GEOTEKNIK
26
Data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan tambang terbuka
meliputi:
1. Data geologi (topografi, morfologi, litologi, struktur, stratigrafi)
2. Data hidrologi dan hidrogeologi (muka air tanah, arah aliran air tanah)
3. Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas,void ratio, batas Atterberg
kadang diperlukan untuk material tanah)
4. Sifat mekanik (kuat tekan uniaksial, kuat geser, Poisson’s ratio, kuat tarik,
modulus elastisitas, sudut gesek dalam)
5. Daya dukung tanah (untuk rancangan pondasi, jalan angkut).
Parameter geoteknik di atas diperoleh melalui penyelidikan baik di lapangan
maupun di laboratorium (lihat Gambar 3.1.).
Karakteristik
Sampling
Akuifer
PENGUJIAN
LABORATORIUM
Sifat Fisik
Kuat Tekan Uniaksial
Uji Geser Langsung
Gambar 3.1
Penyelidikan Geoteknik untuk Rancangan Tambang Terbuka
27
Tujuan dalam perancangan geoteknik tambang adalah bahwa dalam
merancang suatu tambang baik tambang terbuka perlu dilakukan analisis terhadap
kestabilan yang terjadi karena proses penggalian atau penimbunan, sehingga
dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan yang aman dan ekonomis.
3. Menyusun suatu klasifikasi dan berbagai tipe urutan stratigrafi batuan atap atau
lantai, dan untuk mengkaji stabilitas relatifnya di bawah tegangan terinduksi
akibat penambangan
28
Menurut Kepmen Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995
Pasal 241
Tinggi Permukaan Kerja Dan Lebar Teras Kerja :
(1) Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat dengan baik dan aman untuk
keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh.
(2) Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang
mengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus :
a. tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual
b. tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan secara mekanik dan
c. tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan dengan menggunakan
clamshell,dragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali
mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
(3) Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak
boleh lebih dari 6 meter, apabila dilakukan secara manual.
(4) Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang
dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang
maksimum untuk semua jenis material kompak 15 meter, kecuali mendapat
persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
(5) Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila :
a. tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang lebih
dari 15 meter, dan
b. tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.
(6) Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau
disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan
aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety bench) pada
tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan
adanya rekanan atau tanda-tanda tekanan atau tanda-tanda kelemahan
lainnya.
29
3.2. Data Lapangan
Pengukuran arah kemiringan (strike atau dip direction) dan jarak antar
kekar pada bidang ketidakmenerusan di lapangan dilakukan pada beberapa lokasi
dari berbagai sisi dari bahan galian yang akan ditambangPengambilan data
strike/dip dan spasi kekar diambil pada 3 lokasi, yaitu :
Dip Direction Lereng :
Lereng 1 : N 256o E
Lereng 2 : N 290o E
Lereng 3 : N 16o E
Lereng 4 : N 328o E
Dip Lereng 1,2,3, dan 4 : 240
Tabel 3.1
Hasil Pengukuran Kekar
30
No. Dip (°) DD (N ... °E) Jarak (m)
24 53 335 0.11
25 41 317 0.09
26 62 327 0.12
27 39 292 0.11
28 41 324 0.10
29 46 311 0.14
30 43 323 0.11
31 57 345 0.12
32 49 336 0.12
33 37 319 0.13
34 34 287 0.09
35 18 279 0.14
36 36 341 0.15
37 19 265 0.10
38 18 263 0.09
39 26 290 0.08
40 19 283 0.09
41 20 273 0.11
42 22 264 0.09
43 21 260 0.15
44 19 254 0.12
45 57 321 0.15
46 19 266 0.10
47 22 273 0.11
48 43 317 0.09
49 18 274 0.14
50 22 250 0.12
51 64 315 0.10
52 47 213 0.15
53 37 196 0.13
54 43 236 0.16
55 43 215 0.09
56 42 319 0.11
57 52 337 0.14
58 20 265 0.12
