Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM

PENDEKATAN ANTROPOLOGI

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah metodologi studi islam

Dosen Pengampu:

Dr. Drs. H., Mahfudz Junaedi., M. H

Disusun Oleh:

1. Maulana Irwan Saputra (2023070014)


2. Ahmad Aries Arfian (2023070043)
3. Ayuk Hidayah (2023070017)
4. Nila Amalia (2023070039)

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN

2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Metodologi Studi Islam yang berjudul “Pendekatan
antropologi”. Makalah ini kami buat dengan maksud memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Studi Islam. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai mata kuliah ini.

Karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan untuk perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membaca nya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
yang kurang berkenan di dalam makalah ini.

Wonosobo, 1 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4

BAB ll............................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN............................................................................................................................................5

ANTROPOLOGI DAN PENDEKATAN ANTROPOLOGIS......................................................................5

ASAL USUL DAN PERKEMBAGAN ANTROPOLOGI AGAMA..........................................................7

PENDEKATAN ANROPOLOGI DALAM SETUDI ISALM(AGAMA)..................................................10

TOKOH TOKOH DAN KARYA KARYA DALAM STUDI ANTROPOLOGI.......................................15

SIGNIFIKASI ANTROPOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN STUDI ISLAM........................................18

BAB VI........................................................................................................................................................20

PENUTUP....................................................................................................................................................20

KESIMPULAN............................................................................................................................................20

DAFTA PUSAKA.......................................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Makalah ini mengingat banyaknya buku dasar yang kajian utamanya menggunakan
pendekatan Antropologi. Antropologi adalah ilmu tentang manusia, budaya, fungsi, dan peran
kebudayaan yang berkaitan dengan pola pikir dalam studi Islam dan pola pikir didaerah
masyarakat atau dikehidupan manusia dalam mempertahankan hidup.

Persoalan utama manusia dalam mempertahankan Islam bertujuan untuk memahami


agama Islam sama dengan halnya memahami manusia. Karena persoalan-persoalan yang
ditimbulkan atau dialami manusia juga merupakan masalah atau dalam pembahasan agama.
Pada dasarnya, pergaulan manusia adalah erat kaitannya dengan agama.
Islam yang dahulu pernah mencapai puncak kejayaannya, perlu dibangkitkan kembali
melalui pola-pola pemahaman dan pola pikir umatnya yang lebih luas, mendalam, sistematis
dan kreatif tanpa harus merubah nilai-nilai dasar yang ada di dalamnya. Penelitian-penelitian
tentang Islam yang dulu dianggap lenyap dan sekarang perlu ditumbuh kembangkan guna
mencapai Islam yang benar-benar kaffah dan rahmatan lil’alamin.
Pemahaman isi Al-Qur’an dan hadist sebagai sumber utama ajaran Islam tidak lagi
terbatas pada pemahaman tersurat saja, tetapi perlu dikembangkan ke arah pemahaman yang
tersirat. Dengan kata lain, pendekatan yang digunakan dalam studi Islam dan keislaman tidak
lagi hanya menggunakan pendekatan normatifitas saja, tetapi perlu dan sangat penting untuk
menggunakan jenis-jenis pendekatan lain yang dapat diterima oleh masyarakat. Agar Islam
dapat diterima, dipelajari, dipahami dan diamalkan ajaranya oleh umat manusia yang tersebar
di seluruh penjuru dunia yang berbeda-beda, suku, adat istiadat, ras, bahasa, letak geografis
maka perlu tindakan nyata yang lebih bijaksana dari para ilmuan Islam. Dalam permasalahan
ini akan dikaji hal-hal yang terkait dengan Antropologi dan pendekatan Antrolopogis, asal-
usul perkembangan Antropologi agama serta pendekatan Antropologis dalam studi Islam.
Dalam Antropologi didukung oleh tokoh-tokoh utama dan karya-karya mereka dalam studi
Antropologi Islam serta signifikansi dan kontribusi pendekatan Antropologi dalam studi
Islam dan umat muslim.

4
BAB ll

PEMBAHASAN

ANTROPOLOGI DAN PENDEKATAN ANTROPOLOGIS

Antropologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan, Antropologi secara terminologi yaitu ilmu
yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan hubungan sosial-budayanya. (Syam, 2007:2)

Dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) Antropologi adalah suatu ilmu yang
membahas keseluruhan manusia, khususnya asal-usul, adat-istiadat dan kepercayaan di masa
lampau.

