iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus
Mendalam di Bidang Gizi Klinik di RSUP Sanglah Denpasar dengan baik dan tepat
waktu. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Penyusunan Laporan Kasus Mendalam di Bidang Gizi Klinik, saya selalu mendapat
bantuan, informasi, dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Ni Wayan Rapiasih, SST., MPH selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar
2. Orang tua saya yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
penyelesaian Laporan Kasus Mendalam di Bidang Gizi Klinik di RSUP Sanglah
Denpasar
3. Ibu Ni Nyoman Sariasih, SST selaku pembimbing lapangan di Bidang Gizi
Klinik.
4. Ibu Ni Putu Anita Candri, Amd.Gz selaku pembimbing ruangan Lely di Bidang
Gizi Klinik
5. Serta seluruh pihak yang turut serta membantu dalam penyelesaian Laporan
Kasus Mendalam di Bidang Gizi Klinik di RSUP Sanglah Denpasar
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar belakang............................................................................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................................................................... 3
C. Antropometri .............................................................................................................54
D. Biokimia..................................................................................................................... 54
v
E. Fisik dan Klinis .......................................................................................................... 55
F. Edukasi ...................................................................................................................... 56
BAB V PENUTUP................................................................................................................57
A. Kesimpulan ...............................................................................................................57
B. Saran ......................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................58
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 59
vi
DAFTAR TABEL
Teks Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Teks Halaman
1. Asupan Energi.............................................................................................50
3. Asupan Lemak.............................................................................................51
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk
membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang
kemudian dikeluarkan dari tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai
pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengekskresikan zat
terlarut dalam air secara selektif. Apabila kedua ginjal ini karena sesuatu hal
gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian.
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik adalah suatu
penyakit dimana ginjal mengalami penurunan fungsi yang progresif dan
ireversibel. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of The
National Kidney Foundation menyebutkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal
yang telah berlangsung selama lebih dari 3 bulan dan penurunan LFG (Laju
Filtrasi Glomerulus) sebanyak 60 ml/min/1.73m2 (Lewis, 2011).
Berdasarkan Riskesdas 2013, populasi umur ≥15 tahun yang
terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0.2%. Angka ini lebih rendah
dibandingkan prevalensi Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik
di negara-negara lain, juga hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) tahun 2006, yang mendapatkan prevalensi Chronic Kidney Disease
(CKD) atau gagal ginjal kronik sebesar 12.5%.
Hemodialisa (HD) adalah sebuah proses yang bertujuan untuk
mengeluarkan produk limbah dan cairan yang berada didalam tubuh, serta
menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh yang tidak dapat berfungsi dengan baik
(Smeltzer & Bare, 2013). Didunia saat ini tercatat ada lebih dari 2 juta pasien
yang menjalani terapi HD. Pasien HD di Amerika Serikat mencapai 350 ribu
orang, Jepang 300 ribu orang, sedangkan di Indonesia hampir mencapai 15 ribu
orang (Setiati, dkk, 2014).
Hemodialisa menjadi terapi pengganti ginjal utama disebagian besar
negara di dunia dengan prevalensi yang mencapai angka 2 juta tersebut.
Pasien yang memilih terapi pengganti ginjal HD harus memahami hal-hal
penting seperti pembatasan asupan cairan, hal ini mempunyai tujuan untuk
ix
mengurangi resiko edema dan komplikasi kardiovaskuler. Komplikasi
kardiovaskuler pada pasien HD akan meningkatkan angka mortalitas dan
morbiditas lebih dari 50%.
Abnormal Uterine Bleeding merupakan perdarahan yang terjadi diluar
siklus menstruasi yang dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal dapat
disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit
sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks atau uterus
(leiomioma) atau kanker. Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson,
2009). Abnormal Uterine Bleeding meruapakan perdarahan yang terjadi diluar
siklus menstruasi yang dianggap normal. AUB ada dua macam, yaitu AUB
organik dan AUB nonorganik. Batasan Perdarahan Uterus Abnormal Batasan
Pola Anbormalitas Perdarahan Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi
dengan interval > 35 hari dan disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Polimenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari
dan disebabkan oleh defek fase luteal. Perdarahan uterus yang terjadi dengan
interval normal ( Menoragia hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau >7 hari.
Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik Menometroragia dan
dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang
( > 7 hari). Metroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus
atauovulatoir dengan penyebab penyakit servik, AKDR, perdarahan antara haid
endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan
keganasan.
Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi Bercak
intermenstrual yang umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.
Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause Perdarahan pasca
yang sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid menopause selama
12 bulan.
Pada kasus lanjut ini pasien terdiagnosa 2 penyakit yaitu Gagal Ginjal
Kronis (Chronic Kidney Disease) dengan HD Reguler dan Abnormal Uterine
Bleeding Lyeiomyoma (AUB-L). Sehingga perlu adanya asuhan gizi klinik untuk
memberi terapi gizi yang tepat untuk pasien. Upaya yang dilakukan adalah
x
rencana diet dan penetapan diet yang sesuai kondisi pasien dengan output
yang diharapkan yakni mengembalikan kondisi pasien menjadi normal kembali.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik pada
pasien dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease Stadium V ec No
On Hemodialisa Reguler + Anemia sedang N.N ec Chronic Kidney Disease
+ Multiple Renal Cyst Bilateral + Abnormal Uterine Bleeding – Leiomyoma +
Syndrome Dispepsia ec Gastropati Non Steroidal Anti Inflamantory Drugs
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi pasien dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease Stadium V ec No On
Hemodialisa Reguler + Anemia sedang N.N ec Chronic Kidney Disease
+ Multiple Renal Cyst Bilateral + Abnormal Uterine Bleeding –
Leiomyoma + Syndrome Dispepsia ec Gastropati Non Steroidal Anti
Inflamantory Drugs
b) Mahasiswa mampu menetapkan diagnosis gizi pasien dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease Stadium V ec No On
Hemodialisa Reguler + Anemia sedang N.N ec Chronic Kidney Disease
+ Multiple Renal Cyst Bilateral + Abnormal Uterine Bleeding –
Leiomyoma + Syndrome Dispepsia ec Gastropati Non Steroidal Anti
Inflamantory Drugs
c) Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi pasien dengan diagnosa
medis Chronic Kidney Disease Stadium V ec No On Hemodialisa
Reguler + Anemia sedang N.N ec Chronic Kidney Disease + Multiple
Renal Cyst Bilateral + Abnormal Uterine Bleeding – Leiomyoma +
Syndrome Dispepsia ec Gastropati Non Steroidal Anti Inflamantory
Drugs
d) Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizipasien
dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease Stadium V ec No On
Hemodialisa Reguler + Anemia sedang N.N ec Chronic Kidney Disease
+ Multiple Renal Cyst Bilateral + Abnormal Uterine Bleeding –
xi
Leiomyoma + Syndrome Dispepsia ec Gastropati Non Steroidal Anti
Inflamantory Drugs
xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
xiii
infeksi sistemik, infeksi saluran kencing, batu ginjal, toksisitas obat dan
penyakit genetik.
Faktor progresi adalah faktor yang mempercepat kerusakan fungsi ginjal
setelah inisiasi : peningkatan proteinuria, peningkatan level hipertensi, glukosa
yang tidak terkontrol pada diabetes, dislipidemia dan merokok. Sedangkan
pada faktor keempat ESRD yaitu peningkatan morbiditas dan mortalitas seperti
dosis dialysis rendah, anemia, penurunan albumin serum, dan peningkatan
fosfor serum. Menurut INFODATIN (Pusat Data Dan Informasi) Kementerian
Kesehatan RI tahun 2017, penyakit ginjal kronik dapat disebabkan oleh:
1. Diabetes mellitus
2. Hipertensi
3. Glomerulonefritis kronis
4. Nefritis intersisial kronis
5. Penyakit ginjal polikistik
6. Obstruksi -infeksi saluran kemih
7. Obesitas
C. Patofisiologi
Pada stadium awal penyakit ginjal kronik terjadi adanya kehilangan daya
cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan di mana basal LFG masih normal
atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan akan terjadi penurunan
fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea
dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien belum
merasakan keluhan (asimtomatik), tetapi kadar urea dan kreatinin serum sudah
terjadi peningkatan. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan
pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan
penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia seperti anemia, peningkatan tekanan
darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan
lain sebagainya.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi
saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Pasien Juga akan terjadi
gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan
keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG di bawah
xiv
15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal.
Pada derajat awal, PGK belum menimbulkan gejala dan tanda, bahkan
hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik namun
sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Kelainan secara
klinis dan laboratorium baru terlihat dengan jelas pada derajat 3 dan 4. Saat
laju filtrasi glomerulus sebesar 30%, keluhan seperti badan lemah, mual, nafsu
makan berkurang dan penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien
mulai merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi
glomelurus kurang dari 30%.
D. Gejala
Pasien PGK dengan ureum darah kurang dari 150 mg/dl, biasanya tanpa
keluhan maupun gejala. Gambaran klinis akan terlihat nyata bila ureum darah
lebih dari 200 mg/dl karena konsentrasi ureum darah merupakan indikator
adanya retensi sisa-sisa metabolisme protein di dalam tubuh. Uremia
menyebabkan gangguan fungsi hampir semua system organ, seperti gangguan
cairan dan elektrolit, metabolik-endokrin, neuromuskular, kardiovaskular dan
paru, kulit, gastrointestinal, hematologi serta imunologi.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada CKD bersifat konservatif. Penatalaksanaan ini lebih
bermanfaat bila penurunan fungsi ginjal masih ringan. Pengobatan
konservatif ini terdiri dari 3 strategi, yaitu :
a. Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal
Pengobatan hipertensi. Target penurunan tekanan
darah yang dianjurkan < 140/90 mmHg.
Pembatasan asupan protein, bertujuan untuk
mengurangi hiperfiltrasi glomerulus dengan demikian diharapkan
progresifitas akan diperlambat.
Retriksi fosfor, untuk mencegah hiperparatirodisme
sekunder
xv
Mengurangi proteinuria. Terdapat korelasi antara
proteinuria dan penurunan fungsi ginjal terutama pada
glomerulonefritis kronik dan diabetes. Dalam hal ini ACE inhibitor
biasanya digunakan.
Mengendalikan hiperlipidemia. Telah terbukti bahwa
hiperlipidemia yang tidak terkendali dapat memepercepat progresifitas
gagal ginjal. Pengobatan meliputi diet dan olahraga. Pada peningkatan
yang berlebihan diberikan obat-obat penurun lemak darah.
b. Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut
1) Pencegahan kekurangan cairan
Dehidrasi dan kehilangan elektrolit dapat menyebabkan gangguan
prerenal yang masih dapat diperbaiki. Oleh sebab itu perlu
ditanyakan mengenai keseimbangnan cairan ( muntah, keringat,
diare, asupan cairan sehari-hari), penggunaanobat (diuretik, manitol,
fenasetin), dan penyakit lain (DM, kelaian gastrointestinal, ginjal
polikistik)
2) Sepsis
Sepsis dapat disebabkan berbagai macam infeksi, terutama infeksi
saluran kemih. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengkoreksi
kelainan urologi dan antibiotik yg telah terpilih untuk mengobati
infeksi.
3) Hipertensi yang tidak terkendali
Tekanan darah umumnya meningkat sesuai dengan perburukan
fungsi ginjal. Kenaikan tekanan darah ini akan menurunkan fungsi
ginjal. Akan tetapi penurunan tekanan darah yang berlebihan juga aka
menyebabkan perfusi ginjal menurun. Obat yang dapat diberikan
adalah furosemid, beta blocker, vasodilator, calsium antagonis dan
alfa blocker. Golongan tiazid kurang bermanfaat. Spironolakton tidak
dapat digunakan karena meningkatkan kalium.
4) Obat-obat nefrotoksik
Obat-obat aminoglikosida, OAINS, kontras radiologi, dan obat-obat
yang dapat menyebabkan nefritis interstitialis harus dihindari.
xvi
5) Kehamilan
Kehamilan dapat memperburuk fungsi ginjal, hipertensim
meningkatkan terjadinya eklamsia dan menyebabkan retardasi
pertumbuhan intrauterine.
c. Pengelolaan uremia dan komplikasinya
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pasien dengan CKD sering mengalami peningkatan jumlah cairan
ekstrasel karenan retensi cairan dan natrium. Peningkatan cairan
intravaskular menyebabkan hipertensi, sementara ekspansi cairan ke
interstitial menyebabkan edema. Hiponatremia sering juga dijumpai.
Penatalaksanaan yang tepat meliputi retriksi asupan cairan dan
natrium, dan pemberian terapi diuretik. Asupan cairan dibatasi < 1
liter/hari, pada keadaan berat < 500ml/hari. Natrium diberikan <2-4
gr/hari, tergantung dari beratnya edema. Jenis diuretik yang menjadi
pilihan adalah furosemid. Karena efek furosemid tergantung dari
sekresi aktifnya di tubulus proksimal, pasien dengan CKD umumnya
membutuhkan dosis yang tinggi (300-500 mg), namun hati-hati
terhadap efek sampinya. Apabila tindakan ini tidak membantu harus
dilakukan dialisis.
