Anda di halaman 1dari 5

Tradisi Semiotik

Oleh : Sella Lisriani Putri

Pengertian Semiotika

Semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion”, yang berarti tanda. Tanda-
tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu
menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau
dibayangkan (Broadbent, 1980). Ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda atau kode. Tanda
–tanda yang dimaksud, adalah segala sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya.

Tradisi ini memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol. Komunikasi dipandang


sebagai sebuah jembatan utama kata-kata yang bersifat pribadi. Tanda-tanda atau simbol-
simbol yang ada mendatangkan sesuatu yang mungkin dan tidak mungkin dibagi. Tradisi ini
memang cocok untuk memecahkan masalah, kesalahpahaman, dan respon-respon subyektif.
Tradisi ini juga banyak memperdebatkan bahasa yang meliputi tanda, simbol, makna, referensi,
kode, dan pemahaman. Contoh: suhu tubuh yang panas bahwa tubuh itu terkena infeksi.

Dalam Little John disebut secara lebih rinci landasan teoritis dari kalangan ahli linguistik
seperti Ferdinand de Saussure, Charles S. Pearce, Noam Chomsky, Benjamin Whorlf, Roland
Barthes, dan lainnya. Mencoba membahas tentang hakekat simbol. Jadi terdapat
banyak teori komunikasi yang berangkat dari pembahasan seputar simbol.

Keberadaan simbol menjadi penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi.


Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakat untuk mengungkapkan ide-ide,
makna, dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka. Mengkaji aspek ini merupakan aspek yang
penting dalam memahami komunikasi.Teori-teori komunikasi yang berangkat dari tradisi
semiotik menjadi bagian yang penting untuk menjadi perhatian. Analisis-analisis tentang iklan,
novel, sinetron, film, lirik lagu, video klip, fotografi, dan semacamnya menjadi penting.
Tradisi Semiotika itu sendiri terbagi atas tiga varian, yaitu :

• Semantic (bahasa), merujuk pada bagaimana hubungan antara tanda dengan objeknya
atau tentang keberadaan dari tanda itu sendiri.
• Sintagmatic, atau kajian tentang hubungan antar tanda . Tanda hampir tidak dapat berdiri
sendiri.
• Paradigmatic, yang melihat bagaimana sebuah tanda membedakan antara satu manusia
dengan yang lain atau sebuah tanda bisa saja dimaknai berbeda oleh masing-masing orang
sesuai dengan latar belakang budayanya.

Keunggulan semiotika terletak pada ide-ide tentang kebutuhan akan bahasa umum dan
identifikasinya tentang subyektifitas sebagai penghalang untuk memahami. Selain itu,
juga kesepakatan yang multi makna dari simbol-simbol teori semiotika sering berseberangan
dengan teori-teori yang menyarankan bahwa kata-kata tersebut memiliki makna benar, tanda-
tanda yang menunjukkan obyek yang ada dan akhirnya dikatakan bahwa bahasa itu netral.

Lihat di sekeliling ruangan Anda dan pilih empat atau lima benda yang berarti bagi Anda.
Mengapa Anda memiliki benda-benda tersebut? Mengapa semuanya penting bagi Anda?
Kemungkinannya adalah benda-benda yang Anda pilih bukanlah benda dalam wujud
aslinya, melainkan karena semuanya membawa sesuatu yang lain pada pikiran Anda sebuah
hubungan, masa hidup Anda, prestasi, perjalanan, tempat, atau sejumlah pengalaman lainnya.

Dengan kata lain, benda-benda yang telah Anda pilih adalah symbol.

Sekarang kita lihat kembali benda-benda yang telah Anda pilih dan perhatikan apakah
terdapat kata di atas atau di dalam benda-benda tersebut. Sebagai contoh, jika
Anda berpikir tentang sebuah kaos, mungkin kata-kata yang ada pada kaos itu yang lebih berarti
bagi Anda dibandikan kaos itu sendiri. Bahkan, mungkin anda memilih buku atau CD yang
penuh dengan kata-kata atau lirik yang tertera.

Baik itu kata-kata, benda, atau tindakan, simbol kehidupan Anda memiliki arti yang
bergantung pada bagaimana keterkaitannya dengan simbol-simbol lain dan bagaimana Anda
mengorganisasi simbol-simbol tersebut untuk membentuk sesuatu yang lebih besar yang
dapat membantu Anda memahami siapa diri Anda, apa yang penting bagi Anda, dan bagaimana
bertindak untuk kehidupan Anda.

Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting


dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana
tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-
tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat
komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang
sekarang diterapkan pada teori komunikasi.

Gagasan Utama dari Tradisi Semiotik

Konsep dasar yang menyatukan teori ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai
stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain seperti ketika asap
menandakan adanya api. Konsep dasar kedua adalah simbol yang biasa menandakan tanda
yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus.

Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan simbol tanda dalam
realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak. Para ahli
lainnya melihatnya sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam kategori yang sama.
Dengan perhatian pada tanda dan simbol , semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang
sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal.

Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of mcaning yang menegaskan
bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal: benda (atau benda yang dituju),
manusia (penafsir), dan tanda. Charles Saunders Pierce, ahli semiotik modern pertama, dapat
dikatakan pula sebagai pelopor ide ini.

Pierce mendefinisikan semiosis sebagai hubungan di antara tanda, benda, dan arti.
Tanda tersebut mempresentasikan benda atau yang ditunjuk di dalam pikiran si penafsir.
Sebagai contoh, kata kucing diasosiasikan dalam pikiran Anda dengan binatang tertentu. Kata
itu bukanlah binatang, tetapi sebagai ganti dari pemikiran, asosiasi, atau interpretasi yang
menghubungkan kata dengan benda yang nyata menurut Anda.
Seseorang yang mencintai kucingnya dan memilikinya sebagai binatang piaraannya akan
mendapatkan pengalaman yang berbeda tentang tanda kucing ketika kecil. Ketiga elemen itu
membentuk segitiga semiotik. Penyelidikan tentang kata ganti perorangan (personal pronoun)
oleh Wendy Martyna memberikan ide yang lebih baik tentang bagaimana proses tiga bagian
ini menghubungkan benda, tanda, dan arti, benar-benar berfungsi.

Dalam Bahasa Inggris, kata ganti he biasanya digunakan untuk menunjukan dia laki-laki
atau perempuan ketika kata ganti tunggal (singular pronoun) diperlukan, seperti dalam kalimat
“When teacher returns tests, he usually discusses them with the class.” Martyna tertarik untuk
menemukan kata ganti umum (generic pronoun) apa yang kebanyakan orang akan gunakan pada
situasi tersebut dan arti yang mereka miliki untuk kata ganti (pronoun) yang mereka gunakan.

Empat puluh siswa di Stanford telah melengkapi sejumlah kalimat yang memerlukan
penggunaan kata ganti umum. Beberapa kalimat menunjukan pada orang yang umumnya
dianggap sebagai laki-laki (“Before a judge can give final ruling, he must weigh the evidence”);
beberapa diantaranya menunjukkan pada orang yang umumnya dianggap sebagai
perempuan(“After a nurse has completed training, she goes to work”); dan beberapa lainnya
netral (“when a person loses money, he apt to feel bad”).

Dalam kalimat-kalimat netral, subjek penelitian hampir selalu menggunakan kata


ganti maskulin, meskipun beberapa partisipan dengan sengaja memberi kesan
pembalikan peran dengan menukar kata ganti, sedangkan yang lainnya mencoba
menghindari seksisme dengan menggunakan kombinasi, seperti pada he atau she.

Perempuan sepertinya jarang menggunakan istilah maskulin dibandingkan laki-laki.


Setelah partisipan menyelesaikan kalimat, Martyna bertanya kepada mereka apa yang mereka
peroleh setelah menyelesaikan kalimat. Kebanyakan mereka selalu menggambarkan laki-laki
dalam kalimat stereotip-laki-laki dan perempuan dalam kalimat stereotip-perempuan.

Dalam kalimat netral, gambaran yang ada kebanyakan adalah laki-laki. Penelitian ini
menunjukkan bahwa tanda seperti kata ganti perorangan dihubungkan kepada yang
ditunjuknya melalui pikiran atau interpretasi si pengguna. Dalam kata lain, arti bergantung
pada gambaran atau pikiran seseorang dalam kaitannya dengan tanda dan benda yang
direpresentasikan oleh tanda.

Variasi dalam Tradisi Semiotik


Semiotik selalu dibagi ke dalam tiga wilayah kajian semantic, sintaktik, dan pragmatic.

1. Semantic

Semantik berbicara tentang bagaimana tanda-tanda berhubungan dengan yang


ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. Semiotik menggambarkan dua dunia:
dunia benda dan dunia tanda, dan mencerahkan hubungan diantara kedua dunia tersebut.

Kapanpun kita memberikan sebuah pertanyaan ”Apa yang direpresentasikan oleh


tanda?” maka kita berada dalam ranah semantik.
Sebagai contoh, kamus merupakan buku referensi semantic; ia mengatakan apa arti kata
atau apa yang mereka representasikan. Sebagai prinsip dasar semiotic, representasi selalu
dimediasi oleh interpretasi sadar seseorang dan interpretasi atau arti apa pun bagi sebuah tanda
akan mengubah satu situasi ke situasi lainnya.

Oleh karena itu, pertanyan semantic yang lebih halus, “arti-arti apa saja yang dibawa oleh
tanda ke dalam pikiran seseorang dalam situasi?” Penelitian Martyna tentang kata ganti yang
telah dijelaskan sebelumnya ditanamkan dengan kuat dalam cabang semantic pada semiotic.

2. Sinaktik

Wilayah kajian kedua dalam semiotik adalah sinaktik atau kajian hubungan diantara
tanda-tanda. Tanda-tanda sebetulnya tidak pernah berdiri dengan sendirinya. Hampir semua
selalu menjadi bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dalam
cara-cara tertentu.

Oleh karena itu, sintaktik mengacu pada aturan-aturan yang dengannya orang
mengombinasikan tanda-tanda ke dalam sistem makna yang kompleks. Semiotik tetap
mengacu pada prinsip bahwa tanda-tanda selalu dipahami dalam kaitannya dengan tanda-tanda
lain.

Tentunya, kamus bukan sekedar catalog hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya
(satu kata didefinisikan oleh kata-kata lainnya). Ketika bergerak dari satu kata (dog) menuju
sebuah kalimat (The cute dog licked my hand), kita berhubungan dengan sintaksis atau struktur
bahasa.

Isyarat-isyarat selalu dikombinasikan dngan isyarat-isyarat lainnya untuk


membentuk sistem kompleks tanda-tanda non verbal dipasangkan dengan bahasa untuk
mengekspresikan arti-arti yang halus dan kompleks. Peraturan sintaktik memudahkan manusia
untuk menggunakan kombinasi tanda-tanda yang tidak terbatas untuk mengekspresikan
kekayaan makna.

3. Pragmatik

Pragmatik, kajian utama semiotic yang ketiga, memperlihatkan bagaimana tanda-tanda


membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta berbagai akibat
dan pengaruh tanda kehidupan sosial. Cabang ini memiliki pengaruh yang paling penting
dalam teori komunikasi, karena tanda-tanda dan sistem tanda dilihat sebagai alat komunikasi
manusia.

Oleh karena itu pragmatik saling melengkapi dengan tradisi sosial budaya. Dari
perspektif semiotic, kita harus memiliki pemahaman bersama bukan hanya pada kata-kata,
tetapi juga pada struktur bahasa, masyarakat, dan budaya agar komunikasi dapat mengambil
perannya.

Sistem hubungan diantara tanda-tanda harus memperkenankan pelaku komunikasi untuk


mengacu pada sesuatu yang lazim.
Kita harus berbagi rasa keterkaitan dalam pesan-pesan atau kemungkinan tidak adanya
sejumlah pemahaman dan kita harus berasumsi bahwa ketika kita menggunakan peraturan
bahasa, sejumlah orang yang mengetahui peraturan itu akan mampu memahami makna yang
kita maksud. Pragmatik tanda-tanda penting bagi sejumlah perhatian akan komunikasi yang
luas, tetapi tentunya sangat berarti dalam melihat pada pemahaman dan kesalahpahaman.

Tanda nonlinguistic menciptakan permasalahan pragmatic khusus dan nonverbal juga


telah menarik minat para peneliti komunikasi. Sebagai contoh, kode-kode visual lebih terbuka
dalam makna potensialnya-interpretasinya sangat subjektif serta lebih dihubungkan dengan
perseptual internal dan proses-proses pemikiran penonton daripada dengan representasi
konvesional.

Hal ini tidak mesti dikatakan bahwa makna seseorang untuk sebuah gambar benar-benar
individualis; tentunya makna-makna visual dapat dipengaruhi oleh pembelajaran, budaya, dan
bentuk-bentuk interaksi sosial lainnya. Akan tetapi, melihat gambaran visual tidaklah sama
dengan memahami banyak bahasa. Gambar memerlukan pengenalan bentuk , organisasi,
dan diskriminasi, bukan hanya hubungan-hubungan representative. Oleh karena itu, makna
gambaran visual sangant bergantung pada persepsi serta pengetahuan individu dan sosial.

Pembagian semantic, sintatik, dan pragmatic digunakan secara luas untuk mengelola
kajian semantic. Namun, tidak semua orang setuju bahwa hal ini merupakan cara yang paling
bermanfaat. Sebagai contoh, Donald Ellis menegaskan bahwa semantic bukanlah cabang yang
terpisah, tetapi lebih tampak sebagai batang yang menopang keseluruhan pohon. Bagi Ellis,
makna bukan sekedar permasalahan lexical semiotics atau makna kata-kata, melainkan juga
termasuk structural semantics atau makna struktur-struktur bahasa.

Paling tidak, boleh dikatakan bahwa ketiga dimensi semiotic ini berkaitan dsatu sama
lainnya dan bahwa pemisahannya membantu dalam memahami aspek makna yang berbeda.
Kita pahami dari semiotic bahwa tanda (di luar diri kita) merepresentasikan benda, tetapi hanya
melalu I persepsi dan perasaan internal kita. Bila semiotic cenderung memperhatikan tanda dan
fungsinya, fenomologis lebih melihat pada sosok penafsir sebagai komponen utama dalam
proses ini.

Anda mungkin juga menyukai