Dosen Pengampu:
Dr Ahmad Irfan, SS., M.Pd.I.
Oleh:
Kelompok 13
Fathan Fy Afra NPM:223402516026
Muhammad Gathan NPM:223402516007
Muhammad Jefpar Siddiq NPM:223402516002
Muhammad Rakha Kesuma NPM:223402516021
Muhammad Tri Ilham NPM:223402516024
KELAS R.02
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS NASIONAL
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr Ahmad Irfan, SS., M.Pd.I. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Agama yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Kelompok 13
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................................ i
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 2
PENUTUP ......................................................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Indonesia - Budi Winarno - Google Buku, n.d.) Untuk itu dibutuhkan kesadaran masyarakat
Indonesia untuk mengetahui isu isu temporer juga memperbanyak literasi dan bisa berfikir rasional,
kritis dalam menanggapai isu isu dan problematika yang ada.
2.2 Hijrah
Istilah hijrah begitu fenomenal di masa sekarang, khususnya di Indonesia. Kata tersebut
digunakan sebagai framing untuk menunjukkan segala aktivitas pola perpindahan hidup dari negatif
nilai pada positifnilai. Term hijrah sebenarnya reduksi makna asli dari bahasa Arab yaitu berasal
dari morfologi kata ھجرyang memiliki arti perpindahan, meninggalkan, tidak mempedulikan lagi,
dan berpaling(Syarif, 2019). Hijrah adalah meninggalkan keadaan tidak senang atau tempat ke
keadaan baik atau tempat yang disukai karenaitu didorong oleh ketidaksenangan. Kata hijrah
ditemukan dalam 28 kata dengan berbagai derivasi di Al-Qur'an. Kata hijrah bisa berarti
meninggalkan perilaku buruk kepada perilaku yang baik. Bisa juga berarti meninggalkan tempat
yang tidak menguntungkan ke tempat atau daerah yang aman, kondusif, dan lebih leluasa
menyebarkan ajaran agama, seperti ketika Nabi dan para sahabat hijrah dari Mekah ke Habsyah
(Ethiopia) atau ke Madinah, karena perintah Allah, karena Mekah sudah tidak kondusif lagi bagi
Nabi dan para sahabatnya untuk melaksanakan ajaran agama, sedangkan penduduk Madinah
bersedia membantu Nabi dan Muhajirin - sebagai hasil dari kesetiaan Aqabah satu dan kesetiaan
Aqabah dua - untuk menyebar Ajaran Islam, bahkan orang Ansar sudah memeluk Islam, sebelum
kedatangan Nabi Suci Nabi ke Madinah. Bagi mereka yang hijrah ke Madinah dalam Al-Qur'an,
mereka dijanjikan oleh Allah SWT agar mereka mendapatkan rezeki yang luas di dunia dan akan
mendapatkan ridho Allah pengampunan dan surga. Dan bahkan di dalam Al Qur'an, mereka
disamakan dengan orang-orang yang berperang dijalan Allah dan orang-orang yang beriman kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya.(Palopo, n.d.)
2.3 Terorisme
Secara terminologis, istilah terorisme tidak ditemukan dalam khazanah ilmu keislaman.
Namun, terorisme sebagai aksi telah terjadi sepanjang sejarah umat Islam. Tulisan ini mencoba
menelusuri konsep-konsep yang mengandung makna terorisme dalam hukum Islam. Contoh konsep
tersebut adalah al-irhâb (irhâbiyyah), al-hirâbah (perampokan), al-baghy (pemberontakan), qâthi' al-
tharîq atau quththâ' al-tharîq (pembajakan), dan al-'unf (antonim dari kelemah-lembutan). Tindakan
yang dimaksud dalam konsep tersebut dikategorikan sebagai terorisme karena mengandung
kekerasan, menimbulkan kepanikan masyarakat, kerugian material dan fisik, serta memiliki tujuan
3
politik. Tindakan teror semacam itu, sekalipun dilakukan atas dasar perintah Jihad, seperti
pembunuhan, pembajakan, pengeboman, perampokan, dan intimidasi, dilarang dan tidak dapat
dilegitimasi karena bertentangan dengan ajaran Islam yang melarang tindakan merusak bumi,
prinsip al-dlarûriyyât al-khams (memelihara lima kebutuhan dasar manusia), kemanusiaan, keadilan
dan musyawarah dalam Islam(ა, 20189).Istilah jihad dalam Al-Qur'an yang berarti "kerja keras"
ditemukan dalam 33 ayat. Ayat-ayat ini memiliki makna yang luas yaitu kerja keras dalam segala
aspek kehidupan. Meskipun tidak dapat disangkal bahwa ada ayat yang menggunakan istilah Jihad
yang berarti pertempuran fisik atau memegang senjata untuk memerangi musuh. Namun banyak
ayat lain yang menggunakan istilah Jihad yang berarti kerja keras dalam arti universal. Jihad dalam
Al-Qur'an memiliki tiga arti, yaitu: (1) berperang atau memerangi musuh, (2) berjuang untuk
menaklukkan setan (syaitan), dan (3) berusaha keras untuk menaklukkan ego kita. Agama Islam
mengajarkan untuk menjaga kehidupan yang damai dan melarang segala bentuk perusakan. Jadi,
istilah terorisme tidak ditemukan dalam ajaran Islam. Jihad tidak identik dengan terorisme karena
jihad bukanlah tindakan anarki tetapi sepenuhnya ditujukan untuk mendapatkan karunia
Allah(Rahman, 2018).
Terorisme juga berangkat dari Radikalisme, Karena pada dasarnya kelompok radikal dapat
melakuka cara apa pun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tak sepaham.
Salah satu faktor penyebab seseorang terlibat radikalisme yaitu, Radikalisme dapat tumbuh di
akibatkan pemahaman yang tekstualis( hafiah dan secara kaku) dan rigid(kaku) terhadap teks-teks
suci. Memang terdapat teks-teks suci yang secara harfiah dapat dipahami secara keras dan
melakukan Tindakan tegas dan tanpa kompromi terhadapnya, namun teks tersebut harus dipahami
secara mendalam dan komprehensif agar pesan lain dari agama tersebut-semisal pesan
kemanusiaan-tidak diabaikan. Salah satu contohnya adalah pemahaman yang tekstualis dan rigid
oleh sebagian orang Islam tentang kafir, kekejaman dan “kesesatan Yahudi”, dan sebagainya.
Pararel dengan itu dapat juga dilihat pemahaman sebagaian kaum kristiani yang rigid dan literalis
terhadap other Christianity(non-kristiani) dan lain-lain. Selain itu radikalisme dan terorisme sering
menggunakan istilah-istilah agama. Hal ini akan cepat mendapat simpati dari penganut agama,
terutama yang masih dangkal pemahaman dan sedikitnya daya banding terhadap paham lain.
Berhimpitnya istilah istilah yang di gunakan dalam radikalisme dan terorisme dengan istilah yang di
kenal umat islam seperti yang sudah kita bahas di atas sebelumnya “jihad”. Sebab perjuangan
mereka dalam melawan kemungkaran dan musuh-musuh agama dengan caranya sendiri diyakini
sebagai jihad. Hal yang sama juga di temukan dalam penggunaan istilah musafir untuk mereka yang
haus menjaalani buron dalam menegakkan dan menghancurkan musuh musuh agama, serta
4
menghindar dari bahaya dalam menegakkan ‘kalimah Allah’. Jika seseorang harus dipenjara dalam
berjuang menegakkan agama, maka mereka diyakini dalam kondisi menjalankan iktikaf. Sementara
orang yang sedang itikaf berada dalam posisi dekat dengan Tuhan. Pemerintah yang zalim dan tidak
menjalankan syariat agama dipandang sebagai thaghut. Demikian juga para pejabat yang berlaku
zalim terhadap rakyat. Sementara itu, Harta yang di rampas untuk dana perjuangan diyakini sebagai
ramoasan perang(ghanimah)sehingga halal untuk di manfaatkan. Istilah-itilah tersebut menjadi daya
Tarik tersendiri bagi sebagian orang, termasuk yang beragama untuk terlibat di dalam radikalisme
dan terorisme, karena dianggap sebagai perjuangan agama.(Harahap, 2017)
7
sasaran ujaran kebencian. Biasanya sasaran hate speech mengarah pada isu-isu sempit seperti suku
bangsa, ras, agama, etnik, orientasi seksual, hingga gender. Ujaran-ujaran yang disampaikan pun
biasanya sangat bias dan tidak berdasarkan data objektif. Kecenderungannya adalah untuk
melakukan penggiringan opini ke arah yang diinginkan. Dampak yang ditimbulkan menjadi sangat
luas, karena berpotensi memecah belah rasa persatuan, pluralisme dan kebhinekaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedemikian bahayanya hate speech, maka perlu dilakukan
upaya untuk mengontrol dan mengendalikan potensi hate speech yang bisa terjadi kapan saja dan
melalui media apa saja. Oleh karena hate speech merupakan Tindakan kejahatan, maka hate speech
ini tergolong peristiwa hukum yang memiliki dampak atau konsekuensi hukum bagi pelakunya.
HOAX. Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau
bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba
kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar. Pelaku hoax
dapat dikategorikan dua jenis, yaitu pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif melalukan atau
menyebarkan berita palsu secara aktif membuat berita palsu dan sengaja menyebarkan informasi
yang salah mengenai suatu hal kepada publik. Sedangkan pelaku pasif adalah individu atau
kelompok yang secara tidak sengaja menyebarkan berita palsu tanpa memahami isi atau terlibat
dalam pembuatannya. Dewan Pers menyebutkan ciri-ciri hoax adalah mengakibatkan kecemasan,
kebencian, dan permusuhan; sumber berita tidak jelas. Hoax di media sosial biasanya pemberitaan
media yang tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak tertentu;
dan bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul, dan pengantarnya provokatif, memberikan
penghukuman sertamenyembunyikan fakta dan data. Dampak hoax sama besarnya dengan cyber
crime secaraumum dan hate speech terhadap publik yang menerimanya. Oleh karenanya kejahatan
inijuga merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai oleh seluruh elemen bangsa termasuk ASN.
Pengertian isu adalah adanya atau disadarinya suatu fenomena atau kejadian yang dianggap
penting atau dapat menjadi menarik perhatian orang banyak, sehingga menjadi bahan yang layak
untuk didiskusikan. Isu secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu
1. Isu saat ini (current issue)
2. Isu berkembang (emerging issue), dan
3. Isu potensial.
Masing-masing jenis isu ini memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari perspektif urgensi atau
waktu maupun analisis dan strategi dalam menanganinya. Isu saat ini (currentissue) merupakan
8
kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan publik secara luas dan memerlukan
penanganan sesegera mungkin dari pengambil keputusan. Adapun isu berkembang (emerging issue)
merupakan isu yang perlahan-lahan masuk dan menyebar di ruang publik, dan publik mulai
menyadari adanya isu tersebut. Sedangkan isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak
di ruang publik, namun dapat terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis
intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan.
Terdapat 3 (tiga) kemampuan yang dapat mempengaruhi dalam mengidentifikasi dan/atau
menetapkan isu, yaitu kemampuan Enviromental Scanning, Problem Solving, dan berpikir
Analysis. Untuk memahami isu tersebut secara utuh kita dapat menggunakan kemampuan berpikir
konseptual dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu. Untuk itu di dalam proses penetapan isu
yang berkualitas atau dengan kata lain isu yang bersifat aktual, sebaiknya Anda menggunakan
kemampuan berpikir kiritis yang ditandai dengan penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas
isu. Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya menggunakan
teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak.(Hati & Si, n.d.)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ancaman global adalah ancaman yang terbentuk dari dampak globalisasi. Globalisasi dapat
dipahami sebagai konsep kegiatan ekonomi, teknologi dan komunikasi antar bangsa. hal tersebut
tidak hanya memberikan peluang namun terdapat pula ancaman bagi Indonesia dalam bidang
apapun.Dan Hijrah adalah meninggalkan keadaan tidak senang atau tempat ke keadaan baik atau
tempat yang disukai karena itu didorong oleh ketidaksenangan.Sama seperti hijrah,terorisme dan
budaya anti korupsi juga termasuk kedalam ancaman global.Dari penjelasan di atas terorisme
adalah adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror
terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata
cara peperangan, seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak,
serta sering kali merupakan warga sipil.Sedangkan korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan
uang negara atau perusahaan untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Isu kontemporer adalah
suatu sifat yang bertentangan atau menimbulkan polemik secara masa atau individu yang sedang
ramai di perbincangkan atau biasa kita sebut trendi. Isu sendiri bisa muncul dalam bentuk opini,
yaitu pernyataan yang bisa dikemukakan melalui kata-kata, isyarat, atau cara-cara lain yang
mengandung arti tertentu.Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengertian isu adalah adanya atau
disadarinya suatu fenomena atau kejadian yang dianggap penting atau dapat menjadi menarik
perhatian orang banyak, sehingga menjadi bahan yang layak untuk didiskusikan.
