1. DHINI ANGGRAENI
( Mengetik )
2. ULFATUSSALIHA
( Cari materi )
3. NURUL AMIRAH
JAMALUDDIN ( Buat ppt )
4. NUR AMALIA
RAHMADANI ( Mengetik )
5. MIFTAHUL JANNAH
( Cari materi )
6. MUH MULTAZAM
WIJAYA
7. RESKI
(Cari materi )
8. MUH. AGUSTIAWAN
AKPER MAPPAOUDANG MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
“ANTROPOLOGI” ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam kami haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW .
Penulis
( kelompok 4 )
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan..........................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………..19
B. Saran……………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian antropologi dan antropologi adat istiadat ?
2. Apa itu nilai-nilai adat istiadat, norma, hukum dan aturan khusus ?
3. Apa saja unsur-unsur adat istiadat ?
4. Apa saja contoh-contoh adat istiadat di Indonesia ?
5. Apakah hubungan antara antropologi dengan ilmu lainnya ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengenal pengertian ruang lingkup antropologi adat istiadat
2. Untuk mengetahui nilai-nilai, norma, hukum, dan aturan khusus
3. Untuk mengetahui unsur-unsur adat istiadat
4. Untuk mengetahui contoh-contoh adat istiadat di Indonesia
5. Untuk mengetahui hubungan antara antropologi dengan ilmu
lainnya
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Norma
Bagian kedua dari adat istiadat adalah sistem norma. Dalam studi
antropologi norma adalah nilai budaya yang berhubungan dengan peranan
seorang dalam kehidupanya. Peranan seseorang tentulah sangat banyak,
perananaya terkait dengan ruang dan waktu. Pada ruang dan waktu tertentu
ia memiliki peran tertentu sehingga dengan peran itu ia melakukan tugas
yang diembanya berdasarkan peran yang dimainkan, dalam arti bahwa
fungsi-fungsi dalam kehidupan kemasyarakatan ditentukan oleh
peranannya berdasarkan ruang dan waktu yang terjadi. Sistem norma
itulah yang menentukan ia mesti berperan sebagai apa, atau siapa, dan
senantiasa berubah setiap waktu, oleh karena itu pula ia akan melakukan
fungsinya sebagai apa atau siapa. Contoh. Seorang yang berperan sebagai
dosen pada tempat di runag kelas atau kampus, dan pada saat waktu atau
jadwal kuliah maka fungsinya adalah memberikan kuliah, bimbingan,
ujian kepada mahasiawa, selesai memberikan kuliah dan beristirahat di
ruang dosen, maka ia berperan sebagai bawahan dari ketua Program studi,
sehingga ia mesti menjalankan perintah atau intruksi dari ketua Prodi
dalam suatu kepanitiaan kegiatan Prodi. Sesampainya di rumah, maka
perannya berubah menjadi seorang suami bagi sang istri dan sekaligus
juga beperan sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya di rumah. Maka
fungsinya yang dimainkan adalah sebagai seorang suami dan ayah bagi
anak-anak. Jadi sistem norma itu menjadi nilai yan dipedomani oleh
seseorang dalam menentukan peran dan fungsinya ketika dia berada dalam
situasi dan kondisi tertentu atau dipengaruhi oleh ruang dan waktu.
Sistem Hukum
Tingkat yang ketiga adalah sistem hukum. Tingkatan adat yang ketiga
ini nampak lebih nyata dalam kehidupan kemasyarakatan karena telah
bersentuhan dengan sejumlah aturan yang bisa dilihat secara nyata, diikuti
dan dipedomani dengan seperangkat aturan yang jelas. Hukum yang
ditetapkan itu telah mengatur berbagai aspek dalam kehidupan manusia
yang secara garis besar dibuat untuk menjaga ketertiban masyarakat
umum.
Para antropolog berbeda pendapat soal sistem hukum. Sebahagian
berpandangan bahwa aturan hukum itu ada jika masyarakat tersebut telah
terbentuk sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga masyarakat
perlu ada aturan hukum yang mengikat mereka untuk memelihara
ketertiban kehidupan bernegara. Pendapat seperti ini menimbulkan
parsoalan tersendiri karena seolah-olah tidak ada sistem hukum bagi
masyarakat tanpa negara, atau terhadap masyarakat yang masih sederhana
dalam perkembanganya kebudayaanya, baik dalam komonitas berburu,
maupun beetani. Pada hal masyarakat sederhana sekaliupun telah hidup
dalam suatu suasana yang tertib sesuai dengan kaidah hukum yang
dipedomani.
Bronislaw Malinowski menyatakan bahwa ada suatu dasar universal
yang sama antara hukum dalam masyarakat bernegara dan hukum dalam
masyarakat sederhana. Sehingga secara komperhensip dapat difahami
bahwa semua aktivitas kebudayaan berfungsi untuk memenuhi suatu
rangkaian hasrat naluri dari manusia berdasar saling memberi dan saling
menerima, atau prinsip reciprocity, dan diantara aspek kebudayaan yang
mengatur hal seperti yang demikian termasuk di dalamnya berfungsi
sebagai hukum (Koentjaraningrat, 2009:161).
Aturan-Aturan Khusus
Tingkat adat yang terakhir adalah aturan-aturan khusus. Aturan khusus
yang dimaksud adalah aturan-aturan yang mengatur aktivitas-aktivitas
yang sangat jelas dan terbatas pada ruang lingkup kehidupan
kemasyarakatan. Pada tingkat aturan khusus ini sifatnya sangat kongkrit
dan tidak terpisahkan dengan sistem hukum dalam kehidupan masyarakat.
Contoh aturan khusus yang terkait dengan sistem hukum adalah peraturan
lalu lintas. Dalam aturan lalu lintas dengan jelas menggunakan tanda yang
bisa dilihat oleh semua orang, sehingga tercipta suatu ketertiban di jalan
raya. Aturan khusus yang tidak terkait langsung dengan sistem hukum
adalah sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Seperti seorang
anak mencium tangan orang tua, hal seperti ini tidak diatur secara tertulis
namun dilakukan.
A. KESIMPULAN
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari segala macam seluk beluk,
unsur-unsur, kebudayaan yang dihasilkan dalam kehidupan manusia.
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat,yakni
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat megsi-religius dari kehidupan suatu
penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya,norma-
norma,hokum dan aturan-aturan yang saling berkaitan,dan kemudian
menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup
segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur
tindakan sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat
istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara.
Contoh adat istiadat yaitu, adat istiadat jawa (sekaten, pernikahan), adat
istiadat sumatera (mangongkal holi, nganggung), adat istiadat Kalimantan
(maccera, mandi tian mandaring).
Unsur-unsur adat istiadat ada 4,yaitu: adanya tingkah laku seseorang,
dilakukan terus menerus, adanya dimensi waktu dan diikuti oleh orang
lain. Adapun unsur lainnya, yaitu: norma-norma, nilai-nilai budaya,
hokum, dan aturan khusus.
B. SARAN
1. Sebelum nilai-nilai adat istiadat ini pudar dan tidak mendapat dukungan
lagi dari masyarakat indonesia, maka perlu sedini mungkin nilai-nilai
adat istiadat ini diinventarisasikan dan didokumentasikan, karena adat
istiadat senantiasa akan berubah dan berganti setiap waktu.
2. Perubahan adat istiadat akan terus mengkuti perkembangan masyarakat,
oleh karena bukan kepastian hukum yang lebih utama dipentingkan,
melainkan kerukunan hidup dan rasa keadilan yang dapat diwujudkan
tidak karena paksaaan tetapi karena kesadaran dan keserasian,
keselarasan dan kedamaian di dalam masyarakat.
3. Sebagaimana isi dari makalah ini diharapkan generasi penerus dapat
lebih meningkatkan tradisi yang dinilai baik. Sebaliknya meninggalkan
kelemahan yang bersifat manusiawi “non body perfect” apalagi
memadukan adat-istiadat yang tidak Islami.
DAFTAR PUSTAKA