkan Incendiary
dan menewaskan 10 orang warga sipil. Weapons melalui jet tempur militer
Pasal 2 Protokol III Convention on Certain dianggap melanggar tujuan prinsip
Conventional Weapons1980(CCW) pembedaan serta Pasal 2 Protokol
menjelaskan bahwa dilarang dalam III CCW 1980, dimana penggunaan
kondisi apapun untuk menggunakan Incendiary weapons oleh pemerintah
penduduk dan obyek sipil sebagai Suriah tersebut berdampak pada
sasaran serang menggunakan Incendiary hancurnya sebuah sekolah di kota Urem
Weapons. Pihak pemerintah Suriah Al-Koubra Aleppo dan mengakibatkan
seharusnya menjamin perlindungan baik 10 orang tewas, serta pada tanggal 5
secara nasional maupun intemasional Juni sampai 10 Agustus 2016 serangan
terhadap orang-orang yang ada di menggunakan Incendiary Weapons di
bawah kekuasaannya sehingga tidak kota Aleppo dan Idlib oleh pemerintah
mengurangi kesatriaaan para pihak Rusia mengakibatkan 12 warga sipil
dalam konflik bersenjata. terluka. Sudah sangat jelas pada Pasal
2 Protokol III Convention on Certain
d. Praktik penggunaan Incendiary weapons Conventional Weapons 1980 (CCW)
dalam konflik bersenjata di suriah bahwa dilarang untuk dalam segala
berdasarkan Asas pembedaan keadaan menyerang sasaran militer yang
berada dalam wilayah yang berpenduduk
Prinsip Pembedaan (distinction
padat menggunakan Incendiary weapons
principle) merupakan suatu prinsip dalam
yang diluncurkan dari pesawat terbang,
Hukum Humaniter yang membedakan
namun pihak pemerintah Suriah dan
atau membagi penduduk dari suatu
Rusia tidak mengindahkan peraturan
negara yang sedang berperang, atau
tersebut.
sedang terlibat dalam konflik bersenjata,
ke dalam dua golongan besar, yakni Selain itu pihak pemerintah Suriah
kombatan (combatant) dan penduduk dan Rusia juga melanggar Konvensi
sipil (civilian). Tujuan dari prinsip Jenewa IV 1949 tentang perlindungan
pembedaan adalah untuk mengetahui orang-orang sipil dalam waktu perang
mereka yang boleh turut serta dalam berkaitan dengan prinsip pembedaan,
permusuhan, sehingga boleh dijadikan yang menjelaskan bahwa penduduk
sasaran atau obyek kekerasan, dan sipil merupakan bagian dari orang
mereka yang tidak diperbolehkan turut yang tidak ikut serta dalam perang dan
serta dalam permusuhan sehingga termasuk orang yang dilindungi menurut
tidak boleh dijadikan sasaran dan obyek konvensi, pada pasal 28 Konvensi
kekerasan serta mereka harus dilindungi Jenewa IV 1949 disebutkan bahwa dalam
(Arlina Permanasari, 1999: 73). pertikaian tidak boleh menggunakan

52 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu: Implikasi Hukum terhadap Penggunaan Incendiary Weapons.....

orang yang dilindungi dalam konvensi mencegah proses peradilan oleh suatu
untuk dijadikan sasaran militer atau masyarakat Internasional terhadapnya.
daerah tertentu kebal dari operasi Dengan kata lain, International Crimes
militer. Hal tersebut diperkuat dengan ini menganut asas Universal jurisdiction.
Pasal 8 (2)(b)(i)(ii)Statuta Roma 1998 Berdasarkan hal tersebut pihak pemerintah
bahwa dilarang melancarkan serangan Suriah dan Rusia harus bertanggung jawab
terhadap sekelompok penduduk sipil atas perbuatan yang telah merugikan warga
atau terhadap setiap orang sipil yang sipil akibat dari penggunaan Incendiary
tidak ikut serta secara langsung dalam weapons. Secara umum terdapat beberapa
pertikaian itu, serta dilarang melakukan bentuk sanksi dalam Hukum Humaniter
serangan terhadap objek-objek sipil, terhadap pelanggaran Hukum Perang, yaitu
yaitu, objek yang bukan merupakan berupa Protes, Penyanderaan, Kompensasi,
sasaran militer. Reprisal, dan Penghukuman pelaku yang
tertangkap (Haryomataram, 2009:97).
2. Implikasi Hukum terhadap penggunaan Adapun upaya yang telah dilakukan untuk
Incendiary Weapons dalam konflik melaksanakan penegakan hukum terhadap
bersenjata di Suriah berdasarkan Hukum kejahatan perang dalam konflik bersenjata
Humaniter di Suriah, diantaranya:
Berdasarkan peraturan, asas-asas dan a. Mahkamah Pidana Internasional atau
prinsip Hukum Humaniter praktik penggunaan International Criminal Court (ICC)
Incendiary weapons oleh pemerintah Suriah Pelanggaran terhadap jus in bello
dan Rusia dalam konflik bersenjata di Suriah (Hukum yang berlaku dalam situasi
dianggap sebagai kejahatan perang karena perang) menjadi kewenangan dari
serangan yang dilancarkan menyebabkan International Criminal Court (ICC) sesuai
kerugian yang berlebihan terhadap penduduk dengan Pasal 5 Statuta Roma1998, ICC
sipil dan objek sipil di Suriah. Kejahatan memiliki Jurisdiksi terhadap kejahatan
perang meliputi semua pelanggaran terhadap paling serius yang menyangkut
perlindungan yang telah ditentukan oleh masyarakat internasional secara
Hukum Perang, dan juga mencakup keseluruhan yaitu Kejahatan genosida,
kegagalan untuk tunduk pada norma, prosedur Kejahatan terhadap kemanusiaan,
dan aturan pertempuran. Berdasarkan hal Kejahatan perang dan Kejahatan
tersebut terlihat bahwa pihak pemerintah agresi. Mahkamah Pidana Internasional
Suriah dan Rusia tidak tunduk pada norma, menganut prinsip complementary.
prosedur dan aturan pertempuran, walaupun Berdasar prinsip complementary ini maka
mereka telah meratifikasi keempat Konvensi ICC hanya sebagai pelengkap pengadilan
Jenewa 1949 serta Protocol Tambahan I nasional suatu negara karena negara
mengenai perlindungan korban dalam konflik tersebut sudah mempunyai kewajiban
bersenjata internasional. Serta pemerintah berdasar hukum internasional untuk
Rusia telah meratifikasi Certain Conventional mengadili individu yang bertanggung
Weapons1980(CCW)khususnya Protokol III jawab atas kejahatan-kejahatan
mengenai penggunaan Incendiary Weapons yang terjadi.ICC akan melaksanakan
dalam konflik bersenjata. yurisdiksinya apabila suatu pengadilan
Kejahatan perang merupakan salah satu nasional negara tersebutTidak mampu
kejahatan internasional yang masuk ke dalam (unable) atau tidak bersedia (unwilling),
kategori jus cogens dan juga salah satu dari Hanya menjalankan pengadilan pura-
jenis kejahatan internasional paling serius. pura untuk membebaskan terdakwa
Kejahatan perang (War Crimes) adalah satu dari pertanggunjawaban pidana,
dari empat kejahatan internasional disamping Tidak menjalankan pengadilan secara
The Crime of Genocide, Crime Against independen (mandiri) dan imparsial (tidak
Humanity, dan The Crime of Aggression. memihak) (Yustina Trihoni, 2013:159-
International Crimes sendiri didefinisikan 160).
sebagai kejahatan-kejahatan yang karena Berdasarkan jurisdiksi dari ICC
tingkat kekejamannya, tidak satupun pelaku seharusnya pelaku kejahatan perang
boleh menikmati imunitas dari jabatannya dalam konflik bersenjata di Suriah dapat
dan tidak ada yurisdiksi satu negara tempat diadili di Mahkamah Pidana Internasional,
kejahatan itu terjadi bisa digunakan untuk karena mekanisme pengadilan nasional