Dari pengertian di atas Antropologi memiliki 5 aspek, diantaranya adalah sebagai


berikut:

a. Sejarah perkembangan manusia sebagai makhluk sosial

b. Beragamnya ciri-ciri fisik manusia di seluruh dunia

c. Penyebaran bahasa dan ucapan yang dilakukan manusia di seluruh dunia

d. Keragaman budaya manusia

e. Masalah dasar tentang kehidupan masyarakat dan suku bangsa di seluruh dunia pada
zaman sekarang.(Syam, 2007:3)

Perkembangan secara luas Antropologi dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya


adalah:

1. Antropologi Fisik

Antropologi ini melihat manusia dari ciri fisik pada manusia itu sendiri.
Pengelompokan manusia berdasarkan ciri khas fisiknya disebut ras manusia. Ciri fisik itu
bisa meliputi warna kulit, tinggi badan, ukuran tulang dan sebagainya. Di dunia ini ada
banyak ras-ras yang tersebar di seluruh penjuru, salah satunya adalah ras mongoloid yang

5
memiliki ciri-ciri mata sipit, ukuran tubuh yang pendek, warna kulit kuning dan
sebagainya. Negara yang memiliki ras ini adalah negara Cina, Jepang, dan Korea. Selain
ras mongoloid, ada juga ras negroid yang memiliki warna kulit hitam, ukuran tubuh besar,
rambut keriting, dan sebagainya. Ras ini tersebar hampir di seluruh daratan Afrika.

2. Antropologi Budaya

Budaya adalah adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan manusia. Jadi, Antropologi
ini berfokus pada keanekaragaman kebudayaan yang terjadi di masyarakat dan tempat
tertentu. Misalnya, membahas tentang suku Jawa, Madura, dan Bali. Untuk mengetahui
kebudayaannya diperlukan penelitian yang mendalam dan langsung di lapangan. 3.
Antropologi Sosial Sosial adalah hubungan antara individu atau kelompok. Antropologi
sosial mengkaji tentang prinsip yang ada di masyarakat dengan menyamakan keragaman
budaya di antara keduanya atau lebih. (Syam, 2007:4-5)

6
ASAL-USUL DAN PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI AGAMA

Asal mulanya Agama dapat dipergunakan manusia untuk membenarkan tingkah


lakunya. Berbagai upacara keagamaan atau perayaan agama sebagai salah satu bentuk bahwa
manusia yang beragama harus menjalankan kewajibannya sebagai manusia yang taat
beragama. Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna
dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama bagi manusia memberi
lambang-lambang kepada manusia. Dengan lambang-lambang tersebut mereka dapat
mengungkapkan hal-hal yang susah diungkapkan. Ide tentang ajaran yang telah membantu
memberi semangat kepada manusia dalam menjalankan tugas-tugasnya seharihari, menerima
nasibnya yang tidak baik atau bahkan berusaha mengatasi kesukarankesukaran yang banyak
dan berusaha mengakhirinya. Dalam berperilaku menjalankan agamanya tersebut sangat
beragam karena banyaknya agama yang tersebar di dunia. Secara singkat, agama di dunia
dibedakan menjadi dua yaitu agama bumi atau alam dengan agama wahyu. Sebelum
mempelajarinya, terlebih dahulu harus mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan
agama secara Antropologis. (Sutardi, 2009:130)

Antropologi lahir dari keingintahuan manusia terhadap manusia lain. Bangsa Eropa
memelopori pengiriman ekspedisi ke berbagai negara. Perjalanan jauh tersebut didorong oleh
tujuan yang beragam, yakni murni didorong oleh rasa ingin tahu akan daerah sekitarnya,
mencari daerah jajahan, mencari bahan mentah dan pasaran hasil industri, dan menyebarkan
agama. Dari perjalanan tersebut, wawasan masyarakat (Eropa) mengenai kehidupan di luar
dirinya semakin luas. Hal tersebut menumbuhkan kesadaran akan adanya perbedaan bentuk
fisik manusia, seperti ada yang berkulit hitam, kuning, rambut keriting, lurus, dan sebagainya.
Selain itu, terdapat pula perbedaan bahasa, tingkat teknologi, cara hidup, dan adat istiadat.
(Sutardi, 2009:131)

Pernyataan itu telah mendorong berbagai bangsa untuk mempelajari manusia secara
lebih khusus melalui penelitian secara ilmiah. Hal inilah yang menjadi cikal bakal ilmu
Antropologi. Secara sederhana, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan
kebudayaan. Secara lebih sistematis, Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu
Antropologi menjadi empat fase, sebagai berikut.

7
Fase Pertama Sebelum 1800-an. Pada 1400-an, orang Eropa Barat mulai menjelajahi
berbagai penjuru dunia seperti Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Hasil
dari perjalanan-perjalanan tersebut, berupa buku-buku yang menceritakan kehidupan suku
bangsa di luar bangsa Eropa. Gambaran tentang ciri-ciri fisik, adat istiadat, bahasa, mata
pencaharian, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya itu disebut etnografi.

Etnografi berasal dari ethnos, artinya bangsa, dan grafien, artinya gambaran atau
uraian (deskripsi). Bahan etnografi ini menarik perhatian para pelajar sehingga mereka
terdorong untuk mempelajari suku bangsa secara lebih jauh. Secara umum, orang Eropa
sendiri menafsirkan tulisan tersebut bermacam-macam. Ada yang menganggap orang di luar
bangsa Eropa adalah manusia liar sehingga timbul istilah bangsa primitif.

Ada pula yang menganggap manusia di luar dirinya itu adalah orang-orang yang
masih jujur, belum tahu kejahatan dan keburukan. Ada pula orang Eropa yang tertarik pada
benda-benda hasil suku bangsa pribumi itu sehingga didirikanlah museum-museum.

Fase Kedua 1800-an. Pada tahap ini, timbul karangan-karangan yang menyusun bahan
Etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi. Mereka menganggap bahwa masyarakat dan
kebudayaan berubah secara lambat dalam waktu yang lama. Mulai dari tingkat rendah sampai
tingkat tinggi. Mereka menganggap bangsa yang termasuk tingkat rendah adalah suku-suku
pribumi yang mereka temukan, sedangkan bangsa dengan tingkat tinggi adalah orang Eropa
saat itu. Tujuan mempelajari antropologi saat itu adalah mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu gambaran tentang sejarah
evolusi dan penyebaran kebudayaan manusia. Fase Ketiga Awal

1900-an. Negara-negara Eropa telah menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru


dunia. Ilmu Antropologi mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu untuk mengetahui
latar belakang kehidupan dan kebudayaan penduduk pribumi. Dengan pengetahuan itu dapat
disusun strategi untuk menguasai dan memengaruhi penduduk tersebut.

Antropologi menjadi ilmu yang praktis, yaitu mempelajari masyarakat dan


kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa untuk kepentingan menjajah dan untuk memperoleh
suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.

Fase Keempat Setelah 1930-an. Pada fase ini, terjadi perubahan besar. Bangsabangsa
pribumi sudah banyak yang mendapat pengaruh kebudayaan Eropa sehingga kebudayaan
aslinya sudah mulai hilang. Selain itu, akibat Perang Dunia II, timbul kebencian terhadap

8
negara yang menjajah. Perhatian ilmu Antropologi beralih ke sukusuku yang hidup di
pedesaan di dalam wilayah negara Eropa sendiri, seperti suku bangsa Soami, Flam, Lapp, dan
sebagainya. Demikian pula di Negara Amerika Serikat. (Koentjaraningrat, 1990:1-3)

Tujuan utama Antropologi secara keilmuan adalah memperoleh pengertian tentang


manusia dengan mempelajari keragaman bentuk fisik dan kebudayaannya. Secara praktis,
Antropologi bertujuan untuk mempelajari suku bangsa guna meningkatkan kesejahteraan
suku bangsa tersebut. Sejak saat itu, timbullah Antropologi yang dikhususkan untuk tujuan
pembangunan, seperti Antropologi Kependudukan, Antropologi Kesehatan, Antropologi
Pendidikan, Antropologi Ekonomi, Antropologi Politik, dan Antropologi Perkotaan. (Sutardi,
2009:132)

9
PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM (AGAMA)

Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
Antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu agama. Antropologi
dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan
langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya
induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan
sosiologis. Penelitian Antropologis yang induktif, yaitu turun ke lapangan dengan upaya
membebaskan diri dari teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana
yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan model-
model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian historis. (Nata,
2012:35)

Penelitian Antropologi agama harus dibedakan dari pendekatan-pendekatan lain. Para


peneliti Antropologi harus melakukan atau menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia
harus menimbulkan pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri yang
spesifik, dan mempraktekkan metode sendiri yang spesifik pula. Antropologi dapat dianggap
sebagai ilmu keragaman manusia, dalam tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan
demikian, Antropologi agama akan menjadi penyelidikan scientific keragaman agama
manusia. Sebagaimana ungkapan yang berbunyi :

