Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN Atrial Septal Defect (ASD)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas
Matakuliah Keperawatan Anak 1
Yang dibina oleh Ibu Dr. Nurul Pujiastuti S.Kep., NS., M.Kes
dan Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns., M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1. Rubiyanto Mulya WP (P17220194049)
2. Devi Firdaus P.S (P17220194063)
3. Desty Icha C.A (P17220194072)
4. Neny Veronika (P17220194077)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diperiksan dan disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal………

Pembimbing :

Dr. Nurul Pujiastuti S.Kep., NS., M.Kes

……………………

NIP. ……………………….
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas matakuliah Keperawatan Anak 1 tentang
“Atrial Septal Defect (ASD)”.Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
 Ibu Dr. Nurul Pujiastuti S.Kep., NS., M.Kes selaku dosen pembimbing.
1. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik berupa materil dan
juga spiritual.
2. Semua rekan-rekan yang telah membantu dan bekerja sama sehingga tersusun
makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca.

Lawang, 28 Oktober
2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASD menunjukkan terdapatnya (lubang) abnormal antara atrium kanan dan atrium
kiri yang tidak ditutup oleh katup. Berdasarkan letak defek dikenal defek sinus
venosus, defek ostium sekundum, dan defek ostium primum. Atrium septal defect
merupakan adanya hubungan ( lubang ) abnormal pada sekat yang memerlukan
pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah
hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena
kegagalan pembekuan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venosus di dekat
muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan
setelah kelahiran, defek septum sekunder yaitu kegagalan pembentukan septum
sekunder dan efek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang
letaknya dekat sekat antara bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek
sekat ini harus ditutupi dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran
darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya syndrome
Eisemenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan
dikontraidikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung
dengan jahitan jelujur atau dengan menambah defek dengan sepotong dakron.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian
2. Etiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
6. Prognosis
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan Medis
9. Konsep asuhan keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Septum atriorum merupakan sekat memisahkan ruang antara atrium dexter dan
atriumsinister. Fungsi sekat pada jantung yaitu untuk ntuk memisahkan penampungan
darahbersih yang menuju ke seluruh tubuh dengan darah kotor yang menuju jantung
untuk dikeluarkan melalui proses respirasi. Jika tidak terdapat sekat, darah kotor dan
bersihakan mengalami suspensi atau percampuran . Padahal darah kotor mengandung
sisa danracun dari tubuh sedangkan darah bersih mengandung sari makansan yang
akan diedarkanke seluruh tubuh.Defek septum atrial atau
Atrial Septal Defect
(ASD) adalah gangguan septum atausekat antara rongga atrium kanan dan kiri.
Septum tersebut tidak menutup secarasempurna dan membuat aliran darah atrium kiri
dan kanan bercampur
2.2 Etiologi
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor
predisposisiterjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu
hamil yangalkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM

2.3 Tanda dan Gejala


ASD di awalnya tidak menimbulkan gejala. Saat tanda dan gejala muncul
biasanyamurmur akan muncul. Seiring dengan berjalannya waktu ASD besar yang
tidak diperbaikidapat merusak jantung dan paru dan menyebabkan gagal jantung.
Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya:
 Kelelahan
 Mudah lelah dalam beraktivitas
 Napas pendek dan kesulitan bernapas
 Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
 Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh

2.4 Patofisiologi
Mekanisme pengaruh faktor genetik terhadap kejadian autism spectrum disorder
masih belum diketahui dengan pasti walaupun kedua hal tersebut telah lama dipelajari
dan diketahui saling berkaitan. Anak-anak dengan saudara kandung yang mengalami
autisme memiliki risiko autisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi
umum. Kendati ASD memiliki spektrum fenotip penyakit yang luas, pasien ASD
dengan karakteristik genetik yang homogen biasanya memiliki fenotip yang lebih
mirip. Selain itu, terdapat sejumlah mutasi genetik baru yang menyebabkan kelainan
alel pada individu dengan ASD atau orang tuanya yang mempengaruhi neuroanatomi
dan karakteristik perilaku.
Mutasi gen tersebut diduga mempengaruhi fungsi sinaps melalui berbagai cara. Hal
ini mencakup gangguan pada penggabungan asam amino menjadi protein dan
perubahan struktur protein transmembran yang penting bagi sinaptogenesis serta
kelainan genetik pada transduksi sinyal yang terlibat dalam pembentukan sinaps.
Faktor genetik turut diduga berperan pada kecenderungan ASD untuk lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini mungkin berkaitan
dengan sejumlah mekanisme epigenetik seperti pengaruh gen Y, inaktivasi gen X,
serta keberadaan gen alel dari orang tua asal. Interaksi antara perbedaan jenis kelamin
terhadap faktor hormonal dan faktor lingkungan seperti pola makan, stres, dan infeksi
berpotensi menginisiasi perjalanan penyakit ASD sejak usia dini.