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Kami mohon maaf jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang
kurang jelas, mudah dipahami, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia yang tidak luput dari
kesalahan. Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap penutupan kami dapat diterima dan kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
(Sayyidati et al., n.d.) Sayyidati, A., Penelitian, B., Provinsi, P., Gayungan, J. T., Surabaya, K., &
Timur, J. (n.d.). Isu Pemanasan Global dalam Pergeseran Paradigma Keamanan pada Studi
Hubungan Internasional. 6(1). https://doi.org/10.18196/hi.61103
(Globalisasi: Peluang Atau Ancaman Bagi Indonesia - Budi Winarno - Google Buku, n.d.)
(Syarif, 2019) Syarif, S. (2019). Memahami Hijrah Dalam Realitas Alquran Dan Hadis Nabi
Muhammad. Jurnal Living Hadis, 4(2), 277. https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.2021
(Palopo, n.d.) HIJRAH DALAM AL- QUR ’ AN Oleh Haris Kulle Keywords : hijrah , perspectif of
thr Qur ’ an Pendahuluan Hijrah dalam al- Qur ’ an dapat suatu tempat ke tempat yang lain
guna mencari keselamatan diri dan ditemukan dalam beberapa makna yaitu : pertama , Hijra.
43–55.
(ა, 20189) ა ა ნ ა კ ლი ი ს პ ორტი ა რი ს . (20189). No Title ა ნ ა კ ლი ი ს პ ორტი
ა რი ს ა მ ქ ვ ე ყ ნ ი ს მ ომ ა ვ ა ლი უს ა ფრთხ ოე ბ ი ს და ე კ ონ ომ ი კ ი ს
კ ონ ტე ქ ს ტშ ი , ა რა ვ ი ს გ ა მ ოუვ ა ვ ა ლდე ბ ულე ბ ე ბ ს თა ვ ი
ა ა რი დოს . News.Ge, https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.
(Rahman, 2018) Rahman, A. (2018). Memahami Jihad Dalam Perspektif Islam (Upaya Menangkal
Tuduhan Terorisme Dalam Islam). J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(2).
(Harahap, 2017) Harahap, S. (2017). Upaya kolektif mencegah radikalisme & terorisme [sumber
elektronis] - Google Books. Prenada Media.
(Juni Sjafrien Jahja, 2012)Say no to korupsi
(Prof. Dr. H. Sukiyat, SH., n.d.)Teori dan praktik anti korupsi
(Suryani, 2013) Penanaman Nilai Anti Korupsi Di Perguruan Tinggi Sebagai Upaya Preventif
Pencegahan Korupsi. Jurnal Visi Komunikasi, XII(02), 308–323
(Saifulloh, 2017). Peran perguruan tinggi dalam menumbuhkan budaya anti korupsi di Indonesia.
Jurnal Hukum & Pembangunan, 47(4), 459–476.
(Islam, Doktrin, Dan Isu-Isu Kontemporer - Prof. Dr. H. Faisal Ismail, MA. - Google Books, n.d.)
(Hati & Si, n.d.) MODUL ISU-ISU SOSIAL KONTEMPOREL.
11