“The anthropological study of religion must be distinguished and distinguishable


from these other approaches in some meaningful ways; it must do or offer something that the
others do not. It must raise its own specific questions, come from its own specific perspective,
and practice its own specific method. Anthropology can best be thought of as the science of
the diversity of humans, in their bodies and their behavior. Thus, the anthropology of
religion will be the scien-tific investigation of the diversity of human religions”. (Eller, 2007:
2)

10
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting
untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku
mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan
dan komitmen Antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya
Antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya
dengan berbagai budaya.

Posisi penting manusia dalam Islam juga menunjukan bahwa sesungguhnya persoalan
utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia. Persoalan-
persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya.
Para Antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan
membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'commonsense' dan 'religious.' Dalam satu sisi
common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa diselesaikan dengan
pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan teknologi, sementara itu religious adalah
kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun teknologi.

Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya
tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya
adalah realitas kemanusiaan yang ada dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari
keberagamaan adalah terletak pada penafsiran dan pengamalan agama. Oleh karena itu,
Antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas
kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan yang menjadi gambaran
sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Karena begitu pentingnya penggunaan
pendekatan Antropologi dalam studi Islam (agama), maka Amin Abdullah mengemukakan 4
ciri dasar realitas cara kerja pendekatan Antropologi terhadap agama, yaitu :

A. Bercorak deskriptif, bukan normatif.

Pendekatan Antropologi bermula dan diawali dari kerja lapangan berhubungan


dengan orang, masyarakat, kelompok setempat yang diamati dan diobservasi dalam
jangka waktu yang lama dan mendalam. Inilah yang biasa disebut dengan
pengamatan dan observasi di lapangan yang dilakukan secara serius, terstuktur,
mendalam dan berkesinambungan. Thick description dilakukan dengan cara antara
lain Living in, yaitu hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti pola hidup
sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang akurat dan dapat

11
dipertanggungjawabkan secara akademik. John R Bowen, misalnya, melakukan
penelitian Antropologi masyrakat muslim Gayo,di Sumatra, selama bertahun-tahun.
Begitu juga dilakukan oleh para Antropolog kenamaan yang lain, seperti Clifford
Geertz yaitu, penelitian melalui pengumpulan catatan lapangan dan bukan studi teks
seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis adalah andalan utama Antropolog.
(Bowen, 2002: 2)

B. Yang terpokok dilihat oleh pendekatan Antropologi adalah praktik konkrit dan
nyata di lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari, agenda mingguan, bulanan dan
tahunan, lebih-lebih ketika manusia melewati hari-hari atau peristiwa-peristiwa
penting dalam menjalani kehidupan. Amalan-amalan yang dilakukan untuk melewati
peristiwa-persitiwa kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan . Apa yang
dilakukan oleh manusia ketika menghadapi dan menjalani ritme kehidupan yang
sangat penting tersebut. (Bowen, 2002: 2)
C. Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai
domain kehidupan secara lebih utuh.

Bagaimana hubungan antara wilayah ekonomi, sosial, agama, budaya dan politik.
Kehidupan tidak dapat dipisah-pisah. Keutuhan dan saling keterkaitan antar berbagai
domain kehidupan manusia. Hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang
dapat berdiri sendiri, terlepas dan tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.
(Bowen, 2002: 3)

D. Comparative

Studi dan pendekatan Antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai


tradisi, sosial, budaya dan agama-agama. Talal Asad menegaskan bahwa “What is
distinctive about modern anthropology is the comparisons of concepts (representation)
between societies differently located in time or space. The important thing in this
comparative analysis is not their origin (Western or non-Western), but the forms of
life that articulate them, the power they release or disable”. Setidaknya,Cliffort Geertz
pernah memberi contoh bagaimana dia membandingkan kehidupan Islam di Indonesia
dan Maroko. Bukan sekedar untuk mencari kesamaan dan perbedaan, tetapi yang

12
terpokok adalah untuk memperkaya perspektif dan memperdalam bobot kajian. Dalam
dunia global seperti saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu memberi
perspektif baru baik dari kalangan luar maupun dalam. (Bowen, 2002: 3)

