Anda di halaman 1dari 15

Gambar 2.

3 Algoritma resusitasi neonatus IDAI 2013

1
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Laporan Kasus Ibu


IDENTITAS
Nama : Ny. P
No. MR : 01.03.72.93
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bengkulu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status Menikah : Menikah
Tanggal Masuk RS : 10 Januari 2019

ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berusia 32 tahun datang ke poliklinik RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 10 Januari 2019 dengan:
Keluhan Utama:
Sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien hamil anak ke dua.
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-).
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-).
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-).
- Keluar darah banyak dari kemaluan (-).
- HPHT: 29 Mei 2018, TP: 5 Maret 2019.
- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.

Riwayat Kehamilan/KB/Ginekologi:
- Pasien hamil ke-3.
- Tidak haid sejak 8 bulan lalu.
- HPHT lupa, TP sulit ditentukan.
- Riwayat hamil muda: mual (+), muntah (-), perdarahan (-).
- Riwayat ANC: kontrol ke RS 3x.
- Riwayat menstruasi: menarche usia 14 tahun, haid teratur, 1x tiap bulan, lamanya 4-6
hari, 2-3x ganti pembalut setiap hari, nyeri haid (-).

2
Riwayat Persalinan:
- Tahun 2013, ♂, 2900 gr, cukup bulan, SC, hidup.
- Tahun 2016, ♀, 2700 gr, cukup bulan, SC, hidup.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, hepar, diabetes melitus, dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit keturunan, penyakit menular,
dan kejiwaan.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan & Kebiasaan:


- Pasien seorang ibu rumah tangga.
- Riwayat kebiasaan: merokok, minum alkohol, dan narkoba tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 110/70 BB : 60 kg
Nadi : 80x/i TB : 155 cm
Napas : 20x/i Anemis : +/+
Suhu : 36,5oC Edema :-

Kulit : teraba hangat, turgor baik


KGB : tidak teraba pembesaran KGB
Kepala : normocephal
Rambut : rambut hitam dan tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Telinga: tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Gigi & Mulut : karies dentis (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran kelenjar tiroid (-)
Dada : cor dan pulmo dalam batas normal

3
Perut : status obstetrikus
Punggung : tidak ada kelainan
Alat Kelamin : status obstetrikus
Anus : tidak dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan, bekas sikatrik (+)
Palpasi : L1: teraba bagian terbesar janin
L2: teraba massa bulat, keras di sebelah kiri
teraba massa bulat, lunak, noduler di sebelah kanan
L3: teraba bagian kecil janin
L4: tidak dilakukan
Auskultasi: DJJ 140-150x/menit
Genitalia : v/u tenang, perdarahan per vaginam (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 8,3 g/dl
Leukosit : 10.110/mm3
Ht : 25%
Trombosit : 201.000/mm3

GDS : 185 mg/dl


Ur/Cr : 9 / 0,4 mg/dl
Ca : 7,2 mg/dl
Na/K/Cl : 135/3,2/111 Mmol/L
Alb/Glob : 2,9/3,0 g/dl

Kesan:
- Anemia sedang
- Leukositosis
- Kalsium total turun
- Natrium turun
4
- Kalium turun
- Albumin turun

USG
Janin hidup tunggal intrauterin
Altivitas gerak janin baik
Biometri
BPD : 8,59 cm HL : 6,12 cm
FL : 6,81 cm HC : 31,34 cm
AC : 31,87 cm EFW : 2693 gr

DJJ 138x/menit
SDAU 2,11
AFI 14,63 cm
Plasenta berimplantasi di corpus depan meluas menutupi OUI grade III.

Kesan: Gravid 35-36 minggu


Janin hidup tunggal intrauterin
Plasenta previa totalis

DIAGNOSIS
- HAP ec pasenta previa totalis susp akreta pada G3P2A0H2 gravid 35-36 minggu +
letak lintang
- Anemia sedang
- Janin hidup tunggal intrauterin

TATALAKSANA
- Kontrol KU, VS, DJJ, PPV
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Asam traneksamat 3x1
- Inj. Vit. K 3x1
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Nifedipin 3x10 mg
- Rencana SCTPP

14 Januari 2019, pukul 17.30


Telah dilakukan SCTPP ai Polihidramnion + Hidrops Fetalis, lahir bayi:
5
BB : 3250 gr PB : 40 cm
JK : Laki-laki A/S : 3/4
Plasenta lahir lengkap.

Keadaan Ibu Setelah Melahirkan


Ibu dirawat di bagian HCU Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 64x/menit, napas 20 x/menit, dan suhu 36,5oC.

