Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN SISTIM FILSAFAT (BAGIAN 2)

Oleh

Kelompok III

Dina Nofriani Fitri : 2314080004

Melani Dwi Sekarwati : 2314080003

Dosen Pembimbing

Resva Ingriza,M.Pd

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG

1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN SISTIM FILSIFAT”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.

Padang, 18 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2

A. Landasan pancasila ontologies ....................................................... 2


B. Landasan pancasila epistomologis ................................................. 5
C. Landasan pancasila aksologis ......................................................... 6
D. Makna pancasila .............................................................................. 7

BAB II PENUTUP ....................................................................................... 7

A. Kesimpulan ....................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Istilah Pancasila sendiri sekarang telah menjadi istilah resmi
yang mempunyai proses pekembangan sendiri,baik secara Bahasa,maupun Sejarah.
Istilah ‘filsafat’ berasal dari Bahasa Yunani,(philosophia),tersusun dari kata philos yang
berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik dan Sophos yang berarti
kebijaksanaan dan pengetahuan kebijakan. Berdasarkan makna kata tesebut filsafat
merupakan Upaya manusia mencari kebijakan hidup yang nantinya bisa bermanfaat
bagi peradaban manusia. Kebijaksanan adalah orang yang mencintai kebenaran.
Berikut beberapa pengertian filsafat menurut beberapa filsuf,yaitu antara lain:
1. Plato (427-347 SM); filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada atau ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebeneran yang asli;
2. Aristoteles (384-322 SM); filsafat adalah ilmu pengetahuanyang meliputi
kebenaran, yang di dalamnya terkandunng ilmu-ilmu metafisika,logika dan politik,
atau penyelidik asas segala benda;
3. Marcus Tullius cicero (106-43 SM); filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu
yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya;
4. Immanuel Kant (1724-1804); filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan

B. Rumusan masalah
1. Apa dasar ontologies, epistomologis, aksiologis pancasila ?
2. Apa itu pancasila sebagai system filsafat?
3. Apa landasan ontologies, epistomologis, dan aksiologis?
4. Apa makna nilai pancasila?

C. Tujuan
1. Mengetahui dasar yang ada di pancasila
2. Mengetahui manfaat dari landasan pancasila
3. Mengetahui makna pancasila di setiap landasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep
kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga
bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek
penyelidikan ontologis,epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat
dianggap mencakup kesemestaan. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan
Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan Aksiologis Pancasila

Berikut ini penjelasan dari ontologis,epistemologis,dan aksiologis:

1. Ontologis Landasan pancasila

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu


atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan
metafisika.

a. Pengertian Ontologis

Istilah “Ontologi” berasal dari kata Yunnani onto yang berarti “sesuatu
yang sungguh-sunggung ada” , kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang
berarti “studi tentang “, teori yang membicarakan.

Secara ontologis pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya


untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila pancasila. Pancasila terdiri atas
lima asas yang berdiri sendiri-sendiri. Manusia merupakan pendukung pokok
dari sila-sila pancasila. Maksudnya pada hakikatnya manusia memiliki hakikat
mutlak yaitu monopluralis atau monodulasi sebagai berikut.

1) Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, Manusia, satu,

rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan

2) Landasan sila-sila pancasila yaitu tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil

adalah sebagai sebab, dan Negara adalah sebagai akibat Ontologi


mempelajari ciri hakiki (pokok) dari keberadaan (Being) yang berbeda dari
studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Ontologi merupakan cabang
filsafat yang membicarakan tatanan (keteraturan) dan struktur kenyataan
dalam arti yang luas. Kategori-kategori yang dipakai adalah: meng-ada atau
menjadi, aktualltas atau potensionalitas, nyata atau nampak perubahan,
eksistensi atau non-eksistensi, hakikat kemutlakan, yang terdalam.

