Anda di halaman 1dari 14

Case Report Session

ASFIKSIA NEONATORUM

Oleh :

Radhia Ashabul Kahfi Bey 1210312028

Redo Kurniawan 1210313094

Preseptor:

dr. Rahmiyetti, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RSUDACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI


UNIVERSITAS ANDALAS

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas

secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam

uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam

kehamilan persalinan atau segera setelah bayi lahir. Akibat kurangnya daya angkut

oksigen untuk paru paru sehingga jantung neonatus tersebut tidak bekerja secara

optimal yang akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke otak yang kemudian

menimbulkan kerusakan otak karena otak tidak dapat melakukan metabolisme sel dan

jaringan. Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan jaringan dalam tubuh neonatus

karena tidak ada bahan (oksigen ) untuk melakukan metabolisme.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi

lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia,

dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di

bawah 1 bulan). Dikatakan usia dibawah 1 bulan karena dalam usia tersebut bayi dan

organ organ bayi masih dalam masa pengadaptasian dengan lingkungan barunya

yang tidak lagi dalam kandungan ibu. Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang

meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah

29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan

congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi

penyebab utama kematian bayi baru lahir dan penanganan segera, meliputi pelayanan

antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan

asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi

baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir,

kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan case report ini adalah untuk memahami definisi, etiologi,

patogenesis, gejala klinik, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis dari

bayi dengan asfiksia neonatorum.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan case report ini adalah dengan studi kepustakaan dengan

merujuk pada berbagai literatur.


BAB 2

LAPORAN KASUS

Identitas pasien
Nama : by. TK
Usia : 0 hari
Tanggal lahir : 30Januari 2017 jam 14.30 WIB
Tanggal di rawat : 30 Januari 2017

Identitas Orang Tua


Nama : Ayah : Tn. DH
Ibu : Ny. TK
Umur : Ayah : 39 tahun.
Ibu : 35 tahun.
Pendidikan terakhir : Ayah : SMA
Ibu : SMA
Pekerjaan : Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cingkariang, Banuhampu, Agam

Neonatus, perempuan, telah dirawat di bagian perinatologi RSUD Achmad


Mochtar Bukittinggi, dengan diagnosis NBBLC 3480 gram dan Asfiksia Berat ec
Aspirasi Mekonium.

Aloanamnesis:
Keluhan utama : Pasien tidak menangis setelah lahir
Riwayat penyakit sekarang :
NBBLC 3480 gram, PBL 52 cm, lahir spontan, tidak menangis setelah lahir,
ditolong dokter, apgar score 2/3
Kejang, demam, muntah tidak ada
Bayi kebiruan, kuning tidak ada.
Mekonium sudah keluar dengan di suction, BAB tidak ada, BAK tidak ada.
Ibu baik, ketuban hijau kental.
Riwayat ibu keputihan dan gatal selama kehamilan dan menjelangpersalinan
tidak ada,
Demam dan nyeri buang air kecil selama kehamilan dan menjelang persalinan
tidak ada.
Riwayat ibu konsumsi obat-obatan, jamu-jamuan, merokok, minum alkohol
selama kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada
Riwayat Obstetri :
G6P4A1H4
Presentasi bayi : kepala
Penyakit selama kehamilan : tidak ada
Pemeriksaan kehamilan : bidan dan dokter kandungan
Tindakan selama kehamilan : tidak ada
Kebiasaan ibu selama kehamilan : makan cukup, tidak merokok, tidak minum
alkohol
Lama hamil : HPHT : 20 April 2016
TM : 27 Januari 2017
Kesan :Cukup bulan, 40 minggu.
Keadaan Bayi Saat Lahir

Lahir Tanggal : 30Januari 2016


Jam : 14.30
Jenis kelamin : Perempuan
Kondisi saat lahir : bayi hidup
Tanda 0 1 2 Jumlah nilai

