Anda di halaman 1dari 3

JOURNAL READING

Maternal total caffeine intake, mainly from Japanese


and Chinese tea, during pregnancy was associated
with risk of preterm birth: the Osaka Maternal and
Child Health Study

SUPERVISED BY:
dr. Edihan, Sp.OG

PRESENTED BY:
Felicia Susanti (2014-061-094)
Meida (2015-061-)
Deni (2015-061-)

DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY


FACULTY OF MEDICINE ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY

PERIOD: October 24th 2016 January 7th 2016

DISKUSI
Pada studi ini menemukan bahwa tingginya asupan kafein total selama
kehamilan meningkatkan risiko PTB, sedangkan hubungan dengan LBW, SGA, atau
pengukuran antropometri tidak terbukti. Hasil positif juga ditemukan pada
hubungan asupan kafein total ibu dengan peningkatan risiko PTB, yang mungkin
dipengaruhi oleh konsumsi Chinese dan Japanese tea dibandingkan dengan
hubungan asupan kafein dari minuman lain yang juga mengandung banyak kafein.
Namun, hingga saat ini tidak ada studi yang meneliti mengenai hubungan konsumsi
minuman lain terhadap dampak kelahiran.
Asupan rata-rata kafein pada ibu hamil di Jepang adalah 258 mg/hari, dan kadar
ini lebih tinggi dibandingkan di AS and Eropa. Sebanyak 67.3% sampel penelitian
mengonsumsi >200 mg kafein/hari yang merupakan batas maksimum yang
direkomendasikan oleh guideline di Negara Barat mengenai asupan kafein pada ibu
hamil. Ditemukan juga bahwa 73.5% sampel mengonsumsi kafein yang berasal
dari Japanese dan Chinese tea.
Studi serupa mengenai epidemiologi (Sengpiel V, et al 2013; Shiraishi M, et al
2013) mengemukakan bahwa terdapat hubungan asupan kafein maternal selama
masa kehamilan dengan risiko PTB dan pertumbuhan fetus. Studi lain berupa meta
analisis dari 15 studi kohort (Maslova et al, 2014) juga menemukan adanya
peningkatan risiko PTB pada konsumsi kafein selama masa kehamilan. Odds Ratio
terhadap perbandingan konsumsi tertinggi (kafein1330 mg/hari) dengan konsumsi
terendah (0 sampai <400 mg/hari) pada Trimester 1 adalah 1.11 (95% CI, 0.96-
1.28), pada Trimester 2 adalah 1.10 (95% CI, 1.02-1.19), dan padaTrimester 3: 1.08
(95% CI, 0.93-1.27). sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
bermakna dari asupan kafein ibu saat kehamilan dengan risiko PTB. Studi lainnya
berupa meta-analisis (Greenwood et al, 2014) menemukan bahwa peningkatan
asupan kafein 100 mg/hari risiko LBW meningkat 7%, risiko SGA meningkat 10% ,
namun risiko PTB tidak berhubungan.
Berbeda dengan studi ini, asupan total kafein ibu selama kehamilan
berhubungan dengan risiko PTB. Estimasi LBW dan SGA pada studi ini memberikan
hasil yang serupa dengan yang ditemukan dengan studi lain namun adanya
hubungan yang signifikan tidak diobservasi. Hal tersebut mungkin dikarenakan
perbedaan etnis, perbedaan level asupan kafein ibu, variasi metabolisme kafein,
variasi sumber makanan.
Di Jepang tidak ada pandungan mengenai konsumsi kafein. Ibu hamil hanya
disarankan oleh klinisi untuk menghindari kafein (kopi, teh hitam) karena efek
samping yang ditimbulkan terhadap janin. Kurangnya perhatian terhadap kadar
kafein di Japanese dan Chinese tea didukung dengan data konsumsi kafein dari kopi
yang menurun pada wanita yang tidak hamil dari 46.8% menjadi 14.3%. Sedangkan
terdapat peningkatan konsumsi Japanese dan Chinese tea tidak hamil 43% menjadi
73.5%.
Kelebihan dari studi ini adalah desain yang digunakan adalah prospektif,
populasi yang digunakan homogen pada ibu hamil di jepang dengan latar belakang
serupa, kuesioner yang digunakan untuk penilaian diet sudah divalidasi, penilaian
kadar kafein pada sumber makanan/minuman yang bervariasi dan menilai
hubungan antara asupan kafein dengan dampak kelahiran.
Adapun beberapa limitasi pada studi ini, subjek tidak representatif sebagai
sampel ibu hamil di Jepang di populasi umum, ukuran sampel termasuk kecil
dibandingkan studi sebelumnya. Studi ini tidak memiliki metode spesifik untuk
menilai bentuk sediaan dan tipe dari Japanese dan Chinese tea, kopi, teh hitam
serta tidak mengekslusi kemungkinan minuman dekafein. Estimasi total asupan
makanan sulit dilakukan jika minuman tidak habis tidak dapat dibuang, salah
pencatatan asupan makanan (self reported), dan kemungkinan rendahnya asupan
kafein merupakan gaya hidup yang baik sehingga dimungkinkan bukan kafein yang
menyebabkan buruknya dampak kelahiran. Adanya hubungan asupan kafein dari
Japanese dan Chinese tea mungkin dikarenakan zat di dalam teh tersebut seperti
catechin sebagai penyebab yang mempengaruhi dampak kelahiran karena hasil
yang tidak serupa ditemukan dengan konsumsi minuman lain yang kaya kafein.
Penelitian ini tidak menilai pada usia kehamilan yang tepat karena memiliki interval
minggu 5 hingga minggu 39. Kebiasaan merokok pada kehamilan tanpa penilaian
dari segi jumlah dan kadar dari komposisi rokok, yang berpotensi menjadi faktor
pemicu lain terhadap dampak kehamilan.
Maka dapat disimpulkan total kafein maternal (terutama dari Japanese dan
Chinese tea) selama masa kehamilan berhubungan denga peningkatan risiko PTB.
Namun, hubungan dengan LBW, SGA, atau penilaian atropometri tidak diobservasi.
Karena ukuran sampel kecil, peneliti tidak dapat membuang kemungkinan lain yang
berhubungan dengan dampak kelahiran. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan
menggunakan populasi yang lebih variasi terutama pada populasi Asia serta
dilakukan studi mengenai pola konsumsi minuman dari sebelum kehamilan hingga
masa kehamilan termasuk peran konsumsi Japanese dan Chinese tea dan
mekanisme terjadinya terhadap dampak kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai