MINGGU, 31 AGUSTUSI 2014
OPINI MUDA
Kisah Milli, Igi,
dan Bipolar
Bipolar, jiwa yang terganggu, kini menarik perhatian publik. Ada
selebritas muda yang membuat heboh lalu mengaku bipolar.
Mari mencari tahu lebih lanjut.
Soca Massardi
Atika Amalina
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Indonesia
M
ERASA tak bertenaga sampai tak sanggup
beraktivitas dan dihantui rasa bersalah
hingga ingin bunuh diri pernah dialami
Kanita Milliana, 23. Setelah dua bulan
dirundung mendung, seorang teman menyarankan
pergi ke psikolog. Awal 2014, Milli didiagnosis me-
miliki gangguan bipolar tipe 1, kondisi paling berat,
yang melibatkan keadaan manik atau mania, dengan
atau tanpa keadaan depresi.
Selain Milli, ada pula Igi Oktamiasih, 34, yang
memilliki gangguan bipolar serupa. Meski memi-
lliki gangguan kejiwaan, mereka tetap beraktivitas
secara normal.
Saat ini Igi bekerja di sebuah perusahaan swasta
bagian keuangan, sedangkan Milli menjadi penga-
jar bimbingan belajar dan ingin segera melanjutkan
kuliah psikologi forensik.
Keduanya juga aktif menjadi pengurus dari komu-
nitas orang dengan bipolar (ODB) atau yang biasa
disebut Bipolar Care Indonesia.
Tak hanya bipolar, ada beberapa kategori gangguan
kejiwaan yang sering dialami anak muda. Ada gang-
guan kejiwaan kategori ringan, yakni depresi, stres,
gangguan cemas, panic attack, fobia, obsessive-com-
pulsive disorder (OCD), adiksi narkoba, dan gangguan
makan, seperti anoreksia dan bulimia nervosa.
Selain itu, ada juga gangguan kejiwaan kategori
berat seperti bipolar, paranoia, dan skizofrenia yang
hanya dialami oleh orang dewasa. Gangguan kategori
berat biasanya juga disertai delusi, seperti paranoia
berlebihan.
Disfungsi keluarga
Psikolog klinis, Kasandra Putranto, 45, menga-
takan penyebab gangguan kejiwaan sejak muda
bermacam-macam. Namun, rata-rata karena dis-
fungsi keluarga.
Kondisi kedua orangtua yang harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan membuat mereka jarang me-
miliki waktu bersama anak. Hal tersebut membuat
anak tidak mendapat perhatian cukup hingga akhir-
nya merasa depresi dan rentan gangguan jiwa.
Hal serupa juga dikatakan Fransiska Kaligis, dokter
spesialis kejiwaan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM). Yang paling utama dibutuhkan anak dari ke-
dua orangtuanya ialah asih, asah, dan asuh. Jika tidak
mendapatkan ketiga hal tersebut, anak dapat merasa
depresi dan berujung pada munculnya gangguan-
gangguan kejiwaan, kata Fransiska.
Tantangan makin berat
Milli dan Igi hanya contoh kecil dari masyarakat
Indonesia yang terkena gangguan kejiwaan di usia
muda. Perkembangan zaman dan tantangan yang
semakin kompleks membuat anak-anak muda rentan
terkena gangguan kejiwaan.
Gangguan kejiwaan yang muncul pada generasi
muda harus segera ditangani. Jika tidak, gangguan ini
dapat terbawa hingga mereka dewasa dan membuat
penderita semakin terganggu karena munculnya
gangguan-gangguan kejiwaan baru yang lebih kom-
pleks sifatnya.
Untuk cara penanganan dapat dilakukan secara
bertahap, mulai bercerita kepada teman atau ke-
luarga hingga berkonsultasi kepada psikolog atau
psikiater.
Jika bercerita kepada teman atau keluarga diang-
Aktivitas Bipolar Care (BCI), berbagi cerita agar lebih bisa mengenali diri juga orang-orang di sekitar.
Penanggulangan gangguan kesehatan jiwa
saat ini diarahkan pada
upaya-upaya yang bersifat
preventif dan early intervention.
gap dapat memberikan penyelesaian yang sehat,
cara tersebut dapat dilakukan. Namun jika tidak bisa
diselesaikan dengan bercerita, ada baiknya segera
berkonsultasi dengan profesional.
Jangan khawatir akan stigma negatif masyarakat
yang menganggap seseorang sebagai orang gila apa-
bila ia datang berkonsultasi kepada profesional.
Biasanya karena takut diberi label sebagai o-
rang gila makanya ia jadi menutupi dan tidak mau
berkonsultasi ke profesional. Padahal gangguan jiwa
SENO
bukan berarti gila kan, ada juga gangguan kejiwaan
yang sifatnya ringan, ujar Kasandra saat ditemui di
kantornya, Senin (18/8).
Cegah dan obati
Penanggulangan gangguan kesehatan jiwa saat ini
diarahkan pada upaya-upaya yang bersifat preventif
dan early intervention. Hal itu telah diatur dalam UU
Kesehatan Jiwa yang disahkan pada Juli 2014 lalu.
Bentuk penanggulangan yang terpenting dan bisa
mencegah gangguan jiwa pada anak muda ialah
dengan penguatan keluarga. Penguatan terdiri dari
nature atau mengelola genetik dan nurture, mengatur
pola asuh. Kemudian harus ada pula program pe-
nguatan diri dengan memeriksa kesehatan sebelum
DOK BPI
menikah dan melatih kemampuan parenting.
Memang perlu campur tangan banyak pihak untuk
bisa mewujudkan generasi muda yang sehat secara
jiwa dan raga. Upaya preventif tak bisa hanya dilaku-
kan pihak profesional kejiwaan.
Pihak lain seperti keluarga, kerabat dekat, instansi
pendidikan, media massa, dan lembaga lain yang
kiranya bersinggungan hendaknya turun tangan
membantu.
Akan tetapi, jika sudah terdiagnosis memilliki gang-
guan jiwa, ada baiknya bergabung dengan komunitas
seperti komunitas Bipolar Care Indonesia (BCI) yang
punya program terapi bersama setiap bulannya.
Dengan begitu, para penderita gangguan kejiwaan
bisa berbagi cerita sehingga tak lagi merasa sendiri.
(M-3)
move@mediaindonesia.com
17
Richa Mandasari
21 tahun, sarjana psikologi
TIDAK semua yang datang ke
psikolog atau psikiater dapat
diberikan label sebagai
orang gila, ya. Masalah
gangguan kejiwaan itu
sendiri tidak sembarang
diagnosis, harus benar-
benar ada bukti atau gejala
yang mengindikasikan ada-
nya gangguan. Biasanya me-
reka yang datang ke profesional
adalah orang-orang yang memiliki masalah
relatif berat, sulit untuk diselesaikan sendiri,
dan membutuhkan bantuan, yang jika tidak
ditangani, dapat menghambat produktivitas
sehari-hari.
Menurut saya, cara untuk menghindari gang-
guan kejiwaan bisa dilakukan dengan bercerita
kepada teman atau orang-orang terdekat me-
ngenai masalah yang dimiliki. Bercerita akan
membuat pikiran kita menjadi lebih terbuka
dalam melihat permasalahan serta menjauhkan
kita dari pikiran-pikiran negatif.
Anisa Nadia
21 tahun, mahasiswa psikologi
Universitas Gunadarma
PADA dasarnya anak muda
itu konsep dirinya belum
matang dan masih mencari
jati diri, jadi belum terlalu
bisa mengontrol emosi.
Pertahanan jiwa mereka
juga masih labil, jadi mu-
dah rapuh dan terganggu
jika kena tekanan. Saat ini,
hidup yang harus ditanggung
anak muda makin berat, banyak
masalah dan tuntutan.
Menurut saya, untuk menghindari risiko anak
muda terkena gangguan, pertama, harus melatih
berpikir positif dan melihat hikmah dari masalah
yang dihadapi. Kedua, hindari narkoba dan minu-
man beralkohol karena bisa mengganggu fungsi
kerja otak. Kalau fungsi otak dalam pengaruh
narkoba dan alkohol, mereka justru rentan
terkena gangguan ketika harus menghadapi
masalah dan tekanan. Ketiga, harus selektif cari
teman bergaul. Keempat, harus ada kerja sama
dari anak muda, orangtuanya, dan instansi pen-
didikan. Terakhir dan yang paling penting kita
harus mendekatkan diri dengan Tuhan agar hati
dan pikiran tenang.
Kanita Miliana
23 tahun, pasien
gangguan bipolar
SEKARANG setiap bulan,
aku dan komunitas Bi-
polar Care Indonesia ada
terapi bersama psikolog.
Dulu sebelum didiagno-
sis, aku sering berpikir untuk
bunuh diri karena tidak ada yang
peduli dengan keadaanku, padahal sebenar-
nya semua baik-baik saja. Kita harus mencari
bantuan dan tidak perlu malu dengan stigma
yang mengatakan psikolog itu untuk orang gila.
Kalau kita sudah tahu apa yang terjadi, kita perlu
mengedukasi diri dengan mencari tahu gejala
saat depresi, mania, dan mood swing. Dengan
begitu, kita sudah punya pertahanan saat mereka
datang. Perlu ditekankan, obat tidak menyelesai-
kan masalah, tapi kita harus membenahi manaje-
men diri dengan melatih pikiran dan spiritual.
HOW TO
Mari Sembuhkan
Jika merasa ada gejala munculnya gang-
1 guan kejiwaan atau perilaku tidak wajar,
segera ceritakan kepada teman terdekat
atau keluarga untuk mencari solusinya.
Jika tidak terselesaikan, segera konsultasi-
kan ke psikolog atau psikiater. Ada baiknya
2 untuk mengecek ke beberapa psikolog atau
psikiater yang berbeda agar mendapatkan
hasil yang akurat.
3 Ikuti semua tahapan terapi dan patuhi
nasihat psikolog ataupun psikiater.
4 Cari informasi sebanyak-banyaknya me-
ngenai gangguan yang kamu alami.
Kenali gejala gangguanmu sehingga bisa
5 diantisipasi. Cari alternatif kegiatan positif
untuk mengalihkannya, misalnya saat
depresi kamu harus mencari kesibukan
agar tubuh bergerak, seperti lari pagi atau
membersihkan rumah. Jangan berdiam
diri, sebab diam hanya akan membuatmu
makin depresi. Sementara jika mood ter-
lalu senang dan ingin melakukan banyak
hal, tetap harus dikontrol agar tidak terlalu
lelah dan memperparah fase depresi.
Ikutlah bergabung dengan komunitas
6 gangguan jiwa yang kamu alami. Saat
ini sudah banyak didirikan komunitas-
komunitas gangguan kejiwaan. Dengan
bergabung ke dalam komunitas seperti ini,
kamu bisa mengikuti sesi terapi kelompok
dan berbagi tips dengan teman-teman lain.
(Soca/Atika/M-3)