Meskipun menyebut praktek lokal untuk era globalisasi sekarang adalah debatable,
tetapi ada empat rangkaian tindakan keagamaan yang perlu dicermati oleh penelitian
Antropologi. Pertama, adalah bagaimana seseorang atau kelompok melakukan praktikpraktik
lokal dalam mata rantai tindakan keagamaan yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Sebagai contoh ada tindakan baru yang disebut “walimah al-Safar”, yang
biasa dilakukan orang sebelum berangkat haji. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini
dalam keterkaitannya dengan agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Religious ideas
yang diperoleh dari teks atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini
membentuk emosi dan menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan yang luas. Bagaimana
walimah safar yang tidak saja dilakukan di rumah tetapi juga di laksanakan di pendopo
kabupaten Oleh karenanya, keterkaitan dan keterhubungan antara local practices, religious
ideas, emosi individu dan kelompok maupun kepentingan sosial – poilitik tidak dapat
dihindari. Semuanya membentuk satu tindakan yang utuh.

Antropologi Islam mengalami perkembangan dari dulu sampai sekarang.


Perkembangan Antropologi bisa berupa mengikuti atau melanjutkan perkembangan tradisi
yang sebelumnya, menolak atau menerima budaya yang baru.(Syam, 2007:6)

Antropologi pertama berkembang di Inggris dengan seseorang yang


mengembangkannya adalah Edward Burnett Taylor(1832-1917).

Kebudayaan bisa berupa suatu sistem gagasan, sistem kelakuan, dan lain-lain. Bisa
disederhanakan bahwa budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.

Kebudayaan bisa mengalami perubahan yang berhubungan dengan proses masuknya


kebudayaan baru pada masyarakat dan tempatnya. Perkembangannya berlangsung sangat
lama dengan mengalami perkembangan dari primitif sampai ke modern. Ini bisa terjadi
berkaitan dengan proses masuknya berbagai macam kebudayaan. Mulai dari tempat,suku atau
ras pun mengalami perubahan. (Syam,2007: 7)

Yang menarik di sini adalah hubungan antara agama dan masyarakat. Agama begitu melekat
dengan masyarakat, karena agama bukan hanya dijadikan pegangan, tapi syariatnya sudah

13
menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat. Agama menjadi tempat mencari pengetahuan.
(Syam, 2007: 9)

Contohnya kaum abangan yang memiliki upacara slametan. Dalam upacara


slametanmembutuhkan bahan-bahan seperti kemenyan, kembang, jajanan,dan tumpeng.
Benda-benda ini adalah simboldan ini merupakan keyakinan dari orangnya. Contohnya,
kemenyan untuk arwah leluhur mereka. Mereka percaya kalau do’a dan bau kemenyan bisa
sampai ke para leluhur mereka. Keyakinan ini merupakan pengetahuan yang mereka ketahui.
(Syam, 2007: 11)

Komunitas Islam di tengah perubahan mempertahankan tradisi sosial mengambil


contoh dari masyarakat pesisir. Dilihat dari keagamaannya, untuk mempertahankan tradisi
lokal pada masyarakat pesisir tidak sesuai dengan yang digambarkan oleh para ahli.
Sebenarnya, di masyarakat pesisir terjadi proses akulturasi yang saling menerima dan
memberi melalui kebudayaan diantara kedua budayaannya. Contohnya seperti santri(NU) dan
abangan. Tampak di sini bahwa NU memiliki cara sendiri untuk melakukan kegiatan
keagamaan yang berbeda dari Muhammadiyah. Muhammadiyah tidak mempunyai
kesempatan dalam hal kebudayaan. Itulah sebabnya, banyak kaum abangan yang kemudian
menjadi NU dan bukan Muhammadiyah.(Syam, 2007:132)

Perubahan itu terjadi, ternyata didukung oleh ajaran agama. Selain itu juga, faktor
sosial budaya sangat berpengaruh terhadap perubahan ini. Karena memiliki kebudayaan yang
sama, maka interaksi di antaranya sangat mudah diterima. Proses perubahan itu ialah dari
tradisi lokal ke tradisi Islam lokal.

Komunitas ini sedang mengalami perubahan yang mengarah pada kemajuan.


Walaupun mengalami perubahan, mereka tidak menghilangkan aura spiritualnya. Dan
kenyataanya juga membuktikan bahwa walaupun mengalami arus perubahan ke arah
kemajuan, namun kehidupan spiritualnya tetap semangat dan semarak di masyarakat dengan
diadakannya ritual lingkaran hidup sampai upacara keagamaan lainnya.

