Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANTROPOLOGI DALAM LINGKUP ADAT ISTIADAT

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. DHINI ANGGRAENI
( Mengetik )
2. ULFATUSSALIHA
( Cari materi )
3. NURUL AMIRAH
JAMALUDDIN ( Buat ppt )
4. NUR AMALIA
RAHMADANI ( Mengetik )
5. MIFTAHUL JANNAH
( Cari materi )
6. MUH MULTAZAM
WIJAYA
7. RESKI
(Cari materi )
8. MUH. AGUSTIAWAN
AKPER MAPPAOUDANG MAKASSAR

Tahun Ajaran 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
“ANTROPOLOGI” ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam kami haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW .

Terima kasih kepada dosen pembimbing matakuliah “ Antropologi “ dan


teman-teman yang lain karna berkat mereka semua Makalah yang bertema
“Antropologi Dalam Lingkup Adat Istiadat’’ Ini bisa kami selesaikan . Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita dalam mempelajari materi tentang Ruang Lingkup Adat
Istiadat. Kami berharap adannya kritik dan saran sera usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa datang,mengingat tidak ada suatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Penulis

( kelompok 4 )
DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan..........................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi Adat Istiadat………………..…………………..8


B. Nilai-Nilai Adat Istiadat, Norma, Hukum dan Aturan Khusus………....10
C. Unsur-Unsur Adat Istiadat….…………………………………………..14
D. Contoh-Contoh Adat Istiadat …………………………………………..15
E. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Hukum Adat..…………………...17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………..19
B. Saran……………………………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Antropologi berasal dari dua akar kata Yunani: anthropos, artinya


“orang” atau “manusia”; dan logos, artinya “ilmu/nalar”. Menurut kamus
athropology dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai
pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna
bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya1 . Dari
analisis usul asal kata, disimpulkan bahwa antropologi merupakan ilmu
pengetahuan tentang manusia. Dalam refleksi yang lebih bebas,
antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mencoba menelaah sifat-sifat
manusia secara umum dan menempatkan manusia yang unik dalam sebuah
lingkungan hidup yang lebih bermartabat.

Antropologi modern meneruskan apa yang telah dimulai oleh strategi


tradisional dari usaha antropologi pada masa-masa lampau. Yang terasa
sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan umumnya, ilmu
antropologi berupaya untuk membangun sebagai kajian ilmiah tentang
manusia dalam bingkai kehidupan sosial dengan membuat perbandingan
antar sosialitas yang satu dengan yang lain. Perbandingan tersebut
terutama berkenaan dengan pola menempatkan model sosialitas masa
silam dengan yang sekarang, dan bahkan berkaitan dengan yang bakal
terjadi (nanti). Pemahaman antropologi dalam kerangka perbandingan ini
bersifat komprehensif, dalam arti elemen-elemen yang diambil untuk
dibuat perbandingan sungguh memberi satu pemahaman yang menyeluruh
berkenaan dengan kehidupan manusia, baik pribadi maupun kelompok.
Dengan demikian, kajian perbandingan antropologi merangkumi manusia,
karya dan seluruh keberadaannya, seperti terlihat secara struktural dalam
uraian mengenai dua elemen dasar kehidupan manusia sebagai satu entitas
pribadi dan makhluk sosial.
Manusia sebagai salah satu makhluk di muka bumi merupakan
makhluk yang paling unik. Sebagai makhluk sosial manusia hidup
bermasyarakat yang tak bisa lepas dari kebudayaan dan adat istiadat.
Manusia dan kebudayaan ibarat dua sisi mata uang yang satusama lain
tidak bisa dipisahkan. Setiap manusia yakin bahwa agama merupakan
kepercayaan yang mempengaruhi kehidupannya dan dijadikan sebagai
pedoman hidup. Selain agama,kehidupan manusia juga dipengaruhi oleh
kebudayaan. Kebudayaan sebagai sistem strukturalyang berarti,, bahwa
proses pemikiran menghasilkan sistem simbol yang dimiliki bersamadan
tercipta secara kumulatif dari pikiran-pikiran.1 Dalam kehidupan sehari-
hari, manusiatidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur kebudayaan yang
ada. Bahasa, sistem keperrcayaan,sistem sosial, mata pencaharian,
teknologi, ilmu pengetahuan, dan kesenian merupakanaspek-aspek yang
berasal dari sistem ide dan gagasan suatu masyarakat yang diturunkan
secara turun temurun antar generasi.

Manusia adalah makhluk sosial,yaitu manusia memerlukan orang


lain.sejak manusia lahir ke dunia mereka sangat membutuhkan bantuan
lainnya agar mereka dapat tetap hidup baik. Dalam berinteraksi di
masyarakat, manusia dipengaruhi nilai, aturan , norma , budaya serta
kondisi geografisnya terhadap perubahan perilakunya. Pada hakikatnya
pendidikan merupakan proses transformasi nilai dan kebudayaan dari
generasi satu ke generasi berikutnya, karena itu proses pendidikan akan
terkait erat dengan latar belakang budayatempat proses pendidikan
berlangsung.Dengan demikian fungsi pendidikan sangat pentingdalam
melestarikan budaya dan menjadikan manusia berperilaku sesuai dengan
nilai, norma,dan budaya lokal, sehingga manusia masih memiliki wawasan
budaya setempat tanpa harusmelupakan budaya aslinya.

Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk


manusia mulai dari fisik, tingkah laku,kebiasaan,bahasa, budaya serta
susunan masyarakat , ternyata telah memberikan kita sebuah.pengetahuan
tentang perkembangan zaman dan fenomena kehidupan budaya dan
masyarakat dari waktu ke waktu sehingga tentunya kita tidak akan pernah
lupa akan sebuah perjalanan manusia dari masa lampau hingga sekarang
ini.

Terdapat lima masalah penelitian khusus antropologi yaitu :


Koentjoroningrat (2009) berpendapat bahwa di iniversitas-universitas
Amerika Serikat, tempat antropologi telah berkembang secara ruang
lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas itu menyebabkan
adanya paling sedikit lima masalah penelitian khusus yaitu:
a. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (evolusi ) secara
biologi
b. Masalah sejarah terjadinya beragam makluk manusia, dipandang
dari sudut ciri-ciritubuhnya.
c. Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran beragam
bahasa yang diucapkanmanusiadi seluruh dunia.
d. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam
kebudayaan manusiadiseluruh dunia.
e. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupa

Antropologi adat istiadat merupakan aturan tingkah laku yang di anut


secara turun temurun dan berlaku sejak lama. Adat Istiadat termasuk
aturan yang sifatnya ketat dan mengikat. Adat Istiadat yang di akui dab
ditaati oleh masyarakat sejak berabad-abad yang lalu dapat menjadi hokum
yang tertulis yang di sebut sebagai hokum adat. Hukum adat di Indonesia
adalah hokum yang tertulis yang berlaku bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Adat istiadat memuat empat unsur yaitu nilai-nilai
budaya,sistem norma,sistem hokum dan aturan-aturan khusus. Nilai-nilai
budaya merupakan gagasan mengenai hal-hal yang di pandang paling
bernilai oleh masyarakat.Contohnya rukun dengan sesame,hormat kepada
orang tua,bekerja sama dan lain-lain.Adat Istiadat sendiri merupakan tata
kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari generasi lain sebagai warisan
sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat (Kamus
besar bahasa Indonesia,1988:5,6).

Hidup bersosial dan bermasyarakat di Indonesia tak lepas dari adat


istiadat yang menjadi pedoman.Secara umum adat istiadat merupakan
kebiasaan yang telah di ikuti masyarakat dalam jangka waktu yang cukup
lama, ini kemudian mengakar dan menjadi pedoman dalam suatu
masyarakat secara keseluruhan.Adat istiadat idealnya mampu
mencerminkan jiwa dan kepribadian suatu masyarakat yang mengandung
berbagai macam aturan ideal yang mengatur tata hubungan atau interaksi
yang terdapat dalam suatu masyarakat.Nilai adat istiadat itu telah
bersemayam dalam pikiran setiap individu sebagai anggota
masyarakat,sehingga hubungan antara satu dengan yang lain Nampak
tertib dan teratur karena masing-masing telah memahami
kedudukannya,baik sebagai masyarakat biasa,pemimpin adat,pemimpin
agama,keamanan,sebagai pemuda-pemudi dan lain sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian antropologi dan antropologi adat istiadat ?
2. Apa itu nilai-nilai adat istiadat, norma, hukum dan aturan khusus ?
3. Apa saja unsur-unsur adat istiadat ?
4. Apa saja contoh-contoh adat istiadat di Indonesia ?
5. Apakah hubungan antara antropologi dengan ilmu lainnya ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengenal pengertian ruang lingkup antropologi adat istiadat
2. Untuk mengetahui nilai-nilai, norma, hukum, dan aturan khusus
3. Untuk mengetahui unsur-unsur adat istiadat
4. Untuk mengetahui contoh-contoh adat istiadat di Indonesia
5. Untuk mengetahui hubungan antara antropologi dengan ilmu
lainnya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi Adat Istiadat


Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat,yakni
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat megsi-religius dari kehidupan suatu
penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya,norma-
norma,hokum dan aturan-aturan yang saling berkaitan,dan kemudian
menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup
segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur
tindakan sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat
istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara.
Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari
masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau
dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau warisan
masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah
dilakukan secara kebetulan atau di sengaja. Lebih khusus lagi,tradisi dapat
melahirkan kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri. Kebudayaan yang
merupakan hasil dari tradisi memiliki paling sedikit tiga wujud,yaitu:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan (ideas);
b. Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat (activities);
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
(artifact)

Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi


kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap
masyarakat yang memilikinya. Adat istiadat merupakan tata kelakuan
kekal turun temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan
sehingga kuat integritasnya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Adat
istiadat adalah perilaku budaya dan aturan-aturan yang telah berusaha di
terapkan dalam lingkungan masyarakat ciri khas suatu daerah yang
melekat sejak dahulu kala dalam diri masyarakat yang melakukannya.
Adat istiadat adalah kumpulan kaidah-kaidah sosial yang sudah lama
ada dan telah menjadi sebuah kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat.
Penelitian dan kajian tentang tradisi secara keilmuan masuk kedalam ruang
lingkup studi kebudayaan. Dengan menggunakan studi kebudayaan,
makna dari sebuah tradisi bisa tergambarkan secara jelas sebagai ruang
lingkup sistem kebudayaan adat istiadat hal itu berfungsi sebagai pedoman
tingkah laku dan pedoman untuk mengontrol pada setiap perbuatan
manusia. Adatistiadat dan masyarakat merupakan pelaksana kebudayaan.
Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia dan
digunakan untuk menafsirkan pengalaman dan menimbulkan suatu
perilaku.

Dalam realitanya di lapangan, tradisi dan ritual adalah bagian yang


tidak bisa dipisahkan dalam setiap kehidupan manusia. Kedekatan ini
menjadikan keduanya saling mempengaruhi karakter dan kepribadian
seseorang di daerah tersebut. Bahkan, tradisi terkadang dapat menempati
posisi yang sejajar dengan ritualitas spiritual ataupun ajaran agama.
Banyak diketahui sebuah masyarakat yang telah menganggap suatu tradisi
adalah bagian pokok dari agama yang telah masuk pada tatan kehidupan
masyarakat. Hal itu karena tradisi, ritual dan ajaran agama memiliki
kesamaan yang sama-sama diajarkan oleh nenek moyang yang diwariskan
dengan maksud mengajarkan atau memberi petunjuk yang baik serta
bermanfaat bagi kehidupan manusia.

 Fungsi Tradisi atau Adat Istiadat

Suatu tradisi memiliki fungsi bagi masyarakat, antara lain :