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 53


tidak berjalan dengan semestinya meskipun tidak ada hubungan
meskipun Suriah telah meratifikasi teritorial atau kebangsaan dengan
Konvensi Jenewa. Terdapat faktor pelanggaran tersebut. Sejumlah Negara
penghambat yang menyebabkan pihak telah menggunakan asas tersebut
pelaku kejahatan perang tidak dapat untuk mengawasi penuntutan orang-
diadili di Mahkamah Pidana Internasional orang untuk kejahatan internasional.
yakni Suriah bukan merupakan anggota Berdasarkan The Princeton Principles
dari ICC yang dimana hal tersebut dapat on Universal Jurisdiction 2001, kejahatan
menyulitkan proses Penegakan Hukum yang tergolong sebagai the serious crimes
terhadap kejahatan perang yang terjadi under international law, di mana universal
di Suriah. Berdasarkan Statuta Roma jurisdiction berlaku terhadapnya adalah
1998 ICC memiliki kewenangan untuk Piracy, Slavery, war crimes, crimes
memeriksa suatu sengketa dimana against peace, crimes against humanity,
suatu negara bukan merupakan negara genocide and torture. Pelaksanaan
peserta, yaitu dengan adanya Referensi Universal Jurisdiction oleh Negara-
dari Dewan Keamanan PBB berdasarkan negara Ketiga dapat menyediakan jalan
kewenangan Bab VII Piagam PBB. menuju keadilan jika pengadilan nasional
Kewenangan tersebut pada gagal untuk menyelidiki dan mengadili
dasarnya bersumber pada kewenangan serta ketika lembaga internasional tidak
Dewan Keamanan PBB untuk mengambil diberi yurisdiksi.
segala tindakan yang dipandang perlu Berdasarkan data dari Human
untuk memelihara perdamaian dan Rights Watch beberapa negara Eropa
keamanan internasional sesuai dengan sedang menyelidiki kejahatan berat
ketentuan dalam Bab VII Piagam PBB. yang dilakukan di Suriah. Sebagian
Berdasarkan penjelasan tersebut besar kasus tersebut untuk mengadili
maka Dewan Keamanan PBB dapat orang-orang yang berada di negara
menyerahkan kasus-kasus yang terjadi ketiga. beberapa contoh kasus
di semua wilayah negara anggota PBB diantaranya, dalam sidang pertama di
jika kasus tersebut telah mengganggu Eropa untuk kejahatan perang yang
perdamaian dan keamanan internasional dilakukan di Suriah, sebuah pengadilan
meskipun negara tersebut belum di Stockholm pada bulan Februari 2015
meratifikasi Statuta Roma. menemukan seorang warga negara
Referensi dari Dewan Keamanan Suriah, Mohammad Droubi, bersalah
PBB sebelumnya pernah digunakan pada karena melakukan penyiksaan sebagai
22 Mei 2014, anggota Dewan Keamanan kejahatan perang. Droubi, yang telah
PBB mengeluarkan Resolusi untuk memperoleh residensi di Swedia pada
meminta ICC untuk menginvestigasi tahun 2013, adalah seorang pejuang di
serta mengadili kasus kejahatan perang Free Syrina Army dan dituduh melakukan
serta kejahatan paling serius lainya, penyerangan terhadap seorang pria
namun Resolusi tersebut mendapat yang diduga berafiliasi dengan angkatan
Veto dari Rusia dan China sehingga bersenjata Suriah. Dalam konteks itu,
Resolusi Dewan Keamanan PBB no. menyiksa seorang tawanan adalah
S/2014/348 tersebut tidak dapat di sebuah kejahatan perang. Droubi telah
realisasikan. Berdasarkan hal tersebut memposting video tentang serangan
mekanisme penegakan hukum melalui tersebut di akun Facebook-nya. Hukuman
Mahkamah Pidana Internasional akan lima tahun terhadapnya baru-baru ini
sulit digunakan karena adanya Veto meningkat menjadi delapan tahun dalam
dari Rusia dan China yang merupakan pemeriksaan ulang.
anggota Dewan Keamanan tetap PBB. Kasus-kasus tersebut merupakan
langkah awal yang penting oleh
b. Universal Jurisdiction peradilan nasional Eropa untuk mengadili
mereka yang bertanggung jawab atas
Asas Universal Jurisdiction
kekejaman di Suriah. Dibutuhkan lebih
memberikan dasar di mana Negara-
banyak negara untuk menyelidiki dan
negara dapat melaksanakan yurisdiksi
mengajukan bukti serta mengizinkan
pidana atas pelanggaran tertentu
mengadili tersangka di wilayah mereka.