Oleh karena itu, segala sesuatu itu mengalami perubahan dan akulturasi. Dan pada
kenyataannya perubahan itu berdampak baik, termasuk komunitas pesisir dengan tradisi
lokal.(Syam,2007:133)

14
TOKOH-TOKOH UTAMA DAN KARYA-KARYA DALAM STUDI ANTROPOLOGI

ISLAM Ibnu Batutah (1304-1377 M) bernama lengkap Muhammad bin Abdullah bin
Muhammad bin Ibrahim at Tauji dengan karyanya berjudul Tuhfah an Nazeer fi Garaib al
Amsar wa Ajabul al Asfar (persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dan
perjalanan yang mengagumkan). (Melvin, 1989:57)

Ibn Khaldun (1332-1460 M) bernama lengkap Waliuddin Abd.Rahman bin


Muhammad bin Abu Bakar Muhammad bin Al Hasan dengan karyanya berjudul Al Ibar
(tujuh jilid) dan Muqaddimah Ibnu Khaldun. (Akbar, 1986:42)

Parsudi Suparlan (1938-2007) dengan karyanya The Javanese Suriname: Ethnicity in


Snethnically Plura Society, Hubungan Antar Suku Bangsa, dan Masyarakat dan Kebudayaan
Perkotaan

. Koentjaraningrat (1923-1999) dengan karyanya Pengantar Antropologi, Manusia dan


Kebudayaan di Indonesia, Sejarah Teori Antropologi, Beberapa Pokok Antropologi Sosial
dan karya lainnya. (Koentjaraningrat, 2005:6)

Adapun salah satu kisah yang terkait dengan Antropologi Islam yaitu cerita Nabi Nuh
a.s. Nabi Nuh a.s diutus Allah ke tengah-tengah masyarakat yang menyembah berhala dari
patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka juga merupakan para penyembah berhala,
selalu memuja, berdoa kepadanya dan mengagungkannya. Nabi Nuh a.s adalah orang cerdas
dan sabar. Ia mengajak kaumnya untuk berfikir melihat alam semesta ciptaan Allah, langit
dengan bulan, bintang dengan matahari, bumi dengan kekayaan yang ada diatas dan
dibawahnya, berupa tumbuhan hewan dan air yang mengalir, pergantian siang dan malam
semua itu menjadi bukti tanda kekuasaan dan ke-esaan Allah SWT. Nabi Nuh a.s berdakwah
kepada umatnya selama 500 tahun dan diangkat menjadi rasul pada usia 450 tahun. Meski
demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari seratus orang.

15
Karena semakin hari mereka justru semakin jauh dari kebenaran serta bertambah sesat dan
jahat. Maka Nabi Nuh a.s berdoa kepada Allah SWT agar segera menurunkan siksa. Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar do’a hamba-Nya, lalu Allah memerintahkan Nabi
Nuh a.s untuk membuat sebuah perahu besar (bahtera).(Skholihin, 2010:204 )

Pada suatu hari turunlah hujan dan tak berhenti selama berhari-hari, hingga terjadilah
banjir besar. Para pengikut Nabi Nuh a.s menaiki bahtera disertai beberapa pasang hewan
sesuai perintah Allah SWT, mereka semua selamat dari dahsyatnya banjir tersebut kini orang-
orang durhaka itu telah binasa. Di Gunung Ararat, Turki. Para peneliti meyakini sebagai
tempat berlabuhnya kapal NabiNuh a.s saat banjir besar surut. Tampak model perahu yang
dijadikan pusat penelitian. Para peneliti arkeologi dari berbagai negara berlomba-lomba
mengungkap kebenaran cerita itu dengan meneliti tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh
tersebut. Melalui penelitian selama beratus-ratus tahun dan mengamati hasil foto satelit, salah
satu situs yang dipercaya sebagai jejak peninggalan kapal tersebut terletak di pegunungan
Ararat, Turki yang berdekatan dengan perbatasan Iran.

Di lokasi gunung Ararat, tampak sebuah bentuk simetris raksasa seperti cekungan
perahu. Diduga tanah, debu, dan batuan vulkanis yang memiliki usia berbeda-beda, telah
masuk ke dalam perahu tersebut selama ribuan tahun sehingga memadat dan membentuk
seperti perahu. Disekitarnya ditemukan pula jangkar batu, reruntuhan bekas pemukiman, dan
ukiran dari batu.(Sholikhin,2010:205)

Di sekitar obyek tersebut, juga ditemukan sebuah batu besar dengan lubang pahatan.
Para peneliti percaya bahwa pada zaman dulu, batu tersebut biasa dipakai pada bagian
belakang perahu besar (kemudi) untuk menstabilkan perahu sewaktu berlayar.

Kebenaran penemuan itu, masih diperdebatkan banyak pihak. Namun, sejumlah


peneliti percaya bahwa pegunungan Ararat adalah tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh. Al-
Quran tidak menyebutkan nama sebuah gunung kecuali nama al-Judy, yang bermakna sebuah
tempat yang tinggi.(Sholikhin, 2010:206)

Kapal Nabi Nabi Nuh AS ini dibuat di atas bukit yang tinggi. Diperlukan peralatan
yang canggih untuk mengangkut bahan bangunannya. Belum lagi perhitungan struktur kapal
yang harus teliti, tentunya untuk proyek raksasa perjalanan Nabi Nuh a.s dan pengikutnya,
tidak mungkin dibuat secara asal-asalan.Lagipula Kapal Nabi Nuh yang mereka temukan
diperkirakan terbuat dari susunan kayu purba dan berdasarkan hasil penelitian, telah berumur

16
4.800 tahun.Intinya, Kapal Nabi Nuh a.s merupakan kapal tercanggih yang pernah dibuat
umat manusia. Dan sampai saat ini, keberadaannya masih misterius.(Sholikhin,2010:207)

Bahtera Nabi Nuh diperkirakan dibuat sekitar tahun 3465 SM. Dan beberapa
berpendapat, perahu tersebut dibangun disebuah tempat bernama Shuruppak, yaitu sebuah
kawasan yang terletak di selatan Irak. Jika perahu itu dibangun di selatan Irak (tempat Nabi
Nuh diutus) dan akhirnya terdampar di utara Turki, kemungkinan besar bahtera tersebut telah
terbawa arus air sejauh 560 km.(Sholikhin, 2010:208)

Baru-baru ini, gabungan peneliti Arkeolog-Antropologi dari dua negara, China dan
Turki. Mereka mengumpulkan artefak dan fosil-fosil berupa serpihan kayu kapal, tambang
dan paku. Hasil Laboratorium Noah’s Ark Ministries International, China-Turki, setelah
melakukan serangkaian uji materi fosil kayu oleh tim ahli tanaman purba, menunjukan bukti
yang mengejutkan, bahwa fosil kayu Kapal Nabi Nuh a.s berasal dari kayu jati yang saat itu
hanya tumbuh di Pulau Jawa. Lembaga ini telah meneliti ratusan sampel kayu purba dari
berbagai negara dan memastikan bahwa fosil kayu jati yang berasal dari daerah Jawa Timur
dan Jawa Tengah 100 persen cocok dengan sampel fosil kayu kapal Nabi Nuh a.s.

Sedangkan Dr. Bill Shea seorang Antropolog, menemukan pecahan-pecahan


tembikar sekitar 18 M dari situs kapal Nabi Nuh a.s. Tembikar ini memiliki ukiran-ukiran
burung, ikan dan orang yang memegang palu dengan memakai hiasan kepala bertuliskan
Nuh. Dia menjelaskan, pada zaman kuno, barang-barang tersebut dibuat oleh penduduk lokal
di desa itu untuk dijual kepada para peziarah situs kapal. “Sejak zaman kuno hingga saat ini,
fosil kapal tersebut telah menjadi lokasi wisata” ujarnya. (Sholikhin, 2010:209)

Peristiwa banjir besar dan ditenggelamkannya umat Nabi Nuh a.s merupakan bukti
nyata kemurkaan Allah SWT atas kaum yang mendustakan ayat-ayat dan rasul-Nya. Kendati
sudah diajak selama ratusan tahun untuk menyembah Allah Yang Esa, namun kaumnya tetap
mengingkari dan enggan mengikutinya. Maka sebagai akibatnya, Allah menurunkan bencana
dan siksa bagi kaum yang tidak beriman tersebut.Sementara mereka yang beriman, Allah
akan senantiasa memberikan pertolongan dan rahmat-Nya. Itulah balasan bagi orang yang
selalu berbuat baik dan beriman kepada Allah.(Sholikhin, 2010:278)

17
SIGNIFIKASI ANTROPOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN STUDI ISLAM

Adanya pendekatan Antropologis dalam memahami agama, ternyata banyak


digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara agama dan berbagai hal yang menyangkut
manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Abuddin Nata, yaitu :

1. Ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi


ekonomi dan politik. Misalnya, golongan masyarakat yang kurang mampu atau miskin lebih
tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang mengarah pada suatu pengharapan akan
hadirnya sosok pembebas atau penyelamat manusia dari penindasan di dunia yang
menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih
cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi
lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.

2. Adanya pertalian antara agama dengan etos kerja yang berkaitan dengan nilai-nilai
etika dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.

3. Agama mempunyai hubungan dengan mekanisme pengorganisasian dalam


masyarakat, seperti penelitian yang dilakukan oleh Clifford Geert dalam bukunya The
Religion of Java yang membagi klasifikasi sosial masyarakat Muslim di Jawa menjadi 3 yaitu
santri, priyayi dan abangan.

4. Melalui pendekatan antropologis fenomenologis terlihat adanya hubungan antara


agama dan negara (state and religion). Seperti terjadi di Indonesia yang penduduknya
mayoritas beragama Islam, tetapi menjadikan Pancasila sebagai dasar negara.

5. Adanya keterkaitan antara agama dengan psikoterapi, seperti pendapat Segmund


Freud yang menghubungkan agama dengan Oedipus Complex, yakni pengalaman infantil
seorang anak yang tidak berdaya di hadapan kekuatan dan kekuasaan bapaknya.

18
Jadi, anak-anak yang mengalami hambatan kepribadian atau gangguan emosi bisa
memperlihatkan perilaku infantil. (Nata, 2012: 36) Jadi, agama memang banyak berhubungan
dengan berbagai masalah dalam kehidupan manusia dan untuk mengetahui itu semua
dibutuhkan pendekatan Antropologi. Selain itu, dibutuhkan juga dalam memahami ajaran
agama, karena dalam ajaran agama banyak informasi-informasi atau uraian-uraian yang dapat
dijelaskan melalui ilmu Antropologi beserta cabang-cabangnya.

19
BAB Vl

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Antropologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropos yang
berarti manusia dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan, Antropologi secara terminologi
yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan hubungan sosial-budayanya.

2. Antropologi lahir dari keingintahuan manusia terhadap manusia lain. Bangsa


Eropa memelopori pengiriman ekspedisi ke berbagai negara. Perjalanan jauh tersebut
didorong oleh tujuan yang beragam, yakni murni didorong oleh rasa ingin tahu akan daerah
sekitarnya, mencari daerah jajahan, mencari bahan mentah dan pasaran hasil industri, dan
menyebarkan agama.

3. Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah


satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat.

4. Salah satu contoh dari tokoh Antropologi adalah kisah Nabi Nuh a.s, dimana Nabi
Nuh a.s diutus Allah ke tengah-tengah masyarakat yang menyembah berhala dari
patungpatung yang mereka buat sendiri. Mereka juga merupakan para penyembah berhala,
selalu memuja, kemudian Nabi Nuh a.s diperintahkan oleh Allah untuk membuat bahtera
karena akan terjadi banjir besar menimpa kepada Nabi Nuh a.s dan umatnya serta
diperkirakan kapan Nabi Nuh a.s berada di pegunungan Ararat, Turki.

5. Agama memang banyak berhubungan dengan berbagai masalah dalam kehidupan


manusia dan untuk mengetahui itu semua dibutuhkan pendekatan Antropologi.

20
B. DAFTAR PUSTAKA

Akbar S, Ahmad. 1989. Toward Islamic Anthropology. Jakarta: Media Da’wah

Bowen, Jhon. 2002. Relegion in Practice : An Approac to the Anthropology of


Relegion. Boston : Allyn and Bacon

Eller, David Jack . 2007. Introducing Anthropology of Religion. New York :


Routlege 270 Madison Ave

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta


Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Ilmu Antropologi I, cet.III. Jakarta: PT Rineka Cipta

Melvin. 1986. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia

Nata, Abuddin. 2012. Metodelogis Studi Islam. Jakarta : Raja Pres

Solikhin, Muhammad. 2010. Misteri Bula Suro Perspektif Islam Jawa.Yogyakarta :


Narasi

Sutardi, 2009. Antropologi Keragaman Budaya. Jakarta: Departemen Nasional

Syam, Nur. 2012. Madzhab-madzhab Antropologi. Yogyakarta : LkiS

21

Anda mungkin juga menyukai