OLEH :
KELOMPOK 1
MUTHMAINNA FATIRA RAMADHANI (2115017)
NURUL HANISAH (2115027)
PUTRIANY (2115028)
SALSABILA HANA PUTRI (2115034)
RISKA (2115033)
FADHIL HARIS (2115007)
MUH AGUSTIAWAN (2115121)
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia memiliki siklus kehidupan berawal dari bayi yang baru lahir hingga
lanjut usia (lansia). Siklus kehidupan ini memiliki tahapan yang berbeda. Perbedaan itu
terlihat pula pada tahapan berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh seorang bayi
baru saja belajar berbeda dengan yang dilakukan oleh balita. Komunikasi yang dilakukan
oleh remaja berbeda dengan orang dewasa. Demikian pula yang dilakukan oleh lansia,
topik yang dibicarakan berbeda-beda. Lansia cenderung membicarakan tentang kesehatan
dan keluarga. Lanjut usia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia disebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pengertian lanjut usia diatas sama
pengertiannya yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia Tahun 2016-2019.
Menurut Santoso, J. (1985:2) lanjut usia merupakan salah satu fase dari
perkembangan psikologis seseorang, sebagai fase perkembangan terakhir. Gejala proses
menjadi tua sudah dimulai pada umur 65 tahun yang dikenal sebagai masa tua awal,
sedangkan umur 75 tahun merupakan masa usia lanjut. Mereka yang tergolong lanjut usia
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik bagi para
lansia mengalami penurunan kesehatan karena antibody yang dimiliki lansia sudah tidak
sebagus saat masih muda. Mereka sangat rentan dengan berbagai penyakit termasuk jenis
penyakit yang tidak menular. 2 Berdasarkan data Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 (www.depkes.go.id) 1 penyakit tidak
menular terdiri atas kanker, stroke, ginjal kronis, diabetes melitus dan hipertensi adalah
penyakit yang sering dialami di usia lanjut. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal
kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas,
2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9% dan penyakit ginjal
kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Seorang lanjut usia secara umum mengalami
perubahan dalam aspek kepribadian terutama menyangkut masalah self esteem, depresi
dan beberapa problemnya yang menyangkut tingkah laku. Dalam aspek emosi mulai
nampak adanya sikap insecure, rasa takut dan merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit, adanya sikap bingung dan putus asa. Nampak kesulitan mengikuti pikiran orang
lain, kurang bisa lagi menikmati keindahan dan ditambah adanya kemunduran pada fisik
sehingga membatasi dirinya untuk tidak sebebas berkomunikasi dengan lingkungannya
(Santoso, J., 1985: 8). Kemunduran fisik dan psikologi pada lansia menyebabkan perlu
adanya kesejahteraan dan perhatian pada lansia. Perhatian pemerintah terbentuk dari
adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia. Pada pasal 3 dijelaskan bahwa upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan
sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya serta
terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian Komunikasi Kesehatan
2.Apa tujuan Komunikasi
3.Bagaimana Bentuk Komunikasi
4.Apa saja faktor yang memepengaruhi komunikasi
5.Bagaimana Komunikasi dengan Lansia
C. TUJUAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami komunikasi terapeutik dan teknik pelaksanaan
tindakan keperawatan pada pasien lansia serta dapat menerapkan komunikasi terapeutik pada
pasien lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMUNIKASI KESEHATAN
Komunikasi adalah suatu hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai saling tukar-menukar pendapat.
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain (Potter
& Perry, 2005: 301).Komunikasi menrupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi
dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia.
Komunikasi terapeutik merupakan istilah yang berasal dari bahasa inggris yaitu
“Communication”. Kata communication itu sendiri berasal dari kata latin
“communication” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide, dengan pembicara
mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2005).
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As
Hornby dalam Intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu
adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau
pemulihan klien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi
perawat.
Dalam buku 'Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar' karangan Dedy Mulyana, Bernard
Berelson dan Gary A. Steiner menyatakan bahwa komunikasi merupakan sebuah
tindakan atau proses transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan
semacamnya. Hal yang di transmisikan ini dapat berupa simbol-simbol, kata-kata,
gambar, figur, grafik dan semacamnya.
D. PASIEN LANSIA
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun
tidak langsung di rumah sakit (Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit). Orang lanjut usia (lansia) pada umumnya menderita lebih dari satu penyakit. Hal
ini pun membuat mereka harus mendatangi sejumlah dokter spesialis untuk berobat
(Maharani, 2014).
Pada kenyataannya, pasien lansia berbeda dengan pasien kebanyakan. Pasien
lansia mempunyai cara khusus dalam perawatannya mengingat usianya sudah tidak muda
lagi dan kebanyakan dari pasien lansia mempunyai penyakit yang kompleks dan atau
beberapa penyakit sekaligus. Kegiatan ini, menurut Depkes (1993:1b), untuk memberikan
bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu maupun kelompok, seperti di rumah atau lingkungan keluarga,
puskesmas, yang diberikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat
dilakukan anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan,
diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. Adapun asuhan keperawatan dasar
yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau
pasif, antara lain, untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygiene, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai
dan kesegaran jasmani; untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung
pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan
bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu
dicegah agar tidak terjadi dekubitus.Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi
dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia dalam Perwari
(2015).
Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa hal yaitu faktor fisik,
psikologi, dan lingkungan untuk menerapkan keterampilan komunikasi yang tepat. Selain
itu, juga harus menggunakan konsentrasi penuh dalam berkomunikasi dengan lansia.
Perubahan pada lansia juga mengakibatkan lansia mengalami kesulitan dalam
komunikasi
B. SARAN
Dalam berkomunikasi dengan pasien lansia tenaga kesehatan seperti perawat harus benar-
benar mengetahui dan paham mengenai teknik-teknik, prinsi, dan sikap untuk berkomunikasi
dengan lansia. Dikarenakan pasien lansia berbeda dengan klien yang berusia remaja dan dewasa
DAFTAR PUSTAKA
Bandiyah, S. (2015), Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Nuha Medika, Yogyakarta
Karumi, N.A (2016), “Peran Perawat Dalam Komunikasi Antar pribadi Dengan Lansia Untuk
Membangun Kreativitas (Studi Kasus di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda)”,
Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman, Vol.4, No.2, Hal. 102-111, [Internet]. Available
from: ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id [diakses pada tanggal 25 Februari 2019]