Anda di halaman 1dari 8

RESUME

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ekonomi Makro
Dosen Pengampu: Bapak Deky Aji Suseno

Disusun Oleh:
NAMA

: DAIS SETYAWAN

NIM

: 7101413197

Prodi

: Pendidikan Akuntansi

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

A. TEORI KONSUMSI
1. Pengertian Konsumsi
Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi
atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham
Bannoch dalam bukunya Economics memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu
merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran.
Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu Consumption. Konsumsi adalah
pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan
tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barangbarang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).
2. Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di
antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan
nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Menurut John Maynard
Keynes fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:
Ket:

C = a + bY
a = konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0 (konsumsi

otonom)
b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)
C = tingkat konsumsi
Y = tingkat pendapatan nasional
Dalam hal ini, pendapatan (Y) yang dumaksud Keynes adalah:
a. Pendapatan riil/ nyata (yang menggunakan tingkat harga konstan), bukan
pendapatan nominal.
b. Pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh
sebelumnyadan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang
(yang diharapkan)
c. Pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen.
b adalah marginal propensity to consume (MPC) atau kecenderungan
mengonsumsi marginal, yaitu berapa konsumsi bertambah bila pendapatan
bertambah. Dan secara matematis dapat dirumuskan:

MPC = C/Y
Dalam kurva konsumsi, MPC menunjukkan kemiringan/ kecondongan (slope)
kurva konsumsi. Marginal Propensity to Save (MPS) adalah berapa tabungan
bertambah karena bertambahnya pendapatan.
MPC = S/Y
Ket: S = tabungan
Y = pendapatan
Dalam kurva tabungan. MPS menunjukkan kemiringan/ kecondongan (slope
kurva tabungan.
MPC+ MPS = 1
MPS
= 1 MPC
Tidak semua pendapatan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian
ditabung (S).
Y=C+S
C = a + bY
Y = a + bY + S
S = -a + Y bY
S = -a + (1-b)Y
Karena 1-b = MPS, maka:
S = -a + MPS (Y) atau
S = -a + sY
=> (fungsi tabungan)
Dimana: s = MPS = 1 MPC = 1 b
Fungsi konsumsi menunjukkan tiga sifat yang Keynes duga, yaitu:
1.
Kecenderungan mengkonsumsi marjinal c antara nol dan satu.
Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi
kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas.
Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi perekonomian seperti
ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik
2.

antara pendapatan dan konsumsi.


Rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika
pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga
ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari

3.

pendapatan mereka ketimbang si miskin.


Pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat
bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa
pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga
terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan
relatif tidak penting.

Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek.


Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena
menurut Keynes In The Long Run Were All Dead. , bahwa di dalam
jangka panjang, kita semua akan mati, sehingga jangka panjang tidak perlu
diprediksi.
C
Fungsi konsumsi jgk pjg
(APC konstan)
Fungsi konsumsi jgk pendek
(APC menurun)

Faktor-Fakor Penentu Tingkat Konsumsi:


1. Pendapatan rumah tangga (Household Income), semakin besar pendapatan,
semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.
2. Kekayaan rumah tangga (Household Wealth), semakin besar kekayaan, tingkat
konsumsi juga akan semakin tinggi.
3. Prakiraan masa depan (Household

Expectations),

bila

masyarakat

memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka


akan lebih banyak membeli/ belanja barang-barang.
4. Tingkat bunga (Interst Rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi/ naik maka
masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan.
Antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi ada korelasi negatif.
5. Pajak (Taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan diposable yang
diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsi.
6. Jumlah dan konsunsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan
memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang
didominasi penduduk usia produktif/ usia kerja (15-64th) akan memperbesar
tingkat konsumsi.
7. Faktor sosial budaya, misalnya berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan
etika, dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang
dianggap modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan orang Indonesia
berbelanja dari pasar tradisional ke super market.

Sumber:
http://aabshare.blogspot.com/2014/01/pengertian-teori-konsumsimakro.html#sthash.zmN2iOJ2.dpuf

B. TEORI INVESTASI
1. Pengertian Investasi
Investasi (Sudono, 2000) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli
barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan
menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa depan.
Fungsi investasi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat
investasi dan tingkat pendapatan nasional.
Fungsi investasi dibedakan menjadi dua:
1. Sejajar dengan sumbu datar
2. Bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan
2. Teori Investasi
- Teori Konvensional (klasik)
Teori konvensional (klasik) tentang investasi pada pokoknya didasarkan
atas teori produktivitas batas (marginal productive) dari faktor produksi
modal (kapital). Berdasarkan teori tersebut besarnya modal yang akan
diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas
marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunga, sehingga investasi itu
akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi masih
-

lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterima.


Teori dari J. M. Keynes
Menurut pandangan J. M. Keynes, masalah investasi baik penentuan
jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi berdasarkan

konsep Marginal Effeciency of Investment (MEI).


3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi
- Tingkat bunga
- Peningkat aktivitas perekonomian
- Kestabilan politik suatu negara
- Kemajuan teknologi
4. Jeni Investasi
- Investasi Otonom (Outonomou Invesment), yaitu investasi yang di
laksanakan atau diadakan secara bebas, artinya investasi yang di adakan
bukan karena pertambahan permintaan efektif, tetapi justru untuk
menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi
otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau
daerah. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak di
pengaruhi oleh pendapatan naasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya
pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang di lakukan
oleh perusahaan-perusahaan.

Investasi yang terdorong (induced Invesment), yakni investasi yang idak


diadakan

akibat

adanya

penambahan

perminntaan,

pertambahan

permintaan yang di akibatkan pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila


pendapatan bertambah, maka tambahan permintaan akan di gunakan
untuk konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah
tambahan permintaan. Sudah pasti apabila ada tambahan permintaan,
maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik
lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.
5. Penentu Tingkat Investasi
- Tingkat pengembalian modal
- Investasi, keuntungan, dan tingkat bunga
- Efisiensi modal marginal
- Tingkat bunga dan investasi
- Ramalan keadaan perekonomian di masa depan
- Perubahan dan perkembangan teknologi
- Pendapatan nasional
6. Jenis Pengeluaran Investasi
- Investasi Tetap Bisnis (Business Fixed Investment), investasi yang
mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses
-

produksi.
Investasi Residensial (Residential Investment), investasi yang mencakup
rumah baru untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah umtuk

disewakan.
Investasi Persediaan (Inventory Investment), investasi mencakup

penyimpanan barang-barang.
7. Jenis-jenis Investasi
- Investasi baru
- Investasi peremajaan
- Investasi rasionalisasi
- Investasi perluasan
- Investasi modernisasi
- Investasi diversifikasi
8. Investasi dan Kapasitas Produksi Nasional
Investasi
memperbesar pengeluaran masy

mperbesar pend. Nasional

- Penambahan fak. Produksi


Efek multiplier
- Peningkatan kualitas fak. Produksi
Konsep multiplier menimbulkan permasalahan:
*berapakah jumlah investasi harus ditanamkan ke dalam masyarakat agar
pendapatan dapat dinaikkan dengan jumlah tertentu?*
Hal ini tergantung pada Capital Output Ratio (COR) yang dapat dicari dengan
rumus : COR = K/Q

Dimana: K = jumlah investasi yang diperlukan


Q = besar hasil prod.nasional yang ingin dicapai dengan investasi tsb
Apabila yang diperbandingkan adalah tambahan investasi dengan tambahan
pendapatan, maka diperoleh Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang dapat
dihitung dengan rumus: ICOR =
K/ Q
Menghitung besarnya kapasitas produksi nasional digunakan Capital Output Ratio
(COR): COR = K / Q atau Q = K / COR
Sedangkan untuk menghitung besarnya pertambahan kapasitas produksi nasional
digunakan Incremental Capital Output Ratio (ICOR): ICOR = K / Q
atau
Q = K / ICOR
Kapasitas produksi nasional masyarakat pada akhir tahun dapat dihitung dengan
rumus: K DK= (1-D) K
Dimana: K = Besarnya kapasitas produksi nasional pada suatu tahun
D = Persentase besarnya penyusutan
DK = Besarnya penyusutan kapasitas produksi pada suatu tahun
Jumlah hasil produksi dalam tahun berikutnya jika tidak ada investasi baru dapat
dicari dengan rumus: Q = (1-D) K / COR
Dimana: (1-D) K = kapasitas produksi masyarakat pada tahun berikutnya jika
tidak ada investasi baru.
Bilamana dalam tahun berikutnya terjadi penambahan investasi baru maka
penambahan kapasitas produksi adalah: K / ICOR
Sedangkan untuk menghitung jumlah kapasitas produksi dalam dua tahun tersebut
adalah: Q1 = (1-D) K / COR + K / ICOR
Multiplier adalah angka pengganda dari suatu variabel untuk menghasilkan
besarnya perubahan variabel pendapatan nasional (permintaan agregat).
Z = 1 / (1-MPC) I
Sumber: https://www.accountinghouse.blogspot.com/teori-investasi.html

Anda mungkin juga menyukai