Anda di halaman 1dari 7

Serangan senjata kimia Khan Shaykhun terjadi pada tanggal 4 April 2017 di Syiria.

Pada waktu
itu Kota Khan Shaykhun di Provinsi Idlib sedang dikuasai pihak teroris yang menentang kekuasaan
Presiden Al-Assad yaitu kelompok militan Tahrir al-Sham yang dulu bernama Front Al-Nusra1.

Mengapa kasus ini menarik untuk diangkat menjadi studi kasus karena ini menyangkut tentang
materi arms control and disarmament bagaimana penggunaan senyawa kimia untuk kebutuhan
perang sudah dilarang sejak dulu melalui Konvensi Den Haag 1899 dan juga disempurnakan lagi
lewat Protokol Jenewa 19252. Lalu pada tahun 1997 terbentuk Chemical Weapons Convention
atau CWC adalah konvensi yang diadministrasi oleh OPCW (Organisation for the Prohibition of
Chemical Weapons) yang mengatur tentang melarang penggunaan, pengembangan, produksi,
penimbunan dan pemindahan senjata kimia. Bahan kimia apapun yang digunakan untuk
peperangan dianggap sebagai senjata kimia oleh Konvensi. Kewajiban utama Negara anggota di
bawah konvensi adalah untuk mematuhi larangan yang ada, serta penghancuran semua senjata
kimia saat ini dimiliki oleh Negara anggota. Kegiatan penghancuran harus diverifikasi oleh UN
dan OPCW3.

Detail Kasus

Pada 4 April 2017, daerah Khan Shaykhun di Provinsi Idlib, Syria diduga diserang dengan
menggunakan senjata kimia gas sarin yang di tembakkan melalui serangan udara oleh militer
pemerintahan Bashar Al-Assad. Serangan ini bertujuan menyerang kelompok militant oposisi
Syria Tahrir Al-Sham yang masih berafliasi dengan Al-Qaeda ynag menguasai daerah Khan
Shayakhun. Menurut Idlib Health Authority selaku otoritas kesehatan di Provinsi Idlib, setidaknya
89 orang meninggal, termasuk 33 anak-anak, dan 18 perempuan dan melukai kurang lebih 541
jiwa. Dan menurut The Syrian Observatory for Human Rights, mencatat korban meninggal ada 86
jiwa dengan ratusan lainnya luka-luka 4 . Inteligen Amerika Serikat percaya bahwa bahwa
pemerintah Suriah menyerang Khan Sheikhoun sebagai tanggapan atas serangan pemberontak di
provinsi Hama utara, para pemimpin militer senior Syiria mungkin terlibat dalam perencanaan
serangan tersebut. Sistem radar militer AS memantau pesawat Sukhoi Su-22 Syiria lepas landas
dari pangkalan udara Shayrat yang dikendalikan pemerintah pada 4 April dan terbang di atas Khan

1
https://www.almasdarnews.com/article/2000-radical-rebels-defect-isis-following-intra-rebel-deal/,
2
Kurniadi Akbar, Hukum Pelarangan Penggunaan Senjata Kimia, Jakarta; Universitas Syarif Hidayatullah
3
https://www.opcw.org/about-opcw/mission/,
4
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-39500947,
Sheikhoun dalam dua kesempatan - pada 06:37 (03:37 GMT) dan 06: 46, dan ketika kilatan muncul
yaitu pada serangan pertama terjadi, waktunya hamper bersamaan dengan mulai jatuhnya korban
akibat kesulitan bernafas di Khan Shaykhun5.

Reaksi AS

Setelah penyerangan ke Khan Shayakhun tersebut muncul berbagai reaksi dari berbagai pihak dan
rata-rata masyarakat internasional mengutuk peristiwa tersebut. Salah satu reaksi paling keras
adalah dari AS yang menganggap ini adalah sesuatu hal yang tidak bisa ditoleransi karna sudah
membunuh cukup banyak masyarakt sipil dan mengatakan bahwa pihak pemerintahan Bashar Al-
Assad dibalik penyerangan tersebut. Lewat pidato Presiden Trump di Florida 6 April, Trump
mengutuk penyerangan dengan senjata kimia tersebut dan telah menyetujui penyerangan langsung
ke Syiria terhadap target-target yang dianggap biang keladi permasalahan penyerangan ke Khan
Shaykhun. Presiden Trump juga mengajak Negara sekutunya untuk bergabung bersama AS dalam
upaya mengakhiri konflik di Syria. Trump beranggapan bahkan CWC dan desakan dari UN telah
gagal merubah sikap pemerintahan Bashar Al-Assad hingga terjadinya kejadian tersebut dan tidak
ada pilihan lain selain tindakan militeristik nyata dari AS6. AS pada 7 April menembakan puluhan
rudal jelajah Tomahawk melalui kapal perang mereka sekitar pukul 03.40 am waktu Syiria dan
menargetkan pangkalan udara militer pemerintah Al-Assad yang diduga menjadi tempat
penumpukan bahan kimia berbahaya dan lepas landas pesawat mereka yang telah menyerang
daerah Khan Shayakhun 4 april lalu dan ini berarti serangan tersebut adalah serangan nyata
pertama kali AS terhdap pemerintahan berkuasa di Syiria7.

Reaksi Pemerintahan Syiria dan Rusia

Pihak Basahar Al-Assad menepis dugaan AS bahwa ia dibalik semua itu dan menjelaskan bahwa
militer nya menyerang gudang markas penyimpanan senjata kimia milik pihak teroris yang
akhirnya meledak dan menguap, sehingga menyebar ke seluruh penjuru di daerah Khan
Shayakhun. Al-Assad bahkan mengatakan bahwa AS mengada-ada fakta untuk menjatuhkannya
dan membuat fakta tersebut untuk menjustifikasi serangan AS ke Syiria 7 April lalu8. Pihak Rusia
yang diketahui sejak 2015 lebih condong mendukung pemerintahan Al-Assad juga mengatakan

5
Ibid
6
https://www.whitehouse.gov/the-press-office/2017/04/06/statement-president-trump-syria,
7
http://edition.cnn.com/2017/04/07/politics/trump-syria-airstrike-what-we-know/index.html,
8
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-39500947,
bahwa serangan di Khan Shayakhun ditujukan kepada gudang penyimpanan senjata kimia
kelompok teroris yang menurut laporan hendak dipindahkan ke wilayah Iraq menurut juru bicara
Juru bicara kementerian pertahanan Rusia Igor Konoshenkov9.

RELEVANSI TEORI DENGAN STUDI KASUS

Pada kasus Syria, pada tahun 2013 terjadi serangan senjata kimia di daerah Ghoutta yang menyulut
kemarahan masyarakat dunia, hingga akhirnya UN dan OPCW bertindak untuk menangani kasus
tersebut dengan melakukan investigasi dan pembentukan tim untuk menangani kasus tersebut serta
menegeluarkan resolusi 2118 tahun 2013, yang salah satu isinya melakukan penghancuran stok
senyawa senjata kimia yang masih ada di Syiria. Proses penanganan kasus Syiria sangat alot
hingga akhirnya pihak Syiria mau bekerjasama dengan CWC dan UN dalam pemberian informasi
dan pengijinan penghancuran stok senjata kimia yang masih ada di Negara tersebut pada bulan
Oktober 201310. Penghancuran dilakukan oleh AS dan Rusia sebagai kepanjangan tangan dari UN
dan pihak CWC. Hingga Agusuts 2014 senjata kimia kategori 1 sudah dihancurkan semua menurut
dari UN11.

Tetapi nyatanya pada April lalu masih terjadi serangan senjata kimia yang diduga dilakukan oleh
pihak pemerintah Syria kepada pihak oposisi yang menguasai Kota Khan Shaykhun. Ini
membuktikan bahwa UN dan CWC kecolongan dalam perihal arms control and disarmament
sehingga masih ditemukan penggunaan senjata kimia yang diduga masih terdapat produksi
senyawa kimia oleh pemerintah Syiria.

Sehingga dari fakta tersebut bisa dikatakan usaha arms control dan disarmament yang dilakukan
UN dan OPCW lewat kesepakatan CWC ternyata tidak efektif bagi Syiria. Syiria yang pada
September 2013 setelah peristiwa serangan senjata kimia di Ghoutta, menyepakti isi konvensi
CWC ini dan menyetujui untuk penghancuran stok senyawa kimia yang masih ada disana justru
diduga masih memiliki atau bahkan memproduksi senyawa kimia yang dalam kasus Khan
Shaykhun ini adalah gas sarin.

