PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah metodologi studi islam
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Metodologi Studi Islam yang berjudul “Pendekatan
antropologi”. Makalah ini kami buat dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Studi Islam. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai mata kuliah ini.
Karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan untuk perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membaca nya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
yang kurang berkenan di dalam makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
BAB ll............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................................5
BAB VI........................................................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................................................20
KESIMPULAN............................................................................................................................................20
DAFTA PUSAKA.......................................................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini mengingat banyaknya buku dasar yang kajian utamanya menggunakan
pendekatan Antropologi. Antropologi adalah ilmu tentang manusia, budaya, fungsi, dan peran
kebudayaan yang berkaitan dengan pola pikir dalam studi Islam dan pola pikir didaerah
masyarakat atau dikehidupan manusia dalam mempertahankan hidup.
4
BAB ll
PEMBAHASAN
Antropologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan, Antropologi secara terminologi yaitu ilmu
yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan hubungan sosial-budayanya. (Syam, 2007:2)
Dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) Antropologi adalah suatu ilmu yang
membahas keseluruhan manusia, khususnya asal-usul, adat-istiadat dan kepercayaan di masa
lampau.
e. Masalah dasar tentang kehidupan masyarakat dan suku bangsa di seluruh dunia pada
zaman sekarang.(Syam, 2007:3)
1. Antropologi Fisik
Antropologi ini melihat manusia dari ciri fisik pada manusia itu sendiri.
Pengelompokan manusia berdasarkan ciri khas fisiknya disebut ras manusia. Ciri fisik itu
bisa meliputi warna kulit, tinggi badan, ukuran tulang dan sebagainya. Di dunia ini ada
banyak ras-ras yang tersebar di seluruh penjuru, salah satunya adalah ras mongoloid yang
5
memiliki ciri-ciri mata sipit, ukuran tubuh yang pendek, warna kulit kuning dan
sebagainya. Negara yang memiliki ras ini adalah negara Cina, Jepang, dan Korea. Selain
ras mongoloid, ada juga ras negroid yang memiliki warna kulit hitam, ukuran tubuh besar,
rambut keriting, dan sebagainya. Ras ini tersebar hampir di seluruh daratan Afrika.
2. Antropologi Budaya
Budaya adalah adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan manusia. Jadi, Antropologi
ini berfokus pada keanekaragaman kebudayaan yang terjadi di masyarakat dan tempat
tertentu. Misalnya, membahas tentang suku Jawa, Madura, dan Bali. Untuk mengetahui
kebudayaannya diperlukan penelitian yang mendalam dan langsung di lapangan. 3.
Antropologi Sosial Sosial adalah hubungan antara individu atau kelompok. Antropologi
sosial mengkaji tentang prinsip yang ada di masyarakat dengan menyamakan keragaman
budaya di antara keduanya atau lebih. (Syam, 2007:4-5)
6
ASAL-USUL DAN PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI AGAMA
Antropologi lahir dari keingintahuan manusia terhadap manusia lain. Bangsa Eropa
memelopori pengiriman ekspedisi ke berbagai negara. Perjalanan jauh tersebut didorong oleh
tujuan yang beragam, yakni murni didorong oleh rasa ingin tahu akan daerah sekitarnya,
mencari daerah jajahan, mencari bahan mentah dan pasaran hasil industri, dan menyebarkan
agama. Dari perjalanan tersebut, wawasan masyarakat (Eropa) mengenai kehidupan di luar
dirinya semakin luas. Hal tersebut menumbuhkan kesadaran akan adanya perbedaan bentuk
fisik manusia, seperti ada yang berkulit hitam, kuning, rambut keriting, lurus, dan sebagainya.
Selain itu, terdapat pula perbedaan bahasa, tingkat teknologi, cara hidup, dan adat istiadat.
(Sutardi, 2009:131)
Pernyataan itu telah mendorong berbagai bangsa untuk mempelajari manusia secara
lebih khusus melalui penelitian secara ilmiah. Hal inilah yang menjadi cikal bakal ilmu
Antropologi. Secara sederhana, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan
kebudayaan. Secara lebih sistematis, Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu
Antropologi menjadi empat fase, sebagai berikut.