6
Laporan Kasus Bayi
Telah lahir bayi laki-laki pada tanggal 14 Januari 2019, 17.42 dengan berat lahir 3250
gram, panjang badan 40 cm, A/S 3/4, lahir SCTPP atas indikasi ibu G4P1A2H1 dengan
Polihidramnion + Hidrops Fetalis. Bayi tidak menangis saat lahir, anak tampak membiru dan
tidak berkurang dengan pemberian oksigen. Anak tampak sembab diseluruh tubuh, akral
teraba dingin. BAK belum ada, mekonium belum keluar.
Bayi tampak sakit berat dengan HR: 76x/menit, RR: 40-60x/menit (VTP Manual), T:
37’C dan saturasi O2: 29-45%. Kulit teraba dingin, cutis marmorata (+). Mata, konjungtiva
tidak pucat, sklera tidak ikterik, udem palpebra (+). Pada pemeriksaan thoraks, gerakan nafas
tidak tampak dan suara nafas tidak ada, jantung didapatkan irama teratur, bising tidak ada.
Pada pemeriksaan abdomen teraba keras, distensi (+), asites (+), bising usus tidak terdengar.
Ekstremitas didapatkan akral dingin CRT > 2 detik, udem (+), tonus otot jelek. Pada genitalia
didapatkan hidrokel (+).

Alur resusitasi:
Tidak langsung menangis lahir
Tonus otot jelek

Langkah awal: menjalankan pencatat waktu
- Letakkan bayi di Infant warmer, hangatkan
- Posisikan, bersihkan jalan napas
- Keringkan, stimulasi 60 detik

Tidak nafas
Tidak langsung menangis
Tonus jelek
Nadi < 100 x/menit

- Berikan VTP 40-60x / menit

Dada kurang mengembang
Sungkup sudah rapat
SaO2 30-35%
Nadi <100x/menit
7

Intubasi ETT 3,0 beri FiO2 21%

Nafas megap megap
Nadi <100x/menit
SaO2 30-40%
CRT > 2 detik

- Loading NaCl 0,9% 60 cc dalam 30 menit, naikkan FiO2 35%

Nadi <100x/menit
SaO2 30-40%
CRT >2 detik

Adrenalin 0,3-0,5 cc IV (1:10.000) diulang tiap 10 menit bila nadi <100x/menit
Naikkan FiO2 50%

Anak megap-megap
Nadi >100x/menit
SaO2 30-40%

Naikkan FiO2 100%

Anak tidak bernafas
Nadi <100x/menit
SaO2 30-40%

Adrenalin 0,3-0,5 cc IV diulang tiap 10-15 menit

Anak tidak ada napas
Tidak ada bunyi jantung

8
Skor APGAR bayi:

Tanda 0 1 2 Jumlah
Frekuensi [] () Tidak ada [V] () <100 [] (X) >100 1 2
Jantung
Usaha [V] () Tidak ada [] (X) Lambat [] () Menangis kuat 1 1
Bernafas
Tonus Otot [V ] () Lumpuh [] (X) Ekstremitas [] () Gerakan aktif 0 0
sedikit fleksi
Refleks [] () Tidak bereaksi [V] (X) Gerakan [] () Reaksi melawan 0 0
sedikit
Warna [] () Biru–pucat [V] (X) Badan [] () Kemerahan 1 1
Kulit kemerahan, tangan/
kaki kebiruan

Kesan: APGAR skor 3/4.

Pembersihan jalan nafas bayi dilakukan dengan menggunakan suction/pipa hisap saat
pertama kali bayi keluar. Kemudian, dilakukan pemotongan tali pusat antara ibu dan bayi.
Setelah itu, bayi langsung dibawa ke bawah infant warmer dan dibungkus dengan kain.
Wajah bayi dikeringkan dengan menggunakan kain. Jalan napas bayi dipastikan kembali
sudah bersih. Pada menit pertama tampak bayi tidak menangis langsung, kulit tampak
kebiruan, walau telah diberikan rangsangan pada telapak kaki dan dada, lalu diberikan
ventilasi tekanan positif. Nilai kembali selama 30 detik, usaha napas lemah, kulit tampak
kebiruan, heart rate 120x/menit, lalu diberikan kembali ventilasi tekanan positif. Nilai
kembali selama 30 detik, bayi tampak merintih, kulit tampak kebiruan, heart rate 140x/menit
lalu diberikan kembali ventilasi tekanan positif. Nilai kembali selama 30 detik, bayi tampak
merintih, akral sianosis menghilang dengan O2, heart rate 140x/menit. Bayi diberikan
suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular. Bayi diselimuti kembali dengan menggunakan kain
yang membentuk “bedongan”. Setelah tindakan resusitasi dan asuhan bayi baru lahir selesai,
bayi dirawat di NICU.

Diagnosis : NBBLC 3250 gram + Respiratory distress ec Susp Efusi Pleura ec Multiple
Anomali Kongenital + Asites Masif ec hydrops fetalis + Sectio delivery affected by mother
condition + Syok Hipovolemik.
Tatalaksana :

9
VTP Manual 40-60x/menit
IVFD PG1 60cc/kg/hr
Loading cairan NaCl 0,9% 60 cc dalam 30 menit
Intubasi
Analisis Gas Darah
Ro Thoraks

10
BAB IV

DISKUSI

Seorang bayi dengan berat badan lahir 2600 gram telah dilahirkan secara SCTPP atas
indikasi ibu G3P2A0H2 dengan HAP ec plasenta previa totalis. Setiap persalinan di RSUP
Dr. M. Djamil Padang, baik secara pervaginam atau sectio caesarea, selalu dipersiapkan alat
dan perlengkapan untuk resusitasi bayi baru lahir. Hal ini bertujuan sebagai upaya untuk
mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir. Beberapa menit bila bayi
baru lahir tidak segera bernafas, bayi akan menderita kerusakan otak atau bahkan meninggal.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir. Masalah ini berkaitan dengan keadaan ibu, bayi, dan tali
pusat. Keadaan ibu dapat berupa preeklampsia dan eklampsia, perdarahan abnormal (plasenta
previa dan solusio plasenta), partus lama, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria,
sifilis, TB, HIV), kehamilan post matur. Keadaan bayi dapat berupa bayi prematur, persalinan
sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep), kelainan
kongenital, air ketuban bercampur mekonium. Keadaan tali pusat dapat berupa lilitan tali
pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolaps tali pusat. Pada kasus ini, ibu hamil cukup
bulan dengan permasalahan plasenta previa. Berdasarkan hal tersebut, pasien mempunyai
risiko untuk mengalami asfiksia neonatorum saat lahir. Hal ini dikarenakan terdapat
permasalahan plasenta previa.
Dalam mengantisipasi terjadinya asfiksia neonatorum pada kasus ini, sebelum sectio
caesarea dilakukan, bagian obgyn dan bagian perina RSUP Dr. M. Djamil Padang sudah
mempersiapkan alat-alat resusitasi, berupa infant warmer, suction dan kateter penghisap
(ukuran 5 atau 6 Fr), kain 3 helai, oksigen dan selang, sungkup bayi, laringoskop, NGT
nomor 8, ETT, epinefrin 1:1000, balon resusitasi, dan CPAP. Persiapan alat dan bahan
resusitasi ini sudah sesuai dengan persiapan yang seharusnya.
Segera setelah bayi lahir langsung dilakukan penilaian awal terhadap bayi, yaitu
dengan menilai apakah kehamilan cukup bulan, air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi
mekonium, bayi bernafas adekuat atau menangis, dan tonus otot bayi. Pada kasus ini
didapatkan bayi cukup bulan, lahir tidak langsung menangis, tonus otot jelek, ketuban jernih,
maka yang dilakukan adalah melakukan penilaian dan perawatan bayi baru lahir seperti
memberi kehangatan, membersihkan jalan nafas, mengeringkan badan bayi, sambil menilai
skor APGAR dan berikan tatalaksana yang sesuai.

11
Penilaian awal pada kasus ini didapatkan bayi tidak menangis langsung, tonus otot
jelek, kulit tampak kebiruan walau telah diberikan rangsangan pada telapak kaki dan dada,
kemudian bayi diberikan ventilasi tekanan positif. Nilai kembali selama 30 detik, bayi masih
belum menangis, kulit tampak kebiruan, heart rate 120x/menit, lalu diberikan kembali
ventilasi tekanan positif. Dinilai kembali selama 30 detik, didapatkan bayi tampak merintih,
kulit tampak kebiruan, heart rate 140x/menit lalu diberikan kembali ventilasi tekanan positif.
Nilai kembali selama 30 detik, bayi tampak merintih, kulit tampak kebiruan menghilang
dengan O2, heart rate 140x/menit lalu diberikan kembali ventilasi tekanan positif. Bayi
diberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, kemudian bayi diselimuti kembali dengan
menggunakan kain yang membentuk “bedongan”. Setelah tindakan resusitasi dan asuhan bayi
baru lahir selesai, bayi dirawat di NICU.
Skor APGAR pada 1 menit pertama adalah 3 yang menandakan adanya asfiksia berat
pada bayi, dan pada menit kelima adalah 6, artinya terjadi peningkatan skor yang
menandakan adanya kemajuan kondisi bayi. Bersamaan dengan menilai skor APGAR, bayi
juga dilakukan penghisapan lendir di jalan napas dengan menggunakan suction. Setelah
penilaian awal, bayi diletakkan di atas tempat yang rata dan datar dan di ruangan yang hangat
dan tenang. Kemudian, tubuh bayi dikeringkan dengan kain. Jalan napas bayi dipastikan
sudah bersih hingga bayi bernapas adekuat dan bisa menangis kencang sehingga tidak
dilakukan pengisapan lendir kembali. Bayi diberikan rangsangan taktil dengan menepuk dan
menyentil telapak kaki, menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi Mengeringkan
tubuh bayi pada dasarnya adalah tindakan rangsangan. Untuk bayi yang sehat, prosedur
tersebut sudah cukup guna merangsang upaya bernafas, akan tetapi untuk bayi dengan
asfiksia, mungkin belum cukup sehingga perlu dilakukan rangsangan taktil untuk merangsang
upaya bernafas. Namun setelah dilakukan observasi, keadaan tubuh bayi belum sepenuhnya
merah, sehingga dipertimbangkan pemberian suplementasi oksigen, yang seharusnya diikuti
dengan pemantauan SpO2.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan memotong tali pusat dan diikat menggunakan
benang steril. Bayi diberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular. Bayi diselimuti
kembali dengan menggunakan kain yang membentuk “bedongan” dimana seluruh tubuh bayi
diselimuti kecuali wajah. Hal ini bertujuan untuk memberikan kehangatan pada bayi. Setelah
semua prosedur resusitasi neonatus pada asuhan persalinan normal selesai, dilakukan
penilaian keadaan bayi kembali yaitu denyut jantung, frekuensi napas, dan geraknya.
Pemeriksaan fisik juga dilakukan seperti berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan
jenis kelamin.
12
Setelah semua tindakan di atas selesai, sebaiknya dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu
Dini). IMD bermanfaat untuk membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh
bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk
bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih
tenang dan didapat pola tidur yang baik. Syarat melaksanakan IMD meliputi syarat untuk ibu
yang melahirkan dan bayi yang dilahirkannya. Syarat bagi bayi adalah bayi langsung
menangis dimana hal ini berarti jalan napas bayi sudah bagus dan bayi tampak bugar. Syarat
bagi ibu tidak ada persyaratan khusus, semua jenis persalinan dapat melaksanakan IMD, baik
pervaginam, dibantu vakum, atau pun sectio caesarea. Namun, dalam melakukan IMD, ibu
juga sebaiknya dalam keadaan bugar dan sehat sehingga dapat membantu bayi dalam
melakukan IMD. Namun pada kasus ini, bayi dirawat di NICU dan ibu di kamar rawatan
setelah melahirkan sehingga antara bayi dan ibu belum bisa dilakukan rawat gabung.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Marx JA. Hockerberg RS. Walls RM. Rosen’s emergency medicine. Philadhelpia:
Elsevier Saunders; 2014.
2. American Academy of Pediatrics and American Heart Association: Neonatal
Resuscitation textbook, 6th ed. Elk Grove Village, Ill: American Academy of Pediatrics;
2011.
3. Perlman JM, et al. Neonatal resuscitation. International consensus on cardiopulmonary
resuscitation and emergency cardiovascular care science with treatment
recommendations. Circulation 2010; 122(Suppl 2): S516-S538.
4. Bissinger RL, Ohning BL. Neonatus resuscitation. Medscape: 2015.
https://emedicine.medscape.com/article/977002-overview.- Diakses Agustus 2018.
5. Hamrick SE, Hansmann G. Patent ductus arteriosus of the preterm infant. Pediatrics
2010; 125: 1020-1030.
6. Kattwinkel J, et al. Neonatal resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines
for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care. Circulation 2010;
122: S909-S919.
7. Kamlin CO, et al. Accuracy of pulse oximetry measurement of heart rate of newborn
infants in the delivery room. J Pediatr 2008; 152: 756-760.
8. O’Donnell CP, Kamlin CO, Davis PG, Morley CJ. Feasibility of and delay in obtaining
pulse oximetry during neonatal resuscitation. J Pediatr 2005; 147: 698-699.
9. Salhab WA, Wyckoff MH, Laptook AR, Perlman JM. Initial hypoglycemia and neonatal
brain injury in term infants with severe fetal acidemia. Pediatrics 2004; 114: 361.
10. Adamkin D, Committee on Fetus and Newborn. Clinical report— postnatal glucose
homeostasis in late-preterm and term infants. Pediatrics 2011; 127: 575-579.
11. Herschel M, Khoshnood B, Lass NA. Role of naloxone in newborn resuscitation.
Pediatrics 2000; 106: 831-834.
12. McGuire W, Fowlie PW. Naloxone for opiate-exposed newborn infants. Cochrane
Database Syst Rev 2002; 4: CD003483.
13. Landwirth J. Ethical issues in pediatric and neonatal resuscitation. Ann Emerg Med
1993; 22: 502.
14. Paris JJ. What standards apply to resuscitation at the borderline of gestational age?. J
Perinatol 2005; 25: 683-684.
15. Niermeyer S, et al. Resuscitation in newborns. Ann Emerg Med 2001; 37: S110.
16. Adams, JG. Emergency medicine. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013.
17. Kliegmann, RM, Stanton,BF, Geme, JW, Shor, NF. Nelson textbook of pediatrics 20th
ed. Philadelphia: Elsevier, Inc.; 2016.
18. Cordero L, Hon EH. Neonatal bradycardia following nasopharyngeal stimulation. J
Pediatr 1971; 78: 441.