54 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu: Implikasi Hukum terhadap Penggunaan Incendiary Weapons.....

Pada prinsipnya, akan lebih baik jika sesuai, bukti atau informasi tambahan,
keadilan dilakukan di negara-negara di termasuk wawancara, kesaksian saksi,
mana kejahatan itu dilakukan, namun dokumentasi dan materi forensik.
ini seringkali tidak mungkin dilakukan. Diharapkan Mekanisme Penegakan
Universal Jurisdiction mengurangi tempat Hukum terhadap kejahatan perang
berlindung yang aman di mana orang- dalam konflik bersenjata di Suriah dapat
orang yang bertanggung jawab tidak lagi terus dilaksanakan karena situasi yang
dapat menikmati kekebalan hukum. terjadi di Suriah sudah mengganggu
perdamaian dan keamanan internasional,
c. International Mechanism serta pentingnya dukungan dari Subjek
Majelis Umum PBB menciptakan Hukum Internasional untuk berkontribusi
sebuah mekanisme, yang secara formal dalam hal mengawasi proses penegakan
disebut sebagai International, Impartial hukum serta membantu mengumpulkan
and Independent Mechanism. Mekanisme bukti untuk penuntutan dikemudian hari,
ini dibuat secara resmi oleh Majelis sehingga pelaku kejahatan perang dalam
Umum PBB pada tanggal 21 Desember konflik bersenjata di Suriah dapat diadili
2016, dengan resolusi 71/248. Sekretaris dan tidak luput dari hukuman.
Jenderal PBB António Guterresmenunjuk
Catherine Marchi-Uhel dari Prancis D. Simpulan dan Saran
untuk memimpin mekanisme ini. Dengan
menciptakan Mekanisme ini Majelis 1. Kesimpulan
Umum PBB menekankan perlunya a. Tinjauan Hukum Humaniter terhadap
memastikan pertanggungjawaban atas penggunaan Incendiary Weapons
kejahatan yang melibatkan pelanggaran berdasarkan Asas Kepentingan Militer,
hukum internasional yang dilakukan Asas Kemanusiaan, Asas Kesatriaan
di Suriah. Dalam paragraf 4 resolusi serta prinsip penting yaitu Prinsip
71/248, International, Impartial and Pembedaan, Prinsip Pembatasan dan
Independent Mechanism bertujuan Prinsip Proporsionalitas menunjukan
membantu penyelidikan dan penuntutan bahwa para pihak yang berkonflik
orang-orang yang bertanggung jawab bagaimanapun keadaanya harus
atas kejahatan paling serius di bawah menghormati dan melaksanakan asas-
hukum internasional yang dilakukan di asas serta prinsip Hukum Humaniter
Republik Arab Suriah sejak Maret 2011. karena hal tersebut merupakan landasan
dasar untuk terciptanya mekanisme
Mekanisme ini dimandatkan untuk
perang yang adil. Selain itu pihak
melakukan dua tugas yaitu pertama,
yang berperang harus tunduk pada
mengumpulkan, mengkonsolidasikan,
norma, prosedur dan aturan pertempuran
mempertahankan dan menganalisis bukti
Hukum Humaniterterkait pembatasan
pelanggaran. Kedua, menyiapkan file
cara dan metode berperang sehingga
untuk memfasilitasi dan mempercepat
penggunaan Incendiary Weapons tidak
proses pidana yang adil dan independen
dikategorikan sebagai kejahatan perang.
di Pengadilan Nasional, Regional atau
Internasional, sesuai dengan hukum b. Implikasi Hukum dari penggunaan
internasional. Mekanisme ini akan Incendiary Weapons dalam konflik
mengumpulkan bukti dan informasi bersenjata di Suriah menunjukan bahwa
yang relevan dengan menerimanya penggunaan Incendiary Weapons
dari sumber lain, termasuk dari Syria oleh Pemerintah Suriah dan Rusia
Commission of Inquiry, the Organization berdasarkan peraturan, asas-asas dan
for the Prohibition of Chemical Weapons prinsip Hukum Humaniter merupakan
United Nations Joint Investigative kejahatan perang, karena serangan
Mechanism, Organisasi Internasional menggunakan Incendiary weapons
atau Regional, Entitas sistem PBB, oleh Pemerintah Suriah dan Rusia telah
Organisasi Non-pemerintah, Yayasan menyebabkan kerugian yang tidak perlu
dan Individu, baik atas permintaan terhadap warga sipil di Suriah berupa
Mekanisme, atau atas prakarsa sumber luka-luka yang berlebihan (superfluous
tersebut. Mekanisme ini juga akan injury), penderitaan yang tidak perlu
mengumpulkan secara langsung, jika (unnecessary suffering) serta kerusakan

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 55


objek-objek sipil. Pihak Pemerintah sudah menjadi anggota konvensi ini
Suriah dan Rusia harus bertanggung termasuk Rusia.
jawab atas tindakan yang dilakukan c. Diharapkan adanya dukungan dari
dan berhak untuk mendapatkan sanksi Organisasi Internasional atau Regional,
hukuman. Organisasi Non-Pemerintah, Yayasan
dan Individu untuk berkontribusi dalam
2. Saran mengumpulkan bukti dan informasi
a. Pihak yang berperang dalam konflik yang relevan terhadap kejahatan perang
bersenjata di Suriah harus memperhatikan dalam konflik bersenjata di Suriah.
peraturan, asa-asas serta prinsip Hukum d. M e k a n i s m e p e n e g a k a n h u k u m
Humaniter sehingga tindakan yang terhadap kejahatan Perang dalam
dilakukan tidak dikategorikan sebagai konflik bersenjata di Suriah diharapkan
kejahatan perang. dapat terus dilaksanakan sehingga
b. Meminta Suriah untuk meratifikasi dan terwujudnya penuntutan bagi orang-
menjadi anggota Convention on Certain orang yang bertanggung jawab atas
Conventional Weapons 1980 (CCW) kejahatan paling serius di bawah Hukum
terutama Protocol III CCW mengenai Internasional yang dilakukan di Republik
penggunaan Incendiary Weapons dalam Arab Suriah.
konflik bersenjata, dimana 113 negara

56 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Aryo Wahyutomo, Sri Lestari Rahayu: Implikasi Hukum terhadap Penggunaan Incendiary Weapons.....

Daftar Pustaka

Ambarwati, dkk. 2009. Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional. Jakarta:
Rajawali Pers
Arlina Permanasari, dkk. 1999. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta: International Committe of The
Red Cross
Arie Siswanto, Yuridiksi Material Mahkamah Kejahatan Internasional, Jakarta: GI, 2009.
Ayub Torry S.K. & Kukuh tejomurti. 2015. “Alternatif Atas Pemberlakuan Hukum Humaniter Internasional
Dalam Konflik Bersenjata Melawan Islamic State of Iraq and Syria”. Yustisia Vol. 4 No.3
Brehm, Maya, “International Humanitarian Law and the Protection of Civilians from the Effects of Explosive
Weapons,” (July 1, 2013). Chapter in Caroline Harvey, James Summers and Nigel White (Eds.), The
Laws of War: Fit For Purpose?Essays in Honour of Professor Peter Rowe, Cambridge University
Press (2014 Forthcoming).
David P. Fidler, “International Law and Weapons of Mass Destruction: End of the Arms Control Approach?”
14 Duke Journal of Comparative & International Law 39-88 (2004)
Fadillah Agus. 1997. Hukum Humaniter Suatu Perspektif. Jakarta: Pusat Studi Hukum Humaniter Fakultas
Hukum TRISAKTI.
Haryomataram. 1984. Hukum Humaniter. Jakarta: CV Rajawali.