7
Fase Pertama Sebelum 1800-an. Pada 1400-an, orang Eropa Barat mulai menjelajahi
berbagai penjuru dunia seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Hasil
dari perjalanan-perjalanan tersebut, berupa buku-buku yang menceritakan kehidupan suku
bangsa di luar bangsa Eropa. Gambaran tentang ciri-ciri fisik, adat istiadat, bahasa, mata
pencaharian, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya itu disebut etnografi.
Etnografi berasal dari ethnos, artinya bangsa, dan grafien, artinya gambaran atau
uraian (deskripsi). Bahan etnografi ini menarik perhatian para pelajar sehingga mereka
terdorong untuk mempelajari suku bangsa secara lebih jauh. Secara umum, orang Eropa
sendiri menafsirkan tulisan tersebut bermacam-macam. Ada yang menganggap orang di luar
bangsa Eropa adalah manusia liar sehingga timbul istilah bangsa primitif.
Ada pula yang menganggap manusia di luar dirinya itu adalah orang-orang yang
masih jujur, belum tahu kejahatan dan keburukan. Ada pula orang Eropa yang tertarik pada
benda-benda hasil suku bangsa pribumi itu sehingga didirikanlah museum-museum.
Fase Kedua 1800-an. Pada tahap ini, timbul karangan-karangan yang menyusun bahan
Etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi. Mereka menganggap bahwa masyarakat dan
kebudayaan berubah secara lambat dalam waktu yang lama. Mulai dari tingkat rendah sampai
tingkat tinggi. Mereka menganggap bangsa yang termasuk tingkat rendah adalah suku-suku
pribumi yang mereka temukan, sedangkan bangsa dengan tingkat tinggi adalah orang Eropa
saat itu. Tujuan mempelajari antropologi saat itu adalah mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu gambaran tentang sejarah
evolusi dan penyebaran kebudayaan manusia. Fase Ketiga Awal
Fase Keempat Setelah 1930-an. Pada fase ini, terjadi perubahan besar. Bangsabangsa
pribumi sudah banyak yang mendapat pengaruh kebudayaan Eropa sehingga kebudayaan
aslinya sudah mulai hilang. Selain itu, akibat Perang Dunia II, timbul kebencian terhadap
8
negara yang menjajah. Perhatian ilmu Antropologi beralih ke sukusuku yang hidup di
pedesaan di dalam wilayah negara Eropa sendiri, seperti suku bangsa Soami, Flam, Lapp, dan
sebagainya. Demikian pula di Negara Amerika Serikat. (Koentjaraningrat, 1990:1-3)
9
PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM (AGAMA)
Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
Antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu agama. Antropologi
dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan
langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya
induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan
sosiologis. Penelitian Antropologis yang induktif, yaitu turun ke lapangan dengan upaya
membebaskan diri dari teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana
yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan model-
model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian historis. (Nata,
2012:35)
10
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting
untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku
mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan
dan komitmen Antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya
Antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya
dengan berbagai budaya.
Posisi penting manusia dalam Islam juga menunjukan bahwa sesungguhnya persoalan
utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia. Persoalan-
persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya.
Para Antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan
membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'commonsense' dan 'religious.' Dalam satu sisi
common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa diselesaikan dengan
pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan teknologi, sementara itu religious adalah
kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun teknologi.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya
tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya
adalah realitas kemanusiaan yang ada dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari
keberagamaan adalah terletak pada penafsiran dan pengamalan agama. Oleh karena itu,
Antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas
kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan yang menjadi gambaran
sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Karena begitu pentingnya penggunaan
pendekatan Antropologi dalam studi Islam (agama), maka Amin Abdullah mengemukakan 4
ciri dasar realitas cara kerja pendekatan Antropologi terhadap agama, yaitu :
11
dipertanggungjawabkan secara akademik. John R Bowen, misalnya, melakukan
penelitian Antropologi masyrakat muslim Gayo,di Sumatra, selama bertahun-tahun.
Begitu juga dilakukan oleh para Antropolog kenamaan yang lain, seperti Clifford
Geertz yaitu, penelitian melalui pengumpulan catatan lapangan dan bukan studi teks
seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis adalah andalan utama Antropolog.
(Bowen, 2002: 2)
B. Yang terpokok dilihat oleh pendekatan Antropologi adalah praktik konkrit dan
nyata di lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari, agenda mingguan, bulanan dan
tahunan, lebih-lebih ketika manusia melewati hari-hari atau peristiwa-peristiwa
penting dalam menjalani kehidupan. Amalan-amalan yang dilakukan untuk melewati
peristiwa-persitiwa kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan . Apa yang
dilakukan oleh manusia ketika menghadapi dan menjalani ritme kehidupan yang
sangat penting tersebut. (Bowen, 2002: 2)
C. Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai
domain kehidupan secara lebih utuh.
Bagaimana hubungan antara wilayah ekonomi, sosial, agama, budaya dan politik.
Kehidupan tidak dapat dipisah-pisah. Keutuhan dan saling keterkaitan antar berbagai
domain kehidupan manusia. Hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang
dapat berdiri sendiri, terlepas dan tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.
(Bowen, 2002: 3)
D. Comparative
12
terpokok adalah untuk memperkaya perspektif dan memperdalam bobot kajian. Dalam
dunia global seperti saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu memberi
perspektif baru baik dari kalangan luar maupun dalam. (Bowen, 2002: 3)
Meskipun menyebut praktek lokal untuk era globalisasi sekarang adalah debatable,
tetapi ada empat rangkaian tindakan keagamaan yang perlu dicermati oleh penelitian
Antropologi. Pertama, adalah bagaimana seseorang atau kelompok melakukan praktikpraktik
lokal dalam mata rantai tindakan keagamaan yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Sebagai contoh ada tindakan baru yang disebut “walimah al-Safar”, yang
biasa dilakukan orang sebelum berangkat haji. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini
dalam keterkaitannya dengan agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Religious ideas
yang diperoleh dari teks atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini
membentuk emosi dan menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan yang luas. Bagaimana
walimah safar yang tidak saja dilakukan di rumah tetapi juga di laksanakan di pendopo
kabupaten Oleh karenanya, keterkaitan dan keterhubungan antara local practices, religious
ideas, emosi individu dan kelompok maupun kepentingan sosial – poilitik tidak dapat
dihindari. Semuanya membentuk satu tindakan yang utuh.
Kebudayaan bisa berupa suatu sistem gagasan, sistem kelakuan, dan lain-lain. Bisa
disederhanakan bahwa budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.
Yang menarik di sini adalah hubungan antara agama dan masyarakat. Agama begitu melekat
dengan masyarakat, karena agama bukan hanya dijadikan pegangan, tapi syariatnya sudah
13
menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat. Agama menjadi tempat mencari pengetahuan.
(Syam, 2007: 9)
Perubahan itu terjadi, ternyata didukung oleh ajaran agama. Selain itu juga, faktor
sosial budaya sangat berpengaruh terhadap perubahan ini. Karena memiliki kebudayaan yang
sama, maka interaksi di antaranya sangat mudah diterima. Proses perubahan itu ialah dari
tradisi lokal ke tradisi Islam lokal.