14
19. Papile L. The Apgar score in the 21st century. N Engl J Med 2001; 344: 519-520.
20. Laptook AR, et al. Outcome of term infants using Apgar scores at 10 minutes following
hypoxic-ischemic encephalopathy. Pediatrics 2009; 124: 1619-1626.
21. Altuncu E, Ozek E, Bilgen H, Topuzoglu A, Kavuncuoglu S. Percentiles of oxygen
saturations in healthy term newborns in the first minutes of life. Eur J Pediatr 2008; 167:
687-688.
22. Kamlin CO, O’Donnell CP, Davis PG, Morley CJ. Oxygen saturation in healthy infants
immediately after birth. J Pediatr 2006; 148: 585-589.
23. Rabi Y, Yee W, Chen SY, Singhal N. Oxygen saturation trends immediately after birth. J
Pediatr 2006; 148: 590-594.
24. Davis PG, Tan A, O’Donnell CP, Schulze A. Resuscitation of newborn infants with
100% oxygen or air: Systematic review and meta-analysis. Lancet 2004; 364: 1329.
25. Saugstad OD, Rootwelt T, Aalen O. Resuscitation of asphyxiated newborn infants with
room air or oxygen—An international controlled trial: The Resair 2 study. Pediatrics
1998; 102: e1.
26. Tan A, Schulze A, O’Donnell CP, Davis PG. Air versus oxygen for resuscitation of
infants at birth. Cochrane Database Syst Rev 2005; 18: CD002273.
27. Rabi Y, Rabi D, Yee W. Room air resuscitation of the depressed newborn: A systematic
review and meta-analysis. Resuscitation 2007; 72: 353-363.
28. Ralston M, Hazinski MF, eds: Textbook of pediatric advanced life support. Dallas:
American Heart Association; 2005.
29. Esmail N, et al: Laryngeal mask airway versus endotracheal intubation for Apgar score
improvement in neonatal resuscitation. Egypt J Anesthesiol 2002; 18: 115.
30. Gandini D, Brimacombe JR: Neonatal resuscitation with the laryngeal mask airway in
normal and low birth weight infants. Anesth Analg 1999; 9: 178.
31. Grein AJ, Weiner GM. Laryngeal mask airway versus bag/mask ventilation or
endotracheal intubation for neonatal resuscitation. Cochrane Database Syst Rev 2004;
18: CD003314.
32. Perlman JM, Risser R. Cardiopulmonary resuscitation in the delivery room: Associated
clinical events. Arch Pediatr Adolesc Med 1995: 149:20.
33. Gomell TL, Cunningham MD, dan Eyal FG. Neonatology Management, on call
Problems, Diseases, and Drugs. Edisi ketujuh. United State: Mc Graw Hill; 2013. pp: 15-
24.
34. Rosenberg A dan Rozance PJ. The Neonate. Dalam: Steven G, Jennifer R, Joe LS, et al.,
(editor). Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies Edisi ketujuh. London: Elsevier;
2017. pp: 468-498.
35. IDAI. Asfiksia neonatorum. Dalam: Standar pelayanan medis kesehatan anak. (Level of
evidence IV). Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2013. hal: 272-276.

15

Anda mungkin juga menyukai