2.5 Komplikasi
Hipertensi Pulmonal Pirau kiri ke kanan seperti pada ASDakan meningkatkan aliran darah
pulmonal. Kondisi tersebut merupakan penyebab hipertensi pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan pada usia dini. Jika situasi ini berlanjut maka hipertensi pulmonal akan
menetap dan ireversibel, bahkan setelah tindakan pembedahan korektif. Arteri pulmonalis
normal merupakan suatu struktur “compliant” dengan sedikit serat otot yang
memungkinkan fungsi “pulmonary vascular bed” sebagai sirkuit yang low pressure dan high
flow.

2.6 Prognosis
Karakteristik yang dianggap menentukan prognosis jangka panjang individu dengan
autism spectrum disorder antara lain kemandirian hidup, status pekerjaan, hubungan
pertemanan, dan kemampuan untuk menikah.
Dampak Autism Spectrum Disorder terhadap Kemandirian
Di masa lampau, hampir separuh anak-anak yang terdiagnosis ASD mengalami
perawatan secara intensif sehingga dahulu kondisi ini sering dikaitkan dengan
prognosis yang buruk. Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa sekitar 12%
individu dengan ASD dan tingkat kecerdasan > 70 mampu hidup secara mandiri.
Sementara itu, sekitar 60% individu dengan ASD tidak mampu menyelesaikan
pendidikan formal. Dari 40% pasien ASD yang menyelesaikan pendidikan hingga
pendidikan tinggi, tingkat pengangguran masih cukup tinggi dan mencapai 76% yang
juga ditandai dengan tingkat perpindahan pekerjaan yang cukup tinggi pada populasi
ini. Di sisi lain, sebagian besar aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan integrasi
sosial individu dengan ASD biasanya diinisiasi oleh keluarga atau pekerja sosial.
Walaupun demikian, sekitar 5-10% individu dengan ASD mampu mencari pasangan
dan menikah serta memiliki hubungan yang baik dengan pasangan dalam jangka
waktu yang lama.
Dampak Autism Spectrum Disorder terhadap Angka Harapan Hidup
Dibandingkan dengan populasi umum, individu dengan ASD memiliki angka harapan
hidup yang lebih rendah. Perbedaan angka harapan hidup ini mungkin berkaitan
dengan tingkat keparahan disabilitas dan adanya penyakit penyerta seperti epilepsi
maupun kejadian kecelakaan yang menimpa individu dengan ASD. Di sisi lain,
hambatan interaksi sosial yang dimiliki individu dengan ASD membantu menghindari
populasi ini dari kebiasaan buruk yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
pertemanan, misalnya penyalahgunaan substansi seperti alcohol use disorder,
merokok, dan penggunaan narkoba, zat psikoaktif, atau zat adiktif lainnya (NAPZA).

2.7 Pemeriksaan penunjang


A.) Foto Ronsen Dada
Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal.Bila defek bermakna
mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantungkanan. Pembesaran
ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
B.) Elektrokardiografi
Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan patognomis,yaitu sumbu jantung
frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II jarang sekalidengan sumbu Frontal
kekiri.
C.) Katerisasi Jantung
Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas terlihat atau bila
terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapatpeningkatan saturasi O2
di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikelkanan dan kiri bil terjadi
penyakit vaskuler paru tekanan arteri pulmonalis, sangatmeningkat sehingga perlu
dilakukan tes dengan pemberian O2 100% untuk menilairesensibilitas vasakuler paru
pada Syndrome ersen menger saturasi O2 di atrium kirimenurun.
D.) Eko kardiogram
Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan danseptum interventrikular
yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapatmemperlihatkan lokasi dan
besarnya defect interatrial pandangan subsifoid yangpaling terpercaya prolaps katup
netral dan regurgitasi sering tampak pada defectseptum atrium yang besar.
E.) Radiologi
Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
•Corak pembuluh darah bertambah
•Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
•Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan (pada
fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance

2.8 Penatalaksanaan
Autism spectrum disorder (ASD), disebut juga sebagai gangguan spektrum autisme,
yang baik diawali dengan prosedur rujukan yang tepat dan dilanjutkan dengan
penerapan intervensi dini berbasis orang tua serta intervensi perilaku yang dipandu
oleh tim multidisiplin. Terapi farmakologi tidak disarankan kecuali terdapat komorbid
seperti gangguan psikiatri atau gangguan neurologi lain.
Cara Melakukan Rujukan Kasus Gangguan Spektrum Autisme
Penentuan cara melakukan rujukan spesialis yang tepat untuk penatalaksanaan kasus
autism spectrum disorder perlu dilakukan pada level nasional untuk berbagai tingkat
layanan kesehatan. Hal ini bertujuan untuk optimalisasi layanan dan sumber daya
kesehatan serta menghindari rujukan yang tidak tepat yang dapat memperpanjang
durasi antrian rujukan.
Di Indonesia, hingga kini belum terdapat suatu pedoman nasional yang mengarahkan
sistem rujukan diagnosis dan penatalaksanaan ASD secara efektif. Untuk menutupi
kekurangan tersebut, dokter umum yang menghadapi pasien dengan karakteristik
ASD dapat melakukan langkah persiapan rujukan agar mampu melakukan penilaian
prarujukan secara tepat dan mempersiapkan rujukan yang mendekati pedoman yang
berlaku secara internasional.
Langkah Persiapan Rujukan :
Langkah yang perlu dilakukan dokter umum berupa pengumpulan informasi dari
pengasuh utama atau orang tua diikuti dengan pemeriksaan fisik tumbuh kembang
anak. Informasi yang perlu dikumpulkan dari pengasuh utama atau orang tua adalah
sebagai berikut :