Oleh karena itu, segala sesuatu itu mengalami perubahan dan akulturasi. Dan pada
kenyataannya perubahan itu berdampak baik, termasuk komunitas pesisir dengan tradisi
lokal.(Syam,2007:133)
14
TOKOH-TOKOH UTAMA DAN KARYA-KARYA DALAM STUDI ANTROPOLOGI
ISLAM Ibnu Batutah (1304-1377 M) bernama lengkap Muhammad bin Abdullah bin
Muhammad bin Ibrahim at Tauji dengan karyanya berjudul Tuhfah an Nazeer fi Garaib al
Amsar wa Ajabul al Asfar (persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dan
perjalanan yang mengagumkan). (Melvin, 1989:57)
Adapun salah satu kisah yang terkait dengan Antropologi Islam yaitu cerita Nabi Nuh
a.s. Nabi Nuh a.s diutus Allah ke tengah-tengah masyarakat yang menyembah berhala dari
patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka juga merupakan para penyembah berhala,
selalu memuja, berdoa kepadanya dan mengagungkannya. Nabi Nuh a.s adalah orang cerdas
dan sabar. Ia mengajak kaumnya untuk berfikir melihat alam semesta ciptaan Allah, langit
dengan bulan, bintang dengan matahari, bumi dengan kekayaan yang ada diatas dan
dibawahnya, berupa tumbuhan hewan dan air yang mengalir, pergantian siang dan malam
semua itu menjadi bukti tanda kekuasaan dan ke-esaan Allah SWT. Nabi Nuh a.s berdakwah
kepada umatnya selama 500 tahun dan diangkat menjadi rasul pada usia 450 tahun. Meski
demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari seratus orang.
15
Karena semakin hari mereka justru semakin jauh dari kebenaran serta bertambah sesat dan
jahat. Maka Nabi Nuh a.s berdoa kepada Allah SWT agar segera menurunkan siksa. Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar do’a hamba-Nya, lalu Allah memerintahkan Nabi
Nuh a.s untuk membuat sebuah perahu besar (bahtera).(Skholihin, 2010:204 )
Pada suatu hari turunlah hujan dan tak berhenti selama berhari-hari, hingga terjadilah
banjir besar. Para pengikut Nabi Nuh a.s menaiki bahtera disertai beberapa pasang hewan
sesuai perintah Allah SWT, mereka semua selamat dari dahsyatnya banjir tersebut kini orang-
orang durhaka itu telah binasa. Di Gunung Ararat, Turki. Para peneliti meyakini sebagai
tempat berlabuhnya kapal NabiNuh a.s saat banjir besar surut. Tampak model perahu yang
dijadikan pusat penelitian. Para peneliti arkeologi dari berbagai negara berlomba-lomba
mengungkap kebenaran cerita itu dengan meneliti tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh
tersebut. Melalui penelitian selama beratus-ratus tahun dan mengamati hasil foto satelit, salah
satu situs yang dipercaya sebagai jejak peninggalan kapal tersebut terletak di pegunungan
Ararat, Turki yang berdekatan dengan perbatasan Iran.
Di lokasi gunung Ararat, tampak sebuah bentuk simetris raksasa seperti cekungan
perahu. Diduga tanah, debu, dan batuan vulkanis yang memiliki usia berbeda-beda, telah
masuk ke dalam perahu tersebut selama ribuan tahun sehingga memadat dan membentuk
seperti perahu. Disekitarnya ditemukan pula jangkar batu, reruntuhan bekas pemukiman, dan
ukiran dari batu.(Sholikhin,2010:205)
Di sekitar obyek tersebut, juga ditemukan sebuah batu besar dengan lubang pahatan.
Para peneliti percaya bahwa pada zaman dulu, batu tersebut biasa dipakai pada bagian
belakang perahu besar (kemudi) untuk menstabilkan perahu sewaktu berlayar.
Kapal Nabi Nabi Nuh AS ini dibuat di atas bukit yang tinggi. Diperlukan peralatan
yang canggih untuk mengangkut bahan bangunannya. Belum lagi perhitungan struktur kapal
yang harus teliti, tentunya untuk proyek raksasa perjalanan Nabi Nuh a.s dan pengikutnya,
tidak mungkin dibuat secara asal-asalan.Lagipula Kapal Nabi Nuh yang mereka temukan
diperkirakan terbuat dari susunan kayu purba dan berdasarkan hasil penelitian, telah berumur
16
4.800 tahun.Intinya, Kapal Nabi Nuh a.s merupakan kapal tercanggih yang pernah dibuat
umat manusia. Dan sampai saat ini, keberadaannya masih misterius.(Sholikhin,2010:207)
Bahtera Nabi Nuh diperkirakan dibuat sekitar tahun 3465 SM. Dan beberapa
berpendapat, perahu tersebut dibangun disebuah tempat bernama Shuruppak, yaitu sebuah
kawasan yang terletak di selatan Irak. Jika perahu itu dibangun di selatan Irak (tempat Nabi
Nuh diutus) dan akhirnya terdampar di utara Turki, kemungkinan besar bahtera tersebut telah
terbawa arus air sejauh 560 km.(Sholikhin, 2010:208)
Baru-baru ini, gabungan peneliti Arkeolog-Antropologi dari dua negara, China dan
Turki. Mereka mengumpulkan artefak dan fosil-fosil berupa serpihan kayu kapal, tambang
dan paku. Hasil Laboratorium Noah’s Ark Ministries International, China-Turki, setelah
melakukan serangkaian uji materi fosil kayu oleh tim ahli tanaman purba, menunjukan bukti
yang mengejutkan, bahwa fosil kayu Kapal Nabi Nuh a.s berasal dari kayu jati yang saat itu
hanya tumbuh di Pulau Jawa. Lembaga ini telah meneliti ratusan sampel kayu purba dari
berbagai negara dan memastikan bahwa fosil kayu jati yang berasal dari daerah Jawa Timur
dan Jawa Tengah 100 persen cocok dengan sampel fosil kayu kapal Nabi Nuh a.s.
Peristiwa banjir besar dan ditenggelamkannya umat Nabi Nuh a.s merupakan bukti
nyata kemurkaan Allah SWT atas kaum yang mendustakan ayat-ayat dan rasul-Nya. Kendati
sudah diajak selama ratusan tahun untuk menyembah Allah Yang Esa, namun kaumnya tetap
mengingkari dan enggan mengikutinya. Maka sebagai akibatnya, Allah menurunkan bencana
dan siksa bagi kaum yang tidak beriman tersebut.Sementara mereka yang beriman, Allah
akan senantiasa memberikan pertolongan dan rahmat-Nya. Itulah balasan bagi orang yang
selalu berbuat baik dan beriman kepada Allah.(Sholikhin, 2010:278)
17
SIGNIFIKASI ANTROPOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN STUDI ISLAM
2. Adanya pertalian antara agama dengan etos kerja yang berkaitan dengan nilai-nilai
etika dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.
18
Jadi, anak-anak yang mengalami hambatan kepribadian atau gangguan emosi bisa
memperlihatkan perilaku infantil. (Nata, 2012: 36) Jadi, agama memang banyak berhubungan
dengan berbagai masalah dalam kehidupan manusia dan untuk mengetahui itu semua
dibutuhkan pendekatan Antropologi. Selain itu, dibutuhkan juga dalam memahami ajaran
agama, karena dalam ajaran agama banyak informasi-informasi atau uraian-uraian yang dapat
dijelaskan melalui ilmu Antropologi beserta cabang-cabangnya.
19
BAB Vl
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Antropologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropos yang
berarti manusia dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan, Antropologi secara terminologi
yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan hubungan sosial-budayanya.
4. Salah satu contoh dari tokoh Antropologi adalah kisah Nabi Nuh a.s, dimana Nabi
Nuh a.s diutus Allah ke tengah-tengah masyarakat yang menyembah berhala dari
patungpatung yang mereka buat sendiri. Mereka juga merupakan para penyembah berhala,
selalu memuja, kemudian Nabi Nuh a.s diperintahkan oleh Allah untuk membuat bahtera
karena akan terjadi banjir besar menimpa kepada Nabi Nuh a.s dan umatnya serta
diperkirakan kapan Nabi Nuh a.s berada di pegunungan Ararat, Turki.
20
B. DAFTAR PUSTAKA
21