9
ibid
10
https://www.un.org/press/en/2013/sc11135.doc.htm,
11
https://www.opcw.org/news/article/opcw-all-category-1-chemicals-declared-by-syria-now-destroyed,
Pandangan pemerintah Syiria menurut realis

Menurut pandangan realis klasik, pada dasarnya manusia adalah mahluk yang serakah, konfliktual
dan selalu ingin meningkatkan kemampuannya dan itu juga bisa diibaratkan suatu Negara. Suatu
Negara pasti mengeluarkan tindakan sesuai dengan nasional interestya dan dibalik keluarnya suatu
kebijakan / tindakan ada aktor yang percaya bahwa hanya dengan maksimilisasi power lah
negaranya bisa merasa aman di dunia yang anarki ini karna yang sudah dijelaskan di awal tadi sifat
manusia yang konfliktual dan serakah. Perang dijelaskan leh realis sebagai hasil dari kegagalan
umat manusia, perang dijelaskan sebagai akibat tindakan agresif para pemangku kebijakan yang
hanya mengejar ekspetasinya semata dan mengejar kebijakan luar biasa ekspansionis nya sendiri12.
Kembali ke Syiria, bagaimana realis klasik menjelaskan bagaimana Presiden Al-Assad bertindak
dalam perang melawan oposisi yang disini ia mengatakan perang melawan teroris dan seperti yang
kita ketahui bahwa perang saudara di Syiria sudah berlansung sejak tahun 2011 sampai sekarang.
Bagaimana Assad bertindak dengan melancarkan serangan senjata kimia dengan target pihak
teroris di daerah Khan Shayakhun karena untuk menjaga keamanan negaranya dari ancaman
teroris sert menjaga kedudukannya sebagai Presiden yang telah menjadi national interesnya selama
ini meskipun itu ditentang oleh dunia internasional karena seperti yang sebelumnya dikatakan
terkadang perang/konflik adalah hasil pemikiran manusia yang sangat agresif dan ambusius.
Melihat bahwa Presiden Assad mengakui konvensi CWC September 2013 dengan menyetujui
Framework for Elimination of Syrian Chemical Weapons lalu sekarang bertindak berlainan dengan
isi konvensi tersebut, realis menjelaskan bahwa sejatinya kerja sama itu sulit untuk diwujudkan
karna sifat alami manusia (dalam hal ini Negara) konfliktual. Begitu juga apa yang dilakukan
Syiria melalui Presiden Assad, yang menghianati konvnesi CWC dan realis menilai bahwa Negara
berhak melakukan segala cara untuk menjamin rasa aman salah satunya dengan meningkatkan
power dan kapabilitasnya dan ini yang sedang dilakukan Presiden Assad di Syiria. Ia beranggapan
bahwa untuk mencapai rasa aman tersebut, ia harus menggunakan senjata kimia untuk menyerang
pihak teroris yang mengganggu keamanan negaranya. Sehingga bagaimana arms control dan
disarmaments ini kurang efektif dikarenakan ketidakpatuhan dari Negara tertentu karena menurut
realis, Negara tidak bisa melakukan kerja sama dengan Negara lain karna sifat alaminya yang
konfliktual dan tidak ingin dikekang (tidak ada bagian yang lebih tinggi daripada Negara). Selain

12
Williams. D. Paul, Security Studies, An Introduction, 2008, published by Routledge, New York.
itu juga tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya dimana menurut realis Negara bertindak
sesuai national interest nya yaitu menjaga keamanan Negara dengan cara memerangi teroris, dalam
hal ini Syiria lewat Presiden Al-Assad sebagai pemangku kebijakan.

Pandangan AS kasus Syria menurut Realis

Sekarang membahas tentang bagaimana realis melihat reaksi AS yang langsung melancarakan
serangan ke pangkalan udara Syiria sebagai respon atas serangan senjata kimia oleh pemerintah
Basahar Al-Assad dan bagaimana AS melihat kegagalan arms control dan disarmament ini. Telah
diketahui bersama bahwa Syiria mempunyai banyak gudang senjata kimia seperti gas mustard,
sarin dan gas VX yang jika dipakai dalam perang bisa memakan korban banyak jiwa seperti pada
PD I dan II tetapi pada kenyataannya Syiria tidak tergabung dalam Negara konvensi CWC13. Inilah
yang membuat khawatir Negara-neagara lain terutama AS hingga kekhawatiran pemakaian senjta
kimia tersebut terwujud pada penyerangan militer pemerintah Syria di Ghoutta, Damaskus 2013
yang memakan koraban jiwa kurang lebih 1400 orang14. Hingga akhirnya AS beranggapan perlu
adanya intervensi militer di Syiria guna menghentikan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah
Syria. Secara realis, apa yang dilakukan AS adalah ia sebagai Negara adidaya di dunia, memilki
power merasa terancam dengan apa yang dimiliki oleh Syiria karena kepemilkan senjata kimia
yang bahkan hanya dimilki oleh beberapa Negara besar saja dan mulai harus dimusnahkan semua
yang ada, ternyata Syiria mempunyainya dan menganggapnya dapat mengganggu stabilitas
keamanan negara di dunia. Menurut realis apa yang dirasakan AS adalah Security dilemma ketika
ada Negara lain mempunyai power yang besar / mengembangkan persenjataan (senjata kimia) dan
AS menafsirkan power yang dimiliki Syiria tersebut sebagai ancaman bagi mereka. Akhirnya
intervensi militer diganti dengan Framework for Elimination of Syrian Chemical Weapons hasil
dari resolusi PBB no. 2118 tahun 2013 tentang pemusnahan senjata kimia di Syiria. Framework
for Elimination of Syrian Chemical Weapons disetujui oleh Syiria hasil negoisasi dengan AS dan
Rusia untuk menghindari intervensi militer disana15. Tetapi ternyata penggunaan senjata kimia
masih tetap ada di rezim Assad yang pada April lalu menggunakan gas kimia sarin dalam
penyerangannya ke daerah Khan Shayakhun. Ini jelas menampik kemarahan oleh pihak AS yang
pada 2013 bersikap agak lembut terhadap Syria dengan tidak melakukan intervensi ke militer tetapi

