pengembangan, produksi,
penimbunan, dan penggunaan
senjata kimia serta
pemusnahannya tahun 1993
02 Suci Wulandari
(05010721022)
Racun Syaraf (Nervo Gas): Racun ini diserap dalam tubuh melalui
pernafasan, pencernaan, atau menembus kulit.
Racun Lepuh (Blistering Agent): Racun ini menyerang mata, paru-
paru dan membuat kulit melepuh.
Racun Darah (Blood Agent): Racun ini diserap oleh tubuh terutama
melalui pernafasan dan mempengaruhi fungsi tubuh.
Racun Iritasi (Riot Control Agent): Racun ini menyebabkan
peradangan pada alat bagian pernafasan dan peradangan mata.
Racun Psikokimia (Inkapasi-tasi): Racun ini mempunyai efek
psikologis terhadap orang yang terkena. Tidak sampai mematikan
namun hanya pingsan, mengantuk, ketakutan berlebih, dan
halusinasi.
TOPIK 8
Contoh Kasus Penggunaan
Senjata Kimia dalam Perang
Konflik Senjata Kimia di Suriah
Suriah sebagai salah satu negara Timur Tengah ikut terkena imbas
fenomena Arab Springs. Konflik perang sipil selama lebih dari 10 tahun
sejak 2011 di Suriah telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas
dan lebih dari 10 juta orang mengungsi di perbatasan Suriah. Perang ini
menggunakan senjata kimia gas syaraf sarin yang mematikan dan
penggunaannya telah melanggar ketentuan Konvensi Senjata Kimia
1993 Terhadap Larangan Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang.
Suriah sebagai anggota PBB harus turut memelihara perdamaian dunia.
Senjata kimia gas syarat sarin terbukti digunakan oleh Suriah di Sarmin.
Sanksi yang diberikan oleh Suriah adalah dikeluarkan dari keanggotaan
organisasi internasional sebagai akibat pelanggaran Hukum humaniter
Internasional.
Hukum Humaniter Internasional telah membatasi
metode dan sarana berperang untuk dapat
memanusiakan konflik bersenjata. Praktek
penggunaan senjata pemusnah massal dalam suatu
konflik bersenjata pada dasarnya merupakan
bentuk pelanggaran berat dan bisa dikategorikan
sebagai kejahatan perang. Pembatasan peralatan
perang dalam pengaturan Hukum Humaniter
Internasional merupakan bentuk usaha untuk
menghormati Hak Asasi Manusia. Penegakkan
hukum terhadap pelanggaran Hukum Humaniter
Internasional masih sulit sebab ada beberapa
faktor seperti ada negara yang bukan bagian dari
organisasi internasional.
Setiap negara yang terikat pada Konvensi 1993 wajib mengikuti
aturan yang berlaku tidak hanya untuk menghancurkan semua
senjata kimia tetapi harus membebaskan wilayah teritorial
mereka dari segala bentuk senjata kimia bersama dengan
negara peserta penandatangan konvensi.
Tindakan pemerintah Suriah dengan menggunakan gas sarin
menandakan bahwa Suriah telah mengembangkan,
memproduksi, dan menyimpan gas sarin. Dalam kasus ini,
penyelesaian secara diplomatik dinilai kurang efektif karena
hanya didasarkan pada pertimbangan politik dan non yuridis.
Penyelesaian perang di Suriah bisa dilakukan dengan pelucutan
senjata kimia agar tidak terulang kembali. Dasar hukum
pelucutan senjata ini bisa dilihat di final document yang
dihasilkan pada sidang khusus Majelis Umum Tahun 1978
Telah diizinkan (berperang) bagi
orang-orang yang diperangi,
karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah,
benar-benar Maha Kuasa menolong
mereka itu.