b. Pandangan Ontologis Pancasila


1) Tuhan adalah sebab pertama (causa prima) dari segala sesuatu, Yang Esa
dan segala sesuatu tergantung kepadanya. Tuhan adalah sempurna dan maha
kuasa, merupakan dzat yang mutlak, ada secara mutlak. Zat yang mulia dan
sempurna Causa tinalis.
2) Manusia memiliki susunan hakikat. pribadi yang monopluralis. (majemuk
tunggal), bertubuh-berjiwa, .berakal-berasaberkehendak, bersifat individu
berkedudukan sebagai pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan yang
menimbulkan kebutuhan kejiwaan dan religius, yang seharusnya secara
bersama-sama dipelihara dengan baik dalam kesatuan yang seimbang,
harmonis dan dinamis.
3) Mengakui adanya kualitas metafisis "satu" (trancendentalone). Iisatu" ialah.

secara mutlak tidak dapat terbagi. Merupakan diri pribadi yaitu mempunyai
bentuk, susunan, sifat-sifat dankeadaan tersendiri sehingga kesemuanya itu
menjadikan yang ber-sangkutan suatu keu tuhan (keseluruhan) yang
mempunyaitempat tersendiri (utuh, terpisah dari yang lain, mempunyai
bentuk dan wujud)'.

4) Mengakui adanya "rakyat" Rakyat ialah keseluruhan jumlah semua orang,


warga dalam lingkungan daerah atau ·negara tertentu, yang dalam segala
sesuatu yang meliputi semua warga, dan untuk keperluan seIuruh warga,
.termasuk hak dan kewajiban asasi kemanusiaan setiap warga, sebagai
perseorangan dan sebagai penjelmaan hakikat manusia Hakikat rakyat
adalah pilar negara dan yangberdaulat.
5) Mengakui adanya kualitas metafisis «tlaik" (trancendental good) yang
hempa amI. Adil ialah dipenuhinya sebagai wajib segala sesuatu yang
merupakan hak dalam hubu.ngan hidup kemanusiaan. Sebagai penjelmaan
hakikat manusia .(wajib lebih diutaroakan daripada hak), pemenuhan hak
sebagai kewajiban tersebut mencakup hubungan antara negara (pendukung
wajib) dengan warga negaranya (disebut keadilan distributif), hubungan
antara warga negara (pendukung wajib) dengan negara (disebut keadilan
legal) dan hubungan di antar sesama warga negara (disebut keadilan
lrumutatif). Keadilan mengandung inti adil yang pads hakikatnya adalah
kerelaan (aspek jiwa) dan kesebandingan (aspek raga). Untuk memperjelas
arti ontologis sila-sila Pancasila, periu diberi contohcontoh
implementasinyamelalui pemahaman epistemologis, aksiologis yang
direfleksikankedalam kehidupan antropologis.

Berikut beberapa masalah dan bidang ontology:

Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah


realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda?
Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk hidup? Dan seterusnya.

Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan


keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika

Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan


sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasardari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakanasas yang berdiri
sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Ontologies
merujuk pada pandangan tentang realitas atau eksistensi.dalam kontek
pancasila, ontologies mungkin mencangkup pandanngan tentang alam
semesta,manusia, dan hubungan antara keduanya.

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang


memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga
disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila
Pancasila adalah manusia.dasar ontologies pancasila pada hakikatnya adalah
manusia yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis atau monodualis.

Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara


ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga
dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-
sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53)

B. Pancasila Landasan Epistemologis


Istilah epistemologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang
berarti pengetahuan, dan logos berarti ilmu, ulasan, atau teori. Jika definisikan,
epistemologi artinya cabang filsafat yang berkaitan dengan sifat, asal, karakter serta
jenis pengetahuan. Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science
of science.epistemologis merujuk pada cara manusia memperoleh pengetahuan dan
kebenaran. Dalam konteks pancasila epistemologis dapat berkaitan dengan bagaimana
pengetahuan etika,moral nilai-nilai diperoleh dan diaplikasikan.e pistemologi Pancasila
dimaksudkan mencari sumber-sumber pengetahuan dan kebenaran dari Pancasila.
Sumber pengetahuan dalam epistemologi ada dua aliran yakni empirisme dan
rasionalisme.
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:

a. Tentang sumber pengetahuan manusia;

b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

c. Tentang watak pengetahuan manusia.

Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai


upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti
Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi.
Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan


dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
C. Landasan Aksiologis Pancasila
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas
tentang filsafat nilai Pancasila. Dari pengertian secara etimologi, makna aksiologi
menurut Kattsof adalah sains mengenai hakikat nilai yang biasanya dilihat dari sudut
pandang kefilsafatan (Louis Kattsoff, 2004).
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan
logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu
yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai,
kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik,
berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat
diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu
yang bergunailai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia (dictionaryof sosiology anrelated science). Nilai
itusuatusifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek.

macam teori tentang nilai:

1. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat


dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan
nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau
menderita.
b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam
kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige
werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan
pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
d. Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan
tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiridari nilai-nilaipribadi.
(Driyarkara,1978).

Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis:
a. Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,
sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar
dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.
b. Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum
yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-
lembaga negara.
c. Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu
benar-benar hidup dalam masyarakat.

Aksiologis merujuk pada system nilai dan etika yang menjadi dasar bagi
tindakan manusia. Dalam konteks pancasila aksiologis mencakup nilai-nilai dasar
seperti kemanusiaan,keadilan social, demokrasi, dan lainnya yang membentuk dasar
moral bagi masyarakat Indonesia. Pancasila adalah konsep penting dalam pemikiran
dan budaya Indonesia yang menjadi dasar bagi konstitusi dan pandangan filosofi
Negara.

D. Makna dari pancasila


1. Pengakuan dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa
2. Menciptakan sikap taat menjalankan menurut apa yang diperintahkan melalui
ajaran-ajarannya
3. Kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan tuntutan
hatinurani
4. Pengakuan dan penghormatan akan hal asasi manusia
5. Mengakui dan menghormati adanya perbedaan dalam masyarakat Indonesia

Pancasila sebagai sumber nilai


Pancasila sebagai cita-cita bangsa merupakan cita-cita kenegaraan yang harus
diwujudkandalam kekuasaan yang melembaga atau terstruktur. Pancasila perlu
diamalkan dalamkehidupan berbangsa dan bernegara.Pengalaman pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengancara pengalaman secara
objektif dan pengalaman secara subjektif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau
dipindah. Secara ontologis pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sils-sila pancasila. Pancasila terdiri atas lima asas yang
berdiri sendirisendiri. Manusia merupakan pendukung pokok dari sila-sila pancasila.
Maksudnya pada hakikatnya manusia memiliki hakikat mutlak.
Ontologi mempelajari ciri hakiki (pokok) dari keberadaan (Being) yang berbeda
dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Ontologi merupakan cabang filsafat
yang membicarakan tatanan (keteraturan) dan struktur kenyataan dalam arti yang luas.
Kategori-kategori yang dipakai adalah: meng-ada atau menjadi, aktualltas atau
Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat karena Pancasila mengandung pemikiran
pendiri negara yang dituangkan dalam suatu sistem yang merupakan cerminan dari
nilai-nilai Pancasila yang saling berhubungan dan digunakan sebagai pedoman ataupun
pandangan hidup bangsa dalam berbangsa dan bernegara.

B. Saran
Supaya seluruh masyarakat mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat
mengamalkan nilai-nilai sila dari Pancasila dengan baik dan benar, serta tidak
melecehkan arti penting Pancasila. Dan mengamalkan landasan yang ada pada
pancasila sehingga kita tetap bersatu.
Daftar Pustaka

Abdul Hamid, KH., dkk., Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,


Penerbit CV. Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Tukiran Taniredja, dkk., Paradigma Baru Pendidikan Pancasila untuk
Mahasiswa, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2015
Notosusanto, Nugroho, 1981, Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara,
PN Balai Pustaka, Jakarta.
Sunoto, Mengenal Filsafat
Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam
Penegakan
Ham Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017.
Laurensius Arliman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak
Berkelanjutan Di
Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2, 2017
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam
Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.

Anda mungkin juga menyukai