Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Rulianto Pardamean Hutabarat

NIM : 3162111014

KELAS : Reguler C (2016)

MATA KULIAH : Hubungan Internasional

DOSEN PENGAMPU : Prayetno,S.IP.,M.Si

PERAN PBB DALAM MENGANGANI MASALAH TERORIS ISIS Di


SURIAH
Timur tengah merupakan kawasan labil yang selalu bergejolak dan tidak pernah lepas
dari konflik. Baik konflik intrastate maupun konflik interstate. Konflik intrastate terjadi antara
Negara Irak dengan Suriah yang lama kelamaan menjadi konflik regional yang begitu kompleks.
Sedangkan konflik interstate ini terjadi masih diantara negara Irak dan Suriah yang membawa
babak baru dalam sejarah konflik di kawasan. Konflik Irak-Suriah yang berkepanjangan dan
lambannya solusi penanganan untuk mengatasi konflik ini, masyarakat internasional dikejutkan
dengan deklarasi berdirinya negara Islam Irak dan Suriah (Daulah Islamiyah fil Iraq wa
Syam/Islamic State of Irak and Syiria) pada tanggal 29 Juni 2014. (Mulyana, 2016 : 21 )
PBB selaku organisasi internasional dalam melaksanakan dan memelihara perdamaian
dunia, melihat apa dilakukan pemerintah Suriah termasuk kejahatan berat HAM dan melanggar
hukum kemanusiaan internasional. Hukum kemanusiaan internasional/hukum humaniter
merupakan seperangkat aturan yang membatasi penggunaan senjata dan cara berperang. Hukum
humaniter muncul untuk melindungi orang yang tidak atau tidak lagi ikut serta dalam pertikaian,
sehingga bertujuan melindungi martabat manusia dan membatasi penderitaan di masa perang.
( Darmayadi, 2015 : 25 )
Dengan demikian PBB haruslah terlibat dalam pertempuran yang ada di Suriah tersebut.
Hal itu dikarenakan PBB memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan dan memelihara
perdamaian dunia. Maka pada makalah ini penulis akan memaparkan segala upaya yang sudah
dilakukan PBB dalam mempertahankan dan berjuang melawan peperangan tersebut di Suriah.
PBB telah banyak mengupayakan segala hal demi kedamaian tercipta di Suriah. Walaupun pada
saat ini kasus ini belom selesai, tetapi dalam setiap upaya yang dilakukan PBB telah tercipta
pengurangan peperangan yang terjadi di Suriah yang disebabkan oleh teroris ISIS tersebut.
Melihat kembali apa penyebab terjadinya konflik di Suriah, dikarenakan kekecewaan
besar dan penindasan rezim yang berkuasa terhadap rakyatnya sendiri, maka timbulah
perlawanan dari rakyat dan akhirnya menjadi perlawanan dan perjuangan secara sistematis untuk
mengakhiri rezim Bashar al-Assad. Perlawanan rakyat Suriah untuk menjatuhkan rezim Bashar
al-Assad yang dianggap rezim diktaktor menyebabkan gelombang Arab Spring, dimana negara-
negara di Arab seperti Tunisia, Mesir dan Libya juga melakukan perlawanan guna menjatuhkan
kediktatoran-kediktatoran presiden mereka. Untuk meredam pemberontakan rakyat Suriah,
pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia guna meredamkan pemberontakan. Akibat
penggunaan senjata kimia banyak rakyat Suriah yang luka-luka bahkan tewas.
Dengan demikian Terjadinya krisis kemanusiaan di Suriah membuat Dewan Keamanan
PBB menyetujui resolusi terkait krisis kemanusian di Suriah. Resolusi Nomor 2139 menuntut
semua pihak, khususnya pihak berwenang Suriah, segera memberikan akses kemanusiaan yang