Haryomataram. 2002. Konflik Bersenjata dan Hukumnya. Jakarta: Universitas TRISAKTI.
Haryomataram. 2009. Pengantar Hukum Humaniter Internasional. Jakarta: Rajawali Pers.
https://www.icrc.org/customary-ihl/eng/docs/v1_rul_rule43, diakses pada 10 Desember 2016 pukul 18.30
https://www.amnesty.org/en/latest/news/2016/02/syrias-refugee-crisis-in-numbers/, diakses pada 10
Desember 2016 pukul 18.40.
https://www.hrw.org/news/2016/08/16/syria/russia-incendiary-weapons-burn-aleppo-idlib diakses pada
27 januari 2017 pukul 19.00.
http://www.weaponslaw.org/weapons/incendiary-weapons diakses pada 27 januari 2017 pukul 19.00.
https://www.hrw.org/news/2016/10/20/qa-first-cracks-impunity-syria-iraq#Q1 diakses pada 19 juni 2017
pukul 19.30.
http://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=21241 diakses pada 20 juni
2017 pukul 20.00.
http://www.un.org/News/dh/infocus/Syria/Frequently_asked_questions_on_IIIM.pdf diakses pada 20 juni
2017 pukul 20.00
International Committee of the Red Cross. 1973. Weapons that May Cause Unnecessary Suffering Or Have
Indiscriminate Effects: Report on the Work of Experts. International Committee of the Red Cross.
International Committe of the Red Cross. 2004. Hukum Humaniter Internasional.
I.J MacLeodand A.P.V. Rogers, “The Use ofWhitePhosphorusandthe Law of War” in Yearbookof
International Humanitarian Law (2007)
Jordan J. Paust. 1983. “Controlling Prohibited Weapons and the illegal Use of Permitted Weapons,”
McGill Law Journal 28 (1983), 608-627
Jones, Annika, Seeking International Criminal Justice in Syria (December 9, 2013). (2003) 89 International
Law Studies 802.
Kaufman, Zachary D., “The United States, Syria, and the International Criminal Court: Implications of the
Rome Statute’s Aggression Amendment (December 4, 2013)”. Harvard International Law Journal
Online, Volume 55, Pages 35-44, 2013.

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 57


Konvensi Jenewa IV 1949 mengenai Perlindungan Orang-Orang Sipil dalam Waktu Perang
Konvensi Den Haag IV tahun 1907 mengenai Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat
Kolb, R. & Hyde, R. 2008, An introduction to the international law of armed conflicts, Hart Publishing,
Oxford ; Portland.
Luis Moreno-Ocampo, “The International Criminal Court: Seeking Global Justice”, 40 Case W. Res. J.
Int’l L. 215 (2008).
Malvern Lumsden. 1975. Incendiary weapons. Stockholm International Peace Research Institute
Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada. Media Group.
Protokol Tambahan I 1977 Mengenai Perlindungan Bagi Korban Konflik Bersenjata Internasional (Protokol
I)
Protokol III Convention of Certain Conventional Weapons 1980 Tentang Larangan dan Pembatasan
Penggunaan Senjata-Senjata Pembakar
Rina Rusman. 2009, Hukum Humaniter Internasional Dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta :
Rajawali Pers.
Romli Atmasasmita. 2000. Pengantar Hukum Pidana Internasional. Jakarta: Refika Aditama.
Roman Reyhani, “The Legality of the use of White Phosphorus by the United States Military During the
2004 Fallujah Assault”, 10 U. Pa. J.L. & Soc. Change 1 (2007). 
Romli Atmasasmita. 2005. “Pengaruh Konvensi Internasional Terhadap Perkembangan Asas-asas Hukum
Pidana Nasional”. Majalah Hukum Nasional No. 1 tahun 2005.
Seibert-Fohr, Anja, “The Relevance of the Rome Statute of the International Criminal Court for Amnesties
and Truth Commissions” (March 26, 2003). Max Planck Yearbook of United Nations Law, Vol. 7,
pp. 553-590, 2003.
Statuta Roma 1998
Stockholm International Peace Research Institute & Lumsden, Malvern. 1975.Incendiary weapons, MIT
Press, Cambridge, Mass.
Syahmin A.K, SH. 1985. Hukum Internasional Humaniter 1 Bagian Umum. Bandung: C.V. ARMICO
Van Schaack, Beth, “Mapping War Crimes in Syria,” (March 29, 2016). 92 Int’l L. Stud. (2016 Forthcoming);
Stanford Public Law Working Paper No. 2748776.

58 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai