Anda di halaman 1dari 5

KONSEP IPTEK DALAM ISLAM

SUB BAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan


B. Pengertian Tekhnologi
C. IPTEK dalam Alqur’an dan Hadist
D. Dorongan Islam tentang Ilmu Pengetahuan

Materi :

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan.  Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu
atau pengetahuan yang telah disusun, diklasifikasikan, dan diverifikasi sehingga
menghasilkan kebenaran objektif dan dapaat diuji ulang secara ilmiah Sekalipun
demikian, kata ini berbeda dengan ‘arafa (mengetahui)’ a’rif (yang mengetahui), dan
ma’rifah (pengetahuan).  Sedangkan Pengetahuan  adalah apa saja yang diketahui oleh
manusia baik melalui panca indra, instuisi, pengalaman maupun firasat. Jadi, Ilmu
pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses
pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh akal. (Saifulloh,2009). Atau ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap
objek-objek yang empiris.

Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur pokok
sebagai berikut:
 Ontologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas.
Obyek studi harus dapat diidentfikasikan, dapat diberi batasan, dapat diuraikan,
sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu obyek
material dan obyek formal.
 Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang
jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi dan
induksi.
 Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau
kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis,
hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan
kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep
terseubut tidak terdapat kerancuan atau kesemerawutan pikiran, atau penetangan
kondtradiktif diantara satu sama lainnya.

Dari berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat pada garis besarnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

 Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences), yang meliputi fisika, kimia, astronomi,


biologi, botani dan sebagainya.
 Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences), yang terdiri dari sosiologi, antropologi,
psikologi, ekonomi, politik, sejarah, hukum dan sebagainya.
 Ilmu-ilmu budaya (Humanities), yang terdiri dari cinta kasih, agama, ilmu,
budaya, kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya.

B. Pengertian Teknologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai kemampuan teknik
yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis. Teknologi
adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan
dan kenyamanan manusia. Singkatnya, Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan
tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific
method) . Sedangkan teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan
penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek,
adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan iptek.

C. IPTEK dalam Al-Qur’an dan Hadist


Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’am dan sunnah rasu. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran
islam terbagi dalam:
 Ilmu yangbersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat
mutlak, karena bersumber dari Allah.
 Ilmu yang bersifat perolehan (acquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat
nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.

Selanjutnya bagaimana islam memandang IPTEK dalam dilihat dari beberapa ayat Al-
Qur’an dibawah ini :

a. QS Al-Alaq ayat 1-5

Artinya :
(1) Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang Menciptakan (sekalian
makhluk). (2) dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) bacalah dan
Tuhanmulah yang Mahamulia (4) yang mengajar manusia dengan pena (5) Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

*Penjelasan mengenai suratnya : (tidak perlu dimasukkan dalam ppt, ini cukup dibacakan
dalam presentasi saja*)

Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir
aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama ini tidak
menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca
apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-
tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil,
objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.

Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekadar


menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-ulang
bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal
kemampuan. Tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi
Rabbik (demi Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang
dibaca masih itu-itu juga. Demikian pesan yang dikandung Iqra’ wa rabbukal akram
(Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah).

Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Quran diperoleh isyarat bahwa ada dua cara
perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah
diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum
diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia.
Cara kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda,
keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT

Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum subjek dituntut
peranannya untuk memahami objek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa
objek terkadang memperkenalkan diri kepada subjek tanpa usaha sang subjek. Misalnya
komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiap 76 tahun. Pada kasus ini,
walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk
mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah kehadiran komet
itu dalam memperkenalkan diri.

Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya,
atau apa yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun,
semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan
dengan kasus komet di atas. Itulah pengajaran tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu
pertama Al-Quran tersebut.

b. QS Al-Ghasyiyah ayat 17-20

ْ َ‫َأفَاَل يَنظُرُونَ ِإلَى اِإْل بِ ِل َك ْيفَ ُخلِق‬


‫ت‬

ْ ‫وَِإلَى ال َّس َما ِء َك ْيفَ رُ فِ َع‬


‫ت‬

ِ ُ‫َوِإلَى ْال ِجبَا ِل َك ْيفَ ن‬


ْ َ‫صب‬
‫ت‬

ْ ‫ُط َح‬
‫ت‬ ِ ْ‫وَِإلَى اَأْلر‬
ِ ‫ض َك ْيفَ س‬

Artinya :
(17)Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? (18)
Dan kepada langit, bagaimana ia ditinggikan? (19) Dan kepada gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan? (20) Dan kepada bumi bagaimana ia dihamparkan?

Penjelasan mengenai ayat : (* tidak perlu dimasukkan ke dalam ppt)


Ayat ini mengandung isyarat dan perintah agar manusia memperhatikan serta
mempelajari unta, langit, gunung, dan bumi agar sampai kepada pengetahuan ciptaan
Tuhan itu. Perintah tersebut dengan menggunakan kata yanzhuru yang mengandung
pengertian nazhar yang berarti penglihatan diserati daya fikir atau nalar. Karena
pengetahuan itu berkembang melalui penalaran ilmiah yang dikenal dengan metode
dedukatif dan induktif.

c. Qs Al-Baqarah ayat 31dan 32


Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini
tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan Al-Quran pada surat
Al-Baqarah (2) 31 dan 32:
Artinya :
(31)Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama
semua (benda) ini, jika kamu yang benar!" (32) mereka menjawab “Maha suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami. Sungguh Engkaulah yang maha mengetahui dan maha bijaksana”

Penjelasan mengenai ayatnya : (*tidak usah dimasukkan ke dalam ppt)


Dalam ayat ini Allah SWT menunjukkan suatu keistimewaan yang telah
dikaruniakannya kepada Nabi Adam as yang tidak pernah dikaruniakan Nya kepada
makhluk-makhluk Nya yang lain, yaitu ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau
daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu dengan sedalam-
dalamnya. Dan keturunan ini diturunkan pula kepada keturunannya, yaitu umat
manusia. Oleh sebab itu, manusia (ialah Nabi Adam dan keturunannya) lebih patut
daripada malaikat untuk dijadikan khalifah. Ini juga mengandung pelajaran bahwa
manusia yang telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak daripada makhluk
Allah yang lainnya, hendaklah selalu mensyukuri nikmat tersebut, serta tidak menjadi
sombong dan angkuh karena ilmu pengetahuan serta kekuatan akal dan daya pikir
yang dimilikinya.

d. Dorongan Islam tentang Ilmu Pengetahuan


Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap orang-orang berilmu. Banyak sekali
dijumpai ayat dan hadis yang mengarah kepada hal itu antara lain:

a) QS Al-Mujadalah/58: 11

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah


dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”

b) QS Fathir /35: 28
“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan
hewan-hewan ternak ada yang bermcam-macam warnanya (dan jenisnya).
Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-nya, hanyalah para ulama.
Sunggu Allah maha perkasa, maha pengampun”

c) QS Az-Zumar /39: 9

“(Apakah kamu orang musrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahnat Tuhannya? Katakanlah “Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? ”
sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”

d) QS Al-Jatsiyah/45: 13

ٍ َ‫ض َج ِميعًا ِّم ْنهُ ۚ ِإ َّن فِى ٰ َذلِكَ َل َءا ٰي‬


َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ ِ ْ‫ت َو َما فِى ٱَأْلر‬
ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُكم َّما فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”

e) H.R. Muslim dari Abu Hurairah


“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga”.

f) H.R. Turmizi
“Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh
bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewarispara nabi dan sesungguhnya
para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu.
Maka barang siapa mengambilnya peganglah dengan teguh”.

g) H.R. Ibnu Majah dari Anas bin Malik


“mencari ilmu (belajar) adalah wajib atas setiap orang Islam (muslim)”

h) H.R. Bukhari dari Ibnu Umar


“Sesungguhny Allah tidak akan mencabut ilmu dengan sekali cabut dari hamba-
Nya melainkan dia akan mencabutnya dengan mengambil ulama (orang-orang
berilmu) sehingga tidak tersisa lagi seorang yang alin, manusia akan mengambil
orang-orang bodoh (tak berilmu) menjadi pemimpin, maka mereka (orang-orang
bodoh) itu akn ditanya (tentang suatu masalah), maka mereka akan mengeluarkan
fatwa tanpa berdasarkan ilmu, maka mereka telah tersesat dan menyesatkan”

Anda mungkin juga menyukai