59 22 273 0.14
60 19 268 0.09
61 21 271 0.13
62 20 268 0.12
63 21 259 0.15
31
No. Dip (°) DD (N ... °E) Jarak (m)
64 49 215 0.16
65 56 227 0.10
66 20 248 0.15
67 22 239 0.09
68 20 249 0.10
69 19 235 0.14
70 20 273 0.12
71 22 272 0.09
72 20 267 0.13
73 21 262 0.11
74 37 328 0.15
75 43 319 0.12
76 23 272 0.13
77 19 267 0.08
78 20 271 0.09
79 47 341 0.14
80 41 339 0.12
81 16 285 0.11
82 10 290 0.16
83 14 278 0.09
84 19 282 0.14
85 23 281 0.13
86 31 297 0.09
87 10 275 0.12
88 18 273 0.13
89 49 227 0.09
90 35 303 0.16
91 16 276 0.13
92 10 281 0.12
93 14 271 0.08
94 48 276 0.09
95 42 335 0.13
96 10 265 0.14
97 21 263 0.10
98 42 238 0.10
99 37 224 0.08
100 53 347 0.13
101 24 268 0.10
102 48 342 0.12
103 42 204 0.14
32
No. Dip (°) DD (N ... °E) Jarak (m)
104 18 252 0.13
105 53 213 0.08
106 39 227 0.14
107 19 252 0.12
108 43 225 0.13
109 38 246 0.15
110 18 257 0.10
111 35 245 0.14
112 31 238 0.08
113 41 207 0.12
114 11 254 0.14
115 39 204 0.13
116 36 317 0.12
117 10 241 0.15
118 10 247 0.09
119 49 309 0.12
120 36 238 0.11
121 18 265 0.15
122 39 276 0.13
123 59 226 0.14
124 41 217 0.16
125 18 261 0.10
126 52 217 0.08
127 37 231 0.14
128 18 266 0.09
129 45 319 0.14
130 31 345 0.09
131 39 312 0.15
132 34 264 0.12
133 53 219 0.14
134 35 271 0.12
135 45 295 0.09
136 45 342 0.13
137 21 246 0.11
138 34 218 0.14
139 32 233 0.12
140 51 228 0.13
141 53 220 0.14
142 43 289 0.12
143 23 278 0.11
33
No. Dip (°) DD (N ... °E) Jarak (m)
144 28 303 0.10
145 46 286 0.12
146 43 337 0.14
147 34 284 0.12
148 38 295 0.09
149 52 343 0.11
150 43 324 0.13
34
untuk mendapatkan data sifat fisik dan mekanik batuan. Macam uji yang
dilakukan adalah uji sifat fisik, uji kuat tekan, dan uji kuat geser.
Pengujian sifat fisik dan sifat mekanik dilakukan dengan mengambil
sampel dari lapangan. Pengujian dilakukan di laboratorium Mekanika Batuan
UPN “Veteran” Yogyakarta. Berikut data hasil pengujian sifat fisik yang telah
dilakukan pada perconto batuan yang telah diambil :
Lokasi : Dusun Trengguno Wetan, DesaSidorejo,
KecamatanPonjong, KabupatenGunungKidul,
Yogyakarta
Hari, Tanggal Uji : Jumat, 4 Agustus 2017
Jenis Batuan : Batugamping
Diuji oleh : Kelompok 10
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Sifat Fisik
No. Parameter (Sifat Fisik) Sampel
A B C
1. Berat Asli (gr) 312,5 258,9 298,7
35
12. Derajat Kejenuhan (%) 12,5 5,208 13,333
Pengujian kuat tekan juga dilakukan pada conto yang telah diambil di
lokasi yang akan ditambang. Conto batuan yang diambil mewakili pada daerah-
daerah yang berbeda. Hal ini dilakukan agar hasil pengujian dapat mewakili
secara keseluruhan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin uji kuat
tekan (lihat Lampiran D.1.).
Tabel 3.3.
Perhitungan Pengujian Kuat Tekan Uniaksial Sampel A
Data yang Didapat Dari Grafik
Tabel 3.4.
Perhitungan Pengujian Kuat Tekan Uniaksial Sampel B
Data yang Didapat Dari Grafik
36
Tabel 3.5.
Perhitungan Pengujian Kuat Tekan Uniaksial Sampel C
Data yang Didapat Dari Grafik
Tabel 3.6.
Perhitungan Pengujian Kuat Geser Sampel A
Beban Normal Tegangan Normal Tegangan Geser Residu
(kN) (kPa) (kPa)
0,2 80 105
Tabel 3.6.
Perhitungan Pengujian Kuat Geser Sampel B
Beban Normal Tegangan Normal Tegangan Geser Residu
(kN) (kPa) (kPa)
0,4 160 129,83
Tabel 3.7
Perhitungan Pengujian Kuat Geser Sampel C
Beban Normal Tegangan Normal Tegangan Geser Residu
(kN) (kPa) (kPa)
0,6 240 153,155
37
Tabel 3.8
Hasil Pengujian Kuat Geser
Gambar 3.2.
Analisis Potensi Kelongsoran pada Lereng 1
Gambar 3.3.
Analisis Potensi Kelongsoran pada Lereng 2
38
Gambar 3.4.
Analisis Potensi Kelongsoran pada Lereng 3
Gambar 3.5.
Analisis Potensi Kelongsoran pada Lereng 4
39
a. Rock Mass Rating (RMR)
Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR = klasifikasi Geomekanika) dibuat
pertama kali oleh Bieniawski (1973). Sistem klasifikasi ini telah dimodifikasi
beberapa kali, terakhir pada tahun 1989. Modifikasi selalu dengan data yang baru
agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan disesuaikan dengan standar
internasional.
Klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating menggunakan 6 parameter berikut ini
(lihat Tabel 3.9.) :
(1) Kuat tekan uniaksial dari material batuan
(2) Rock Quality Designation (RQD)
(3) Spasi ketidakmenerusan
(4) Kondisi rekahan, meliputi : kekasaran (roughness), lebar celah (apperture),
dan ketebalan bahan pemisah atau pengisi celah (width filled atau gouge),
tingkat pelapukan (weathered) dan kemenerusan kekar atau terminasi
(extension)
(5) Kondisi air tanah
(6) Orientasi ketidakmenerusan.
Terkait dengan materi yang dibahas yaitu lereng, maka parameter keenam
tersebut disesuaikan untuk keperluan analisis kestabilan lereng seperti yang
dikemukakan oleh Romana (1985).
Tabel 3.9.
Parameter Klasifikasi dan Pembobotannya dalam Sistem RMR
Parameter Selang Nilai
kuat tekan
Kuat PLI
> 10 4-10 2-4 1-2 rendah perlu
Tekan (MPa)
UCS
1 Batuan
UCS 5-
Utuh > 250 100-250 50-100 25-50 1-5 <1
(MPa) 25
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
40
Bobot 20 15 10 8 5
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran/10m
panjang
None < 10 10-25 25-125 > 125
tunnel
(ltr/menit)
Air
tanah Tek. Air
pada pada
5
kekar kekar/maks
0 < 0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 > 0.5
tegangan
utama
(MPa)
Kondisi
Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Umum
Bobot 15 10 7 4 0
Dari pembobotan menurut RMR System (lihat Tabel 3.9.), maka didapat
deskripsi kelas massa batuan (Bieniawski, 1973) lereng adalah kelas II, adalah
sebagai berikut :
41
Tabel 3.10.
Pembobotan RMR System Kekar
No. Klasifikasi Nilai Pembobotan
1 Kekuatan Batuan
14,4 2
(MPa)
4 Kondisi Rekahan
Agak kasar, pemisahan 1 mm,
25
dinding agak lapuk
Bobot Total 58
Tabel 3.11.
Deskripsi Batuan Berdasarkan RMR System
Bobot Kelas Deskripsi Batuan
61-80 II Good Rock
42
diidentifikasi manjadi “bobot pengatur metode penggalian” sebagai faktor koreksi
keempat (F4).
Selain itu untuk melihat potensi kelongsoran terhadap kemantapan lereng (tabel
3.6.), Romana menekankan deskripsi detail karakteristik struktur geologi,
terutama kekar.
Dengan demikian parameter Slope Mass Ratting (SMR) selengkapnya adalah
meliputi :
1. Rock Mass Ratting (RMR), yaitu bobot massa batuan ( bobot total RMR ).
2. Orientasi (dip dan dip direction) bidang lemah atau kekar.
3. Orientasi (dip dan dip direction) jenjang/lereng.
4. Metode penggalian yang digunakan dalam pembentukan lereng.
Slope Mass Rating (SMR) pada dasarnya ditunjukan untuk analisis longsoran
bidang dan longsoran guling, karena kedua jenis longsoran ini yang lebih sering
terjadi pada jenis material batuan. Oleh karena itu SMR tidak meperhatikan
longsoran busur (tipikal longsoran tanah) maupun longsoran baji secara langsung.
Tabel 3.5.
Parameter Bobot Penyesuai Kekar untuk F1, F2, dan F3 (ROMANA, 1980)
kriteria factor Sangat Tidak Sangat tidak
Kasus koreksi menguntungkan Menguntungkan Sedang menguntungkan menguntungkan
P αj-αs >30⁰ 30-20⁰ 20-10⁰ 10-5⁰ <5⁰
T αj-αs-180⁰ 0,15 0,4 0,7 0,85 1
P/T Bobot F1
P βj <20⁰ 20-30⁰ 30-35⁰ 35-45⁰ >45⁰
P Bobot F2 0,15 0,4 0,7 0,85 1
T Bobot F2 1 1 1 1 1
Kuat/tak mudah Lemah/mudah
longsor longsor
P βj-βs >10⁰ 10-0⁰ 0⁰ 0- (-10⁰) < (-10⁰)
T βj+βs <100⁰ 110-120⁰ >120⁰ - -
P/T Bobot F3 0 -6 -25 -50 -60
αj = arah kemiringan kekar βj = Kemiringan kekar P = longsoran bidang
αs = arah kemiringan lereng βs = kemiringan lereng T = longsoran toppling
Tabel 3.6.
Bobot Penyesuai Kekar Untuk F1, F2, dan F3 (ROMANA, 1980)
P Βj menguntungkan
P Bobot F2 20-30⁰
0,4
Sangat tidak
P βj+βs menguntungkan
P/T Bobot F3 <(-10⁰)
-60
43
Untuk memperoleh “bobot total SMR” (yang mencerminkan tingkat
kemantapan lereng), didefinisikan dalam persamaan umum sebagai berikut:
SMR = RMR + (F1 x F2 x F3) + F4
F4 = bobot pengatur metode penggalian, diberikan/ditetapkan dengan nilai
sebagai berikut (Romana, 1985,1991) :
a. Lereng alamiah = 15 d. Peledakan buruk = -8
b. Peledakan presplitting = 10 e. Penggalian Mekanis =0
c. Peledakan smooth =8 f. Peledakan normal =0
Metode penggalian yang digunakan adalah menggunakan alat mekanis,
maka nilai F4 adalah 0.
Tabel 3.7
Perhitungan Nilai SMR Kasus P
DESKRIPSI
RMR F1 F2 F3 F4 SMR
KEMANTAPAN LERENG
44
Gambar 3.3.
Klasifikasi Kuat Tekan Batuan berbagai Sumber
3.4.3 Metode Analitik
3.4.3.1 Analisis Kemantapan Lereng
Masalah kemantapan lereng di dalam suatu pekerjaan yang melibatkan
kegiatan penggalian maupun penimbunan merupakan masalah yang penting,
karena menyangkut masalah keselamatan pekerja, peralatan serta manusia dan
bangunan yang berada di sekitar lereng tersebut.
Berdasarkan data hasil pengujian kuat tekan uniaksial (σc), maka material
di lokasi penelitian termasuk batuan yang mempunyai nilai kuat tekan rata – rata
14,4 Mpa.
Analisis kemantapan lereng dilakukan bertujuan untuk menentukan
geometri lereng yang mantap dalam bentuk tinggi dan sudut kemiringan lereng.
Data masukan yang digunakan untuk analisis ini adalah keadaan topografi,
struktur geologi berupa perlapisan batuan, sifat fisik dan mekanik dari batuan
pembentuk lereng.
Berikut dimensi jenjang yang telah dibuat berdasarkan parameter-
parameter yang dibutuhkan dalam pembuatan jenjang.
45
Gambar 3.6.
Geometri Overall Bench
Gambar 3.7.
Geometri Single Bench
Dari hasil analisis menggunakan program Slide, maka didapatkan faktor
keamanan dari jenjang tunggal = 1,561, sedangkan untuk jenjang keseluruhan
sebesar = 1,526 sehingga jenjang dapat dikatakan aman (Lihat Lampiran D.3)
Keterangan :
Faktor Keamanan > 1 (Aman)
Faktor Keamanan = 1 (Kritis)
Faktor Keamanan < 1 (Tidak Aman)
46
Gambar 3.8
Hasil Analisis Keamanan Lereng Overall Bench
Gambar 3.9
Hasil Analisis Keamanan Lereng Overall Bench
Selain menggunakan Slide, kemantapan lereng juga dapat dianalisa dengan
menggunakan grafik Hoek and Bray dan perhitunan longsoran bidang.
47
Gambar 3.6
Grafik Hoek and Bray
Diketahui :
c : 28,28 Kpa = 282,8 gr/cm2
H : 5 m = 500 cm
: 44o
ϒ : 2,57 gr/cm3
α : 45o
Penyelesaian :
c / (ϒ x H x tan ) = 282,8 / (2,57 x 500 x tan 44o) = 0,228
c / (ϒ x H x X) = Fk
282,08 / (2,57 x 500 x 0,06 ) = Fk
Fk = 3,66 ( Aman )
- Analisis Potensi Longsoran Bidang
Diketahui :
48
1
H=5m ψf = 59⁰ ψp = 2 (44,8⁰ + 59⁰) = 51,9⁰
= 1,946 Ton/m
1
V = 2 . γw. Zw²
1
= 2 . 1 ton/m³ (0,7 m)² = 0,245 ton/m
W = γr [(1- cot γf tan ψp) (bH + ½ H² cot ψf) + ½ b² (tan ψs – tan ψp)]
= 2,57 ton/m3 [(1 – cot 59⁰ tan 51,9⁰) (0,5 m x 5 m + ½ 5² m²
cot 59⁰) + ½ 0,5² m² (tan 0⁰ – tan 51,9⁰)]
= 5,603 ton/m
= 3,675
49
Gambar 3.5.
Kriteria Penggalian Menurut Kolleth (1990)
Gambar 3.6.
Kriteria indeks kekuatan batu (Franklin, dkk., 1971)
50
Gambar 3.7.
Grafik Kriteria Kemampugaruan (Pettifer & Fookes, 1994)
51