Frekuensi [] () Tidak ada [X] (V) < 100 [] () > 100 /2


jantung

Usaha [X] () tidak ada [] (V) lambat [] () menangis /2


bernafas kuat

Tonus otot [X] () lumpuh [] () ekstremitas [] ()gerakan aktif /1


fleksi sedikit

reflek [X] () tidak [] () gerakan sedikit [] () reaksi /1


bereaksi melawan

Warna kulit [] () biru-pucat [X] (V) badan [] () kemerahan /2


kemerahan, tangan/
kaki kebiruan

[x] penilaian setelah 1 menit lahir lengkap

(v) penilaian setelah 5 menit lahir lengkap

Pemeriksaan Fisik
Keadaan : Kurang Aktif
Suhu : 36,60c
Nadi : 88 x/menit
Nafas : tidak bernafas (menit pertama)
BB : 3480 gram
TB : 52 cm
Anemia : tidak ada
Edema : tidak ada
Ikterik : tidak ada
Sianosis : ada
Kepala : Bulat, simetris, LK : 34 cm
UUB : 1,5 x 1,5 cm ; UUK : 0,5 x 0,5 cm
Jejas persalinan : tidak ada
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada, didapatkan sisa mekonium
Mulut : Sianosis sirkumoral ada, mukosa bibir dan mulut
basah
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Toraks Bentuk : normochest, retraksi tidak ada.
Jantung : irama teratur, bising tidak terdengar
Paru : vesikuler, tidak ada ronki dan wheezing
Abdomen Permukaan : datar
Kondisi : lemas
Hepar : teraba 1/4 - 1/4, pinggir tajam, permukaan
rata, konsistensi kenyal
Lien : tidak teraba (S0)
Umbilikus : tidak hiperemis
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas :Atas : akral dingin, CRT >3s
Bawah : akral dingin, CRT >3s
Kulit : Teraba dingin, kebiruan.
Anus : Ada
Tulang-tulang : Tidak ditemukan kelainan
Reflek neonatal : Moro (+) Rooting (+) Isap (-) Pegang (-)
Ukuran Lingkar kepala : 34 cm Panjang lengan : 15 cm
Lingkar dada : 32 cm Panjang kaki : 19cm
Lingkat perut :31 cm Kepala simfisis : 29 cm
Simfisis kaki : 23 cm
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 16,5 g/dL
Leukosit : 24.000 / mm3
Gula Darah : 136 mg%
Hitung jenis : 0/ 0/ 1/ 79/ 17/ 3
Trombosit : 125.000 / mm3
IT Ratio : 0,01
Elektrolit : Na : 134,7 meq/L
K : 4,7 meq /L
Ca : 78 mg/dl
CL : 104,0 meq/L

Diagnosis Kerja
Asfiksia berat ec susp aspirasi mekonium

Tatalaksana
Sementara puasa
NCPAP PEEP 6 FiO2 21%
IVFD D10% 60cc/kgBB/24jam
Aminosteril 60cc/24 jam
Ampicillin 2 x 170 mg iv
Gentamicin 1x 17 mg iv
Rencana
Pemeriksaan darah (Hb,Ht, Lekosit dan Hitung Jenis)
Cek gula darah berkala.
Cek Elektrolit darah.

Follow up
31 Januari 2017
S/ Hari rawatan ke-II usia 1 hari
Bayi aktif, tidak ada retraksi dinding dada
Anak tidak ada demam, ikterik dan sianosis tidak ada
Pasien terpasang CPAP dengan PEEP 6 dan FiO2 21%
Anak sudah diberikan ASI 8x3cc/24 jam, OGT bersih, BAK dan BAB sudah
keluar

O/ Keadaan : Aktif
Nadi : 120 x/menit
Pernafasan : 52x/menit
Suhu : 37 oC
Kulit : teraba hangat, tidak kuning
Mata : konjungtiva tidak anemis. Sklera tidak ikterik
Thorak : tidak ada retraksi dinding dada
Cor : irama teratur, tidak ada bising
Pulmo : bronchovesikuler, Ronkhi tidak ada Wheezing tidak ada
Abdomen : distensi tidak ada, bising usus + normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2s
A/ Asfiksia berat ec aspirasi mekonium dengan perbaikan
P/ NCPAP PEEP 6 FiO2 21%
IVFD D10% + Ca glukonas 6cc/jam
IVFD Aminofuschin 2,5cc/jam
ASI 8x3cc/24 jam
Ampicillin 2 x 170 mg iv
Gentamicin 1x 17 mg iv

BAB IV
ANALISIS MASALAH

Telah dirawat seorang pasien, by.TK, perempuan, lahir tanggal 30 Januari

2017 di bagian RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dengan diagnosis kerja

Asfiksia Berat ec aspirasi mekonium dan BBLC 3480 gram. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa pasien tidak menangis setelah lahir.

Bayi merupakan neonatus berat badan lahir cukup 3480 gram, panjang bayi lahir 52

cm, lahir dengan spontan. Bayi cukup bulan 40 minggu. Bayi tidak menangis setelah

lahir disebabakan oleh asfiksia. Beberapa faktor penyebab asfiksia diantaranya faktor

ibu, faktor tali pusar dan faktor bayi. Faktor ibu diantaranya pre-eklamsi dan

eklampsi, pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), kehamilan

lewat waktu, partus lama, ruptur uteri, perdarahan yang banyak. Faktor tali pusat

dapat disebabkan oleh lilitan tali pusat, tali pusat pusat pendek, simpul tali pusat, dan

prolapse tali pusat. Faktor bayi diantaranya bayi premature, persalinan dengan

tindakan (seperti sungsang, distorsi bahu, bayi kembar), kelainan kongenital, air

ketuban bercampur meconium. Faktor resiko pada pasien ini adalahketuban ibu

berwarna hijau kental yang mengindikasikan telah tercampurnya air ketuban dengan

mekonium.

