Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Papeda: Vol 3, No 2, Juli 2021

ISSN 2715 - 5110

Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar dalam Pandangan Teori


Konstruktivisme Vygotsky

Listiana Dewi1 & Endang Fauziati2

Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia



E-mail: ristiana68@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan model pembelajaran tematik
di Sekolah Dasar dalam pandangan teori Konstruktivisme Vygotsky. Jenis Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yakni penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif. Penelitian ini juga merujuk
pada model studi kepustakaan (library research) yang mana objek yang di kaji pada penelitian ini
berasal dari buku, catatan, Jurnal, transkrip, laporan penelitian dan dokumen lain yang dapat
ditemukan dan terkait dengan teori belajar Konstruktivisme Vygotsky dan pembelajaran tematik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar dalam
pandangan teori Konstruktivisme Vygotsky adalah melalui pendekatan scientific yang dilakukan
melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Model yang
digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), model
Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui
Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning). Pembelajaran tematik lebih menghendaki
peserta didik untuk bertukar fikiran atau diskusi dengan teman sebaya maupun orang yang lebih
mampu untuk berkonsultasi, hal ini sesuai dengan implikasi teori belajar Konstruktivisme Vygotsky
yang menghendaki pembelajaran yang menempatkan pembelajaran berorientasi pada student center.

Kata Kunci: Pembelajaran Tematik; Teori Konstruktivisme; Vygotsky

Abstract

The purpose of this study is to describe the implementation and thematic learning models in
elementary schools in the view of Vygotsky's constructivism theory. The type of research used in this
research is qualitative research, with descriptive-critical method. This research also refers to the
library research model in which the objects studied in this study come from books, notes, journals,
transcripts, research reports and other documents that can be found and related to Vygotsky's
constructivism learning theory and thematic learning. The results showed that the implementation of
thematic learning in elementary schools in the view of Vygotsky's constructivism theory was through a
scientific approach which was carried out through the process of observing, asking, trying, reasoning,
and communicating. The models used are the Problem Based Learning model, the Project Based
Learning model, and the Discovery/Inquiry Learning model. Thematic learning requires students to
exchange ideas or discussions with peers and people who are more able to consult, this is in
accordance with the implications of Vygotsky's constructivism learning theory which requires learning
that places learning oriented to the student center.

Keywords: Thematic Learning; Constructivism Theory; Vygotsky

163
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

PENDAHULUAN Pendekatan scientific dalam kurikulum 2013


Pendidikan karakter sangat penting lebih dikenal dengan pendekatan ilmiah.
bagi pembentukan karakter yang kuat. Pendekatan scientific lebih mengedepankan
Kegiatan belajar mengajar yang hanya penalaran secara induktif daripada deduktif.
memfokuskan pada kegiatan yang Penalaran induktif fenomena atau situasi
menekankan pada aspek kognitif saja maka spesifik kemudian menarik kesimpulan
karakter yang kuat tidak akan terbentuk. secara keseluruhan (Authentic & Sekolah,
Melihat nilai strategis pendidikan, 2013)
pemerintah melalui Departemen Pendidikan (Apriani, Wangid, & Yogyakarta,
Nasional (Depdiknas) terus menerus 2015) mengemukakan bahwa pembelajaran
melakukan berbagai perbaikan dan tematik baik untuk dilaksanakan karena
pembaharuan sistem pendidikan dengan mampu meningkatkan soft skill dan hard
harapan agar generasi bangsa Indonesia skill peserta didik berdasar pada proses
menjadi bangsa yang cerdas sekaligus pembelajarannya yang aktif, menarik, dan
berkarakter. Salah satu upaya pemerintah bermakna. Pendidikan karakter sangat
dalam melakukan berbagai perbaikan dan penting bagi pembentukan karakter yang
pembaharuan dalam sistem pendidikan kuat. Jika dalam proses belajar mengajar
nasional di Indonesia adalah dengan hanya memfokuskan pada kegiatan yang
melakukan perubahan kurikulum. Pemerintah menekankan pada aspek kognitif saja maka
Indonesia berusaha mewujudkan tujuan karakter yang kuat tidak akan terbentuk. Hal
pendidikan dengan memperbaiki sistem ini dikuatkan dengan pendapat yang
pendidikan dengan cara memberlakukan diungkapkan oleh (Saptono,2011:16) yang
kurikulum 2013. menyatakan bahwa pendidikan karakter
Model pembelajaran tematik sangat penting, karakter lebih tinggi nilainya
merupakan perwujudan kurikulum 2013. daripada intelektualitas.
Menurut (Drake, 2012:273), Pendekatan Model pembelajaran tematik
tematik merupakan bentuk strategi menggunakan pendekatan scientific yang
pembelajaran yang menggunakan tema memberikan kesempatan peserta didik untuk
melalui penciptaan pembelajaran yang aktif, dapat melakukan proses ilmiah yaitu
menarik, dan bermakna. Dikatakan bermakna mengamati, menanya, menalar, mencoba,
karena peserta didik diharapkan dapat dan mengkomunikasikan. Hal ini sesuai
memahami konsep-konsep melalui dengan teori belajar konstruktivisme
pengalaman langsung dan nyata yang Vygotsky yang lebih menitikberatkan
menghubungkan antar konsep. Melalui interaksi dari faktor-faktor interpersonal
kurikulum 2013, peserta didik didorong (sosial), kultural-historis, dan individual
menjadi insan yang kreatif, produktif, sebagai kunci dari perkembangan manusia
inovatif, dan afektif melalui kompetensi- (Schunk, 2012: 339). Teori belajar ini
kompetensi yang berimbang antara spiritual, berfokus pada peserta didik (student Centre).
pengetahuan, sikap, dan Guru berperan sebagai fasilitator.
psikomotor/keterampilan (Kemdikbud Berdasarkan hal diatas, maka peneliti
(2013): 4). bermaksud untuk mengkaji lebih dalam
Pendekatan yang digunakan dalam mengenai mengenai pelaksanaan dan metode
kurikulum 2013 adalah scientific. pembelajaran tematik di Sekolah Dasar

164
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

dalam pandangan teori Konstruktivisme (sosial), kultural-historis, dan individual


Vygotsky. sebagai kunci dari perkembangan manusia
(Schunk, 2012: 339). Pusat konsep dan
METODE PENELITIAN prinsip dalam teori konstruktivisme Lev
Jenis Penelitian yang digunakan Vygotsky dikemukakan oleh Ormrod (2012:
dalam penelitian ini yakni penelitian 314) bahwa manusia memiliki kemampuan
kualitatif, dengan metode deskriptif. untuk menggunakan fungsi mental mereka
Metode deskriptif kritis merupakan metode untuk meningkatkan pembelajaran, ingatan
yang lebih menekankan pada kekuatan dan penalaran logis. Menurut pandangan
analisis data yang diperoleh melalui Vygotsky, dasar fungsi mental manusia
berbagai sumber-sumber yang diperoleh dibangun secara biologis dan untuk
dari berbagai buku dan tulisan-tulisan mengembangkan fungsi mental tersebut,
lainnya dengan mengandalkan teori-teori manusia memutuhkan peranan masyarakat
yang ada untuk diinterpretasikan secara dan budaya.
jelas dan mendalam untuk menghasilkan Ormrod (2012) menjelaskan lebih
tesis dan anti tesis (Abdurrahman & lanjut terkait konsep-konsep dalam teori
Soerjono, 1999). konstruktivisme Lev Vygotsky, menurut
Penelitian ini juga merujuk pada Ormrod, Vygotsky mengungkapkan gagasan
model studi kepustakaan (library research) penting dalam teorinya yaitu: a) Interaksi
yang mana objek yang di kaji pada informal maupun formal antara orang dewasa
penelitian ini berasal dari buku, catatan, dan anak akan memberi pemahaman bagi
Jurnal, transkrip, laporan penelitian dan anak tentang bagaimana anak berkembang.
dokumen lain yang dapat ditemukan dan b) Setiap budaya memiliki makna dalam
terkait dengan teori belajar upaya meningkatkan kemampuan kognitif
Konstruktivisme Vygotsky dan anak, kebermaknaan budaya bagi anak
pembelajaran tematik. bertujuan untuk menuntun anak dalam
Pada penelitian ini teknik yang digunakan menjalani kehidupannya secara produktif dan
untuk mengumpulkan data yakni dengan efisien. c) Kemampuan berfikir dan
dokumentasi, pada teknik tersebut peneliti berbahasa berkembang pada awal tahun
mengidentifikasi wacana dari buku-buku, perkembangan anak. Perkembangan kognitif
makalah atau artikel, majalah, jurnal, web Vygotsky sangat bergantung pada
(internet), ataupun informasi lainnya yang
perkembangan dan penguasaan bahasa. d)
berhubungan dengan teori belajar
Berkembangnya proses mental yang
Konstruktivisme Vygotsky dan pembelajaran
tematik ataupun yang berkaitan secara langsung
kompleks terjadi setelah anak melakukan
dengan judul penulisan, setelah data
aktifitas sosial, dan secara bertahap akan
terkumpul maka data tersebut dianalisis terinternalisasi dalam kognitif anak yang
untuk mendapatkan konklusi, bentuk-bentuk dapat dipergunakan secara bebas. Vygotsky
dalam teknik analisis deskriptif. mengemukakan bahwa proses berfikir yang
kompleks sangat tergantung pada interaksi
HASIL DAN PEMBAHASAN sosial anak. Sebagaimana anak
Teori Konstruktivisme Vygotsky mendiskusikan tentang peristiwa, objek dan
Teori Vygotsky lebih menitikberatkan masalah dengan orang dewasa dan orang lain
interaksi dari faktor-faktor interpersonal yang lebih berpengetahuan, maka secara

165
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

bertahap hasil diskusi tersebut akan menjadi dapat diterima anak dengan bantuan dari
bagian dalam struktur berpikir anak. e) Anak seorang instruktur atau guru. Hal ini sejalan
akan mampu mengerjakan tugas-tugas yang dengan pendapat Ormod (2012: 317) bahwa
menantang jika diberi tugas yang lebih zone of proximal development merupakan
menantang dari individu yang kompeten. konsep wilayah yang menunjukan terjadinya
Terkait konsep penting dalam teori peluang kemampuan anak untuk memahami
konstruktivisme Lev Vygotsky, selain tugas-tugas sebagai wujud berkembangnya
Interaksi-interaksi sosial yang berperan kemampuan kognitif anak. Konsep ZPD
dalam membangun pengetahuan anak, dalam teori konstruktivisme Lev Vygotsky
Schunk (2012) menfokuskan penjelasannya memiliki empat tahap dijelaskan oleh
pada empat konsep utama teori Gallimore dan Tharp (dalam Moll, 1990)
konstruktivisme Vygotsky yang terdiri dari sebagai berikut:
Zone of Proximal Development (ZPD), Tahap I: Tahap pertama menunjukkan
Scaffolding, serta bahasa dan pemikiran. bagaimana peserta didik mengembangkan
Zone of Proximal Development (ZPD) pemahaman tentang bahasa yang sesuai
Satu konsep yang utama pada teori dengan studi mereka dan dasar-dasar topik
konstruktivisme Lev Vygotsky adalah Zone yang sedang dipelajari dengan mengandalkan
of Proximal Development (ZPD). Menurut orang lain seperti instruktur untuk melakukan
Vygotsky (1986: 86), ZPD merupakan jarak suatu tugas.
antara tingkat perkembangan aktual dengan Tahap II: Pada tahap kedua, pembelajar
ditentukan oleh pemecahan masalah secara menggunakan pengetahuan sebelumnya
mandiri dan tingkat potensi pembangunan untuk melaksanakan tugas tanpa bimbingan
yang ditentukan melalui permasalahan apapun. ZPD terjadi antara tahap pertama
pemecahan di bawah bimbingan orang dan kedua. Peserta didik berlatih sendiri,
dewasa atau bekerja sama dengan rekan yang yang menyiratkan bahwa mereka melakukan
lebih cakap. Maka dapat disintesiskan bahwa aktivitas tertentu tanpa bantuan. Namun,
ZPD adalah jarak antara tingkat mereka tidak pada tahap kemampuan
perkembangan sesungguhnya yang sempurna dan terkadang memerlukan
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan beberapa bantuan.
masalah secara mandiri dan tingkat Tahap III: Pada tahap ketiga kinerja
kemampuan perkembangan potensial yang dikembangkan. Artinya pada tahap ini
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan peserta didik mencapai tahap kemandirian.
masalah di bawah bimbingan orang dewasa Pada tahap ini, seorang peserta didik tidak
atau teman sebaya yang lebih mampu. memerlukan bantuan dari orang dewasa, atau
ZPD merupakan istilah vygotsky untuk berlatih lebih banyak latihan untuk
serangkaian tugas yang sulit dikuasai anak memperkuat pengetahuan yang sudah ada.
secara mandiri tetapi dapat dipelajari dengan Tahap IV: Pada tahap keempat, peserta
bantuan dari orang lain seperti dari guru atau didik melakukan deautomatisasi kinerja yang
teman yang lebih mampu. Jadi, batas bawah mengarah pada proses pengulangan fungsi,
dari ZPD adalah tingkat sebuah masalah setiap kali menerapkannya pada hasil tahap
yang mampu di pecahkan oleh anak secara sebelumnya melalui ZPD.
mandiri. Batas atas ZPD adalah tingkat Pembelajaran seumur hidup oleh setiap
tanggung jawab atau tugas tambahan yang individu terdiri dari urutan ZPD yang diatur,

166
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

dari bantuan lain untuk bantuan mandiri yang kaitannya dengan ZPD yaitu sebuah teknik
berulang berulang kali untuk pengembangan untuk mengubah level dukungan. Selama sesi
kapasitas baru (Moll, 1990). Interpretasi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau
pendekatan sosio-kultural Vygotsky pada peserta didik yang lebih mampu)
perkembangan kognitif adalah bahwa menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan
seseorang harus memahami dua prinsip level kinerja murid yang telah dicapai. Ketika
utama karya Vygotsky: Pengetahuan yang tugas yang akan dipelajari murid merupakan
Lebih Berpengetahuan (MKO) dan ZPD. tugas yang baru, maka orang yang lebih ahli
MKO mengacu pada seseorang yang dapat menggunakan teknik instruksi
memiliki pemahaman yang lebih baik atau langsung. Saat kemampuan peserta didik
tingkat kemampuan yang lebih tinggi meningkat, maka semakin sedikit bimbingan
daripada pelajar sehubungan dengan tugas, yang diberikan. Vygotsky menganggap
proses, atau konsep tertentu (Galloway, bahwa anak mempunyau konsep yang kaya
2001). tetapi tidak sistematis, tidak teratur, dan
ZPD menyiratkan bahwa pada tahap spontan. Anak akan bertemu dengan konsep
tertentu dalam pengembangan, peserta didik yang sistematis dan logis serta rasional yang
dapat memecahkan berbagai masalah tertentu dimiliki oleh orang yang lebih ahli yang
hanya ketika mereka berinteraksi dengan membantunya.
guru dan bekerjasama dengan rekan sejawat. Bahasa dan pemikiran
Begitu aktivitas pemecahan masalah pelajar Perkembangan manusia terjadi melalui
telah diinternalisasi, masalah yang awalnya alat-alat kultur (bahasa dan simbol-simbol)
dipecahkan di bawah bimbingan dan yang kemudian diteruskan dari satu orang ke
kerjasama dengan orang lain dapat ditangani orang lain atau sering disebut dengan
secara independen. Vygotsky (1978: 87) transmisi alat-alat kultur (Schunk: 2012:
mengungkapkan bahwa "apa yang ada di 341). Bahasa adalah alat kultur yang paling
ZPD hari ini akan menjadi tahap penting. Bahasa di dapat dari tuturan sosial,
perkembangan aktual besok, yaitu, apa yang kemudian untuk disimpan dalam tuturan
dapat dilakukan pembelajar dengan bantuan pribadi, dan akhirnya menjadi tuturan
hari ini, dia atau dia akan dapat tersembunyi (didalam).
melakukannya sendiri besok". Vygotsky mempercayai bahwa bahasa
Vygotsky percaya bahwa ketika tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi
seorang pelajar berada di ZPD untuk tugas juga untuk merencanakan, memonitor
tertentu, memberikan bantuan yang tepa, perilaku mereka dengan caranya sendiri
maka hal itu akan memberi kemajuan pelajar dinamakan “pembicaraan batin” (inner
untuk mencapai tugas tersebut (Galloway, speech) (pembicaraan privat). Menurut
2001). Setelah pelajar, dengan bantuan Piaget inner speech bersifat egosentris dan
bantuan, tuankan tugas, bantuan kemudian tidak dewasa. Tetapi menurut teori Vygotsky
dapat dihapus dan pelajar kemudian dapat inner speech adalah alat penting bagi
menyelesaikan tugasnya sendiri. pemikiran selama masa kanak-kanak (early
Scaffolding childhood). Anakanak berkomunikasi dengan
Konsep lain dalam teori orang lain menggunakan bahasa sebelum
Konstruktivisme Lev Vygotsky adalah mereka dapat fokus pada pemikirannya.
Scaffolding. Scaffolding sangat erat Anak-anak menggunakan bahasa untuk

167
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

komunikasi dengan dunia luar selama panggung”, dengan membantu peserta didik
periode agak lama sebelum transisi dari menemukan makna mereka sendiri dan
pembicaraan eksternal ke pembicaraan bukan mengendalikan semua kegiatan di
internal (batin). Periode transisi terjadi antara ruang kelas (Weinberger & Combs: 2001).
usia 3 sampai 7 tahun dan terkadang anak Menurut Drake (2012: 273), pendekatan
dalam usia ini sering berbicara sendiri. tematik merupakan bentuk strategi
Setelah beberapa waktu kebiasaan berbicara pembelajaran yang menggunakan tema
sendiri dapat hilang dan mereka melalui penciptaan pembelajaran yang aktif,
melakukannya tanpa harus diucapkan. Ketika menarik, dan bermakna. Dikatakan bermakna
ini terjadi anak sudah memasukkan karena peserta didik akan dapat memahami
pembicaraan egosentris menjadi inner konsep-konsep melalui pengalaman langsung
speech, dan pembicaraan batin ini kemudian dan nyata yang menghubungkan antar
akan menjadi pemikiran mereka. Teori konsep. Melalui kurikulum 2013, peserta
Vygotsky mengemukakan bahwa anak yang didik akan didorong menjadi insan yang
menggunakan inner speech merupakan kreatif, produktif, inovatif, dan afektif
proses awal menjadi komunikatif secara melalui kompetensi-kompetensi yang
sosial dan juga menegaskan bahwa seorang berimbang antara spiritual, pengetahuan,
anak yang menggunakan inner speech akan sikap, dan psikomotor/keterampilan.
lebih kompeten secara sosial daripada anak Teori konstruktivisme menekankan
yang tidak menggunakannya (Santrock. pada peserta didik sebagai pembelajar aktif,
2013: 63). sehingga dalam penerapannya teori
Teori Vygotsky mengundang banyak konstruktivisme sering disebut sebagai
perhatian karena teorinya mengandung strategi pengajaran yang berpusat pada
pandangan bahwa pengetahuan itu peserta didik (student-centered instruction).
dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Di dalam ruang kelas yang berpusat pada
Artinya pengetahuan didistribusikan diantara peserta didik, guru menjadi “pemandu di
orang dan lingkungan, yang mencakup objek, samping” dan bukan “orang bijaksana di atas
alat, buku, dan komunitas dimana orang panggung”, dengan membantu peserta didik
berada. Hal ini menunjukkan bahwa menemukan makna mereka sendiri dan
memperoleh pengetahuan dapat dicapai bukan mengendalikan semua kegiatan di
dengan baik melalui interaksi dengan orang ruang kelas (Weinberger & Combs: 2001).
lain dalam kegiatan bersama. Menurut Drake (2012: 273), thematic
Implikasi Teori Konstruktivisme approach is one of the teaching strategy that
Vygotsky uses themes toward creating anactive,
Teori konstruktivisme menekankan interest-ing, and meaningful learning. Hal ini
pada peserta didik sebagai pembelajar aktif, sesuai dengan pendekatan tematik
sehingga dalam penerapannya teori merupakan bentuk strategi pembelajaran
konstruktivisme sering disebut sebagai yang menggunakan tema melalui penciptaan
strategi pengajaran yang berpusat pada pembelajaran yang aktif, menarik, dan
peserta didik (student-centered instruction). bermakna. Dikatakan bermakna karena
Di ruang kelas yang berpusat pada peserta peserta didik akan dapat memahami konsep-
didik, guru menjadi “pemandu di samping” konsep melalui pengalaman langsung dan
dan bukan “orang bijaksana di atas nyata yang menghubungkan antar konsep.

168
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

Melalui kurikulum 2013, peserta didik akan melihat bahwa peserta didik bukanlah
didorong menjadi insan yang kreatif, lembaran kertas putih bersih atau sebuah
produktif, inovatif, dan afektif melalui bejana kosong. Hal ini berangkat dari fakta
kompetensi-kompetensi yang berimbang bahwa peserta didik yang berada di tataran
antara spiritual, pengetahuan, sikap, dan kelas yang paling rendahpun telah hidup
psikomotor/keterampilan. beberapa tahun dan menemukan suatu cara
Menurut Suparno (1997: 65) peran yang berlaku untuk menghadapi lingkungan
guru dalam pembelajaran konstruktivis hidup mereka. Mereka sudah membawa
adalah sebagai mediator dan fasilitator yang “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang
membantu agar proses belajar peserta didik mereka punyai adalah dasar untuk
berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan membangun pengetahuan selanjutnya.
fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa Karena itu, guru perlu mengerti taraf
tugas sebagai berikut: 1) menyediakan pengetahuan anak (Glasersfeld: 1989).
pengalaman belajar yang memungkinkan Apa pun yang dikatakan seorang
peserta didik bertanggung jawab dalam peserta didik dalam menjawab suatu
membuat rancangan, proses dan penelitian 2) persoalan adalah jawaban yang masuk akal
menyediakan atau memberikan kegiatan- bagi mereka pada saat itu. Maka dalam hal
kegiatan yang merangsang keingintahuan ini guru sebaiknya tidak langsung menilai
peserta didik dan membantu mereka untuk bahwa jawaban peserta didik salah, karena
mengekspresikan gagasan-gagasannya dan bagi peserta didik dinilai salah merupakan
mengkomunikasikan ide ilmiah mereka suatu yang mengecewakan dan mengganggu
(Watts & Pope, 1989). Menyediakan sarana sehingga dapat menimbulkan efek negatif
yang merangsang peserta didik berfikir bagi peserta didik. Oleh karena itu, sebaiknya
secara produktif. Menyediakan kesempatan guru memberikan jalan kepada peserta didik
dan pengalaman yang paling mendukung untuk menginterpretasikan pertanyaannya.
proses belajar peserta didik. Guru harus Dengan demikian maka dapat menuntun
menyemangati peserta didik. Guru perlu peserta didik untuk memahami kesalahannya
menyediakan pengalaman konflik (Tobin, sendiri dan dapat menyusun jawabanjawaban
Tippins & Gallard: 1994) 3) memonitor, yang lebih tepat/baik (Glasersfeld: 1989).
mengevaluasi dan menunjukkan apakah Pembelajaran dari sudut pandang teori
peikiran peserta didik berjalan atau tidak. konstruktivisme Lev Vygotsky mengarah
Guru menunjukkan dan mempertanyakan pada aktivitas pengaturan lingkungan agar
apakah pengetahuan peserta didik itu berlaku terjadi proses belajar, yaitu interaksi antara
untuk menghadapi persoalan baru yang pembelajar dengan lingkungan belajarnya.
berkaitan. Guru membantu mengevaluasi Winkel (1996) menyatakan bahwa inti dari
hipotesis dan kesimpulan peserta didik. pembelajaran konstruktivis adalah penataan
Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 lingkungan belajar. Lingkungan belajar
yang menempatkan guru sebagai fasilitator berarti tempat dimana si pembelajar dapat
dalam pembelajaran dan peserta didik berinteraksi, bekerjasama dan mendukung
sebagai pelaku belajar. Menitik pada satu sama lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran konstruktivis yang berorientasi pembelajaran dengan menggunakan berbagai
pada peserta didik dalam membangun sendiri sarana dan sumber belajar. Dalam hal ini
pengetahuannya, maka seorang guru harus maka penerapan teori konstruktivisme Lev

169
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

Vygotsky dapat dilakukan dengan insan yang kreatif, produktif, inovatif, dan
menciptakan suasana belajar yang interaktif afektif melalui kompetensi-kompetensi yang
dengan memanfaatkan sarana dan sumber berimbang antara spiritual, pengetahuan,
belajar. sikap, dan psikomotor/keterampilan.
Berdasarkan uraian aplikasi teori Hal baru yang muncul dari penerapan
konstruktivisme Lev Vygotsky di atas kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran
beberapa hal yang perlu ditekankan dalam tematik. Pembelajaran tematik yaitu
penerapannya yaitu: 1) pembelajaran harus pembelajaran yang menggunakan tema untuk
dimulai dari batas zona bahwah dalam ZPD; mengaitkan beberapa materi pelajaran
2) penggunaan teknik scaffolding digunakan sehingga mampu memberikan pengalaman
ketika peserta didik membutuhkan bantuan; yang bermakna bagi peserta didik (Authentic
3) memberdayakan teman sebaya sebagai & Sekolah, 2013). Pembelajaran tematik
ahli; 4) pembelajaran akan lebih efektif lebih menekankan pada keterlibatan peserta
dengan melibatkan komunitas orang belajar. didik dalam proses belajar secara aktif dalam
Model Pembelajaran Tematik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik
Kurikulum 2013 dapat memperoleh pengalaman langsung dan
Kurikulum 2013 mempunyai tujuan terlatih untuk dapat menemukan berbagai
untuk mempersiapkan insan Indonesia yang pengetahuan yang dipelajarinya (Suyanto,
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi 2013:180).
dan warga negara yang produktif, kreatif, Menurut beberapa pendapat diatas
inovatif, dan efektif, serta mampu dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, adalah kurikulum yang mempunyai tujuan
berbangsa, bernegara dan peradaban dunia untuk mempersiapkan warga Indonesia yang
(Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013). memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
Sedangkan aspek utama pada Kurikulum dan warga negara yang produktif, kreatif,
2013 yaitu Standar Kompetensi Lulusan inovatif, dan efektif, serta mampu
(SKL), Kompetensi inti (KI), Kompetensi berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
Dasar (KD), dan indikator yang berbasis berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
scientific approach dan authentic assessment. Kurikulum 2013 memiliki beberapa
Kurikulum 2013 juga memiliki beberapa karakteristik yang lebih menekankan pada
karakteristik yang lebih menekankan pada pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan,
pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
dan keterampilan. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik di
Menurut Drake (2012: 273), Sekolah Dasar dalam Pandangan Teori
Pendekatan tematik merupakan bentuk Konstruktivisme Vygotsky
strategi pembelajaran yang menggunakan Prinsip pembelajaran pada kurikulum
tema melalui penciptaan pembelajaran yang 2013 adalah memadukan antara kempetensi
aktif, menarik, dan bermakna. Dikatakan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
bermakna karena peserta didik akan dapat keterampilan (psikomotor). Ketiga
memahami konsep-konsep melalui kompetensi memiliki lintasan perolehan yang
pengalaman langsung dan nyata yang meng- berbeda (M. Fadlillah, 2014:178).
hubungkan antar konsep. Melalui kurikulum Pendekatan yang digunakan dalam
2013, peserta didik akan didorong menjadi pembelajaran Kurikulum 2013 yaitu

170
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

pendekatan scientific. Pendekatan scientific juga sangat memungkinkan untuk membantu


adalah pendekatan yang dilakukan dengan peserta didik dalam mengkonstruksi
adanya proses ilmiah dalam pembelajaran pengetahuannya. Glasersfeld (1989)
(M. Fadlillah, 2014:175). Pendekatan menjelaskan bagaimana pengaruh
scientific adalah pembelajaran yang konstruktivisme terhadap belajar dalam
dilakukan melalui proses mengamati, kelompok. Menurutnya, dalam kelompok
menanya, mencoba, menalar, dan belajar peserta didik dapat mengungkapkan
mengkomunikasikan. Pada penerapan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang
pendekatan scientific sebaiknya guru akan dilakukan terhadap persoalan tersebut.
memperhatikan beberapa prinsip dalam Hal ini sesuai dengan pendekatan
melaksanakan pembelajarannya. Sesuai pembelajaran tematik yaitu scientif.
dengan permendikbud nomer 22 tahun 2016 Langkah-langkah yang dilakukan
yang mengungkapkan beberapa prinsip dalam mengimplementasikan pendekatan
dalam melaksanakan pembelajaran scientific yaitu: 1) Mengamati. Dalam
Kurikulum 2013 yaitu (1) berpusat pada kegiatan mengamati, guru membuka
peserta didik; (2) mengembangkan kesempatan secara luas dan bervariasi kepada
kreativitas peserta didik; (3) menciptakan peserta didik untuk melakukan pengamatan
kondisi yang menyenangkan dan menantang; melalui kegiatan menyimak, melihat,
(4) bermuatan nilai etika, estetika, logika, mendengarkan, dan membaca. 2) Menanya.
dan kinestetik; (5) menyediakan pengalaman Ketika kegiatan menanya, guru memberi
belajar yang beragam melalui berbagai kesempatan kepada peserta didik untuk
strategi dan metode pembelajaran yang bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, disimak, didengar, dibaca dan dilihat. 3)
dan bermakna. Mengumpulkan dan mengasosiasikan.
Teori Vygotsky mendukung untuk Tindak lanjut dari menanya adalah mencari
menciptakan pembelajaran yang sesuai agar informasi-informasi dari berbagai sumber
peserta didik memperoleh pengalaman yang dapat mendukung pembelajaran pada
langsung secara berkelompok. Selain itu hari itu. Sumber informasi dapat diperoleh
Vygotsky mengemukakan bahwa seorang darimana saja dan melalui apasaja. 4)
anak usia Sekolah Dasar sudah mulai dapat Mengkomunikasikan hasil. Peserta didik
memecahkan masalah secara berkelompok, melakukan kegiatan menuliskan apa yang
sehingga sebaiknya guru menerapkan metode mereka temukan dalam kegiatan mencari
pembelajaran yang mampu mendukung informasi, mengasosiasikan, dan menentukan
peserta didik untuk menemukan jawabannya pola. Kemudian hasil yang mereka tuliskan
sendiri melalui pengalaman langsung dan akan dipresentasikan di hadapan guru dan
dilakukan secara berkelompok. teman-temannya yang lain.
Dalam teori konstruktivisme Lev Model Pembelajaran Tematik di Sekolah
Vygotsky dikemukakan bahwa pengetahuan Dasar dalam Pandangan Teori
dibangun melalui interaksi sosial, interaksi Konstruktivisme Vygotsky
sosial dapat terjalin pada dua orang atau Model pembelajaran mengacu pada
lebih, sehingga selain kegiatan peer tutoring pendekatan pembelajaran yang akan
yang dilakukan oleh dua peserta didik yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-
saling berinteraksi, belajar dalam kelompok tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam

171
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

kegiatan pembelajaran, lingkungan Memilih atau menentukan model


pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
penggunaan model pembelajaran sebagai kondisi Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang
strategi bagaimana pembelajaran yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari
dilaksanakan dapat membantu peserta didik materi yang akan diajarkan, dantingkat
mengembangkan dirinya baik berupa kemampuan peserta didik. Di samping itu,
informasi, gagasan, keterampilan nilai dan setiap model pembelajaran mempunyai
cara-cara berpikir dalam meningkatkan tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan
kapasitas berpikir secara jernih, bijaksana siswa dengan bimbingan guru. Pelaksanaan
dan membangun keterampilan sosial serta pembelajaran dengan pendekatan saintifik
komitmen (Joice& Wells). Model sebagaimana yang diterapkan pada
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus kurikulum 2013, sebaiknya dipadukan secara
yaitu: 1) Rasional teoretis logis yang disusun sinkron dengan langkah/tahapan kerja
oleh para pencipta atau pengembangnya. (syntax) model pembelajaran.
Model pembelajaran mempunyai teori Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga)
berfikir yang masuk akal. Maksudnya para model pembelajaran utama (Permendikbud
pencipta atau pengembang membuat teori No. 103 Tahun 2014) yang diharapkan dapat
dengan mempertimbangkan teorinya dengan membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial
kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif serta mengembangkan rasa keingintahuan.
dalam menciptakan dan Ketiga model tersebut adalah: model
mengembangankannya. 2) Landasan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa Based Learning), model Pembelajaran
belajar (tujuan pembelajaran yang akan Berbasis Projek (Project Based Learning),
dicapai). Model pembelajaran mempunyai dan model Pembelajaran Melalui
tujuan yang jelas tentang apa yang akan Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
dicapai, termasuk di dalamnya apa dan Learning).
bagaimana siswa belajar dengan baik serta Tidak semua model pembelajaran tepat
cara memecahkan suatu masalah digunakan untuk semua KD atau materi
pembelajaran. 3) Tingkah laku mengajar pembelajaran. Model pembelajaran tertentu
yang diperlukan agar model tersebut dapat hanya tepat digunakan untuk materi
dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi
pembelajaran mempunyai tingkah laku pembelajaran tertentu akan dapat berhasil
mengajar yang diperlukan sehingga apa yang maksimal jika menggunakan model
menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat pembelajaran tertentu.
berhasil dalam pelaksanaanya. 4) Oleh karenanya guru harus
Lingkungan belajar yang diperlukan agar menganalisis rumusan pernyataan setiap KD,
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. apakah cenderung pada pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai lingkungan penyingkapan (Discovery/Inquiry leraning)
belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga atau pada pembelajaran hasil karya (Problem
suasana belajar dapat menjadi salah satu Based Learning dan Project Based
aspek penunjang apa yang selama ini Learning).
menjadi tujuan pembelajaran. (Trianto,
2010).

172
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

KESIMPULAN pada student center.


Pembelajaran tematik adalah Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga)
pembelajaran yang menggunakan pendekatan model pembelajaran utama (Permendikbud
scientific yang memberikan kesempatan No. 103 Tahun 2014) yang diharapkan dapat
peserta didik untuk dapat melakukan proses membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial
ilmiah yaitu mengamati, menanya, menalar, serta mengembangkan rasa keingintahuan.
mencoba, dan mengkomunikasikan. Hal ini Ketiga model tersebut adalah: model
sangat sesuai dengan teori belajar Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Konstruktivisme Vygotsky yaitu setiap Based Learning), model Pembelajaran
individu dapat membangun informasi Berbasis Projek (Project Based Learning),
ataupun pengetahuan secara mandiri melalui dan model Pembelajaran Melalui
interaksi sosial dengan orang lain atau Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
dengan orang yang lebih mampu. Pemberian Learning).
bantuan kepada peserta didik harus
memperhatikan Zone Of Proximal DAFTAR RUJUKAN
Development (ZPD). Zone of Proximal Abdurrahman, H., & Soerjono. (1999). Metode
Development merupakan istilah Vygotsky penelitian deskriptif. Jakarta: Rineka Cipta.
untuk serangkaian tugas yang sulit dikuasai Apriani, A., Wangid, M. N., & Yogyakarta, U. N.
(2015). THE EFFECT OF THEMATIC
anak secara mandiri tetapi dapat dipelajari INTEGRATIVE SSP ON THE
dengan bantuan dari orang lain seperti dari CHARACTERS OF DISCIPLINE, 3, 12–25
guru atau teman yang lebih mampu. Zone of Authentic, D. A. N., & Sekolah, A. (2013). The
Proximal Development (ZPD) akan berkaitan analysis of integrative thematic content,
erat dengan scaffolding, scaffolding yaitu scientific approach, and authentic
pemberian bantuan yang semakin lama assessment in elementary school
textbooks, 1–15.
semakin dikurangi sesuai dengan tingkat
Borchelt, N. (2007). Cognitive Computer Tools
penguasaan peserta didik dalam memahami In The Teaching And Learning Of
tugas. Undergraduate Calculus. International
Apabila peserta didik sudah mampu Journal For The Scholarship Of Teaching
untuk melakukan suatu proses belajar secara And Learning, 1(2):1-17.
mandiri maka pemberian bantuan akan Drake, S.M. (2012). Creating standards based
integrated curriculum: the commom core
dilepas merupakan salah satu prinsip teori
state standards edition. California. Corwin
Vygotsky yang dapat di terapkan pada Press A sage Publication Company.
pembelajaran tematiksebab peran guru disini Galloway, C. M. (2001). Vygotsky's
lebih dominan sebagai fasilitator dalam Constructionism. In M Orey (Ed.).
proses belajar mengajar. Pembelajaran Emerging Perspectives On Learning,
tematik lebih menghendaki peserta didik Teaching, And Technology. Georgia:
College of Education University Of
untuk bertukar fikiran atau diskusi dengan
Georgia.
teman sebaya maupun orang yang lebih Glasersfeld, E. V. (1989). Knowing without
mampu untuk berkonsultasi, hal ini sesuai Metaphysics: Aspect of The Radical
dengan implikasi teori belajar Constructivist Position. Research and
Konstruktivisme Vygotsky yang Reflexivity: Toward a Cbernetic/Social
menghendaki pembelajaran yang Constructivist Way of Knowing. London:
Sage
menempatkan pembelajaran berorientasi

173
Listiana Dewi & Endang Fauziati / JPAPEDA (3) (2) (2021) : 163 - 174

Joyce, B & Weil. (2009). Model-model Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme


Pengajaran. Edisi 8. Terjemahan A. dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Fuwaid & A. Mirza. Yogyakarta: Pustaka Kanisius Tobin, K., Tippins, D., & Gallard, A.
Pelajar. (1994). Handbook of Research on Science
Kemdikbud. (2013). Peraturan Menteri Teaching and Learning. (pp. 45-93). New
pendidikan Nasional dan Kebudayaan RI York: Macmillan Publishing Company
No 67 Tahun 2013 tentang standar proses. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu,
M. Fadlillah. (2014). Implementasi Kurikulum Konsep, Strategi dan Implementasinya
2013 dalam Pembelajaran SD/MI, dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.
SMP/MTs, &SMA/MA. Yogyakarta: Ar- Vygotsky, L. S. (1986). Though and Language.
Ruzz. (Translate, revised and edited by Alex
Ormrod, J. E. (2012). Human Learning. (6th ed.). Kozulin). London: The Massachusetts
United State of America: Pearson Institute of Technology. (Edisi asli
Education, Inc. diterbitkan tahun 1934 oleh lembaga sosial
Santrock, J. W. (2013). Psikologi Pendidikan. dan ekonomi Moskow)
(2nd ed.). (Terjemahan Tri Wibowo). Wertsch, J. V. (1985). Vygotsky And The Social
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Formation Of Mind. Cambridge, MA:
(Edisi asli diterbitkan tahun 2004 oleh Harvard University Press
McGraw Hill Company, Inc). Watts & Pope. (1989). Thinking about Thinking,
Saptono. (2011). Dimensi-dimensi pendidikan Learning about Learning: Constructivism
karakter. Salatiga: Esensi. in Physics Education. Physics
Schunk, D. H. (2012). Learning Theories. Education,24: 326-331.
(Terjemahann Eva Hamdiah dan Rahmat
Fajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

174

Anda mungkin juga menyukai