LANDASAN TEORI
3.1
waktu manusia yang melakukan aktivitas di bawah tanah, dengan merancang sebuah
konsep lubang bukaan pada bawah tanah merupakan inovasi yang baru. Salah satu
alasan untuk situasi ini adalah setiap masalah dalam merancang suatu tambang
ataupun terowongan pada dasarnya berbeda dengan merancang struktur konvensional
seperti sebuah bangunan ataupun jembatan.
Dalam suatu desain rekayasa secara konvensional, beban eksternal yang akan
diterapkan terlebih dahulu ditentukan, kemudian meterial yang akan ditentukan dengan
suatu kekuatan yang tepat serta karakteristik secara deformasi, berikut ini adalah
geometri struktur yang digunakan.
Tujuan dasar dari setiap mendesain penggalian terowongan bawah tanah harus
memanfaatkan batuan itu sendiri sebagai bahan struktural utama, yang membuat
suatu gangguan yang mungkin terjadi selama proses penggalian dan menambahkan
sedikit mungkin cara yang aman. Ketika dalam keadaan utuh dan ketika mengalami
tegangan dari tekanan, batu yang paling keras yang jauh lebih kuat daripada beton dan
dari urutan kekuatan yang sama seperti baja. Akibatnya, hal itu secara ekonomis
dalam menggantikan bahan yang mungkin menjadi sempurna dan sanggup dalam
melayani satu dengan yang mungkin tidak akan lebih baik.
Sebuah desain teknik yang baik adalah memperhatikan keseimbangan desain
di mana semua faktor yang berinteraksi, bahkan mereka yang tidak dapat diukur, yang
diperhitungkan.
Dengan desain metode yang tersedia untuk menilai stabilitas suatu tambang dan
terowongan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Metode anaitik
Metode analitik mempunyai peranan analisis tekanan dan deformasi di sekitar
lubang bukaan. Mereka termasuk dalam teknik seperti sebagai lubang tertutup
dari solusi, metode numerik (unsur-unsur yang terbatas, perbedaan yang
13
14
terbatas, batas elemen), simulasi analog (listrik dan photoelastic) dan pemodelan
fisik.
b. Metode obeservasi
Metode observasi yang mengandalkan pemantau yang sebenarnya dari gerakan
tanah penggalian selama dari mendeteksi ketidakstabilan dan terukur pada
analisis tanah interaksi.
c. Metode empiris
Metode empiris
yakni
terowongan
dengan
15
pertambangan.
Interaksi penggalian yang berdekatan
Kekuatan dan sifat lapisan batuan pada penggalian
Kondisi air tanah
Metode dan kualitas penggalian
Lapisan tanah
A Pengumpulan Data
B Studi Kelayakan
Feed Back
D Analisa Stabilitas
Bagan 3.1
Desain Prosedur Terowongan Bawah Tanah
16
Bagan 3.2
Diagram Desain Prosedur
3.2
lubang awal sebagai jalan masuk untuk menggali sehingga tercipta suatu lubang
bukaan. Untuk mempersiapkan lubang bukaan maka dilakukan development
pembuatan lubang bukaan yang merupakan lubang bukaan mendatar yang dibuat
langsung pada suatu material. Kemudian dilakukan penggalian yang meliputi
pengeboran, peledakan, scaling, pemasangan penyangga, pemuatan (mucking /
loading) dan pengangkutan (hauling).
17
Gambar 3.1
Penampang Depan Pemboran V Cut
b.
Pyramid Cut atau Diamond Cut, yaitu pola pemboran yang merupakan
variasi dari wedge cut dimana ujung dari lubang ledak mengarah pada titik pusat
dari face yang berbentuk pyramid.
18
Gambar 3.2
Penampang Atas Pemboran Pyramid Cut
c.
Fan Cut, yaitu pola pemboran yang merupakan setengah dari wedge cut.
Pola ini sangat baik digunakan pada vein yang tipis.
Gambar 3.3
Penampang Depan Pemboran Fan Cut
d.
Burn Cut, yaitu pola peledakan dimana lubang ledak tegak lurus
terhadap bidang vertikal atau pada free face.
19
Gambar 3.4
Penampang Pemboran Burn Cut
20
a. Alat
(mesin)
bor,
adalah
penggerak
utama
yang
bertujuan
untuk
21
bersih merupakan kecepatan alat bor dalam menembus batuan dengan kedalaman
tertentu, waktu yang diperhitungkan dalam memperkirakan kecepatan ini hanya waktu
yang diperlukan oleh mata bor untuk menembus batuan. Sedangkan kecepatan
pengeboran kotor merupakan produksi nyata alat bor dalam suatu kegiatan
pengeboran, kecepatan ini meliputi waktu yang diperlukan untuk mengatasi hambatan.
Di mana untuk menghitung kecepatan pengeboran (Gdr) dipakai persamaan :
L
Gdr = Wt
Dimana:
3.3.3
Gdr
Wt
masuk kedalam lubang tembak. Hal ini disebabkan karena adanya bagian batang bor
yang masuk kedalam striking bar dan terdapat bagian yang tertahan oleh cincin
penahan batang bor. Panjang batang bor yang dapat masuk kedalam lubang tembak
adalah
Kedalaman lubang tembak (R)
22
Gambar 3.5
Boom Tidak Menempel
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa jika ujung dari boom tidak menempel
pada face heading, terdapat bagian dari batang bor yang tidak masuk dan
mengakibatkan kedalaman lubang tembak yang dihasilkan tidak maksimal
b. Batang Bor tidak didorong secara maksimal
Gambar 3.6
Bor Tidak Didorong Maksimal
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ujung dari boom telah diset menempel
pada face heading area, namun batang bor tidak didorong secara maksimal,
sehingga kedalaman lubang tembak yang maksimal tidak dapat diperoleh juga
c. Ujung dari Boom tidak menempel pada face area dari heading dan ditambah
batang bor tidak didorong secara maksimal.
23
Gambar 3.7
Paduan dua kesalahan sebelumnya
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa selain boom tidak menempel pada face
area heading, batang bor juga tidak didorong secara maksimal.
R
x 100
Pbor
Dimana :
c.4
penampang
dikerjakan
(bench
cut)
sampai
membentuk
penampang
terowongan yang diinginkan. Proses ini diulangi sampai seluruh lintasan terowongan
tercapai.
a. Keuntungan
Memungkinkan pengerjaan pengeboran dan pembuangan sisa peledakan
dilakukan secara simultan
Metode ini efektif untuk terowongan berukuran penampang besar dengan
lintasan yang relative panjang
Metode ini dapat diterapkan pada setiap kondisi batuan
b. Kerugian
Waktu pengerjaan relative lebih lama jika dibandingkan dengan metode full
face
24
Gambar 3.8
Metode Heading dan Bench
3.5
% Kemajuan =
25
Bahan peledak baru telah dikembangkan untuk keperluan smooth blasting yang
mempunyai diameter explosive kecil dengan VOD rendah dan relatif menghasilkan gas
yang rendah, telah dicoba dan hasilnya sangat baik. Bahan peledak tersebut adalah
Gurit, yaitu sebuah nitroglycerin sebagai isian dasar yang mengandung kieselguhr.
Gurit tersedia dalam ukuran 11, 17 dan 22 mm cartridges yang disesuaikan dengan
aplikasi dilapangan.
Seperti yang telah dikatakan sebelumya, smooth blasting dilaksanakan dengan
special bahan peledak dengan spasi yang lebih dekat. Berikut ini adalah tabel geometri
peledakan untuk tiap diameter perimeter holes yang berbeda-beda.
Perimeter Hole
Diameter
(m)
25 32
25 48
51 64
51 64
Tabel 3.1
Geometri Peledakan Smooth Blasting
Charge
Concentration
Charge Type
Burden
( kg/m)
0.11
11 mm Gurit
0.3 0,5
0.23
17 mm Gurit
0.7 0.9
0.42
22 mm Gurit
1.0 1.1
0.45
22 mm Gurit
1.1 1,2
Spasi
0.25 0.35
0.50 0.70
0.80 0.90
0.80 0.90
Gambar 3.9
Efek Peledakan dengan Metoda Smooth Blasting
26
yang
digunakan
berbeda
dalam
meledakan
tambang
terbuka.
Straight dynamite
Gelatin dynamite
c. Permissible Explosive
27
Pf
Dimana :
W
E
yang dinginkan. Semakin besar kemajuan terowongan yang dinginkan maka semakin
besar diameter empty hole yang diperlukan. Besarnya ukuran diameter empty hole
dapat dilihat dari gambar di bawah ini.
28
Grafik 3.1
Hubungan antara Kemajuan Terowongan dengan Diameter Empty Hole
Dd n
Dimana : D = Besarnya diameter khayal empty hole
d = Diameter empty hole
n = Jumlah lubang
Dalam usaha menghitung burden dikotak pertama, jika menggunakan satu
empty hole maka diameter yang digunakan adalah diameter empty hole itu sendiri,
tetapi jika menggunakan lebih dari satu empty hole maka yang digunakan adalah
diameter khayal.
3.7.1
empty hole sebaiknya tidak lebar dari 1.5 untuk menghasilkan peledakan yang baik.
Gambar 3.10
29
Grafik 3.2
Hubungan antara Jarak Lubang Ledak dengan Empty Hole
serta Hasil Peledakannya
Dalam kasus ini beberapa empty hole hubungannya dapat ditunjukkan sebagai :
a1 = 1.5 D
W1 = a 2
Dimana : a = C C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak
D = Diameter Khayal
W = Jarak antar lubang ledak
Parameter yang perlu diketahui dalam menentukan jumlah pengisian bahan
peledak (Q) pada cut holes terdiri atas stemming dan konsentrasi pengisian bahan
peledak (lc). Konsentrasi pengisian bahan peledak yang dipakai pada kotak pertama
dapat dilihat dari grafik pada gambar 3.3.
Stemming Kotak Pertama : (ho) = a
Jadi
Q = lc (H - ho)
Dimana : Q = Jumlah pengisian bahan peledak, kg
30
Grafik 3.3
Grafik Konsentrasi Minimum Pengisian Handak (kg/m) dan Maksimum
Jarak C C (m) untuk Diameter Empty Hole yang Berbeda-Beda
= W1
a2
= 1.5 W1
W2
= 1.5 W1
Dimana : a = C C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak
W = Jarak antar lubang ledak
B = Burden
Konsentrasi pengisian bahan peledak yang dipakai pada kotak kedua dan kotak
berikutnya dapat dilihat dari grafik pada gambar 3.4
Stemming Kotak Kedua (ho) = 0.5 x B
Jadi
Q = lc (H - ho)
Dimana : Q = Jumlah pengisian bahan peledak, kg
31
Grafik 3.4
Konsentrasi Minimum Pengisian Handak (kg/m) dan Maksimum
Jarak C C (m) untuk Jarak antara Lubang Ledak yang Berbeda-beda
= W2
a3
= 1.5 W2
W3
= 1.5 W2
Jumlah pengisian bahan peledak pada kotak ketiga ini caranya sama dengan
penentuan jumlah pengisian bahan peledak pada kotak kedua.
3.7.1.4 Desain Square IV
Untuk menghitung desain square III dapat dilakukan perhitungan menggunakan
rumus sebagai berikut :
B3
= W3
32
a4
= 1.5 W3
W4
= 1.5 W3
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
Gambar 3.11
Geometri Perledakan pada Cut Holes
Jika jarak antara lubang ledak (W) terlalu lebar dan burden (B) berdasarkan
rumus diatas sama dengan (W) sehingga besar pada cut holes lebih besar dari burden
pada stoping, maka burden pada cut holes dan perhitungan jumlah bahan peledak
yang dipakai harus diatur sehingga sama dengan stoping holes.
Penentuan burden dan konsentrasi bahan peledak dapat dilihat dari grafik pada
gambar 3.4 Berdasarkan tabel 3.2 di bawah, pengisian lubang ledak dapat dihitung :
hb = 1/3 H
Qb = lb x hb
Pengisian kolom (lc) = 0.5 x lb
ho = 0.5 x B
hc = H hb - ho
Qc = lc x hc
33
Qtot = Qb + Qc
Dimana : lb = Charge concentration Bottom
hb = Height bottom charge
Qb = Komsumsi bahan peledak bottom charge
lc = Column charge
hc = Heigth column
Qc = Komsumsi bahan peledak pada column charge
Pada umumnya bahan peledak yang digunakan dalam tambang bawah tanah
(peledakan terowongan) adalah bahan peledak yang telah dikemas dalam bentuk
paper cartridge atau plastic tube yang telah memepunyai diameter (mm) dan charge
concentration (kg/m) tertentu.
Bahan peledak yang sering digunakan adalah Emulite, Dynamex, dan ANFO,
yang dipakai untuk meledakkan cut holes, stoping holes dan floor holes. Sedangkan
untuk meledakkan wall holes dan roof holes bahan peledak yang iasa dipakai adalah
Gurit.
3.7.2 Desain Stoping Hole
Setelah cut holes telah dihitung, sisa dari geometri tunnel yang terdiri atas floor
holes, wall holes, roof holes, stoping holes dapat dihitung.
Untuk menghitung burden (B) dan mengisi setiap bagian yang berbeda pada
tunnel dapat dilihat dari grafik pada grafik 3.6 yang dapat digunakan sebagai dasar
acuan.
34
Grafik 3.6
Hubungan antara Burden dengan Konsentrasi Pengisian Bahan Peledak
untuk Diameter Lubang Ledak dan Bahan Peledak yang Berbeda
Bila burden (B), kedalaman lubang ledak (H) dan konsentarasi bottom charge
(lb) telah diketahui, tabel dibawah ini akan memberikan geometri pemboran dan
pengisian handak disetiap bagian dari tunnel.
Part of The
Round
Burden
(m)
Floor
Wall
Roof
Stoping:
Upwards
Horizontal
Downwards
1xB
0.9 x B
0.9 x B
1xB
1xB
1xB
Tabel 3.2
Geometri Peledakan pada Stoping Holes
Charge Concentration
Heigth
Spacing
Bottom Charge
Bottom
Column
(m)
(m)
(kg/m)
(kg/m)
1.1 x B
1/3 x H
lb
1.0 x lb
1.1 x B
1/6 x H
lb
0.4 X lb
1.1 x B
1/6 x H
lb
0.3 X lb
1.1 x B
1.1 x B
1.2 x B
1/3 X H
1/3 x H
1/3 x H
lb
lb
lb
0.5 x lb
0.5 x lb
0.5 x lb
Stemming
(m)
0.2 x B
0.5 x B
0.5 x B
0.5 x B
0.5 x B
0.5 x B
35
= Qb + Qc
= Qb + Qc
36
hb = 1/6 H
Qb = lb x hb
Column Charge
lc = 0.3 x lb
ho = 0.5 x B
hc = H hb - ho
Qc = lc x hc
Qtot
= Qb + Qc
= Qb + Qc
37
3.7.3
terowongan sama halnya dengan pembuatan primer dan sistem rangkaian yang
dipakai pada surface blasting.
3.7.4
Fragmentasi
Fragmentasi (distribusi ukuran) batuan hasil peledakan merupakan salah satu
yang sangat penting dalam merencanakan suatu peledakan. Ukuran fragmentasi yang
direncanakan perlu disesuaikan dengan kemudahan dalam pemuatan, pengangkutan
serta ukuran yang diinginkan oleh pabrik pengolahan.
Untuk mendapatkan fragmentasi yang diinginkan, beberapa hal yang
berpengaruh adalah keserasian antara specific charge yang digunakan dan urutan
pengaturan delay. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hubungan antara
specific charge dan fragmentasi yang dihasilkan.
Tabel 3.3
Hubungan antara Specific Charge dan Fragmentasi
specific charge
(kg/m3)
Fragmentation
(m3)
0.24
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.85
1.0
(1/2)3
(1/2.5)3
(1/3)3
(1/4)3
(1/5)3
(1/6)3
3.8
38
Penyanggaan (Supporting)
Jenis-jenis penyangga yang digunakan adalah penyangga kayu seperti
three piece set dan cribbing atau steel support, dan shotcrete. Ukuran penyangga
disesuaikan dengan lubang bukaan yang akan disangga. Penyangga baja dan kayu
biasanya digunakan pada lubang bukaan (cross cut dan drift), sedangkan untuk
lubang bukaan digunakan perkuatan seperti split set, rockbolt, dan wire mesh
dengan ukuran anyamannya 5,00 x 5,00 cm. Pada pembuatan lubang bukaan yang
sudah selesai dibuat akan ditimbun dengan material pengisi. Untuk kegiatan
pembuatan lubang bukaan sebelum peledakan dilakukan, maka penyangga split set
digunakan untuk menyangga batuan samping agar tidak runtuh setelah peledakan.
Ditinjau dari interaksi antar batuan atau tanah dengan material atau bahan
pembuat penyangga, maka sistem penyanggaan yang digunakan dapat terdiri atas :
1. Penyanggaan dinamis (perkuatan) dapat berupa :
a. Split set/rock bolt
b. Strap di kombinasi dengan split set/rock bolt
c. Wire mesh
d. Weld mesh
2. Penyanggaan statis (penyanggaan) antara lain
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
Timber set
Cribbing
Steel support
Cement
grouting/chemical
grouting
Shotcrete
h. Concrete
i.Masonry
39
kerakal dilakukan penambahan pemasangan wire mesh atau weld mesh untuk
mencegah jatuhnya batuan yang menempel pada atap, sedangkan untuk
menahan pergeseran antar blok batuan yang terdapat rekahan atau terdapat
kekar digunakan strap plate
b.
c.
d. Tabel 3.4
e. Pembagian Kelas Batuan Berdasarkan RMR
f.
RMR
i.
< 20
l.
21
40
o. 41
60
r. 61
80
u. 81
100
x.
g. Kelas
Batuan
j.
h. Kondisi
batuan
k. Sangat
Buruk
m. IV
n. Buruk
p. III
q. Sedang
s.
II
t.
Bagus
v.
w. Sangat
Bagus
y.
z.
berikut :
a
suatu blok batuan yang diperkirakan akan runtuh atau lepas dari massa batuan
utama.
b
ab.
40
ac.
Pada batuan kelas ini kemungkinan massa batuan akan jatuh atau runtuh.
Oleh karena itu dibutuhkan penyanggaan sistematis berupa kombinasi antara
wire mesh dan strap plate dengan rock bolt.
ad.
ag.
ah.
ai. 3.10
aj.
dan memuat material hasil peledakan ke dalam alat angkut atau tempat
penampungan material. Pemuatan material hasil peledakan dan penggalian yang
akan dibuang pada suatu daerah ini bisa menggunakan 2 cara yakni :
a. Mucking dengan tangan
b. Mucking dengan mesin
ak.
Alat yang bisa digunakan dalam pemuatan hasil material pada lubang
bukaan bawah tanah bisa dilakukan menggunakan alat sebagai berikut :
a. Load Haul Dump
b. Power Shovel
c. Front End Loaders
al.
am. 3.11 Pengangkutan (Transporting)
an.
14
ap.
aq.
ar.