TKP.335
2. Efisiensi kerja yang tinggi, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Memilih alat, maksudnya jumlah dan tipe alat yang sesuai
b. Koordinasi yang baik terhadap alat-alat
c. Organisasi yang sesuai/cocok untuk kondisi tersebut
d. Buruh yang terlatih untuk tugasnya masing-masing
Gambar 2.1
OPEN PIT/OPEN CAST DAN OPEN CUT/OPEN MINE
Gambar 2.2
STRIP MINE
4. Alluvial Mining
Dapat dikatakan sebagai “Placer Mining” ataupun di Australia disebut “Beach-
mine”, yaitu cara penambangan untuk endapan placer atau alluvial.
Contoh, Tambang Cassiterite di Pulau Bangka, Belitung dan sekitarnya; Tambang
Ilmenite di Cilacap; Tambang Intan di Kalimantan Selatan.
STUDI KELAYAKAN
BAB III
PERENCANAAN TAMBANG TERBUKA
2. Jumlah cadangan dan umur tambang hal ini akan menentukan “Production
Rate” yaitu perbandingan antara jumlah cadangan dengan umur tambang.
Misalnya jumlah cadangan 100 ton, umur tambang diperkirakan 10 tahun, maka
“Production Rate” adalah 10 ton/tahun. Untuk umur tambang yang relatif singkat
tentu saja kebutuhan dan tipe alat-alat yang dipakai jauh berbeda dengan umur
tambang yang relatif lama.
Q
Pr = (Q = Jumlah cadangan; t = Umur Tambang)
t
3. Ukuran dan batas maksimum daripada kedalaman tambang pada akhir operasi
penambangan
4. Kemiringan Tebing (Bench), dengan bantuan data tentang ukuran dan batas
maksimum dari kedalaman pada akhir operasi, maka kemiringan bench dapat
diperhitungkan secara iterasi berdasarkan data fisik batuan. Semakin curam atau
miring semakin menguntungkan, karena apabila tebing landai mungkin ukuran
tambang akan besar dan volume “overburden” yang dibuangkan akan lebih besar
pula.
5. “Stripping Ratio” nya. Karena dalam perencanaan perlu ditentukan beberapa luas
daerah kuasa pertambangan yang diminta, maka seberapa banyak “overburden”
yang perlu dibuang; kemana pembuangannya, apakah seluas daerah yang diminta
dapat menampung “overburden” nya.
“Stripping Ratio” sama dengan tiga atau lebih besar lagi belum tentu
menguntungkan, karena untung atau tidaknya perusahaan dipengaruhi oleh nilai
bahan galian itu sendiri.
Misalnya : emas bila “Stripping Ratio” nya = 3 baru dikatakan menguntungkan,
tetapi batubara dengan stripping ration = 3 tidaklah dikatakan menguntungkan.
6. Cut Off Grade
Ada 2 (dua) pengertian daripada “cut off grade”, yaitu :
a. Kadar terendah yang masih memberikan keuntungan apabila bijih tersebut
ditambang
b. Kadar terendah rata-rata yang masih menguntungkan apabila bijih tersebut
ditambang
Pengaruh daripada “cut off grade” ini pada penentuan batas cadangan dan
mixing. “Cut off Grade” bertambah besar, maka nilai cadangan akan turun,
demikian pula sebaliknya.
Untuk menambah faktor-faktor 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 dibutuhkan data eksplorasi tentang
“
1. Keadaan endapan bijih, yaitu :
a. Ukuran, bentuk dan posisinya
b. Sifat-sifat fisik seperti kekerasan batuan, berat jenis, struktur mineral/batuan
c. Kadarnya, termasuk penyebaran kadarnya
d. Tipa endapan (vein, massive dan sebagainya)
2. Keadaan “Overburden” dan “Country Rock”
Sifat-sifat fisiknya seperti kekerasannya, kelunakan, moisture content, besar jenis,
Swell factor dan jumlahnya. Dan sifat fisik “Country Rock” antara lain
permeabilitasnya, kekompakannya, berat jenisnya dan strukturnya.
3. Keadaan pasaran daripada produk yang nantinya akan dihasilkan baik masih
berbentuk bijih ataupun konsentrate. Keadaan pasaran tidak hanya harganya saja,
tetapi prospektifnya, apakah cenderung untuk stabil atau tidak. Bila harganya
akan naik peningkatan produksinya berangsur-angsur saja atau lambat-lambat
saja. Keadaan pasaran ini mempengaruhi “cut off grade”. Sedangkan yang
menentukan harga-harga dari “cut off grade” ini adalah pimpinan (manager).
Bila data ini sudah lengkap, maka barulah diadakan perencanaan (design).
Semua data yang telah diuraikan di atas, pada pokoknya dapat dibagi kedalam dua
golongan, yaitu : data untuk pertimbangan ekonomis (economical considerations) dan
data untuk pertimbangan teknis (technical consideration).
Pertimbangan Ekonomis
Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan design pada Tambang
Terbuka yang terpenting ada 4 (empat) macam, yaitu :
1. Nilai (value) daripada endapan bijih per unit berat (P). Dan biasanya dinyatakan
dalam ($/ton) atau (Rp/ton).
Misalnya :
endapan emas 10 gram/ton; harga emas 1 gram Rp. 750,-
maka nilai endapan bijih ini = Rp. 7.500,-
Misalkan 60% Fe2O3/ton; Harga Fe = Rp. 100,- /kg, maka nilainya adalah :
60
x Rp. 100,-/kg x 1000 kg = Rp. 6.000,- / ton bijih
100
3. Ongkos “Stripping of overburden” nya (Cob) dinyatakan dalam per ton bijih,
yang dapat dicari dengan mengetahui terlebih dahulu “Stripping Ratio” nya.
Misalkan dari hasil pembuangan “overburden” 1.000 ton, akan didapatkan bijih
500 ton. Sedangkan ongkos untuk “stripping of overburden” nya Rp. 100,-/ton,
maka dapat dihitung harga per ton bijih sebagai berikut :
Ongkos “stripping of overburden” per ton ore
ton" overburden"
= x ongkos penggalian / ton
ton" ore"
1000
= x Rp 100,-/ton
500
= Rp 200,-/ton bijih
PC
BESR =
Cob
dimana :
BESR = Break Event Stripping Ratio
P = nilai endapan bijih per ton
C = ongkos endapan bijih per ton
Cob = ongkos penggalian “overburden” per ton bijih
Untuk mengetahui apakah pemilihan cara penambangan dengan Tambang
Terbuka menguntungkan atau tidak, maka harus ditentukan dulu “BESR”nya atau
“economic stripping ratio”nya. Kalau “BESR” lebih besar daripada 1 (satu), maka
akan menguntungkan ditambang dengan sitem Tambang Terbuka. Tetapi kalau
“BESR”nya lebih kecil daripada 1 (satu), akan rugi. Lebih baik dicoba dengan sistem
Tambang Bawah Tanah. Dan apabila “BESR”nya = 1, maka kerja tersebut tidak
mendatangkan keuntungan.
Alternatif lain, kalau “BESR”nya lebih kecil daripada nol, maka lebih
menguntungkan bila ditambang dengan sistem Tambang Bawah Tanah.
Menurut textbook, bahwa “Stripping Ratio” sama dengan atau lebih dari 3
(tiga), menguntungkan. Tetapi sesungguhnya ini belum tentu menguntungkan. Di sini
yang penting adalah ongkos strippingnya, dan nilai bahan galian itu sendiri.