a. Tradisi adalah kebijakan turun temurun


kita anut kini serta di dalam benda diciptakan di masa lalu. Tradisi
pun menyediakan fragmen warisan historis yang dipandang
bermanfaat Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan, norma, dan
nilai yang. Tradisi seperti gagasan dan material yang dapat
digunakann dalam tindakan saat ini dan untuk membangun masa
depan berdasarkan pengalaman dari masa lalu.
b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,
pranata, dan aturan yang sudah ada
Semua ini memerlukan pembenaran agar dapat mengikat
anggotanya. Salah satu sumber legitimasi terdapat dalam tradisi.
Biasa dikatakan: “selalu begitu” atau “orang selalu mempunyai
keyakinan demikian”, meski dengan resiko yang paradoks, bahwa
tindakannya hanya dilakukan karena orang lain melakukannya yaitu
hal yang sama di masa lalu atau keyakinan tertentu dapat diterima
karena mereka telah menerimanya sebelumnya.
c. Dapat menyediakan suatu simbol atau identitas secara kolektif yang
meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa,
komunitas dan kelompok
Tradisi nasional dengan lagu, bendera, emblem, mitologi, dan ritual
umum adalah contoh utama. Tradisi nasional selalu dikaitkan dengan
sejarah, menggunakan masa lalu untuk memelihara persatuan
bangsa.
d. Dapat membantu memberikan tempat pelarian dari keluhan, ketidak
puasan, dan kekecewaan kehidupan modern
Tradisi yang mengesankan masa lalu yang lebih bahagia
menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila masyarakat berada
dalam krisis.
 Adapun adat istiadat menurut para ahli, yaitu:
1. Raden Soepomo
Adat istiadat diartikan sebagai sinonim dari hukum yang tidak
tertulis atau hukum adat. Di badan hukum negara, hukum ini
berlaku sebagai konvensi dan hidup pun menjadi peraturan dengan
kebiasaan pada kehidupan di desa dan kota.
2. Jalaludi Tunsam
Menurut Jalaludi Tunsam, adat istiadat yang berasal dari kata adat
artinya cara atau kebiasaan, istilah ini juga merajuk pada suatu
gagasan yang di dalamnya terkandung nilai kebudayaan, norma,
kebiasaan, dan hukum suatu daerah. Terdapat pula sanksi tertulis
maupun tak tertulis jika hukum adat tersebut di patuhi
3. Notopura Harjito
Harjito menyebut bahwa hukum adat ialah hukum yang tidak
tertulis. Bagi masyarakat, adat istiadat ini merupakan pedoman
hidup untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan.
4. Soekanto
Menurut Soekanto, bahwa adat istiadat adalah ikatan kuat dan
pengaruh dalam masyarakat dimiliki oleh adat istiadat. Adapun
ikatan ini bergantung dan mendukung kebiasaan dalam
masyarakat.

B. Nilai-Nilai Adat istiadat, Norma, Hukum dan Aturan Khusus


Adat bentuk jamaknya adalah istiadat sebagaimana diuraikan tedahulu,
adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang berfungsi sebagai tata
kelakuan (Kontjaraningrat, 2005: 19). Jadi adat istiadat sebenarnya
mengandung berbagai macam aturan ideal yang mengatur tata hubungan
atau interaski yang terdapat dalam suatu masyarakat. Nilai adat istiadat itu
telah bersemayan di dalam pikiran setiap individu sebagai angggota
masyarakat, sehingga hubungan antara satu dengan yang lain nampak
tertib dan teratur karena masing-masing telah memehami kedudukannya,
baik kedudukanya sebagai masyarakat biasa, pemimpin adat, pemimpin
agama, keamanan, sebagai pemuda-pemudi dan lain sebagainya.
Istilah adat secara etimologi berasal dari bahasa Arab, dari akar kata
aduba-ya’dubu-adban/ada’ban yang artinya sopan- berbudi- baradab-
aturan-tata cara dalam pergaulan (Munawwir. 1984:14). Kalau bentuk kata
benda yang ditujukan bagi kalangan peremuan (muannas) menjadi
Ada’batun- yang lazim dalam bahasa Indonesia disebut Adat. Kata adab
kemudin dialih bahasakan kedalam bahasa Indonesia. Ini pula
menunjukkan bahwa selain Bangsa Indonesia dipegaruhi oleh
penggunnaan kata-kata asing seperti bahasa Arab, Ingris, Latin, Yunani
dan Sanskerta, kata-kata ini selanjutnya berusaha dialihbahasakan menjadi
bahasa Indonesia, terkadang juga sekaligus menggunakan arti atau makna
yang terkandug di dalamnya, namun ada pula kata yang hanya diambil
istilahnya saja akan tetapi makna kata tersebut justru berbeda atau malah
maknanya mengambil dari bahasa asing yang lain.
Adat istiadat sebenarnya menjadi pola tindakan suatu masyarakat
tertentu, namun walaupun menjadi pedoman akan tetapi sifatnya sangat
umum sehingga menyulitkan untuk diterangkan secara nyata dan rasional,
oleh karena nilai-nilai tersebut sudah berkaitan dengan aspek psikologis
dan emosional. Nilai emosinal itu dijunjung tinggi dan terbentuk sejak ia
masih kecil, sehingga dapat disebutkan bahwa nilai adat itu telah berurat
akar sedemikian rupa, yang nampak secara permukaan luar bagi yang
bukan pendukung kebudayaan tersebut adalah sesuatu yang di luar akal
pemikiran yang rasional. Nalai-nilai itu disepakati dan dijalankan secara
bersama secara brulang kali sehingga menjadi kebiasaan atau telah
membudaya ter-enkulturasi sedemikian rupa maka apabila suatu tindakan
serta merta tidak sesuai dengan kebiasaan yang sudah lazim dan lama
mendarah daging, maka tindakan itu dipandang meresahkan atau telah
keluar dari kebiasaan yang ada (deviasi).
Dapat pula dikatakan bahwa nilai kebudayaan ideal yang terbentuk
dalam adat istiadat telah dimiliki oleh setiap masyarakat yang menurut
hemat penulis bisa disebut rasa budaya. Agar lebih jelas makna rasa
budaya ini penulis memberikan contoh. Orang Maluku dan Maluku Utara
karena terbiasa dengan makanan yang terbuat dari bahan tepung sagu
popeda (Kapurung-bahasa Bugis Makassar) sejak masih bayi (berumur
enam bulan), yang dijadikan sebagai asupan gizi tambahan selama
meminum air susu ibu, makanan tersebut terbentuk rasa dan secara
psikologis ia merasa belum kenyang kalau tidak menyantap popeda pada
waktu jam makan. Dan kalaupun ia makan selain popeda hanya bertahan
dua atau tiga hari saja ia akan merasa gelisah dan rindu untuk makan
popeda. Rasa popeda telah merasuk dalam sentimentil emosi sehingga
seolah-olah makanan yang menyenangkan dan mengeyangkan dalam
hidupnya hanyalah popeda. Perasaan nikmat yang demikian ketika makan
popeda tentu tidak berlaku bagi orang Jawa atau oarang BugisMakassar,
karena mereka sehari-hari terbiasa makan nasi sebagai makanan yang
menyenangkan dan mengeyangkan. Seperti itulah kira-kira perumpamaan
rasa popeda bagi orang Maluku dan Maluku Utara dengan adat istiadat
dalam rasa budaya dalam suatu masyarakat. Tentu saja hal yang demikian
tidak berlaku secara umum. Oleh karena itu seseorang dalam hidupnya
sukar sekali mengganti nilai-nilai yang telah mendarah daging selama
hidupnya dengan nilai-nilai budaya baru, ia terkadang harus membutuhkan
waktu yang lama untuk bisa beradaptasi dengan rasa budaya yang baru
tersebut.
Koentjaraningrat (2005: 11-113) membagi secara terperinci pembagian
adat-istiadat menjadi empat bagian yang lebih khusus lagi, yaitu (1). Nilai-
nilai budaya (2) norma-norma (3) hukum dan (4) aturan khusus.

Sistem Norma
Bagian kedua dari adat istiadat adalah sistem norma. Dalam studi
antropologi norma adalah nilai budaya yang berhubungan dengan peranan
seorang dalam kehidupanya. Peranan seseorang tentulah sangat banyak,
perananaya terkait dengan ruang dan waktu. Pada ruang dan waktu tertentu
ia memiliki peran tertentu sehingga dengan peran itu ia melakukan tugas
yang diembanya berdasarkan peran yang dimainkan, dalam arti bahwa
fungsi-fungsi dalam kehidupan kemasyarakatan ditentukan oleh
peranannya berdasarkan ruang dan waktu yang terjadi. Sistem norma
itulah yang menentukan ia mesti berperan sebagai apa, atau siapa, dan
senantiasa berubah setiap waktu, oleh karena itu pula ia akan melakukan
fungsinya sebagai apa atau siapa. Contoh. Seorang yang berperan sebagai
dosen pada tempat di runag kelas atau kampus, dan pada saat waktu atau
jadwal kuliah maka fungsinya adalah memberikan kuliah, bimbingan,
ujian kepada mahasiawa, selesai memberikan kuliah dan beristirahat di
ruang dosen, maka ia berperan sebagai bawahan dari ketua Program studi,
sehingga ia mesti menjalankan perintah atau intruksi dari ketua Prodi
dalam suatu kepanitiaan kegiatan Prodi. Sesampainya di rumah, maka
perannya berubah menjadi seorang suami bagi sang istri dan sekaligus
juga beperan sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya di rumah. Maka
fungsinya yang dimainkan adalah sebagai seorang suami dan ayah bagi
anak-anak. Jadi sistem norma itu menjadi nilai yan dipedomani oleh
seseorang dalam menentukan peran dan fungsinya ketika dia berada dalam
situasi dan kondisi tertentu atau dipengaruhi oleh ruang dan waktu.

Sistem Hukum
Tingkat yang ketiga adalah sistem hukum. Tingkatan adat yang ketiga
ini nampak lebih nyata dalam kehidupan kemasyarakatan karena telah
bersentuhan dengan sejumlah aturan yang bisa dilihat secara nyata, diikuti
dan dipedomani dengan seperangkat aturan yang jelas. Hukum yang
ditetapkan itu telah mengatur berbagai aspek dalam kehidupan manusia
yang secara garis besar dibuat untuk menjaga ketertiban masyarakat
umum.
Para antropolog berbeda pendapat soal sistem hukum. Sebahagian
berpandangan bahwa aturan hukum itu ada jika masyarakat tersebut telah
terbentuk sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga masyarakat
perlu ada aturan hukum yang mengikat mereka untuk memelihara
ketertiban kehidupan bernegara. Pendapat seperti ini menimbulkan
parsoalan tersendiri karena seolah-olah tidak ada sistem hukum bagi
masyarakat tanpa negara, atau terhadap masyarakat yang masih sederhana
dalam perkembanganya kebudayaanya, baik dalam komonitas berburu,
maupun beetani. Pada hal masyarakat sederhana sekaliupun telah hidup
dalam suatu suasana yang tertib sesuai dengan kaidah hukum yang
dipedomani.
Bronislaw Malinowski menyatakan bahwa ada suatu dasar universal
yang sama antara hukum dalam masyarakat bernegara dan hukum dalam
masyarakat sederhana. Sehingga secara komperhensip dapat difahami
bahwa semua aktivitas kebudayaan berfungsi untuk memenuhi suatu
rangkaian hasrat naluri dari manusia berdasar saling memberi dan saling
menerima, atau prinsip reciprocity, dan diantara aspek kebudayaan yang
mengatur hal seperti yang demikian termasuk di dalamnya berfungsi
sebagai hukum (Koentjaraningrat, 2009:161).

Aturan-Aturan Khusus
Tingkat adat yang terakhir adalah aturan-aturan khusus. Aturan khusus
yang dimaksud adalah aturan-aturan yang mengatur aktivitas-aktivitas
yang sangat jelas dan terbatas pada ruang lingkup kehidupan
kemasyarakatan. Pada tingkat aturan khusus ini sifatnya sangat kongkrit
dan tidak terpisahkan dengan sistem hukum dalam kehidupan masyarakat.
Contoh aturan khusus yang terkait dengan sistem hukum adalah peraturan
lalu lintas. Dalam aturan lalu lintas dengan jelas menggunakan tanda yang
bisa dilihat oleh semua orang, sehingga tercipta suatu ketertiban di jalan
raya. Aturan khusus yang tidak terkait langsung dengan sistem hukum
adalah sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Seperti seorang
anak mencium tangan orang tua, hal seperti ini tidak diatur secara tertulis
namun dilakukan.

C. Unsur-unsur Adat Istiadat


unsur-unsur yang tercakup dalam suatu adat istiadat, seperti dikutip dari
Buku Ajar Hukum Adat, Yulia (2016).
1. Adanya tingkah laku seseorang
2. Dilakukan terus menerus
3. Adanya dimensi waktu
4. Diikuti oleh orang lain

Adapun beberapa unsur lain seperti yang diungkapkan Koentjaraningrat


yang membagi adat istiadat menjadi empat bagian khusus, yakni sebagai
berikut:
1. Norma-norma
Nilai budaya terkait peranan seseorang dalam lingkungan dan
kehidupannya merupakan arti dari sistem norma. Setiap orang
punya peran dalam nilai dan fungsinya dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Nilai-nilai budaya
Diartikan sebagai pandangan bersama yang diwujudkan dalam
kebiasaan secara turun-temurun. Di Tanah Air, ciri khas kerja sama
antar masyarakat adalah gotong royong.
3. Hukum
Tentunya, kita cukup tahu tentang hukum. Dalam kehidupan
bermasyarakat, sistem hukum cukup jelas karena merupakan
seperangkat aturan yang dapat dilihat secara nyata. Adapun sistem
ini telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat sejak dulu demi
menciptakan suasana yang tertib.
4. Aturan khusus
Ini merupakan aturan yang mengatur aktivitas dengan sangat
terbatas dan jelas dalam ruang lingkup kehidupan bermasyarakat.
D. Contoh-contoh Adat Istiadat
1. Adat istiadat Jawa
Di Jawa, masyarakatnya identik dengan sikap memegang teguh
adat istiadat dari warisan nenek moyang mereka. Masyarakat Jawa
pun punya berbagai tradisi dan adat, mulai dari pernikahan,
kehamilan, sampai kematian, mereka masih melestarikannya.
Berikut beberapa contoh adat istiadat asal Jawa untuk diketahui:
a. Sekaten
Sekaten adalah upacara yang diselenggarakan untuk
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam
setiap tahun, upacara ini dilakukan di AlunAlun Utara
Kraton Yogyakarta dan dihadiri oleh ribuan warga,
bahkan wisatawan. Di sana, Keraton akan melakukan
iring-iringan atau pawai gunungan hasil bumi masyarakat
sekitar yang diarak oleh abdi dalem serta prajurit Kraton.
b. Pernikahan
Kita tahu bahwa bagi masyarakat Jawa, pernikahan
memang dianggap sangat sakral dengan adatnya yang
cukup rumit. Saat ini, banyak masyarakat yang telah
meninggalkan tradisi ini untuk berbagai alasan. Pada
malam sebelum akad, pengantin perlu melakukan
midodareni dan siraman. Midodareni itu ialah rangkaian
upacara adat Jawa sebelum melaksanakan pernikahan.
Tak hanya itu, ada pula adat serah-serahan, yakni ketika
calon pengantin pria memberi pengantin wanitanya
barang-barang. Setelah prosesi akad, ada pula tradisi
balangan suruh atau melempar daun sirih, panggih atau
pertemuan dua mempelai, dan dhahar klimah atau saling
menyuap, serta sungkeman.

2. Adat Istiadat Sumatera


Sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, Sumatera juga
menyimpan berbagai adat istiadat yang masih sangat dijunjung
oleh masyarakatnya. Sumatera terdiri dari beberapa Provinsi yang
memiliki beragam tradisi, misalnya Sumatera Utara dengan adat
istiadat yang berbeda dari Provinsi Aceh, dan berbeda pula dengan
Provinsi Sumatera Selatan.
Berikut beberapa contoh adat istiadat Sumatera:
a. Mangongkal Holi (Sumatera Utara)
Mangongkal holi adalah sebuah tradisi membongkar
kembali tulangbelulang dan menempatkannya kembali ke
suatu tempat, tepatnya di sebuah tugu. Makna dari
Upacara Mangokal Holi yang artinya menggali kubur
adalah salah satu upacara yang dianggap sakral bagi
kehiduan masyarakat Batak Toba. Upacara Mangokal
Holi ini memiliki proses panjang mulai dari penggalian
hingga pada proses pesta yang membutuhkan waktu
sangat panjang hingga berhari-hari lamanya.
Masyarakat Batak hingga saat ini masih melestarikan adat
Mangongkal Holi. Tradisi ini sendiri ialah suatu upacara
untuk menggali kuburan lama dan kemudian mengambil
tulang-belulang mayat untuk dipindahkan ke kuburan
baru.
Masyarakat Batak percaya bahwa orang yang telah
meninggal bukan berarti benar-benar tiada. Diyakini,
mereka melangkah pada suatu proses yang lebih
sempurna, yakni alam abadi. Bahkan, para arwah juga
diyakini bisa berkumpul dengan anggota keluarga lain
yang telah meninggal. Adat istiadat Mangongkal Holi
dilakukan secara turun-temurun, dan terkadang disertai
pembuatan Tugu Marga.
b. Nganggung (Bangka Belitung)
Adat istiadat asal Provinsi Bangka Belitung ini
dilaksanakan demi memperingati hari besar Islam, seperti
Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, sampai menyambut tamu
penting. Warga masyarakat dalam adat ini harus
membawa dulang berisi makanan ke masjid.

3. Adat Istiadat Kalimantan


Tak hanya pulau Jawa dan Sumatera, Kalimantan yang menyimpan
berbagai kekayaan budaya tentunya juga memiliki adat istiadat
tersendiri yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Terdiri dari
beberapa provinsi memungkinkan Kalimantan untuk memiliki
berbagai tradisi dan adat istiadat. Tak hanya berupa upacara adat,
kekayaan budaya ini juga mencakup bahasa, pakaian adat,
makanan khas, tarian, musik, dan sebagainya.
Berikut ialah beberapa contoh adat istiadat asal
Kalimantan,menurut Grameds:
a. Maccera
Tasi Maccera Tasi merupakan pesta atau ritual adat yang
menggunakan laut sebagai sarananya sehingga untuk
pelaksanaan acara Maccera Tasi. Tradisi yang satu ini
masih dipertahankan oleh masyarakat Kalimantan hingga
kini. Berupa upacara, tradisi Maccera Tasi melibatkan
prosesi penyembelihan hewan kurban, seperti kerbau,
kambing, atau ayam di laut. Adapun darah dari hewan-
hewan tersebut dibuang ke laut agar menjadi simbol
pemberian darah untuk kehidupan laut.
Adat istiadat ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
hasil laut yang melimpah.
b. Mandi Tian Mandaring
Upacara Mandi Tian Mandaring ini adalah upacara mandi
pada kehamilan pertama dan dilaksanakan pada umur
kehamilan yang ke tujuh bulan. Menurut kepercayaan
mereka, wanita yang hamil pertama ini seolah-olah sangat
diingini oleh makhluk-makhluk halus yang sering
mengganggu, termasuk waktu melahirkan anak tersebut.
Oleh karenanya, tujuan upacara ini adalah agar ibu yang
mengandung selamat di waktu melahirkan, dan anak
yanag dilahirkan juga selamat, sehat dan tidak ada
gangguan apapun. Tradisi yang menyerupai Mitoni bagi
masyarakat Jawa ini memerlukan pagar mayang yang
dibuat dari batang tebu yang diikat. Di dalam pagar,
ditempatkan air mayang, air bunga, keramas asam kamal,
dan sebagainya.

E. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Hukum Adat


Antropologi digunakan oleh banyak ahli hokum, terutama hokum adat
untuk melakukan penelitian tentang hokum adat yang berlaku di
beberapa tempat. Anttropologi penting digunakan karena hokum adat
bukan merupakan hokum yang tertulis seperti KUHP atau Undang-
Undang, melainkan hokum yang timbul dan hidup langsung dalam
masyarakat. Antropologi juga memerlukan bantuan dari ilmu hokum
karrena setiap masyarakt pasti mempunyai hokum yang digunakan
dalam pengendalian social. Hokum yang berlaku dalam masyarakat
banyak sedikit turut mempengaruhi kebudayaan yang terjadi dalam
masyarakat tersebut. Untuk itu seorang antropolog harus mempunyai
pengetahuan umum tentang konsep-konsep hokum pada umumnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari segala macam seluk beluk,
unsur-unsur, kebudayaan yang dihasilkan dalam kehidupan manusia.
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat,yakni
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat megsi-religius dari kehidupan suatu
penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya,norma-
norma,hokum dan aturan-aturan yang saling berkaitan,dan kemudian
menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup
segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur
tindakan sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat
istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara.
Contoh adat istiadat yaitu, adat istiadat jawa (sekaten, pernikahan), adat
istiadat sumatera (mangongkal holi, nganggung), adat istiadat Kalimantan
(maccera, mandi tian mandaring).
Unsur-unsur adat istiadat ada 4,yaitu: adanya tingkah laku seseorang,
dilakukan terus menerus, adanya dimensi waktu dan diikuti oleh orang
lain. Adapun unsur lainnya, yaitu: norma-norma, nilai-nilai budaya,
hokum, dan aturan khusus.

B. SARAN
1. Sebelum nilai-nilai adat istiadat ini pudar dan tidak mendapat dukungan
lagi dari masyarakat indonesia, maka perlu sedini mungkin nilai-nilai
adat istiadat ini diinventarisasikan dan didokumentasikan, karena adat
istiadat senantiasa akan berubah dan berganti setiap waktu.
2. Perubahan adat istiadat akan terus mengkuti perkembangan masyarakat,
oleh karena bukan kepastian hukum yang lebih utama dipentingkan,
melainkan kerukunan hidup dan rasa keadilan yang dapat diwujudkan
tidak karena paksaaan tetapi karena kesadaran dan keserasian,
keselarasan dan kedamaian di dalam masyarakat.
3. Sebagaimana isi dari makalah ini diharapkan generasi penerus dapat
lebih meningkatkan tradisi yang dinilai baik. Sebaliknya meninggalkan
kelemahan yang bersifat manusiawi “non body perfect” apalagi
memadukan adat-istiadat yang tidak Islami.
DAFTAR PUSTAKA

DRS.santri sahar,M.SI.2015.Pengantar Antropologi di Unversitas Islam Negeri


Alauddin Makassar

Robi Darwis.Tradisi Ngaruwat Bumi Dalam Kehidupan Masyarakat.2017:75-83

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta 1985

Galih Retno. Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain.2012

Gunsu Nurmansyah,S.H.,M.H. & Dr.Nunung Rolidyah,M.A & Recca Ayu


Hapsari,S.H.,M.H.Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtisar Mengenal
Antropologi.2019

Anda mungkin juga menyukai