Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI KURIKULUM INTERDISIPLINER DAN MULTIDISIPLINER PADA

MATA PELAJARAN PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN PROGRAM


KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK
Oleh

Achmad Romadin1, Tegar Restu Kusuma1, Eka Purmanta Aji1


1Pasca Sarjana
Universitas Negeri Malang

Abstrak. Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary) merupakan interaksi antar satu


atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui
program-program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan
analisis. Penerapan mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahan tentunya tidak
hanya satu pendekatan disiplin ilmu, melainkan harus beberapa pendekatan ilmu salah
satunya pendekatan. Pendekatan interdisipliner pada mata pelajaran produk kreatif
dan kewirausahaan smk kompetensi keahlian teknik pemesinan salah satu contohnya
jobsheet potato spirals. Proses penerapan pendekatan multidisipliner pada mata
pelajaran produktif dan kewirausahaan, pembuatan alat pengupas kulit telur puyuh
otomatis. Penerapan Multidisiplin tidak hanya satu kompetensi keahlian teknik
pemesinan, melainkan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu antara lain adalah teknik
pemesinan, teknik pengelasan, teknik elektronika, dan ilmu kewirausahaan.
Interdisiplin dan multidisipiner mampu melatih siswa untuk berpikir multidimensi,
holistik dan menyeluruh.
Kata Kunci: Interdisipliner, Multidisipliner, Produk Kreatif dan Kewirausahaan

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi perkembangan ilmu
pengetahuan tak terkecuali perkembangan dalam lembaga sekolah menengah kejuruan. Pasalnya
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diperkirakan menjadi sentral keberhasilan lembaga sekolah
menengah yang mampu langsung menyalurkan tenaga kerja yang terampil. Dari keberhasilan lulusan
tersebut tentunya banyak faktor yang mempengaruhi salah satu adalah keberhasilan pelaksanaan atau
implementasi kurikulum dalam satuan pendidikan kejuruan.
Dalam kurikulum pendidikan kejuruan, pendekatan interdisipliner memang sebuah hal baru,
hal itu berbanding terbalik jika dibandingkan dalam kurikulum pendidikan tinggi. Seperti halnya
dalam naskah akademik Institut Teknologi Bandung (2018) yang menyebutkan bahwa istilah disiplin
telah digunakan sejak akhir jaman kuno, yang diturunkan dalam bahasa kuno discere yang berarti
pembelajaran yang dipahami sebagai cabang dari suatu ilmu pengetahuan yang diajarkan atau
kegiatan penelitian dalam cabang ilmu pengetahuan. Sudikan (2015) menyebutkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah cepat, dengan hal itu maka mengharuskan
pengaktualan diri dan meningkatkan disiplin ilmu agar terciptanya masyarakat yang kritis dan kreatif.
Dengan demikian seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kebutuhan masyarakat pada beberapa
disiplin ilmu yang saling berintegrasi juga semakin tinggi.
Wesley dan Wronski menyebutkan bahwa pendekatan interdisipliner disebut pendekatan
terpadu (integrated approach) atau correlation yang berarti konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu
atau bidang studi telah terpadu sebagai satu kesatuan (Sudarmoyo, 2013). Dengan hal itu maka
konsep pendekatan interdisipliner pada kurikulum pendidikan kejuruan tidak terikat dalam satu
bidang keahliah, program keahlian, dan kompetensi keahlian, melainkan integrasi dari semua ilmu
pengetahuan. Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah
adanya banyak konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam
pengajaran selama masa sekolah. Kesukaran terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling
efektif untuk digunakan. Pendekatan interdisipliner menunjukkan bahwa beberapa konsep yang
terpakai oleh disiplin-disiplin ilmu kejuruan adalah sama.
Pendekatan dalam suatu ilmu dapat dilihat melalui dua tipe yaitu monodisipliner dan
interdisipliner. Pendekatan monodisipliner yaitu pendekatan dengan suatu ilmu yang tunggal sudut
pandang. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan monodisipliner adalah mono (satu ilmu) atau
satunya itu. Di pihak lain, pendekatan dengan banyak ilmu lazim disebut pendekatan
interdisipliner/multidisipliner. Pemecahan masalah dalam studi sastra tidak memungkinkan
menggunakan pendekatan monodipliner karena masalahnya tidak hanya dalam satu bidang ilmu. Di
pihak lain, pendekatan dengan banyak ilmu lazim yakni pendekatan interdisipliner/multidisipliner.
Pemecahan masalah dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak memungkinkan menggunakan
pendekatan monodipliner karena masalahnya tidak hanya berkenaan dengan satu ilmu saja, tetapi
dengan pendekatan interdisipliner atau multidisipliner karena masalahnya menyangkut banyak ilmu
hanya berkenaan dengan satu ilmu saja, tetapi dengan pendekatan interdisipliner atau multidisipliner
karena masalahnya menyangkut banyak ilmu.
Pendekatan untuk melakukan pemecahan masalah yang menggunakan dua ilmu atau lebih
secara umum atau arti luas disebut juga dengan pendekatan interdisipliner atau pendekatan
multidisipliner yang sering pula ditulis pendekatan interdisipliner/multidisipline. Sudikan (2015)
menyebutkan pendekatan interdisipliner ini dapat dibagi ke dalam 4 jenis pendekatan, yaitu:
pendekatan interdisipliner, pendekatan multidisipliner, pendekatan transdisipliner, dan pendekatan
krosdisipliner.
Dari kempat pendekatan tersebut bertujuan untuk memberikan dasar siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dalam mata pelajaran produktif untuk disiplin ilmu, karena pendekatan tersebut
dipandang merupakan konsep yang penting untuk memberikan kesempatan para siswa memahami
intergrasi dari berbagai ilmu yang mendukung dalam pelajaran produktifnya. Dengan hal ini maka
artikel ini akan mengulas terkait dengan implementasi pendekatan interdisipliner pada mata pelajaran
produk kreatif dan kewirausahaan pada kompetensi keahlian teknik pemesinan.
PEMBAHASAN
Pendekatan Interdisipliner
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antarsatu atau lebih disiplin, baik
yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program penelitian, dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis. Multidisipliner multidisciplinay) adalah
penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Transdisipliner
(transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan
membangun kaitan dan keterhubungan antarberbagai disiplin (Prentice, 1990). Perbedaan mendasar
antara pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner terdapat pada kesinambungan
atau kepaduan antara bidang disiplin yang di satukan. Pada interdisipliner, bidang-bidang disiplin
ilmu tidak hanya di satukan tetapi juga ada kerjasama antara beberapa konsep yang ada pada masing-
masing bidang ilmu yang dibutuhkan pada bidang ilmu lainnya dalam satu kesatuan pembelajaran
ataupun pengerjaan suatu proyek. Sedangkan untuk multidisipliner berfokus pada pemanfaatan
beberapa bidang ilmu yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah tertentu baik masalah pada salah
satu bidang keilmuan ataupun merupakan permasalahan bersama. Tidak dituntut adanya hubungan
atau interaksi dari masing-masing bidang ilmu tersebut.
Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan
secara terpadu. Ilmu yang relevan maksudnya ilmuilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan
suatu masalah. Adapun istilah terpadu, yang dimaksud yaitu ilmu ilmu yang digunakan dalam
pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat (implisit)
merupakan suatu kebulatan atau kesatuan pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub
uraiannya kalau pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian. Ciri pokok atau kata kunci
dari pendekatan indisipliner ini adalah inter (terpadu antarilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau
terpadunya itu.
Secara definitif interdisiplin menyarankan penelitian dengan melibatkan dua bidang ilmu atau
lebih. Dikaitkan dengan jangkauan, model, dan batasanbatasan lain yang ditentukan dalam analisis,
maka jelas interdisiplin termasuk penelitian ekstrinsik, sebagai makro sastra. Istilah lain yang juga
dikenal, di antaranya: multidisiplin, krosdisiplin, transdisiplin, antardisiplin, dan lintas disiplin.
Multidisiplin menyarankan bahwa sejumlah ilmu, lebih dari dua ilmu yang berbeda digunakan untuk
menganalisis masalah yang sama. Sudikan (2015) menyatakan interdisiplin, krosdisiplin,
transdisiplin, antardisiplin, dan lintas disiplin, masing-masing terdiri atas dua ilmu.
Ada dua pendapat mengenai kelahiran pendekatan interdisipliner. Ada sebagian ahli yang
mengatakan bahwa konsep interdisipliner merupakan, yang berakar dari teori-teori, misalnya, teori
Plato, Kant, Hegel, dan Aristoteles (Klein, 1990:19; Adi, 1998:82). Sebagian ahli yang lain,
mengatakan bahwa konsep interdisipliner ini merupakan fenomena abad kedua puluh dengan adanya
pembaharuan dalam dunia pendidikan, penelitian terapan, dan kegiatan yang menyeberang dari
batasan-batasan disiplin tertentu. Meskipun ide dasarnya dapat dikatakan tua, istilah interdisipliner
itu baru muncul pada abad ke-20. Menurut Klein (1990), studi interdisipliner dilakukan pendidik,
peneliti, dan banyak praktisi karena studi itu dapat menjawab situasi yang kompleks, menjawab
permasalahan yang luas, meneliti hubungan antardisiplin, menjawab masalah yang ada di luar lingkup
salah satu disiplin yang ada, dan mendapatkan keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas
maupun luas.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya
demikian banyak konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam
pengajaran selama masa sekolah. Kesukaran terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling efektif
untuk digunakan. Pendekatan interdisiplin menunjukkan bahwa beberapa konsep yang terpakai oleh
disiplin-disiplin ilmu sosial adalah sama.
Pendekatan interdisipliner juga berisi unsur-unsur “cross cultural’ dengan tujuan agar para
siswa menyadari kesamaan-kesamaan diantara beberapa kompetensi yang diplejari oleh siswa.
Unsur-unsur cross cultural juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami bahwa
perilaku yang unik dari orang itu kebanyakan perilaku hasil belajar.

Langkah Pendekatan Interdisipliner


Langkah-langkahatau tahapan dalam menentukan masalah yang terjadi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Pendidikan dalam menyelesaikan masalah dengan mencari solusi dan
mencari penyebabnya supaya masalah bisa teratasi dengan baik dan sudut pandang yang baik.
Pendidikan kejuruan harus dikembangkan kemampuan dan tingkah laku manusia yang
mampu menjawab tantangan global. Untuk menghadapi kehidupan global, proses pendidikan
kejuruan yang diperlukan adalah mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi, kemampuan
kerja sama, mengembangkan sikap inovatif dan meningkatkan kualitas.
Dalam membangun interdisipliner dibutuhkan langkah-langkah yang harus dijalani, yaitu
1. Ada masalah yang dirasa atau dipandang perlu diselesaikan secara bersama-sama.
Jadi, masalah yang ada harus dihadapi secara bersama-sama antar disiplin ilmu, antar penelitian
dan antar metode. Ketiga bentuk kerjasamaini mempunyai tujuan yang sama, namun masing-
masing mempunyai poladan cara dalam menyelesaikan masalahnya pun berbeda-beda.
Sehinggadengan berbagai pola yang dilakukan bisa saling melengkapi dan jugamasalah bisa
terselesaikan dengan mudah karena adanya bekerja samaantar bentuk.
2. Mengobservasi atau mengamati masalah yang ada.
3. Mengkaitkan dengan keilmuan yang ada
Semua masalah yang ada pasti ada sebab dan akibat, dan pastisemua yang terjadi ada ilmu yang
mendasarinya. Jadi, kejadian yang adadihubungkan dengan berbagai ilmu yang menyebabkan
terjadinya peristiwa itu. Contohnya banjir. Banjir dari pandangan alam disebabkanoleh "aktor
lingkungan. Bisa juga disebabkan oleh "aktor manusia, seperti pembuangan sampah di sungai.

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Interdisipliner


Kelebihan Pendekatan Interdisipliner adalah membantu mengembangkan pengalaman nyata
yang komprehensif bagi siswa. Hal ini merangsang dan memotivasi bagi para siswa dan guru. Secara
umum, lebih mudah untuk merencanakan unit-unit antar displin ilmu yang dapat dipelajari. Kelebihan
ketika para guru dapat merencanakan pekerjaan antar disiplin ilmu dengan baik sehingga penjadwalan
dapat disesuaikan dengan lingkungan sekolah: yaitu, unit-unit dapat berlangsung selama empat atau
delapan minggu,tergantung kepada kebutuhan guru. Singkatnya, unit-unit dapat dirancang secara
fleksibel agar sesuai dengan batasan-batasan waktu yang ada.
Kekurangan pendekatan ini memerlukan upaya dan perubahan, pendekatan ini memerlukan
pengaturan waktu yang baik serta tenaga yang lebih banyak dari pendidik serta dana yang diperlukan
untuk mendukung praktek-praktek yang dilakukan para siswa untuk perencanaan jangka panjang.
Orangtua mungkin memiliki kesulitan untuk mengetahui manfaat dari pendekatan ini sehingga
pendidik membutuhkan waktu dalam menjelaskan kepada orangtua.

Implementasi Interdisipliner pada Bidang Keahlian Produktif di SMK


Dalam penerapan pendekatan kurikulum interdidipliner pada sekolah menengah kejuruan
sudah terlihat pada susunan kurikulum 2013 versi 2017. Pendekatan interdisipliner tersebut dapat
diterapkan pada pembelajaran produktif, pelajaran yang menekankan pada pembelajaran praktek
kejuruan yang sesuai dengan bidang keahlian dan kompetensi keahlian. Selanjutnya kurikulum smk
tersebut diperbarui pada Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah No.
07/D.D5/KK/2018 yang berkaitan dengan stuktur kurikulum SMK/MAK bahwa susunan kurikulum
bidang keahlian teknologi dan rekayasa dengan program keahlian teknik mesin, yang terfokus pada
kompetensi keahlian teknik pemesinan sebagai berikut:
Gambar 1 Stuktur Kurikulum SMK/MAK Teknik Pemesinan
(Sumber: Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
No.07/D.D5/KK/2018)

Gambar 2 Stuktur Pembagian Jam Kurikulum SMK/MAK Teknik Pemesinan


(Sumber: Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
No.07/D.D5/KK/2018)
Dari gambar struktur kurikulum dan pembagian jam mata pelajaran diatas bahwa mata
pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan masuk dalam mata pelajaran kategori C3 kompetensi
keahlian. Mendapatkan 524 jam dengan pembagian semester 3 7jam, semester 4 7jam, semester 5
8jam dan semester 6 8jam. Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) adalah mata pelajaran yang
berkaitan dengan pengembangan peserta didik dalam disiplin ilmu, mata pelajaran tersebut dapat
dikatakan relatif baru dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pasalnya dalam penerapan
kurikulum 2013 versi 2017 masih baru dilaksanakan pada tahun 2017, pelaksanaanyapun belum
merata sepenuhnya. Dari fakta dilapangan, masih terdapat sekolah menengah kejuruan yang belum
menerapkan kurikulum 2013 versi 2017. Pada tahun pertama penerapan kurikulum, lebih tepatnya
tahun 2017 siswa kelas 10 belum melaksanakan mata pelajaran tersebut, dikarenakan mata pelajaran
Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) dalam susunan kurikulum terdapat pada kelas 11. Dengan
penerapan tersebut tentunya pada tahun pertama SMK belum dapat melaksanakan mata pelajaran
PKK, sehinga penerapan tersebut dilaksanakan pada tahun 2018, disusul stuktur kurikulum yang lebih
baru yakni kurikulum 2013 revisi 2018. Dengan hal itu maka tahun 2018 guru yang tergabung dalam
mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan melakukan sosialisasi baik secara internal sekolah
maupun musyawarah guru mata pelajaran produktif dan kewirausahan yang dilakukan oleh setiap
kabupaten dan kota.
Pelaksanaan disiplin ilmu pada pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) adalah
sebagai berikut :

Gambar 3 Jobsheet Handle Door SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan


Dari jobsheet gambar 3 tersebut tentunya jika dikaji oleh pendekatan disiplin ilmu dalam
kurikulum smk kompetensi keahlian, yakni satu disiplin ilmu. Jobsheet tersebut akan membelajarkan
siswa pada satu ilmu yang ada dalam kompetensi kehalian teknik pemesinan. Dimana siswa
menganalisis proses pengerjaan, diawali dari; (1) siswa melakukan pemotongan bahan yang
digunakan sesuai dengan jobsheet: (2) siswa menentukan langkah kerja proses pemesinan; (3) siswa
memahami ukuran dan penujuk ukuran yang akan dikerjakan; (4) siswa menentukan alat yang akan
digunakan dalam proses pemesinan; (5) siswa melakukan proses pemesinan; dan (6) siswa menguji
hasil gambar jobsheet yang dikerjakan. Paparan keenam proses diatas merupakan tahap yang harus
dikerjakan siswa smk kompetensi keahlian teknik pemesinan. Pelaksanaan keenam tahap tersebut
tentunya harus dilalui oleh siswa, pelaksanaanya sendiri dilakukan secara beurutan yang dimulai dari
tahap satu sampai dengan tahap keenam.

Mata
Pelajaran
PKK jobsheet
handle door

Kompetensi Keahlian teknik


Pemesinan

Gambar 4 Skema Satu Disiplin Ilmu


Dengan Skema tersebut dapat dijelaskan dari jobsheet handle door serta analisis langkah
pengerajaan maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan jobsheet tersebut
menggunakan satu disiplin ilmu. Yang mana satu disiplin ilmu tersebut hanya menggunakan
kompetensi keahlian teknik pemesian, tanpa harus beberapa disiplin bidang ilmu lainya.
Penerapan mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahan tentunya tidak hanya satu
pendekatan disiplin ilmu, melainkan harus beberapa pendekatan ilmu salah satunya adalah
pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner pada mata pelajaran produk kreatif dan
kewirausahaan smk kompetensi keahlian teknik pemesinan adalah pembuatan jobsheet potato spirals
yang ditunjukan pada gambar 5.

Gambar 5 jobsheet potato spirals


Dalam penerapan pendekatan interdisipliner pada mata pelajaran produktif smk program
keahlian teknik pemesinan adalah pembuatan alat potato spirals. Pembuatan tersebut tentunya tidak
dapat dikerjakan satu disiplin ilmu, sehingga diterapkan pendekatan interdisipliner. Interdisipliner
pada jobsheet gambar 5 menerapkan beberapa kompetensi keahlian dalam program keahlian teknik
pemesinan. Dimana dalam pada gambar yang ditujukan nomor 4, 7, dan 9 dilakukan proses
pengelasan SMAW, dengan kata lain bahwa pengelasan SMAW adalah kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang terdapat pada jurusan teknik pengelasan. Adapun dalam proses atau langkah
pembuatannya diawali dari; (1) siswa mengambar dengan menggunakan inventor 2016, kemudian
dijadikan file IDW yang akan ditampilkan dalam gambar 2D; (2) siswa menganalisi gambar, yang
digunakan acuan untuk operasional potato spirals; (3) siswa menganalisi bahan yang digunakan pada
potato spirals tersebut; (4) siswa menentukan proses pemesinan atau langkah kerja yang akan
dilakukan; (5) siswa menentukan peralatan yang akan digunakan dalam proses pembuatan potato
spirals; (6) siswa melakukan proses pemotongan bahan; (7) siswa melakukan proses pemesinan per-
part; (8) siswa melakukan proses assembly komponen part; (9) siswa melakukan uji coba alat potato
spirals; dan (10) siswa melakukan proses finishing alat.
Dari ke 13 proses pembuatan potato spirals yang dilakukan siswa tersebut tentunya bukan
lagi menerapakan pendekatan 1 disiplin ilmu. Seperti halnya pada proses pembuatan potato spirals
yang ditunjukan pada nomor 8 siswa melakukan proses assembly komponen part, yang berarti siswa
melakukan proses pemesinan menggunakan mesin las SMAW atau las busur listrik. Dengan hal itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan pada kompetensi
keahlian teknik pemesinan dapat menerapkan pendekatan interdisipliner. Dengan hal itu maka
pendekatan interdisipliner dapat diskemakan sebagai berikut :

Jobsheet
Teknik Teknik
potato
Pengelasan Pemesinan
spirals

Gambar 6 Skema Interdisipliner Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan


Penerapan multidisipliner dalam mata pelajaran produktif smk kompetensi keahlian teknik
pemesinan adalah pembuatan alat pengupas kulit telur puyuh otomatis.

Gambar 7 Alat Pengupas Kulit Telur Puyuh Otomatis


(sumber : aliexpress.com (online) diakses pada 13 Oktober 2019)
Proses peneparan pendekatan multidisipliner pada mata pelajaran produktif dan
kewirausahaan adalah pembuatan alat pengupas kulit telur puyuh otomatis. Multidisipliner tersebut
dapat dilihat dari langkah dan tahap proses pembuatan tersebut. Langkah pembuatan tersebut diawali
dari; (1) siswa mengambar dengan menggunakan inventor 2016, kemudian dijadikan file IDW yang
akan ditampilkan dalam gambar 2D; (2) siswa menganalisi gambar, yang digunakan acuan untuk
operasional pembuatan alat pengupas kulit telur puyuh otomatis ; (3) siswa menganalisi bahan yang
digunakan pada alat pengupas kulit telur puyuh otomatis tersebut; (4) siswa menentukan proses
pemesinan atau langkah kerja yang akan dilakukan; (5) siswa membuat rangkaian sistem otomatis
yang digunakan (6) siswa menentukan peralatan yang akan digunakan dalam proses pembuatan alat
pengupas kulit telur puyuh otomatis; (7) siswa melakukan proses pemotongan bahan; (8) siswa
melakukan proses pemesinan per-part ; (9) siswa melakukan proses assembly komponen part; (10)
siswa melakukan uji coba alat alat pengupas kulit telur puyuh otomatis; (11) siswa melakukan proses
finishing alat; (12) siswa melakukan analisis biaya pembuatan; (13) siswa melakukan harga dalam
penjualan alat pengupas kulit telur puyuh otomatis; dan (14) siswa melakukan penjualan. Dengan
langkah tersebut maka dapat digambarkan skema pendekatan multidisipliner pada mata pelajaran
produk kreatif dan kewirausahaan smk kompetensi keahlian teknik pemesinan sebagai berikut:

Teknik
Pengelasa
n

Teknik
Alat Teknik
Pemesinan pengupas Elektroni
Telur ka
Puyuh
Otomatis
Kwirausa
haan

Gambar 8 Skema Multidisipliner pada Mata Pelajaran PKK


Dari jobsheet mata pelajaran PKK yang dijelaskan pada gambar 7 kemudian perkuat dengan
gambar 8 bahwa mata pelajaran PKK dapat menerapkan pendekatan multidisiplin ilmu. Penerapan
multidisiplin ilmu karena tidak hanya satu kompetensi keahlian teknik pemesinan, melainkan
kombinasi dari berbagai disiplin ilmu antara lain adalah teknik pemesinan, teknik pengelasan, teknik
elektronika, dan ilmu kewirausahaan. Kurnia, toto, muslimin, dan wahowo (2018) menegaskan
bahwa cara belajar multidisipiner mampu melatih siswa untuk berpikir multidimensi, holistik dan
menyeluruh.

SIMPULAN
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antarsatu atau lebih disiplin, baik
yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program penelitian, dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis. Multidisipliner (multidisciplinay) adalah
penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Penerapan mata
pelajaran produk kreatif dan kewirausahan tentunya tidak hanya satu pendekatan disiplin ilmu,
melainkan harus beberapa pendekatan ilmu salah satunya adalah pendekatan interdisipliner.
Pendekatan interdisipliner pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan smk kompetensi
keahlian teknik pemesinan salah satu contohnya adalah pembuatan jobsheet potato spirals.
Sedangkan proses peneparan pendekatan multidisipliner pada mata pelajaran produktif dan
kewirausahaan adalah pembuatan alat pengupas kulit telur puyuh otomatis. jobsheet mata pelajaran
PKK yang dijelaskan pada gambar 7 kemudian perkuat dengan gambar 8 bahwa mata pelajaran PKK
dapat menerapkan pendekatan multidisiplin ilmu. Penerapan multidisiplin ilmu karena tidak hanya
satu kompetensi keahlian teknik pemesinan, melainkan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu antara
lain adalah teknik pemesinan, teknik pengelasan, teknik elektronika, dan ilmu kewirausahaan.
Dengan hal ini maka dapat disimpulkan implementasi kurikulum dengan pendekatan satu
disiplin ilmu, interdisipliner, dan multidisipliner sangat cocok di implementasikan pada mata
pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahan (PKK). Dengan penerapan itu dipandang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar banyak ilmu yang ada di dunia pendidikan, alam, dan
kehidupan sekitar. Penerapan pendekatan kurikulum tersebut pula, dapat meningkatkan berpikir kritis
pada diri anak, kreatif, inovatif, serta siswa untuk berpikir multidimensi, holistik dalam disiplin ilmu
semua bidang keahlian yang bukan fokus dalam jurusan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Aliexpress. 2017. Mesin Pengupas Telur Puyuh Otomatis. Diakses pada aliexpress.com (online)
pada 13 Oktober 2019.
Adi, I. R. 1998. Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Amerika, Humaniora, No.7, Januari –
Maret 1998, hal. 82-85.
Keputusan Senat Akademik Institut Teknologi Bandung, No.11/SK/11/-SA/OT/2012 tentang
Pedoman Kurikulum 2013-2018 Institut Teknologi Bandung.
Klein, J. T. 1990. Interdiciplinarity, History, Theory and Practice. Ohio: Wayne State University
Press.
Kurnia Avia riza Dwi, toto Nusantara, Muslimin Ibrahim, Wahono Widodo. 2018. Desain
Multidisipliner dan Transdisipliner untuk Melatih Keterampilan Pemecahan Masalah.
Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Setyawati, T. 2017. Langkah-langkah Pendidikan Interdisipliner. Ponorogo: Universitas
Muhammadya Ponorogo.
Sudikan. Setya Yuwana. 2015. Pendekatan Interdisiplaner, Multididipaner, dan Transdisiplaner
Dalam Studi Sastra. Unesa: Fakutas Sastra.
Sudarmoyo. 2013. Model Inter Disipline” https://sudarmoyo78.wordpress.com/2013/07/14/model-
inter-disipline/ Diunduh 07 Oktober 2019.
Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan no.07/D.D5/KK/2018, tentang Stuktur Kurikulum SMK/MAK.
Prentice, A.E .1990. “Introduction” dalam Information Science – The Interdisciplinary Context.
(ed. J. M. Pemberton dan A.E. Prentice). New York : Neal-Schuman Publishers.

Anda mungkin juga menyukai