“BESR” dipengaruhi oleh kadar endapan, harga pasaran dan produknya. Salah
satu contoh cara pembuatan grafik “BESR” adalah sebagai berikut :
Gambarkan grafik “BESR” sebagai fungsi dari % Cu, untuk harga metal Cu berturut-
turut 25 C/lb; 30 C/lb; 35 C/lb. Bila diketahui pula :
a. Mining and milling costs : $ 0,50 ,- /ton ore
b. General costs and depreciation : $ 1,35 ,-/ton ore
c. Treatment cost : $ 1,77 ,-/ton ore 1,4 % Cu
: $ 1,46 ,-/ton ore 1,2 % Cu
: $ 1,17 ,-/ton ore 1,0 % Cu
: $ 0,90 ,-/ton ore 0,8 % Cu
: $ 0,65 ,-/ton ore 0,6 % Cu
d. Stripping cost : $ 0,40 ,-/ton ore (c)
e. Smelter recovery : 90%
Penyelesaian : Lihat Tabel 1
Keterangan * :
*) Misalkan 1,4% Cu, dalam 1 ton :
1,4
x 2000 x0,9 25,2 lb Cu per ton ore
100
Jadi value = 25,2 lb/ton ore x 25 c/lb Cu = $ 6,30,- per ton ore
P C 6,30 3,62 2,68
**) BESR = 6,7
Cob 0,40 1,40
TABEL 3.1
PERHITUNGAN ONGKOS
% Cu 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6
Mine & Mill Cost $ 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Gen Cost & Depr $ 1,35 1,35 1,35 1,35 1,35
Total Cost I $ 1,85 1,85 1,85 1,85 1,85
Treatment Cost $ 1,77 1,46 1,17 0,99 0,65
Total Cost II $ 3,62 3,31 3,02 2,75 2,50 (b)
Price (25 c/lb)*) $ 6,30 5,40 4,50 3,60 2,70 (a)
Profit (Net Value) $ 2,68 2,09 1,48 0,85 0,20
BESR**) 6,7 5,2 3,7 2,1 0,5
Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk metal yang berharga 30 c/lb dan
35 c/lb. Sedangkan grafik BESR untuk metal yang berharga 25 c/lb, dapat dilihat
pada Gambar 3.1
Gambar 3.1
GRAFIK “BESR”
BESR setiap tahun akan berubah-ubah. Pada saat menambang BESR tidak
ada, pada saat berproduksi BESR, dari kecil lalu membesar. Grafik BESR akan naik
pada saat produksi dan pembuangan “overburden” seimbang.
Di dalam operasi penambangan terdapat 2 (dua) pilihan, yaitu melakukan
“Stripping of overburden” terlebih dahulu, kemudian baru menggali “ore”, ataupun
menggali overburden (Stripping of overburden) dalam batas-batas tertentu, kemudian
diikuti pula dengan penggalian “ore”.
Keuntungan melakukan “Stripping of overburden” secara keseluruhan setelah
mengambil ore, adalah :
a. Begitu “overburden” terkupas, maka akan didapatkan “ore” secara terus-
menerus
b. Pengontrolan akan lebih mudah
Adapun kerugiannya, adalah selama menggali overburden tidak berproduksi,
jadi BESR-nya kecil sekali. Sedangkan keuntungan melakukan “Stripping of
overburden” dalam batas tertentu, kemudian diadakan penggalian ore (dimana
kegiatan “stripping of overburden” terus berlangsung), adalah sekaligus dengan
mengerjakan “stripping of overburden” dapat berproduksi. Sehingga ongkos
stripping dapat ditutupi dengan penjualan “ore”, oleh karena itu tidak memerlukan
penanam modal yang besar (dibandingkan dengan cara pertama). Dan kerugiannya
disamping mengurusi “stripping of overburden” harus memikirkan pengangkutan
“ore” dari dalam pit (padahal masih sangat curam), lihat Gambar 3.2.
Gambar 3.2
HUBUNGAN KERJA ANTARA “STRIPPING OF OVERBURDEN”
DENGAN PENGGALIAN “ORE”
Suatu ketika design dapat berhenti (merupakan limit), yaitu bila c menjadi
sangat besar. Pada saat ini, sistem open pit atau Tambang Terbuka dapat diubah
menjadi Tambang Bawah Tanah. Misal : Kiruna Mine di Swedia
Untuk endapan yang luas/lebar, maka harus diambil pada zone-zone tertentu
(pengambilan “ore”nya) sebagai “sample”, untuk menentukan kadar rata-ratanya.
Jangan kadar rata-rata dari keseluruhannya. Untuk daerah-daerah yang miskin dan
batuannya kompak dibuat bench-nya yang agak curam. Dan kalau “overburden”nya
tidak sama pada bagian-bagian tertentu, maka perlu dibagi dalam zone-zone (lihat
Gambar 3.3), disebut pula “zoning”.
Gambar 3.3
“ZONING”
Mengenai naik turunnya harga mineral dapat diketahui sejak tahun 1930 di
dalam literature yang disusun oleh para “Mineral Economist” (orang yang
mempelajari tentang ekonomi suatu mineral). Dari pertimbangan ekonomis yang
terakhir daripada “grade” suatu “ore”, ditentukan oleh manager. Dimana
dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi atau pemasarannya. Kalau harga logam
naik, maka “cut off grade” diperluas.
Sebagai contoh : Suatu endapan besi sekunder menurut penyelidikan geologi
dan eksplorasi memiliki “bed rock” yang mengandung kadar Fe yang kecil sekali.
