dalam ISLAM
Oleh :
Tim Penyusun Modul PAI UNP
Lisensi Dokumen:
Copyright © 2020 Universitas Negeri Padang
Seluruh dokumen di e-Learning Universitas Negeri Padang, hanya digunakan untuk kalangan
Internal Universitas, untuk kebutuhan Perkuliahan Online. Penggunaan dokumen ini di luar UNP tidak
diizinka dan tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu
dari Penulis dan Universitas Negeri Padang.
1. Deskripsi
Program Learning Outcome 2:
Mahasiswa menunjukkan sikap cinta tanah air dan setia kepada NKRI
Program Learning Outcome 3:
Mahasiswa mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan
antarumat beragama
Program Learning Outcome 5:
Mahasiswa terbiasa berpikir kritis dan menyelesaikan persoalan berbasis nilai
agama
Course Outcome (CO):
Mahasiswa mampu menganalisis Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam
Islam dan menyelesaikan persoalan konteks yang terkait
Pokok Bahasan: IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM /IPTEKNI dalam ISLAM
Materi Bahasan: .
a. Konsep IPTEKNI dalam Islam: pengertian, unsur, tujuan
b. Islam dan seni
c. Islam dan Kebudayaan
d. Etos kerja dalam Islam
2. Petunjuk
Silahkan anandamembacadan memahami materi pada bagian C. Selanjutnya,
ananda dapat menjawab pertanyaan dan menyelesaikan tugas yang termuat pada tes
di berikutnya. Selamat belajar, semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah
ilmu. Aamiin..
3. Materi
a. Konsep Iptekni dalam Islam
1) Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKNI) adalah tiga ranah yang
berbeda tapi tidak dapat dipisahkan. Secara sederhana, ilmu adalah
pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh melalui pengematan dengan
menggunakan metode berfikir ilmiah (scientific metode) dan disusun secara
sistematis. Ilmu bukan pengetahuan biasa yang mencakup segenap bentuk
yang diketahui dalam istilah Inggris disebut knowledge. Menurur Soekarto
(200: 6), “ciri-ciri ilmu pengetahuan itu adalah (1) pengetahuan/knowledge
(2) sistematis (3) menggunakan pemikiran (4) dapayt dikontrol secara kritis
(objektif)”.
Secara garis besar objek ilmu itu tebagi dua yakni objek material dan objek
forma. Objek material ilmu adalah yang membedakan antara satu bidang
ilmu dengan yang lainnya. Sedangkan objek forma sdalah proses yang
dilalui untuk mendapatkan sebuah ilmu. Berkaitan dengan ini seorang
ilmuan biasanya menggunakan tiga landasan pokok yaitu: “pertama,
antologi yakni yang berkaitan dengan pertanyaan apa. Kedua, epistemology
yakni yang berkaitan dengan pertanyaan bagaimana. Ketiga, aksiologi yakni
berkaitan dengan pertanyaan untuk apa”. (Suriasumantri, 1986: 105)
Berdasarkan ini, ilmu bukanlah pengetahuan biasa yang mengandalkan
peengamatan indra semata tapi adalah pengetahuan yang diperoleh dari
hasil kerjasama antara akal dan panca indra. Dengan kata lain, suatu ilmu
dihasilkan dari perpaduan antara pengetahuan ynagbersifat ideal dan
pengetahuan yang bersifat empiri.
Dari segi subjeknya, ilmu pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok besar, yaitu ilmu pengetahuan eksak dan non eksak. Yang
termasuk ke dalam ilmu pengetahuan adalah ilmu-ilmu kedalaman (natural
science). Yang termasuk ilmu pengetahuan non eksak adalah ilmu-ilmu non
kealaman seperti ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Dagi segi kegunaannya,
ilmu pengetahuan dapat pula dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu
ilmum-ilmu murni (pure sciences) dan ilmu-ilmu terapan (oplied science).
Seorang ilmuwan yang beriman perlu melakukan reorientasi tentang tujuan
hidup. Hidup harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan berkarya (amal).
Ilmu dan karya adalah penting, namun lebih penting menyadara untuk apa
ilmu dan karya itu. Kerja bukan semata untuk kerja tetapi bekerja untuk
memelihara eksistensi dan meningkatkan martabat manusia bukan malah
sebaliknya. Hal itu hanya dapat dicapai bila semua itu dilandasi pada
kesadaran iman. Kemudian dengan memelihara hubungan vertikal dengan
yang maha kuasa (habmminallah) dan memelihara hubungan horizontal
dengan sesama manusia (hablumminannas) agar tidak dilanda pada
sebahagian masyarakat modern saat ini. “hanya dengan menyerahkan drii
dan mengikuti diri dengan Tuhan, dan berdiri di depan Tuhan manusia
mempunyai eksistensi yang autenti” (Drijarkara, 1978: 68). Demikian
ungkapan Kierkegaard, seorang tokoh eksistensialis. Sebaliknya sikap
angkuh dan membelakngi Tuhan disertai pemujaan yang berlebihan kepada
makhluk, termasuk iptek, justru akan membuat manusia berada dalam
keterkurungan dan kehilangan arah yang membawa petala luar biasa bagi
kemanusiaannya.
Sebagai seorang ilmuwan muslim atau muslim yang berilmu hendaklah
mempunyai tanggung jawab moral terhadap ilmunya. Ilmuwna yang
bertanggung jawab adalah ilmuwan yang memiliki pertimbangan moral dan
penerapan ilmunya. Seorang ilmuwan muslim tidak hanya berpangan bahwa
ilmu adalah untuk ilmu tetapi ilmu adalah untuk kemaslahatan umat
manusia di jagat raya. Karena manusia adalah sebagai khalifah yang harus
dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada umat manusia dan
sang pencipta, semakin tinggi ilmunya semakin bertambah rasa takutnya
kepada Allah. Itulah ciri ilmuwan yang beriman
2) Teknologi
Teknologi adalah penerapan dari ilmu sebagai alat perpanjangan tangan
bagi manusia dalam mencapai maksudnya. Ilmu mengemukakan sejumlah
prinsip, kaidah, dan teori yang diangkat dari hasil pengamatan serta
pengalaman tentang gejala. Sedangkan teknologi berbicara tentang
bagaimana ilmu itu bisa bisa diaplikasikan ke dalam tindakan yang
menghasilkan manfaat langsung bagi manusia.
Teknologi dapat dibedakan dalam dua bentuk. Pertama, teknologi sebagai
proses yakni pendayagunaan ilmu dan pengetahuan. Kedua, teknologi dalam
bentuk hasil yakni sebagai wujud kongrit dari pendayagunaan ilmu dan
pengetahuan berupa produk-produk tentu seperti peralatan dan perkakas.
Dari sinilah lahirny aungkapan bahwa teknologi itu adalah perpanjangan
tangan manusia. Hal ini dibuktikan oleh terutama dalam kehidupan di
zaman modern saat ini, hampir setiap gerak langkah
kehidupan bersentuhan dengan teknologi, naik langsung maupun tidak. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa ilmu itu berawal dari filsafat dan
berakhir dengan seni.
3) Iptek dalam Al-Qur’an dan Hadis
a) QS Al-Alaq 96/: 1-5
“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah ynag Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Kata “iqra” terambil dari kata qara‟a yang makna asalnya adalah
“menghimpun, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu
dan membaca baik teks tertulis maupun tidak” (M. Quraish Sihab, 1996:
433). Maka salah satu kunci pokok lahir dan perkembangannya Ilmu
pengetahuan adalah membaca ayat Allah, baik yang tersurat (qur’aiyah)
maupun yang tersirat (kauniyah).
b) QS Al-Ghasyiyah/88: 17-20
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan, dan langit bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung
bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan”
Ayat ini mengandung isyarat dan perintah agar manusia memperhatikan
serta mempelajari unta, langit, gunung, dan bumi agar sampai kepada
pengetahuan ciptaan Tuhan itu. Perintah tersebut dengan menggunakan
kata yanzhuru yang mengandung pengertian nazhar yang berarti
penglihatan diserati daya fikir atau nalar. Karena pengetahuan itu
berkembang melalui penalaran ilmiah yang dikenal dengan metode
dedukatif dan induktif.
c) QS Al-Baqarah /2: 31
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudia menggemukkan kepada para Malaikat lalu
berfirman: “sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benarn!””
Menurut mufasir Al-Maragi (2001: 50), ynag dimaksud nama-nama
(asma) di dalam ayat ini adalah sifat-sifat khusus atau karakteristik dan
jenis-jenis ciptaan Tuhan, yang dengan itu dapat diketahui korelasi yang
signifikan antara benda dan sifat-sifatnya.
4) Dorongan Islam tentang Ilmu Pengetahuan
Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap orang-orang berilmu.
Banyak sekali dijumpai ayat dan hadis yang mengarah kepada hal itu antara
lain:
a) QS Al-Mujadalah/58: 11
“Allah akan meinggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahun beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
b) QS Fathir /35: 28
“sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”.
c) QS Az-Zumar /39: 9
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran”.
d) QS Al-Jatsiyah/45: 13
“Dan dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dana pa yang
ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
apa ynag demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir”.
e) H.R. Muslim dari Abu Hurairah
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surge”.
f) H.R. Turmizi
“Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan
atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris
para nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa
mengambilnya peganglah dengan teguh”.
g) H.R. Ibnu Majah dari Anas bin Malik
“mencari ilmu (belajar) adalah wajib atas setiap orang Islam
(muslim)”
h) H.R. Bukhari dari Ibnu Umar
“Sesungguhny Allah tidak akan mencabut ilmu dengan sekali cabut
dari hamba-Nya melainkan dia akan mencabutnya dengan mengambil
ulama (orang-orang berilmu) sehingga tidak tersisa lagi seorang yang
alin, manusia akan mengambil orang-orang bodoh (tak berilmu)
menjadi pemimpin, maka mereka (orang-orang bodoh) itu akn ditanya
(tentang suatu masalah), maka mereka akan mengeluarkan fatwa tanpa
berdasarkan ilmu, maka mereka telah tersesat dan menyesatkan”.
5. Daftar Bacaan
Ismail Rafi al-Faruqi. 1999. Seni Tauhid. Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya
Maulana, M.Ali. 1980. Islamologi. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve
N. Drijarkara, S.J. 1978. Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan
Quraish Sihab. 1999. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan
Sidi Gazalba. 1988. Islam dan Kesenian. Jakarta: Pustaka al-Husna
Yuyun S. Sumantri. 1987. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan