Anda di halaman 1dari 30

DEEP VEIN TROMBOSIS

Hasni Hanifah
Iriana Cahya Amalia
Dokter Pembimbing :
dr. Nangti Komarudin, Sp.B

Kepanitraan Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
DEFINISI

Trombosis vena dalam (deep vein


thrombosis)
Trombosis  proses • Bekuan darah di vena dalam yang terdiri
terbentuknya atau adanya dari fibrin, sel darah merah, dan beberapa
trombus (bekuan darah) di dalam komponen trombosit dan leukosit
pembuluh darah Trombosis yang terjadi di dalam vena,
terutama pada vena tungkai bawah.
ANATOMI VENA
Vena adalah
pembuluh darah • Dinding vena terdiri dari 3 lapisan :
yang berfungsi • Lapisan terluar terdiri atas jaringan ikat fibrous, disebut sebagai
tunika adventisia
membawa darah • Lapisan yang kedua atau tengah yang disebut sebagai tunika media
yang miskin • Lapisan yang dalam disebut sebagai endotelium atau tunika intima

oksigen dari • Terdapat katup vena yang merupakan struktur penting dari sistem
seluruh tubuh aliran vena., berfungsi untuk mencegah refluks aliran darah vena
tungkai.
kembali ke
jantung.
ANATOMI
Anatomi
VENA-VENA EKSTREMITAS BAWAH
Vena superfisialis : terletak di
dalam subkutan, tepatnya pada • Vena Safena Magna (VSM): vena terpanjang di tubuh, mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis
fascia otot dan merupakan dan mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta kulit sisi media tungkai
tempat berkumpulnya darah • Vena Safena Parfa (VSP) : terletak diantara tendon achilles dan malleolus lateralis. Bermuaraa
ke vena popliteal. Vena ini mengalirkan darah dari bagian lateral kaki.
dari kulit setelah melalui cabang
kecil.

Vena perforantes (penghubung) : Vena yang menghubungkan vena superficialis ke vena profunda,
yaitu dengan cara langsung menembus fascia. Mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah
dari vena superficialis ke vena profunda

• Vena iliaka
• Vena poplitea
Vena profunda • Vena femoralis
• Vena tibialis
Epidemiologi

Indidensi di Eropa dan Amerika Serikat kurang lebih 50 per


100.000 populasi per tahun

Meningkat sesuai umur, 1 per 10.000-20.000 populasi dibawah


15 tahun hingga 1 per 1000 populasi di atas 70 tahun

Insidensi DVT pada ras Asia lebih rendah


Etiologi
Patofisiologi
 Aliran vena cenderung lambat
Stasis Vena  Pada tempat yang imobilisasi lama
 Menjadi trombosis lokal

 Trauma langsung
Kerusakan
 Aktivasi sel endotel oleh sitokin yang dilepaskan sebagai akibat
Pembuluh Darah kerusakan jaringan dan proses peradangan

Kondisi  Pembekuan darah meningkat


Hiperkoagulasi (hiperkoagulasi, defisiensi anti trombin
III, protein C, protein S)
 Aktivitas fibrinolisis menurun
Manifestasi Klinis
• Sumbatan : lokasi di bawah
sumbatan tidak nyeri
• Peradangan perivaskular : di
daerah trombosis, nyeri
Perubahan
Bengkak warna kulit
(arteri)

Nyeri dan
menjalar,
Functio laesa
berkurang
jika berbaring
Diagnosis

Anamnesis :
Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik • Edema, Nyeri, perubahan
warna kulit / phlegmasia
• Faktor Resiko
• Riwayat trombosis
Laboratoriu
Penunjang sebelumnya
m
Radiologi
Lainnya • Skor Wells : untuk membagi
risiko ringan, sedang, atau
tinggi
Skor Wells

Skor 0 / (-) :
DVT rendah

Skor 1 / 2 :
DVT sedang

Skor 3 :
DVT tinggi
Pemeriksaan Fisik
• Homan’s Sign
• Tungkai yang terkena teraba hangat pada palpasi
• Bengkak pada daerah tungkai yang terkena
Pemeriksaan Penunjang
ELISA: peningkatan D-dimer & penurunan antitrombin
(positif tidak spesifik untuk DVT)

Venografi

Flestimografi Impedans

USG Doppler

Magnetic Resonance Venography


Venografi

• Prinsip: menyuntikkan zat kontras


ke dalam sistem vena, terlihat
gambaran sistem vena di betis,
paha, inguinal sampai proksimal
vena iliaca.
– Identifikasi : lokasi, penyebaran,
tingkat keparahan bekuan darah
– Sensivisitas & spesifisitas hampir
100%.
– invasif
Flestimofrafi Impedans
• Prinsip : memantau perubahan volume darah tungkai.
• Sensitif untuk trombosis vena femoralis dan iliaca dibandingkan di betis.

USG Doppler
• Non invasif
• Sensitivitas 97% - spesifisitas 96%

Magnetic Resonance Venography


• Prinsip : membandingkan resonansi magnetik antara daerah dan aliran darah vena lancar
dengan yang tersumbat bekuan darah
• Sensitivitas speisifitas tinggi
• Tidak memakai kontras
• Menggunakan methemoglobin bekuan darah
Tata Laksana
Non-farmakologis, farmakologis, dan tindakan
pembedahan

Tujuan Tatalaksana Fase Akut:

• Menghentikan bertambahnya trombus


• Membatasi bengkak tungkai yang progresif
• Melisis dan membuang bekuan darah serta mencegah disfungsi vena
atau terjadinya sindrom pasca-trombosis
• Mencegah terjadinya emboli
Non Farmakologis
Tujuan : mengurangi morbiditas pada serangan akut serta mengurangi
insidensi post-trombosis syndrome (nyeri, kaku, edema, persetesi, eritema)

Bed rest

Meninggikan posisi kaki

Compression stockings tekanan 40 mmHg


Farmakologis

• Unfractionated Heparin
Diberikan berdasarkan nilai APTT yang
diinginkan 1.5-2.5 kontrol.

• Mekanisme kerja :
1. Meningkatkan kerja antitrombin III (inhibitor
pembekuan darah)
2. Melepaskan tissu factor pathway inhibitor
(TFPI) dari dinding pembuluh darah
• Low-Molecular-Weight Heparins
(LWMH)
– Lebih menguntungkan karena waktu paruh
biologis lebih panjang
– Tidak perlu pemantauan laboratorium
– Kombinasi dengan warfarin selama 4-5 hari

• Warfarin
– Obat pilihan untuk antikoagulasi akut
– Dosis : 5 mg/hari
Terapi trombolitik

Obat ini menyebabkan lisisnya trombus secara langsung dengan


peningkatan produk plasmin melalui aktivasi plasminogen.
• Streptokinase
• Recombinan tissue plasminogen activator /rt-PA
• Urokinase

Tujuan : memecah bekuan darah baru,


mengembalikan patensi vena lebih cepat

Diberikan : Systemic / Local Catheter-Directed


Thrombolysis
Terapi Pembedahan

Operative Venous Thrombectomy

Direkomendasikan untuk DVT iliiofemoral akut dan yang :


• Kontraindikasi trombolitik.
• Lesi tidak dapat diakses oleh kateter
• Kontraindikasi antikoagulan

Post operative :

Heparin diberikan 5 hari

Warfarin diberikan setelah 1 hari OP, dilanjutkan 6 bulan selanjutnya.


Pencegahan

Tidak dapat dieliminasi namun dapat diturunkan.

Menekuk lutut 10x setiap 30 menit terutama pasien


yang baru menjalani pembedahan mayor / perjalanan
jauh.

Penerbangan lama perlu peregangan dan berjalan setiap 2


jam.
Komplikasi

1. Pulmonary Embolism 2. Post- thrombotic syndrome


Emboli Paru adalah penyumbatan
arteri pulmonalis atau percabangannya Terjadi akibat inkompetensi
akibat bekuan darah yang berasal dari katup vena yang terjadi saat
tempat lain. rekanalisasi lumen vena yang
•Sesak nafas mengalami trombosis.
•Nyeri dada saat menarik napas •Bengkak
•Batuk •Nyeri berulang dan progresif
•Palpitasi •Ulserasi pada tungkai
•Penurunan saturasi Oksigen
DAFTAR PUSTAKA
• Seymour I. Schwartz, MD., F.A.C.S. Schwartz’s, Principles of Surgery. 10th Edition.
McGraw-Hill. 2014..
• R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. 2005.
• Robbins, Cotran, Kumar & Colin. Pathology Basic of Disease. 6th Ed. WB Saunders
Company;1999.
• Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani Wi, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. 2
ed. Jakarta: Media Aesculapius Universitas Indonesia; 2000.
Thank
You
Funcoass 4 –
Unisba 2012

Anda mungkin juga menyukai