Disusun Oleh :
1. Hanif Ahmad Nasrul Haq
2. M. Fahri Akbar H
3. Ririn Siti Arofah
Kelompok 8
Prodi PTIK 4B
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, sehingga
bisa menyelesaikan makalah ini, sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan kita semua Nabi agung Muhammad SAW beserta kepada para keluarganya,
sahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya serta tak lupa kepada kita semua selaku umatnya yang
mudah-mudahan mendapatkan syafa’at di Yaumil akhir nanti. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada yang terhormat Bapak Tatang Haerul Anwar, M.Pd.I. yang telah
memberikan dukungan dan juga bimbingannya.
Makalah ini penulis buat dengan tujuan guna memenuhi tugas mata kuliah
Kemuhamadiyahan, sebagai pemahaman tambahan untuk memenuhi tugas kelompok.
Dengan harapan agar kita semua dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya untuk
penulis karena dengan itu kita dapat belajar dengan lebih baik lagi.
Penulis sadari bahwasannya makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang dapat membangun dari pembaca agar menjadi acuan
bagi penulis untuk lebih baik lagi kedepannya.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Sejarah.........................................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................2
C. Latar Belakang............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................5
A. Pengertian Manhaj.......................................................................................................5
1. Pengertian Tarjih..................................................................................................5
2. Sejarah Manhaj Tarjih Muhammadiyah...............................................................6
3. Pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih Muhammadiyah..........................................7
4. Penyempurnaan dan Pengembangan Majlis Tarjih..............................................8
B. Perspektif (wawasan / semangat) tarjih..................................................................9
1. Wawasan paham agama.......................................................................................9
2. Wawasan tajdid,..................................................................................................10
3. Wawasan toleransi...............................................................................................11
4. Wawasan keterbukaan,........................................................................................11
5. Wawasan tidak berafiliasi mazhab tertentu.........................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib
dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya
mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang
sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar
ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk
mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan
kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air. Disamping memberikan
pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada
kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul Muntaha”. Pada siang
hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-
anak yang telah dewasa.
KH Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922
dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat
tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian
memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat Tahunan itu sendiri kemudian
berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah
menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
B. Tujuan Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi
Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh
penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering
menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan
alasan adaptasi.
2
berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia
juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.
3
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar,
berasa Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Gerakan Muhammadiyah
bermaksud untuk berta’faul (berpengharapan baik) dapat mencontoh dan meneladani
jejak perjuangan nabi Muhammad SAW, dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya izzul Islam wal muslimin, kejayaan
Islam sebagai idealita dan kemuliaan hidup sebagai realita.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manhaj
Secara bahasa, manhaj ( )منهجatau minhaj ( )منهاجberarti “jalan yang jelas” (
)الطريق الواضح. Berasal dari kata nahaja al-thariqu ( وصار نهجا واضحا بينا،بمعنى وضح واستبان
قhh )نهج الطري: “jalan tersebut jelas dan terang”. Al-Imam Al-Alusi dan Ibnu ‘Asyur
menjelaskan “minhaj” sebagai jalan yang luas dan terang dalam agama.” Sementara
menurut Ibnu Katsir dan Rasyid Ridla, tuntunan atau jalan yang mempermudah manusia
menuju tujuannya tanpa tergelincir dan menyimpang.
Dengan penjelasan arti kata tersebut, manhaj tabligh/dakwah
Muhammadiyah dapat diartikan sebagai, “sejumlah rumusan yang menjadi pijakan,
prinsip dasar (mabda’/munthalaq), tujuan (ghayah), metode (thariqah), model pendekatan
(uslub) dalam menjalankan aktifitas tabligh dan dakwah Persyarikatan Muhammadiyah
yang mencakup seluruh persoalan dakwah; keilmuan, praktek, pemikiran, perilaku
muballigh/da’i termasuk seluruh organ amal usaha dan warga Persyarikatan dalam
mewujudkan cita-cita suci Muhammadiyah : masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.”
ُق ْل َه ِذِه َس ِبيِلي َأْدُع و ِإَلى ِهَّللا َع َلى َبِص يَرٍة َأَن ا َو َمِن اَّتَبَعِني َو ُس ْبَح اَن ِهَّللا َو َم ا َأَن ا ِم َن اْلُم ْش ِر ِكيَن
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-
orang yang musyrik.” (Q.S. Yusuf : 108)
Manhaj Dakwah/Tabligh Muhammadiyah bersumber pada Al-Qur’an al-
Karim dan Sunnah Maqbulah, sebagaimana manhaj Muhammadiyah dalam ber-istidlal.
Manhaj dakwah inipun bersifat terbuka dan toleran serta tidak mengklaim sebagai satu-
satunya manhaj yang benar. Oleh karenanya manhaj ini selalu berpeluang untuk terus
diperbaiki dan disempurnakan. Terlebih bahwa persoalan-persoalan tabligh dan dakwah
akan semakin kompleks seiring dengan tantangan-tantangan multidimensional dan
kemajuan hidup manusia di masa sekarang dan mendatang.
1. Pengertian Tarjih
Kata Tarjih menurut bahasa bersasal dari “ rajjaha”. Rajjaha berarti
member pertimbangan lebih dari pada yang lain.menurut istilah,para ulama berbeda-
5
beda dalam memberikan rumusan tarjih ini.sebagaian besar ulama
Hanafiyah,Syafi:iyyah dan Hanabilah,memberikan rumusan bahwa tarjih itu
perbuatan mujtahid,sehingga dalam kitab Kasyf-u “I Asrar di sebutkan, tarjih itu
adalah :
“ Usaha yang di lakukan oleh mujtahid untuk mengemukakan satu di antara
dua jalan yang bertentangan,karena adanya kelebihan yang nyata untuk di
lakukan tarjih itu”
6
Majlis Tarjih terus berusaha merumuskan Manhaj untuk dijadikan pegangan di
dalam menentukan hukum. Dan pada tahun 1985-1990, yaitu tepatnya pada
tahun 1986, setelah Muktamar Muhammadiyah ke- 41 di Solo, Majlis Tarjih
baru berhasil merumuskan 16 point pokok-pokok Manhaj Tarjih
Muhammadiyah.
7
8) Men-ta’lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalil- dalil Al
Qur’an dan al Sunnah, sepanjang sesuai dengan tujuan syare’ah.
Adapun qaidah : ” al hukmu yaduuru ma’a ‘ilatihi wujudan wa’adaman” dalam
hal-hal tertentu , dapat berlaku “
9) Pengunaaan dalil- dalil untuk menetapkan suatu hukum , dilakukan dengan
cara konprehensif , utuh dan bulat. Tidak terpisah.
10) Dalil –dalil umum al Qur’an dapat dimengerti dengan hadist Ahad, kecuali
dalam bidang aqidah
11) Dalam mengamalkan agama Islam, mengunakan prinsip “Taisir ” ( Diantara
contohnya adalah : dzikir singkat setelah sholat lima waktu, sholat tarawih
dengan 11 rekaat )
12) Dalam bidang Ibadah yang diperoleh ketentuan- ketentuannya dari Al Qur’an
dan al Sunnah, pemahamannya dapat dengan menggunakan akal, sepanjang
dapat diketahui latar belakang dan tujuannya. Meskipun harus diakui ,akal
bersifat nisbi, sehingga prinsip mendahulukan nash daripada akal memiliki
kelenturan dalam menghadapai situsi dan kondisi. ( Contohnya, adalah ketika
Majlis Tarjih menentukan awal Bulan Ramadlan dan Syawal, selain
menggunakan metode Rukyat,juga menggunakan metode al Hisab. Walaupun
pelaksanaan secara rinci terhadap keputusan ini perlu dikaji kembali karena
banyak menimbulkan problematika pada umat Islam di Indonesia )
13) Dalam hal- hal yang termasuk “al umur al dunyawiyah” yang tidak termasuk
tugas para nabi , penggunaan akal sangat diperlukan, demi kemaslahatan umat.
14) Untuk memahami nash yang musytarak, paham sahabat dapat diterima.
15) Dalam memahani nash , makna dlahir didahulukan dari ta’wil dalam bidang
aqidah. Dan takwil sahabat dalam hal ini, tidak harus diterima.Seperti dalam
memahami ayat-ayat dan hadist yang membicarakan sifat-sifat dan perbuatan
Allah swt,seperti Allah bersemayam d atas Arsy, Allah turun ke langit yang
terdekat dengan bumi pada sepertiga akhir malam dll
8
mengalami perubahan kalau sekiranya dikemudian hari ada dalil atau alasan yang
dipandang lebih kuat. Bahkan nama dan kedudukan Majlis dalam Persyarikatan bisa
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan.
9
Seperti halnya definisi para ulama Islam, pengertian agama yang
dirumuskan tarjih ini juga melihat agama sebagai suatu tatanan normatif yang menjadi
kerangka rujukan dan sekaligus bimbingan bagi manusia dalam menjalani hidupnya
untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Definisi ini benar
sepenuhnya, namun baru menggambarkan satu sisi dari agama. Untuk melengkapi
konsep ini, kita dapat pula melihat agama dari segi hakikatnya sebagaimana yang
diresapi dan dimanifetasikan oleh pelakunya. Dari sudut pandang ini kita dapat
mendefinisikan agama sebagai “suatu pengalaman imani yang terekspresikan dalam
wujud amal salih yang dijiwai oleh “islam”, ihsan dan syariah.
2. Wawasan Tajdid
Tajdid sebagai karakteristik pemikiran Islam Muhammadiyah diingat dalam
memori kolektif warga masyarakat Muslim Indonesia yang melabeli gerakan ini
sebagai gerakan kaum modernis. Deliar Noer menegaskan bahwa Muhammadiyah
adalah “sebuah gerakan kaum modernis yang melakukan pendekatan terhadap
sumber-sumber ini maksudnya al-Quran dan as-Sunnah. dengan cara melakukan
ijtihad guna melakukan pembaruan sosial dan keagamaan di kalangan orang-orang
Muslim Indonesia. Sejak tahun 2005 semangat tersebut oleh Muhammadiyah sendiri
dipatrikan dalam dokumen resmi. Semangat (wawasan) tajdid ditegaskan sebagai
identitas umum gerakan Muhammadiyah termasuk pemikirannya di bidang
keagamaan. Ini ditegaskan dalam pasal 4 Anggaran Dasar Muhammadiyah yang telah
dikutip pada awal tulisan ini. Dalam kaitan dengan manhaj tarjih, tajdid
menggambarkan orientasi dari kegiatan tarjih dan corak produk ketarjihan. Tajdid
mempunyai dua arti:
a. Dalam bidang akidah dan ibadah, tajdid bermakna pemurnian dalam arti
mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan Sunnah
Nabi saw.
b. Dalam bidang muamalat duniawiah, tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan
masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif sesuai tuntutan zaman.
Pemurnian ibadah berarti menggali tuntunannya sedemikian rupa dari
Sunnah Nabi saw untuk menemukan bentuk yang paling sesuai atau paling mendekati
Sunnah beliau. Mencari bentuk paling sesuai dengan Sunnah Nabi saw tidak
mengurangi arti adanya keragaman (tanawwu‘) dalam kaifiat ibadah itu sendiri,
sepanjang kaifiat itu memang mempunyai landasannya dalam Sunnah Nabi saw.
Contohnya adalah adanya variasi dalam bacaan doa iftitah dalam salat, yang
10
menunjukkan bahwa Nabi saw sendiri melakukannya secara bervariasi. Varian ibadah
yang tidak didukung oleh Sunnah menurut Tarjih Muhammadiyah tidak dapat
dipandang praktik ibadah yang bisa diamalkan. Berkaitan dengan akidah, pemurnian
berarti melakukan pengkajian untuk membebaskan akidah dari unsur-unsur khurafat
dan tahayul. Diktum keimanan yang dapat dipegangi adalah apa yang ditegaskan
dalam alQuran dan as-Sunnah. Kepercayaan yang tidak bersumber kepada kedua
sumber asasi tersebut tidak dapat dipegangi. Kepercayaan bahwa angka 13 adalah sial,
misalnya, tidak ada dalilnya dalam al-Quran dan asSunnah. Dalam tradisi pemilihan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui muktamar selalu dipilih 13 anggota
pimpinan, walaupun bilamana diperlukan kemudian dapat ditambah. Pemilihan 13
anggota pimpinan ini adalah suatu bentuk perlawanan terhadap kepercayaan tentang
kesialan angka 13.
3. Wawasan Toleransi
Toleransi artinya bahwa putusan Tarjih tidak menganggap dirinya saja yang
benar, sementara yang lain tidak benar. Dalam “Penerangan tentang Hal Tardjih”
yang dikeluarkan tahun 1936, dinyatakan, “Kepoetoesan tardjih moelai dari
meroendingkan sampai kepada menetapkan tidak ada sifat perlawanan, jakni
menentang ataoe menjatoehkan segala jang tidak dipilih oleh Tardjih itoe.”
Pernyataan ini menggambarkan bahwa Tarjih Muhammadiyah tidak menegasikan
pendapat lain apalagi menyatakannya tidak benar. Tarjih Muhammadiyah memandang
keputusan-keputusan yang diambilnya adalah suatu capaian maksimal yang mampu
diraih saat mengambil keputusan itu. Oleh karena itu Tarjih Muhammadiyah terbuka
terhadap masukan baru dengan argumen yang lebih kuat. Keterbukaan terhadap
penemuan baru adalah prinsip berikutnya dalam wawasan ketarjihan Muhammadiyah.
4. Keterbukaan
Keterbukaan artinya bahwa segala yang diputuskan oleh Tarjih dapat dikritik
dalam rangka melakukan perbaikan, di mana apabila ditemukan dalil dan argumen
lebih kuat, maka Majelis Tarjih akan membahasnya dan mengoreksi dalil dan
argumen yang dinilai kurang kuat. Dalam “Penerangan tentang Hal Tardjih”
ditegaskan, “Malah kami berseroe kepada sekalian oelama soepaya soeka membahas
poela akan kebenaran poetoesan Madjelis Tardjih itoe di mana kalaoe terdapat
kesalahan ataoe koerang tepat dalilnja diharap soepaya diajoekan, sjoekoer kalaoe
dapat memberikan dalil jang lebih tepat dan terang, Yang nanti akan dipertimbangkan
pula, diulang penjelidikannja, kemudian kebenarannya akan ditetapkan dan
11
digunakan. Sebab waktu mentarjihkan itu ialah menurut sekedar pengertian dan
kekuatan kita pada waktu itu.
5. Tidak Berafiliasi Mazhab
Memahami agama dalam perspektif tarjih dilakukan langsung dari sumber-
sumber pokoknya, al-Quran dan Sunnah melaluin proses ijtihad dengan metode-
metode ijtihad yang ada. Ini berarti Muhammadiyah tidak berafiliasi kepada mazhab
tertentu. Namun ini tidak berarti menafikan berbagai pendapat fukaha yang ada.
Pendapat-pendapat mereka itu sangat penting dan dijadikan bahan pertimbangan
untuk menentukan diktum norma/ajaran yang lebih sesuai dengan semangat di mana
kita hidup.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau refrensi yang kami peroleh
hubunganya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurna nya
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia yang tak luput dari kesalahan.
Sekian penutup dari kami semoga dapat di terima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
B. Saran
Kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan kami lebih
baik kedepannya dalam penulisan makalah. Harapan kami dengan ditulisnya makalah
ini bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu pengetahuan. Kurang dan
lebihnya tentang makalah ini kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya.
13
14