13
http://edition.cnn.com/2013/09/09/world/meast/syria-chemical-weapons-explainer/index.html,
14
ibid
15
http://www.nytimes.com/2013/09/15/world/middleeast/syria-talks.html?pagewanted=all&_r=0,
hanya joint operation dengan Rusia dan Syria untuk mengahncurkan dan mendata snjata kimia
yang masih ada di Syiria. Menurut beberapa sumber di AS ada perbedaan jumlah situs senjata
kimia yang diberikan pihak Syiria dan yang didapat oleh intel AS sendiri16. AS langsung bereaksi
lewat Presiden Trump bahwa penyerangan tersebut sudah keterlaluan dan perlu ada aksi dari AS
untuk mencegah hal yang tidak diinginkan di kemudian hari dengan menyerang markas udara
Syiria di Shryat, Pusat Syiria yang diduga tempat penyimpanan gas kimia tersebut. Apa yang
dilakukan oleh AS menurut realis adalah untuk menunjukkan power yang dimiliki oleh AS sebagai
Negara adidaya di dunia dan memperkuat statusnya sebagai Negara ruler of the world dan
membuat Negara lain takut atau enggan terlibat masalah sehingga membaut Negara lain patuh dan
akhirnya rasa aman itu akan tercapai sendirinya bagi AS. Dalam melihat kasus ini, AS
beranggapan bahwa mekanisme kerja sama melalui konvensi CWC dan Framework for
Elimination of Syrian Chemical Weapons pada September 2013 tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Syiria melalui rezim Assad ternyata masih memilki atau bahkan masih memproduksi
gas kimia berbahaya yang telah dilarang oleh konvensi CWC berdasarkan bukti-bukti intelijen
mereka. Realis melihat perilaku AS sebagai hasil dari ketidak percayaan pada institusi / bentuk
kerja sama karena melihat Syiria sebagai Negara yang pasti akan melanggar kesepakatan lagi jika
hal pada tahun 2013 dilakukan lagi sekarang, itulah mengapa realis menganggap mengapa arms
control and disarmament dalam kasus ini kurang efektif. Oleh sebab itu AS beranggapan harus ada
Force agar kejadian di Khan Shayakhun ini tidak terjadi lagi di kemudian hari, sesuai dengan
pandangan realis yang melihat segalanya melalui dimensi keamanan tradisional dan militeristik,
dimana perlu adanya aksi militer guna menjamin atau mencapai rasa aman terebut.

Jadi intinya mengapa arms control and disarmament ini tidak efektif dalam kasus penyerangan di
Khan Shayakhun (menurut realis) ??

1. bagaimana arms control dan disarmaments ini kurang efektif dikarenakan ketidakpatuhan
dari Negara tertentu karena menurut realis, Negara tidak bisa melakukan kerja sama dengan

16
https://www.wsj.com/articles/obama-praises-syria-resolution-as-council-prepares-to-vote-1380306281?tesla=y,
Negara lain karna sifat alaminya yang konfliktual dan tidak ingin dikekang (tidak ada
bagian yang lebih tinggi daripada Negara/ international no order ).
2. Selain itu juga ada ketidak sesuai dengan kepentingan nasional negara dimana menurut
realis, Negara itu bertindak sesuai national interest nya dalam hal ini kepentingan nasional
Syiria rezim Al-Assad menjaga keamanan Negara serta mengamankan jabatan Presiden
dengan cara memerangi teroris menggunakan senjata kimia oleh sebab itu ia menghianati
konvensi CWC dan membuat arms control dan disarmament tidak efektif
3. Tidak adanya saling kepercayaan atau mutual distrust satu Negara dengan Negara lain
sehingga membuat kecenderungan Negara mengingkari institusi / treaty / convention /
kerja sama juga lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai