PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi perkembangan ilmu
pengetahuan tak terkecuali perkembangan dalam lembaga sekolah menengah kejuruan. Pasalnya
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diperkirakan menjadi sentral keberhasilan lembaga sekolah
menengah yang mampu langsung menyalurkan tenaga kerja yang terampil. Dari keberhasilan lulusan
tersebut tentunya banyak faktor yang mempengaruhi salah satu adalah keberhasilan pelaksanaan atau
implementasi kurikulum dalam satuan pendidikan kejuruan.
Dalam kurikulum pendidikan kejuruan, pendekatan interdisipliner memang sebuah hal baru,
hal itu berbanding terbalik jika dibandingkan dalam kurikulum pendidikan tinggi. Seperti halnya
dalam naskah akademik Institut Teknologi Bandung (2018) yang menyebutkan bahwa istilah disiplin
telah digunakan sejak akhir jaman kuno, yang diturunkan dalam bahasa kuno discere yang berarti
pembelajaran yang dipahami sebagai cabang dari suatu ilmu pengetahuan yang diajarkan atau
kegiatan penelitian dalam cabang ilmu pengetahuan. Sudikan (2015) menyebutkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah cepat, dengan hal itu maka mengharuskan
pengaktualan diri dan meningkatkan disiplin ilmu agar terciptanya masyarakat yang kritis dan kreatif.
Dengan demikian seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kebutuhan masyarakat pada beberapa
disiplin ilmu yang saling berintegrasi juga semakin tinggi.
Wesley dan Wronski menyebutkan bahwa pendekatan interdisipliner disebut pendekatan
terpadu (integrated approach) atau correlation yang berarti konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu
atau bidang studi telah terpadu sebagai satu kesatuan (Sudarmoyo, 2013). Dengan hal itu maka
konsep pendekatan interdisipliner pada kurikulum pendidikan kejuruan tidak terikat dalam satu
bidang keahliah, program keahlian, dan kompetensi keahlian, melainkan integrasi dari semua ilmu
pengetahuan. Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah
adanya banyak konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam
pengajaran selama masa sekolah. Kesukaran terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling
efektif untuk digunakan. Pendekatan interdisipliner menunjukkan bahwa beberapa konsep yang
terpakai oleh disiplin-disiplin ilmu kejuruan adalah sama.
Pendekatan dalam suatu ilmu dapat dilihat melalui dua tipe yaitu monodisipliner dan
interdisipliner. Pendekatan monodisipliner yaitu pendekatan dengan suatu ilmu yang tunggal sudut
pandang. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan monodisipliner adalah mono (satu ilmu) atau
satunya itu. Di pihak lain, pendekatan dengan banyak ilmu lazim disebut pendekatan
interdisipliner/multidisipliner. Pemecahan masalah dalam studi sastra tidak memungkinkan
menggunakan pendekatan monodipliner karena masalahnya tidak hanya dalam satu bidang ilmu. Di
pihak lain, pendekatan dengan banyak ilmu lazim yakni pendekatan interdisipliner/multidisipliner.
Pemecahan masalah dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak memungkinkan menggunakan
pendekatan monodipliner karena masalahnya tidak hanya berkenaan dengan satu ilmu saja, tetapi
dengan pendekatan interdisipliner atau multidisipliner karena masalahnya menyangkut banyak ilmu
hanya berkenaan dengan satu ilmu saja, tetapi dengan pendekatan interdisipliner atau multidisipliner
karena masalahnya menyangkut banyak ilmu.
Pendekatan untuk melakukan pemecahan masalah yang menggunakan dua ilmu atau lebih
secara umum atau arti luas disebut juga dengan pendekatan interdisipliner atau pendekatan
multidisipliner yang sering pula ditulis pendekatan interdisipliner/multidisipline. Sudikan (2015)
menyebutkan pendekatan interdisipliner ini dapat dibagi ke dalam 4 jenis pendekatan, yaitu:
pendekatan interdisipliner, pendekatan multidisipliner, pendekatan transdisipliner, dan pendekatan
krosdisipliner.
Dari kempat pendekatan tersebut bertujuan untuk memberikan dasar siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dalam mata pelajaran produktif untuk disiplin ilmu, karena pendekatan tersebut
dipandang merupakan konsep yang penting untuk memberikan kesempatan para siswa memahami
intergrasi dari berbagai ilmu yang mendukung dalam pelajaran produktifnya. Dengan hal ini maka
artikel ini akan mengulas terkait dengan implementasi pendekatan interdisipliner pada mata pelajaran
produk kreatif dan kewirausahaan pada kompetensi keahlian teknik pemesinan.
PEMBAHASAN
Pendekatan Interdisipliner
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antarsatu atau lebih disiplin, baik
yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program penelitian, dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis. Multidisipliner multidisciplinay) adalah
penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Transdisipliner
(transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan
membangun kaitan dan keterhubungan antarberbagai disiplin (Prentice, 1990). Perbedaan mendasar
antara pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner terdapat pada kesinambungan
atau kepaduan antara bidang disiplin yang di satukan. Pada interdisipliner, bidang-bidang disiplin
ilmu tidak hanya di satukan tetapi juga ada kerjasama antara beberapa konsep yang ada pada masing-
masing bidang ilmu yang dibutuhkan pada bidang ilmu lainnya dalam satu kesatuan pembelajaran
ataupun pengerjaan suatu proyek. Sedangkan untuk multidisipliner berfokus pada pemanfaatan
beberapa bidang ilmu yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah tertentu baik masalah pada salah
satu bidang keilmuan ataupun merupakan permasalahan bersama. Tidak dituntut adanya hubungan
atau interaksi dari masing-masing bidang ilmu tersebut.
Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan
secara terpadu. Ilmu yang relevan maksudnya ilmuilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan
suatu masalah. Adapun istilah terpadu, yang dimaksud yaitu ilmu ilmu yang digunakan dalam
pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat (implisit)
merupakan suatu kebulatan atau kesatuan pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub
uraiannya kalau pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian. Ciri pokok atau kata kunci
dari pendekatan indisipliner ini adalah inter (terpadu antarilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau
terpadunya itu.
Secara definitif interdisiplin menyarankan penelitian dengan melibatkan dua bidang ilmu atau
lebih. Dikaitkan dengan jangkauan, model, dan batasanbatasan lain yang ditentukan dalam analisis,
maka jelas interdisiplin termasuk penelitian ekstrinsik, sebagai makro sastra. Istilah lain yang juga
dikenal, di antaranya: multidisiplin, krosdisiplin, transdisiplin, antardisiplin, dan lintas disiplin.
Multidisiplin menyarankan bahwa sejumlah ilmu, lebih dari dua ilmu yang berbeda digunakan untuk
menganalisis masalah yang sama. Sudikan (2015) menyatakan interdisiplin, krosdisiplin,
transdisiplin, antardisiplin, dan lintas disiplin, masing-masing terdiri atas dua ilmu.
Ada dua pendapat mengenai kelahiran pendekatan interdisipliner. Ada sebagian ahli yang
mengatakan bahwa konsep interdisipliner merupakan, yang berakar dari teori-teori, misalnya, teori
Plato, Kant, Hegel, dan Aristoteles (Klein, 1990:19; Adi, 1998:82). Sebagian ahli yang lain,
mengatakan bahwa konsep interdisipliner ini merupakan fenomena abad kedua puluh dengan adanya
pembaharuan dalam dunia pendidikan, penelitian terapan, dan kegiatan yang menyeberang dari
batasan-batasan disiplin tertentu. Meskipun ide dasarnya dapat dikatakan tua, istilah interdisipliner
itu baru muncul pada abad ke-20. Menurut Klein (1990), studi interdisipliner dilakukan pendidik,
peneliti, dan banyak praktisi karena studi itu dapat menjawab situasi yang kompleks, menjawab
permasalahan yang luas, meneliti hubungan antardisiplin, menjawab masalah yang ada di luar lingkup
salah satu disiplin yang ada, dan mendapatkan keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas
maupun luas.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya
demikian banyak konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam
pengajaran selama masa sekolah. Kesukaran terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling efektif
untuk digunakan. Pendekatan interdisiplin menunjukkan bahwa beberapa konsep yang terpakai oleh
disiplin-disiplin ilmu sosial adalah sama.
Pendekatan interdisipliner juga berisi unsur-unsur “cross cultural’ dengan tujuan agar para
siswa menyadari kesamaan-kesamaan diantara beberapa kompetensi yang diplejari oleh siswa.
Unsur-unsur cross cultural juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami bahwa
perilaku yang unik dari orang itu kebanyakan perilaku hasil belajar.
Mata
Pelajaran
PKK jobsheet
handle door
Jobsheet
Teknik Teknik
potato
Pengelasan Pemesinan
spirals
Teknik
Pengelasa
n
Teknik
Alat Teknik
Pemesinan pengupas Elektroni
Telur ka
Puyuh
Otomatis
Kwirausa
haan
SIMPULAN
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antarsatu atau lebih disiplin, baik
yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program penelitian, dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis. Multidisipliner (multidisciplinay) adalah
penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Penerapan mata
pelajaran produk kreatif dan kewirausahan tentunya tidak hanya satu pendekatan disiplin ilmu,
melainkan harus beberapa pendekatan ilmu salah satunya adalah pendekatan interdisipliner.
Pendekatan interdisipliner pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan smk kompetensi
keahlian teknik pemesinan salah satu contohnya adalah pembuatan jobsheet potato spirals.
Sedangkan proses peneparan pendekatan multidisipliner pada mata pelajaran produktif dan
kewirausahaan adalah pembuatan alat pengupas kulit telur puyuh otomatis. jobsheet mata pelajaran
PKK yang dijelaskan pada gambar 7 kemudian perkuat dengan gambar 8 bahwa mata pelajaran PKK
dapat menerapkan pendekatan multidisiplin ilmu. Penerapan multidisiplin ilmu karena tidak hanya
satu kompetensi keahlian teknik pemesinan, melainkan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu antara
lain adalah teknik pemesinan, teknik pengelasan, teknik elektronika, dan ilmu kewirausahaan.
Dengan hal ini maka dapat disimpulkan implementasi kurikulum dengan pendekatan satu
disiplin ilmu, interdisipliner, dan multidisipliner sangat cocok di implementasikan pada mata
pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahan (PKK). Dengan penerapan itu dipandang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar banyak ilmu yang ada di dunia pendidikan, alam, dan
kehidupan sekitar. Penerapan pendekatan kurikulum tersebut pula, dapat meningkatkan berpikir kritis
pada diri anak, kreatif, inovatif, serta siswa untuk berpikir multidimensi, holistik dalam disiplin ilmu
semua bidang keahlian yang bukan fokus dalam jurusan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Aliexpress. 2017. Mesin Pengupas Telur Puyuh Otomatis. Diakses pada aliexpress.com (online)
pada 13 Oktober 2019.
Adi, I. R. 1998. Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Amerika, Humaniora, No.7, Januari –
Maret 1998, hal. 82-85.
Keputusan Senat Akademik Institut Teknologi Bandung, No.11/SK/11/-SA/OT/2012 tentang
Pedoman Kurikulum 2013-2018 Institut Teknologi Bandung.
Klein, J. T. 1990. Interdiciplinarity, History, Theory and Practice. Ohio: Wayne State University
Press.
Kurnia Avia riza Dwi, toto Nusantara, Muslimin Ibrahim, Wahono Widodo. 2018. Desain
Multidisipliner dan Transdisipliner untuk Melatih Keterampilan Pemecahan Masalah.
Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Setyawati, T. 2017. Langkah-langkah Pendidikan Interdisipliner. Ponorogo: Universitas
Muhammadya Ponorogo.
Sudikan. Setya Yuwana. 2015. Pendekatan Interdisiplaner, Multididipaner, dan Transdisiplaner
Dalam Studi Sastra. Unesa: Fakutas Sastra.
Sudarmoyo. 2013. Model Inter Disipline” https://sudarmoyo78.wordpress.com/2013/07/14/model-
inter-disipline/ Diunduh 07 Oktober 2019.
Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan no.07/D.D5/KK/2018, tentang Stuktur Kurikulum SMK/MAK.
Prentice, A.E .1990. “Introduction” dalam Information Science – The Interdisciplinary Context.
(ed. J. M. Pemberton dan A.E. Prentice). New York : Neal-Schuman Publishers.