Riwayat kesehatan ibu


Riwayat penyakit selama periode prenatal dan perinatal
Riwayat persalinan
Riwayat tumbuh kembang
Adanya perbedaan perilaku dan pencapaian perkembangan anak
Tanda dini autisme pada anak
Riwayat ASD keluarga [2]
Jika terdapat kecurigaan anak mengalami ASD, dokter dapat menggunakan instrumen
skrining seperti Modified-Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) yang
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. M-CHAT merupakan instrumen skrining yang
valid dalam mengenali tanda dan gejala autisme pada anak berusia 18-24 bulan
Merujuk Pasien Autistic Spectrum Disorder
Hasil pengumpulan informasi dari orang tua dan pemantauan tumbuh kembang serta
hasil skrining ASD menjadi dasar pembuatan surat rujukan pasien untuk penilaian
lanjutan dari tim penanganan ASD. Surat rujukan sebaiknya juga didampingi dengan
surat persetujuan dari orang tua atau wali yang menyatakan memberikan izin agar
dilakukan evaluasi lanjutan terhadap kemungkinan adanya ASD serta pengumpulan
informasi pada situasi lain, misalnya saat anak berinteraksi dengan teman atau guru di
sekolah, guna memperoleh gambaran klinis yang lebih lengkap.
Peran Tim Multidisipliner pada Tata Laksana Jangka Panjang
Walaupun diagnosis ASD dapat ditegakkan oleh seorang dokter spesialis anak yang
kompeten dalam menangani pasien dengan ASD, pendekatan multidisipliner dengan
melibatkan profesional di bidang lain tetap merupakan pilihan yang ideal. Sebuah tim
multidisipliner yang menangani pasien dengan ASD dapat memberikan profil lengkap
yang memetakan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki individu dengan ASD
sehingga perencanaan tata laksana jangka panjang dapat dilakukan.
Komposisi tenaga ahli yang terlibat dalam tim penanganan ASD dapat bervariasi dan
bergantung pada ketersediaan sumber daya manusia di rumah sakit. Dokter spesialis
anak yang mendapat pelatihan khusus dalam penanganan pasien ASD dapat
melakukan penilaian medis umum dan mengidentifikasi adanya komorbiditas lain
yang menyertai ASD. Seorang audiolog dapat membantu mengevaluasi fungsi
pendengaran yang dapat berkontribusi terhadap manifestasi keterlambatan
perkembangan.Ahli terapi okupasi berperan dalam menilai kemampuan motorik halus
dan kasar serta proses sensorik. Seorang psikolog dapat merencanakan evaluasi
perkembangan dan kognitif yang sesuai serta membantu perencanaan terapi perilaku.
Ahli gangguan bicara dan bahasa dapat mengevaluasi adanya masalah bahasa
ekspresif dan reseptif serta mempersiapkan rencana tata laksana yang sesuai.
Intervensi Dini yang Diperantarai Orang Tua
Sejumlah uji klinis acak telah menunjukkan manfaat dari intervensi dini yang melatih
orang tua mengenai cara berinteraksi dengan anak yang mengalami ASD. Berbagai
intervensi tersebut dapat menunjukkan efek yang cepat terhadap perilaku dan pola
komunikasi anak. Model terapi semacam ini menekankan pada pembentukan
kemampuan orang tua dan pengasuh dalam membangun keterikatan bersama anak,
mencegah pola sosial yang terlalu mengarahkan, serta mengembangkan cara berbagi
perhatian dengan bermain bersama sehingga anak memiliki inisiatif yang lebih baik.
Terapi ini juga bermanfaat bagi orang tua dan pengasuh untuk mengurangi distres
yang mereka alami selama merawat anak dengan ASD.
Intervensi dini yang diperantarai orang tua atau pengasuh biasanya tidak terlalu
mengganggu aktivitas sehari-hari anak dan orang tua. Intervensi tersebut juga
umumnya terjangkau dari segi biaya, dapat dilakukan di klinik dan rumah, baik secara
individu maupun berkelompok. Bentuk intervensi yang tergolong dalam kategori ini
antara lain Developmental Individual-Difference Relationship-Based Model (DIR),
Early Social Interaction (ESI), Early Start Denver Model (ESDM), Joint Attention
Symbolic Play Engagement and Regulation (JASPER), dan Preschool Autism
Communication Trial (PACT).
Di sisi lain, dampak strategi intervensi dini yang dilakukan orang tua mungkin tidak
selalu terlihat. Sejauh ini belum ada penelitian yang membandingkan perbedaan
intensitas intervensi maupun jenis intervensi terhadap luaran keparahan ASD. Hal lain
yang juga turut berpengaruh pada respons anak terhadap intervensi yang diberikan
adalah derajat keparahan ASD pada kondisi awal terdiagnosis serta usia pasien yang
terlalu besar saat terdiagnosis.
2.9 Pengkajian
A. PENGKAJIAN

A1. PENGUMPULAN DATA

I. BIODATA

IDENTITAS ANAK IDENTITAS BAPAK


Nama : An.F Nama : Tn.B
No. Register : 17092001 Umur : 42 Tahun
Umur (bln, hr) : 7 tahun Jenis kelamin : Laki-laki
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Nusa Indah Bangsa
Alamat : Jl. Nusa Indah Bangsa Pendidikan : S1
Suku bangsa : Jawa Pekerjaan : PNS
Tanggal lahir/Umur : 13 Juli 2013 Suku bangsa : Jawa
Tgl MRS : 20 September 2020 No. Tlp/HP : 081333092480
Tanggal pengkajian : 24 September 2020
Diagnosa medis : Atrial Septal Defect
(ASD)
Urutan anak : Kedua IDENTITAS IBU
Nama : Ny.S
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Nusa Indah Bangsa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru SD
Suku bangsa : Jawa
No. Tlp/HP : 08562623180

II. KELUHAN UTAMA/ALASAN KUNJUNGAN


Orang tua An.F membawa An.F ke Rumah Sakit jam 5 pagi, karena An.F mengeluh
sesak nafas dan berkeringat banyak.

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Ibu An.F mengatakan, anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak

B. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


1) Penyakit-penyakit waktu kecil : tidak ada
2) Pernah dirawat di rumah sakit : tidak pernah
3) Obat-obatan : tidak meminum obat obatan
4) Tindakan (misalnya : operasi) : tidak pernah melakukan operasi
5) Allergi : tidak ada alergi
6) Kecelakaan : tidak pernah kecelakaan
7) Imunisasi :
BCG, ketika lahir
Hepatitis, ketika usia 2, 3, 4 dan 24 bulan
Polio, ketika usia usia 2,3, dan 4 bulan
DPT, ketika usia 2,3,4, dan 18 bulan
Campak, ketika usia 9 dan 18 bulan

C. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


a. Prenatal
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella),
mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM
pada ibu.

b. Intranatal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.

c. Post natal
Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
Anak rewel dan kesakitan
Tumbuh kembang anak terhambat
Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
Sosial ekonomi keluarga yang rendah.