cepat, aman dan tanpa hambatan bagi badan-badan kemanusiaan PBB dan mitra pelaksana
mereka, termasuk lintas garis konflik dan lintas batas untuk memastikan bantuan kemanusiaan
dapat mencapai orang yang membutuhkan melalui rute tercepat. Juga Dewan Keamanan PBB
membentuk sebuah badan untuk menanggapi konflik di Suriah yang bernama United Nations
Supervision Mission in Syria (UNSMIS) tahun 2012. ( Mega, 2015 : 18 )
            Konflik internal yang terjadi di Suriah menyebabkan kondisi keamanan dan politik kacau
sehingga membangkitkan kelompok terorisme yang kini menjadi perhatian dunia internasional.
Selain factor konflik internal yang terjadi di Suriah, adanya invansi Amerika Serikat ke Irak
tahun 2003. Alasan utama Amerika Serikat melakukan invansi ke Irak dalam rangka mencari
senjata pemusnah massal di Irak. Tahun 2003 rezim Saddam Husein mengalami kemunduran
sehingga pada saat itu Irak mengalami situasi chaos dan vacuum of power. ( Mulyana, 2016 : 13)
Kedua factor tersebut yang melatarbelakangi berdirinya ISIS.
ISIS merupakan salah satu kelompok/organisasi teroris yang menggunakan kemajuan
tekonlogi seperti facebook, youtube, twitter dalam menjalankan misinya. Semenjak ISIS
mendeklarasikan dirinya, ada beberapa negara yang langsung merespon, contohnya Inggris dan
Austalia menyatakan ISIS merupakan sebuah kelompok teroris. Sedangkan PBB menyatakan
ISIS sebagai organisasi teroris pada 18 Oktober 2004 ketika masih tergabung dalam kelompok
Al-Qaida Irak. ( Mulyana, 2016 : 14 )
Organisasi ini memiliki empat faham ideologi sekaligus, masing-masing yaitu Islamism
Sunni (Sunni Islam), Salafist Jihadism (Jihad Salafiah), Worldwide Caliphate (Kekalifahan Islam
Internasional) dan Anti Shiaism (Anti Mazab Syiah). Dari sisi kepemimpinannya, ISIS tidak
lepas dari peranan tiga tokoh pemimpin, yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi, Abu Oemar al-Shisani
dan Abu Mohammad al-Adnani. ( Mulyana, 2016 : 15 )
ISIS telah melakukan tindakan genosida dengan menyiksa dan membunuh besar-besaran
masyarakat Suriah dan sekitarnya, membom dan menghancurkan rumah-rumah rakyat sipil,
bangunan pemerintahan dan infrastruktur di Suriah dan sekitarnya. Tindakan-tindakan represif
yang dilakukan ISIS guna upaya mereka untuk mewujudkan Negara Islam. Dimana tindakan
tersebut termasuk melanggar hukum kemanusiaan internasional dan dikecam oleh semua
masyarakat internasional dan PBB selaku organisasi internasional yang memelihara perdamaian
dan keamanan dunia. ( Mulyana, 2016 : 16 )

Solusi :
PBB terutama Dewan Keamanan PBB sangat berperan pernting dalam menangani kasus
ISIS di Suriah. ISIS merupakan kelompok radikal yang menjadi ancaman bagi seluruh Negara di
dunia. Liberalism memandang positif PBB karena sebagai key actors dan wadah bagi Negara-
negara yang menginginkan perdamaian di dunia ini. Kaum liberalism memandang PBB dapat
menyelesaikan masalah ISIS di Suriah ini dengan cara bekerjasama dengan Negara-negara
anggotanya. Dengan bekerjasama akan mampu menciptakan tujuan bersama seperti mampu
mencapai kepentigan-kepentingan kolektif dan memecahkan masalah yang terkoordinasi.
Semoga dari segala usaha peran PBB dalam menangani kasus ISIS di Suriah dapat menjadi
ujung penyelesaian sengketa yang terjadi di Suriah.

Anda mungkin juga menyukai