Sejarah Hukum humaniter Internasional

Hukum humaniter internasional merupakan hukum perang yang sudah ada sejak awal
abad 19, dimana hal tersebut terus berkembang hingga pada tahun 1864 diadakan konvensi
jenewa, yang diinisiasi oleh pendiri ICRC Henry Dunant. Seiring dengan berkembangnya
metode peperangan, konvensi jenewa juga bertransformasi hingga memiliki 4 konvensi dan 3
protokol tambahan hingga sekarang, menganut peraturan-peraturan terkait dengan konflik
bersenjata.

HHI dan Hukum HAM memiliki perbedaan, dimana HHI diterapkan ketika adanya
perang atau konflik bersenjata, dan Hukum HAM berlaku ketika pada masa damai. Keduanya
saling berhubungan, dimana Hukum HAM merupakan dasar dan bagian dari HHI untuk
menerapkan aturannya. HHI mengatur bagaimana negara-negara harus mengetahui batasan-
batasan tentang perang dan kaitannya dengan perlakuan terhadap manusia, dan Hukum HAM
merupakan hukum hak-hak dasar manusia.

Konflik bersenjata dalam HHI dibagi menjadi 3, yakni International armed conflict,
Non-International armed conflict, dan ‘Internationalized’ non-international armed conflict.
Pertama, International armed conflict, merupakan konflik bersenjata yang terjadi diantara
negara-negara. Kemudian, Non-International armed conflict, merupakan konflik bersenjata
yang terjadi diantara pemerintah suatu negara dan pemberontak / kelompok bersenjata
terorganisir. Terakhir, ‘Internationalized’ non-international armed conflict, merupakan
konflik bersenjata seperti yang kedua namun ada campur tangan dari pihak ke 3 dari negara
lain selain pemerintah negara terkait. Tetapi, pihak ke 3 tersebut harus ikut campur langsung
dalam konflik bersenjata seperti penurunan personil militer, hingga mengambil alih komando
kelompok bersenjata yang memberontak baru bisa disebut ‘Internationalized’ non-
international armed conflict. Jika hanya membantu persenjataan, pendanaan, atau
pengetahuan dan strategi perang, hal tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai
‘Internationalized’ non-international armed conflict.