IV. Riwayat Keluarga


Ada beberapa anggota eluarga yang mengalami kelainan jantung

V. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh : Orang tua
b. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
c. Hubungan dengan teman sebaya : bermain bersama dengan baik
d. Pembawaan secara umum : suka bicara
e. Lingkungan rumah : nyaman

VI. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)


A. Keadaan Umum
Postur: lemas
Kesadaran : composmentis

B. Kepala dan rambut


Kebersihan : kepala bersih tidak ada benjolan
Bentuk kepala : normal
Keadaan rambut : warna hitam
Keadaan kulit kepala : caput succedanum, cefalohematom: bersih tidak ada
ketombe dan luka
Fontanela anterior : lunak/menonjol/tegas/cekung/datar: datar
Sutura sagitalis : tepat/terpisah/menjauh: tepat
Distribusi rambut : merata/tidak merata: merata
C. Mata
Kebersihan : bersih
Pandangan : normal
Sclera : ikterus
Conjungtiva : anemis
Pupil : Reaksi cahaya normal, bila diberi cahaya mengecil, dan melebar jika
gelap
Gerakan bola mata : normal
Sekret: bersih
D. Hidung
Pernafasan Cuping hidung : normal
Struktur : simetris
Kelainan lain : polip/perdarahan/peradangan: tidak ada
Sekresi: bersih
E. Telinga
Kebersihan : berdih tidak terdapat kotoran
Sekresi : bersih
Struktur : normal
Fistula aurikel: tidak ada
Membran timpani: normal
F. Mulut dan Tengorokan
Jamur (stomatitis, moniliasis): tidak ada
Kelaianan bibir dan rongga mulut (gnato/labio/palato skizis): tidak ada
Problem menelan : tidak ada
G. Leher
Vena jugularis : teraba
Arteri karotis : teraba
Pembesaran tiroid dan limfe : normal
Torticoliis: tidak ada
H. Dada/Thorak (jantung dan Paru)
Bentuk dada: simetris
Pergerakan kedua dinding dada: simetris
Tarikan dinding dada ke atas/bawah: tidak normal
Suara pernafasan: ireguler, tidak beratur
Frekwensi nafas: 25x/menit
Abnormalitas suara nafas: mengi
Suara jantung: ireguler
I. Ekstremitas atas
Tonus otot: baik
CRT: tidak ada
Trauma, deformitas: tidak ada
Kelainan struktur: tidak ada
J. Perut
Bentuk perut: normal
Bising usus: 17x/menit
Ascites: -
Massa: -
Turgor kulit: elastis
Vena: teraba
Hepar: normal
Lien: normal
Distensi: normal
K. Punggung
Spina bifida: tidak ada
Deformitas: tidak ada
Kelainan struktur: tidak ada
L. Kelamin dan anus
Keadaan kelamin luar (kebersihan, lesi, kelainan) : bersih, tidak ada lesi dan
kelainan
Anus : bersih
Kelainan: tidak ada
M. Ekstremitas bawah
Tonus otot: baik
Trauma, deformitas: tidak ada
Kelainan struktur: tidak ada
N. Integumen
Warna kulit: sawo matang
Kelembaban: cukup
Lesi: tidak ada
Warna kuku : bersih
Kelainan: tidak ada

VII. PENGUKURAN ANTROPOMETRI


Berat badan: 27 kg
Panjang/Tinggi badan: 121 cm
Lingkar kepala: 65 cm
Lingkar dada: 85 cm
Lingkar lengan Atas: 36 cm
Kesimpulan Status gizi: Baik

VIII. RIWAYAT IMUNISASI


Sebutkan imunisasi yang sudah diberikan beserta umur saat diimunisasi
BCG, ketika lahir
Hepatitis, ketika usia 2, 3, 4 dan 24 bulan
Polio, ketika usia usia 2,3, dan 4 bulan
DPT, ketika usia 2,3,4, dan 18 bulan
Campak, ketika usia 9 dan 18 bulan

IX. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


A. OKSIGEN
Kebutuhan oksigen: tidak terpasang oksigen
Dosis oksigen: -
Cara pemberian: -
B. CAIRAN:
Kebutuhan cairan dalam 24 jam: infus 1880 cc/hari
Jenis cairan yang diberikan: air putih
Cara/rute pemberian: oral
Balance cairan dalam 24 jam:
Intake: air putih 6 gelas
Output : 600 cc/hari
IWL: 780 cc
Kesimpulan: normal

C. Nutrisi:
Kebutuhan kalori: 1660 Kkal/hari
Bentuk/jenis nutrisi yang diberikan: nasi, lauk, sayur
Cara pemberian: oral
Frekwensi pemberian: 3 x sehari
Alergi/Pantangan: tidak ada
Nafsu makan: selama sakit nafsu makan menurun
D. ELIMINASI URINE
Volume urine: 600 cc/hari
Warna: kuning
Frekwensi: 3-4 x sehari
Cara BAK (spontan/kateter): spontan
Kelaianan pemenuhan BAK: tidak ada

E. ELIMINASI ALVI
Volume feses: 400-600
Warna feses: kuning kecoklatan
Konsistensi: lembek
Frekwensi: 1 x sehari
Darah, lendir dalam feses: tidak ada
F. TIDUR
Jumlah jam tidur dalam 24 jam: 7 jam
Kualitas tidur (sering terbangun, rewel, tidak bisa tidur): sering terbangun karena
sesak
G. PSIKOSOSIAL
Hubungan orangtua dengan anak: baik
Yang mengasuh: orang tua

X. TANDA-TANDA VITAL
a. Tekanan Darah : 90/80 mmHg
b. Denyut Nadi : 89 x/menit
c. Pernafasan : 25 x/menit
d. Suhu Tubuh : 36o C
XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (KPSP/Denver)
Interpretasi perkembangan :
KPSP
Sesuai
Meragukan
Penyimpangan
(Lampirkan KPSP)

Denver
Normal
Suspect
Untestable
(Lampirkan formulir Denver)

RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : …………………

NO.REKAM MEDIK: : ………………..

RUANG RAWAT : ……………

UMUR : …………….

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


TGL INTERVENSI RASION
DX KEPERAWATAN STANDART
1 Intoleransi Setelah dilakukan - Taksiran tingkat, kelelahan,  Agar dapat menent
aktivitas tindakkan asuhan kemampuan untuk melakukan  Agar px mencukuo
berhubungan keperawatan 1 x 24 jam ADL  Supaya px. terjaga k
dengan hipoksia di harapkan : tahan tubuhnya
 Agar keluarga dapa
- Berikan periode dan istirahat
tepari pada px.
dan tidur yang cukup pada px.
 Px bisa
bernapas - Hindari suhu lingkungan yang
dengan normal. ekstrim pada px.
 Px. bisa
melakukan -memberikan edukasi pada
aktivitasnya
keluaraga untuk mematuhi
dengan normal
 Px. tidak merasa
program pengobatan
lemah
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)

NAMA PASIEN :

NO.REKAM MEDIK: :

TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL PARAF


Intoleransi aktivitas  Untuk memberikan informasi
berhubungan dengan tentang energy cadangan dan
hipoksia untuk respon beraktifitas
 Untuk meningkatkan istirahat dan
menghemat energy
 Karena hiportemia/hipertemia
dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen. agar edukasi yang
diberikan, dapat membantu dalam
proses penyembuhan
 Agar menunjang kesembuhat pada
px.

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN :

NO.REKAM MEDIK: :
RUANG RAWAT :

UMUR :

DIAGNOSA EVALUASI / SOAP


TGL PARAF
KEP.

S :

 Px. mengatakan sudah bisa melakukan


bernapas
Gangguan rasa O :
nyeri yang
berhubungan  Px. tidak merasa lemas pada tubuhnya
dengan proses  Px mulai dapat tdr dengan nyenyak.
inflamasi jaringan  Px dapat melakukan kegitan dengan
normal

A :

 Masalah teratasi

P :

 Lanjutkan intervensi
DAFTAR RUJUKKAN

https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/autism-spectrum-
disorder/penatalaksanaan
https://id.scribd.com/doc/73614722/Askep-ASD

Anda mungkin juga menyukai