Nilai APGAR score pada menit pertama adalah 2, sedangkan pada menit ke-5

adalah 3. Asfiksia dapat ditegakkan jika nilai APGAR skor setelah menit ke-5 tetap 0-

3.APGAR score juga dapat menilai derajat asfiksia, yaitu score 0-3 asfiksia berat,

score 4-6 asfiksia sedang, score 7-9 asfiksia ringan, dan score 10 adalah normal.
Tidak terdapat demam, kejang, dan muntah. Injeksi vitamin K sudah diberikan sejak

lahir. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada. Riwayat ibu saat hamil, tidak ada

keputihan, demam dan nyeri buang air kecil saat hamil juga tidak ada. Ibu melakukan

perawatan antenatal ke dokter.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kurang aktif. Frekuensi

jantung 88 kali/menit, pernapasan pada menit pertama tidak ada, setelah dilakukan

suction pasien mulai menunjukkan usaha untuk bernafas dan dilakukan resusitasi

pada bayi dengan cara di bagging, setelah itu pasien mulai menunjukkan nafas

spontan dan terlihat adanya retraksi dinding dada pada epigastrium dan nafas mulai

meningkat hingga mencapai 68x/ menit. Berat badan 3480 gram dengan panjang

badan 52 cm. Pemeriksaan fisik didapatkan kulit teraba dingin, terjadi akibat

hipoperfusi darah ke jaringan akibat asfiksia. Kelenjar getah bening tidak terdapat

pembesaran, kepala bulat simetris dengan lingkar kepala 34 cm. Mata, telinga, dan

leher tidak ditemukan adanya kelainan, sedangkan pada mulut didapatkan adanya

sianosis. Jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen tidak terdapat distensi

dengan bising usus normal. Punggung tidak ditemukan kelainan. Genitalia tampak

labia mayora menutupi labia minora. Anus ada pada pasien. Ekstrimitas awalnya

dingin dan kebiruan, setelah dilakukan resusitasi pada bayi, akral mulai hangat dan

kemerahan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik terdapat kesesuaian dengan literatur.

Tidak terdapatnya nafas spontan, sianosis, APGAR score yang rendah, hal ini

merupakan indikasi telah terjadinya asfiksia pada bayi ini.


Pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan darah rutin dan analisis gas

darah, hal ini bertujuan untuk menilai keparahan asfiksia yang terjadi dan

perkembangan terapi untuk pasien ini. Pemeriksaan lainnya yang penting adalah

pemeriksaan elektrolit darah karena pasien yang asfiksia berat dapat menimbulkan

terjadinya hipokalsemia yang dapat membuat pasien jadi kejang.


Penatalaksanaan pada pasien ini adalah penggunaan NCPAP PEEP 6dengan

FiO2 30% berguna membantu dalam menjaga tegangan permukaan alveolar paru

pasien agar tidak terjadi kolaps paru.

Cairan diberikan secara intravena sesuai berat badan pasien diberikan yaitu

D10% 60 cc/kgBB/hari pada hari pertama 8 cc/jam, bayi sementara dipuasakan.

Antibiotik diindikasikan untuk profilaks agar tidak terjadinya infeksi pada bayi ini

setelah teraspirasinya mekonium. Penisilin atau ampisilin dengan aminoglikosida

adalah terapi antibiotik empiris yang disarankan, walaupun pemilihan antibiotik

harus berdasarkan sensitivitas bakteri terbaru pada suatu rumah sakit tempat merawat

bayi. Pada bayi ini diberikan ampisilin 2 x 170 mg iv.gentamisin 1x17 mg iv.

Prognosis pada pasien sangat tergantung pada adekuatnya penatalaksaan pada pasien

ini.

Pada hari rawatan kedua, kondisi bayi secara umum sudah membaik, bayi

sudah mulai aktif dan menangis, BAB dan BAK sudah ada, akral hangat dan bayi

mulai kemerahan, akral hangat dan bayi sudah kemerahan. Pemakaian CPAP masih

dilanjutkan dengan PEEP 6 dan FiO2 21%. Untuk kebutuhan cairan diberikan D10% +

Ca glukonas dengan kecepatan 6 cc/ jam, hal ini bertujuan untuk mengkoreksi

hipokalsemia yang terjadi pada pasien. Pada hari rawatan ke 2 ini pasien sudah
dimasukkan nutrisi yaitu ASI 8 x 3 cc / 24 jam dan aminofusin 60 cc/24 jam. Hal ini

berdasarkan kebutuhan nutrisi pada neonates full feedings yaitu 110 120

Kkal/Kg BB / hari. Kebutuhan nutrisi ini dapat dicapai dengan pemberian ASI pada

bayi dan penambahan kebutuhan lainnya dengan pemberian cairan aminosteril untuk

menambah kebutuhan untuk asam amino yang sangat dibutuhkan oleh bayi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4.


Jakarta : FKUI, 1997;1051-7.
2. Kosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Jakarta:
IDAI.
3. Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia Jilid 1. Jakarta: IDAI.
4. Mardiyaningrum, D. 2011. Hubungan Beberapa faktor Ibu dengan Kejadian

Asfiksia Neonatorum di Badan RSUD Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara

Tahun 2005. Available from http://eprints.undip.ac.id/4714/


5. Novita, D, Setyowireni D, Surjono A. 2005 . Faktor Risiko Asfiksia

Neonatorum pada Bayi Cukup Bulan. Available fromi-

lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=1672

Anda mungkin juga menyukai