Cadangan adalah sebagai berikut :
a. yang berkadar 60 % Fe2O3, berjumlah 1 juta ton
b. yang berkadar 60 % Fe2O3, - 55 % berjumlah 5 juta ton
c. yang berkadar 55 % Fe2O3 – 50% berjumlah 5 juta ton
Material yang menutupi endapan dengan kadar yang berkadar 60 % Fe 2O3
berjumlah 25 juta ton. Berapakah “stripping ratio” bila “cut off grade” berturut-turut
59,5 %; 54,5 %; dan 49,5 %. Untuk dapat menghitung “stripping ratio” perlu dicari
jumlah “ore” dan jumlah “overburden” nya (lihat Gambar 3.4).
Gambar 3.4
CONTOH PERHITUNGAN “STRIPPING RATIO”
Dengan menurunkan “cut off grade”, maka design pun akan berubah. Ada
kemungkinan dengan menurunkan “cut off grade”, keuntungan pun tidak bertambah,
karena dipengaruhi kemajuan teknologi, “Cut off grade” yang rendah banyak
memerlukan ongkos-ongkos pengolahan (untuk reagent, filter-flotasi dan
sebagainya).
Tetapi pada umumnya, menurunkan “Cut off grade” maka keuntungan akan
bertambah. Bila “cut off grade” diturunkan, maka persen recovery akan naik, namun
belum tentu mendatangkan keuntungan. Ini perlu adanya kompromi antara designer
dengan pihak pengelola terlebih dahulu.
Hasil pada suatu penambangan hendaknya mempunyai kadar-kadar rata-
ratanya yang konstan. Karena kalau kadar rata-ratanya tidak konstan, maka
pengolahan setiap hari harus berubah, misalnya jumlah reagent yang diperlukan, alat-
alatnya dan sebagainya. Jadi dapat dikatakan tidak praktis.
Bagaimana caranya agar kadar rata-rata tersebut konstan? Yaitu dengan cara
“mixing” atau “blending”, agar bijih homogen. Alat-alat harus disebarkan pada
tempat-tempat tertentu untuk memudahkan “mixing” adalah sebagai berikut:
Misalnya pada 3 buah tempat yaitu A, B dan C (lihat gambar 3.5) endapan
dengan kadaryang berbeda-beda. Bijih pada daerah A dengan kadar a %,
jumlah b ton; bijih pada daerah B dengan kadar c% jumlah 4 ton; bijih pada
daerah c dengan kadar e %, jumlah f ton. Maka kadar rata-rata adalah :
axb cxd cxf
x100%
bd f
Pertimbangan Teknis
Mempertimbangkan Pengaruh Struktur Geologi
“Slope Stability” juga tergantung kepada struktur geologinya, yaitu joints,
fault ataupun fold. Terutama pengaruh yang mudah dilihat adalah pada daerah-
daerah yang merupakan stratifikasi (perlapisan) bahan-bahan sedimen.
Gambar 3.6
CARA MEMBUAT BENCH
Bila materialnya kompak, maka bench dibuat seperti tampak pada gambar
3.6a. Dan bila materialnya tidak kompak, maka bench dibuat seperti gambar 3.6b.
Kalau struktur geologinya miring (perlapisannya miring), maka bench dibuat
menurut kemiringan struktur, lihat gambar 3.7.
Gambar 3.7
CARA MEMBUAT BENCH PADA DAERAH PERLAPISANNYA MIRING
Gambar 3.8
CARA MEMBUAT BENCH YANG TIDAK BENAR
Gambar 3.9
CARA MEMBUAT BENCH PADA DAERAH FAUNTED
“Ultimate Pit Slope”
“Ultimate Pit Slope” adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang
terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada kemiringan ini jenjang masih tetap
mantap (stabil).
Jadi dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang terbuka harus
ditinjau dari dua segi, yaitu :
1. Dari segi ekonomis masih menguntungkan
2. Dari segi teknis keamanannya bisa dijamin
Dengan demikian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kemiringan
lereng (ultimate pit slope) suatu tambang adalah :
1. BESR yang masih diperbolehkan
2. Struktur geologi yang meliputi “joint”, bidang-bidang geser, patahan dan
lain-lain.
3. Adanya air, yaitu kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan batuan
4. Unsur waktu
Hubungan antara “ultimate pit slope” dengan BESR dapat berubah-ubah
tergantung dari harga metal di pasaran.
Gambar 3.10
DIMENSI BENCH BERDASARKAN ALAT-ALAT YANG DIPAKAI
dimana :
Wmin = lebar bench minimum
y = lebar bench yang di bor
Wt = lebar dari alat angkut
Ls = panjang power-shovel (tanpa boom)
G = “Floor cutting radius” dari power-shovel
1
Wb = lebar material hasil peledakan (dianggap sama dengan y)
2
Gambar 3.11
LEBAR BENCH MENURUT HEAD QUARTER DEPARTEMENT OF THE
ARMY
Gambar 3.12
PENGERTIAN TINGGI OPTIMUM DAN TINGGI MAKSIMUM BENCH
Gambar 3.13
LEBAR BENCH MENURUT FORMULASI RK GANDHY (1969)
5 Wt disediakan untuk tempat alat angkut (trucks), dengan perincian 3 ft
untuk tempat truck dan 2 ft untuk aliran truck tersebut.
Pada tambang besar semua bench digali, maka pekerjaan harus diatur
sedemikian rupa, sehingga alat-alat tidak sampai menganggur, penggalian dan
penyebaran diatur sedemikian rupa urut-urutan kerjanya.
Pendapat Gandhy mengenai tinggi bench adalah :
dimana :
Lo = tinggi optimum bench
Cd = dipper capacity alat gali
Disamping itu Gandhy membagi formulasi lain tentang dimensi bench, yaitu :
dimana :
Lmin = lebar minimum bench
= lebar untuk menampung pengembangan material yang bergerak
kearah memanjang
dimana :
Sf = Swell factor
y
b = konstanta factor = ; y = lebar bagian yang dibor
L
= natural angle of refuse
Catatan untuk limestone = 300 – 450
Dan untuk mencari lebar bench untuk menampung hasil peledakan (Z), digunakan
rumus :
1
L
Z = 2 2b cos - bL ....................ft
13
Sf
Rs = 4,3 Cd + 23............................................ft
Untuk mencari G :
G = 2,7 Cd + 15............................................ft
Pertimbangan Ekologi
BAB IV
Gambar 4.1
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
4.1.2. Eksplorasi
Penyelidikan eksplorasi merupakan kegiatan lanjutan dari
penyelidikan umum yang bertujuan mendapatkan kepastian tentang
endapan bahan galian tersebut, yaitu mengenai :
1. Bentuk, ukuran serta letak atau kedudukan endapan bahan galian.
2. Penentuan besarnya dan mutu (kadar) cadangan.
3. Sifat fisik dan kimia bahan galian.
4. Sifat fisik dan kimia batuan sekelilingnya dan lain-lain.
1. Penyelidikan geologi secara lebih teliti baik kea rah horizontal maupun
vertical.
2. Melakukan pengambilan percontoh secara sistematis dan lebih terinci
(detail) dengan cara melakkan pemboran inti (core drilling) membuat
terowongan buntu (adit) atau sumur uji (test pit).
4.1.3. Studi Kelayakan
Tahap ini merupakan puncak dari serentetan penyelidikan awal
sebelum usaha penambangan dimulai. Studi kelayakan ini merupakan
evaluasi dan perhitungan-perhitungan untuk menentukan dapat atau
tidaknya suatu endapan bahan galian ditambang dengan menguntungkan
berdasarkan pertimbangan-pertimabangan teknis dan ekonomis dengan
mengingat keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup.
Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan pengamatan serta proyeksi-
proyeksi harga dan pemasaran untuk dapat memperkirakan harga pokok
dan hasil penjualandi kemudian hari. Laporan yang telah dihasilkan harus
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang prospek endapan bahan
galian tersebut bila ditambang, dan untuk dapat mengambil keputusan
serta mengambil langkah-langkah selanjutnya.
Gambar 4.2
BUKIT YANG AKAN DIHITUNG BESAR VOLUMENYA
Rumus ini untuk bentuk yang tidak teratur, misalnya kalau dilihat dari
atas counturnya bengkok-bengkok. Bila bentuknyateratur atau hamper
bundar, maka volumenyaper interval counter (antara L1 dan L2), maka :
Volumenya : ( L1 + L2 ) x 1/3 t ( ini adalah volume bagiannya )
2
Jadi volume keseluruhannya adalah : penjumlahan dari volume-volume
bagiannya.
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009