2) Asidosis metabolik
Penurunan kemampuan sekresi acid load pada CKD menyebabkan
terjadinya asidosis metabolik, umumnya bila GFR < 25 ml/mnt. Diet
rendah protein 0.6 gr/hr dapat membantu mengurangi asidosis. Bila
bikarbonat turun sampai < 15-17 mEq/L harus diberikan stubtitusi
alkali.
3) Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat menyebabkan aritmia kordis yang fatal. Untuk
mengatasi ini, dapat diberikan :
Kalsium glukonas 10% 10 ml dalam 10 menit IV
Bikarbonas natrikus 50-150 IV dalam 15-30 menit
Insulin dan glukosa 6U insulin dan glukosa 50g dalam waktu 1 jam
xvii
Kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 gr oral atau rektal
Bila hiperkalemia tidak dapat diatasi, maka sudah merupakan
indikasi untuk dialisis
xviii
d. Inisiasi dialisis
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah
memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya
GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia (mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang
memburuk.
2. Penatalaksanaan Diet
1. Penatalaksanaan Diet
a) Tujuan Diet
1) Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan
memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktifitas
normal.
2) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolism tidak
berlebihan.
b) Syarat Diet
1) Energi diberikan cukup sesuai kebutuhan dan kondisi pasien
yaitu 35kkal/kg BBI dimana energy berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan pasien sehingga dapat mencapai berat badan ideal
dan status gizi optimal. Sumber BM : beras, umbi-umbian, roti
dll.
2) Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
dan mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu
1-1,2 g/kg BBI/hari pada HD. Sumber BM : Daging, ayam, telur,
tahu, tempe, kacang-kacangan, dll.
xix
3) Lemak diberikan cukup, yaitu sebesar 25%. Berfungsi sebagai
pelarut vitamin larut lemak (A,D,E,K), sebagai penyumbang
energi terbesar, sebagai komponen pembentuk lemak subkutan
dan sebagai sumber asam-asam lemak esensial. Sumber BM
Minyak, margarine, dll.
4) Karbohidrat diberikan cukup, yaitu kebutuhan energy total
dikurangi dengan energy yang berasal dari protein dan lemak.
Berfungsi sebagai sumber energi utama, sumber energi khusus
untuk sebagian besar otak, sel darah merah dan sistem syaraf
yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi lainnya. Sumber BM :
roti, umbi-umbian, serealia, dll.
5) Zat besi diberikan tinggi, yaitu lebih tinggi dari kebutuhan
berdasarkan AKG menurut kelompok umur. Berperan sebagai
komponen utama pembentuk hemoglobin yang diharapkan
dapat membantu mengatasi anemia.
6) Kalium sesuai dengan urin yang keluar/24 jam yaitu 2 g +
penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap 1
liter urin (HD).
7) Natrium diberikan sesuai dengan urin yang keluar/24 jam yaitu 1
g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk ½
liter urin (HD)
8) Vitamin C diberikan cukup untuk membantu mempercepat
penyerapan zat besi sehingga proses pembentukan darah
terjadi lebih cepat.
9) Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan kecukupan
menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
2. Multiple Renal Cyst Bilateral
a. Definisi
Kista ginjal adalah kantong, biasanya berbentuk bulat atau oval, berisi
cairan yang terbentuk di dalam ginjal. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang
yang berusia lanjut. Kondisi ini mungkin terkait dengan kelainan serius yang
bisa mengganggu fungsi ginjal di dalam tubuh
xx
Sebagian besar kasus kista ginjal bersifat jinak atau tidak menyebabkan
kanker dan jarang sekali terjadi komplikasi akibat kondisi ini. Kista ginjal jenis
ini dikenal dengan istilah kista ginjal sederhana
Kista ginjal sederhana biasanya tidak memunculkan tanda atau gejala,
dan tidak memerlukan pengobatan. Oleh karena itu, kista ginjal sederhana
umumnya terdeteksi saat dilakukan tes pencitraan untuk kondisi medis
lainnya. Pada umumnya hanya ada satu kista yang muncul di dalam ginjal.
Penyebab kista ginjal sederhana hingga kini masih belum bisa dipastikan.
Selain kista ginjal sederhana, terdapat juga penyakit ginjal polikistik. Ini
adalah kondisi adanya beberapa kista yang muncul di ginjal. Kista jenis ini
juga tidak menimbulkan kanker atau bersifat jinak. Penyakit ginjal polikistik
biasanya merupakan penyakit keturunan.
b. Gejala
Kista ginjal sederhana biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala tertentu.
Gejala akan muncul ketika kista tumbuh cukup besar, yaitu:
Terjadinya infeksi yang menimbulkan demam, menggigil, atau gejala
infeksi lainnya.
Rasa sakit atau nyeri yang muncul pada punggung, bagian samping
(antara tulang rusuk dan pinggul), atau perut bagian atas jika kista
mengalami pembengkakan dan menekan organ lainnya.
Sering buang air kecil.
Darah dalam urine atau urine berwarna gelap.
Fungsi ginjal yang menurun, meski ini jarang sekali terjadi
Berikut ini adalah gejala yang terjadi pada penyakit ginjal polikistik.
Darah dalam urine, kondisi ini bisa muncul dan menghilang karena salah
satu atau beberapa kista mengalami pendarahan.
Batu ginjal yang bisa menimbulkan rasa sakit parah saat terdapat batu
menghalangi ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung
xxi
kemih). Jika batu berukuran kecil maka tidak akan menimbulkan gejala
sama sekali.
Hipertensi.
xxii
e. Patogenesis
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) (2011), terdapat 9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim
PALM COEIN, yakni polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy dan
hiperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik, dan
not yet classified.
Kelompok PALM merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan
berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok
COEIN merupakan kelainan non struktural yang tidak dapat dinilai dengan
teknik pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi tersebut disusun
berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau
lebih faktor penyebab AUB.
1) Polip (AUB-P)
2) Adenomiosis (AUB-A)
xxiii
disertai dengan perdarahan uterus abnormal. Kriteria adenomiosis
ditentukan berdasarkan kedalaman jaringan endometrium pada hasil
histopatologi. Adenomiosis dimasukkan ke dalam sistem klasifikasi
berdasarkan pemeriksaan MRI dan USG. Mengingat terbatasnya fasilitas
MRI, pemeriksaan USG cukup untuk mendiagnosis adenomiosis. Dimana
hasil USG menunjukkan jaringan endometrium heterotopik pada
miometrium dan sebagian berhubungan dengan adanya hipertrofi
miometrium. Hasil histopatologi menunjukkan dijumpainya kelenjar dan
stroma endometrium ektopik pada jaringan miometrium.
3) Leiomioma (AUB-L)
xxiv
dan serosa lokasi, ukuran, serta jumlkah mioma uteri. Berikut adalah
klasifikasi mioma uteri :
a) Primer yaitu ada atau tidaknya satu atau lebih mioma uteri
b) Sekunder yaitu membedakan mioma uteri yang melibatkan
endometrium (mioma uteri submukosum) dengan jenis mioma uteri
lainnya.
c) Tersier yaitu klasifikasi untuk mioma uteri submukosum, intramural dan
subserosum
4. Syndrome Dispepsia
a. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sindrom adalah
himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama)
dan menandai ketidaknormalan tertentu. Sindrom merupakan kumpulan dari
beberapa ciri-ciri klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang
sering muncul bersamaan. Adapun gejala-gejala (sindrom) dispepsia, yaitu:
Nyeri perut (abdominal discomfort)
Rasa perih di ulu hati
Nafsu makan berkurang.
Rasa lekas kenyang
Perut kembung
Rasa panas didada dan perut (Djojoningrat, 2014).
b. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam lambung, sehingga rangsangan di medula
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan (Anonim, 2010).
xxv
c. Gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh dispepsia antara lain berupa mual, muntah,
anoreksia dan diare. Mual merupakan sensasi subjektif yang tidak
menyenangkan dan sering mendahului muntah. Terjadinya muntah diawali
dengan berjalannya impuls-impuls aferen ke pusat muntah sebagai aferen
vagus dan simpatis. Impuls aferen ini berasal dari lambung atau duodenum
yang muncul sebagai respon terhadap stimulasi kimiawi oleh emetik (bahan
penyebab muntah). Apabila refleks muntah terjadi pada pusat muntah,
terjadi melalui aktifitas beberapa syaraf kranialis ke wajah dan
kerongkongan serta neuron motorik spinalis ke otot abdomen dan diaframa.
Gejala-gejala yang dapat terjadi sebelum muntah adalah mual, takikardi
dan berkeringat (Corwin, 2009.
d. Penyebab
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena
terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti
pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Abdulah dan Gunawan,
2012).
Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran
pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian
atas).
2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat
lambung terasa penuh atau bersendawa terus.
4. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya
dispepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi.
Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
xxvi
5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs
(NSAID) misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani, 2007).
6. Pola makan Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak
sehingga bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi
asam. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh
rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang tinggi sering menjadi
alasan para profesional untuk menunda makan (Rani, 2007)
5. Gastropati NSAID
Gastropati didefinisikan sebagai setiap kelainan yang terdapat pada
mukosa lambung (Tugushi, 2011). Gastropati menunjukkan suatu kondisi
dimana terjadi kerusakan epitel atau endotel tanpa inflamasi pada mukosa
lambung. Istilah gastropati dibedakan dengan gastritis, dimana gastritis
menunjukkan suatu keadaan inflamasi yang berhubungan dengan lesi pada
mukosa lambung. Manifestasi klinis dari gastropati adalah kumpulan gejala
berupa anoreksia, nyeri ulu hati, mual, dan muntah (Papadakis & McPhee,
2013). Salah satu penyebab gastropati adalah efek samping dari pemakaian
NSAID, serta beberapa faktor lain seperti, infeksi H.pylori, konsumsi alkohol,
refluks cairan empedu, hipovolemia, dan kongesti kronik (Pashankar, Bishop,
& Mitros, 2002). NSAID adalah obat yang secara luas digunakan di seluruh
dunia untuk pengobatan nyeri, inflamasi (peradangan), dan demam (Sinha &
Gautam, 2013). NSAID merupakan obat yang secara luas diresepkan dan
dan dijual secara bebas (over the counter drug) (Lopez-Pintor & Lumbreras,
2011).
NSAID memiliki beberapa efek teraputik seperti analgesik, antipiretik,
dan antiinflamasi (Lopez-Pintor & Lumbreras, 2011). Sebagai efek analgesik,
obat ini efektif untuk meredakan nyeri ringan-sedang. Efek antipiretik yang
dihasilkan obat ini bisa digunakan dalam pengobatan demam rematik (Furst
& Ulrich, 2007). Untuk efek antiinflamasi, obat ini digunakan untuk
pengobatan osteoartritis dan reumatoid artritis (Schellack, 2012). Sebagai
tambahan terhadap NSAID, aspirin dosis rendah (acetylsalicylic) digunakan
untuk profilaksis primer atau sekunder baik untuk kejadian serebrovaskular
atau kardiovaskular (Schellack,2012).
xxvii
Penggunaan jangka panjang dari NSAID menyebabkan efek samping
yang bervariasi mulai dari gejala seperti mual dan dispepsia sampai
komplikasi ulserasi (Lopez-Pintor & Lumbreras, 2011). Efek samping dari
penggunaan NSAID juga ditemukan terhadap sistem gastrointestinal seperti
lesi mukosa, perdarahan, ulserasi peptikum, dan inflamasi dari usus yang
akan berkembang menjadi perforasi, striktur pada usus halus, dan akan
berkembang menjadi masalah kronik. Beberapa efek samping dari
penggunaan OAINS mungkin asimptomatik, tetapi pada banyak kasus
dilaporkan, bahwa kejadian ini dapat mengancam jiwa (Sinha & Gautam,
2013).
Diperkirakan ada lebih dari 30 juta orang yang menggunakan NSAID
setiap harinya. Gastropati NSAID adalah gejala gastropati yang mengacu
kepada spektrum komplikasi saluran cerna bagian atas yang dihubungkan
oleh penggunaan obat anti inflamasi non steroid dengan durasi waktu
tertentu, dan biasanya disebabkan oleh penggunaan jangka panjang NSAID.
Disebut gastropati NSAID bila terdapat kumpulan gejala-gejala gastropati
yang bervariasi seperti dispepsia, nyeri abdominal, sampai komplikasi yang
fatal seperti perforasi, ulserasi, dan perdarahan dimana gejala-gejala tersebut
tidak ditemukan sebelum menggunakan NSAID (Roth, 2012).
xxviii
BAB III
A. PENGKAJIAN GIZI
1. Identitas Pasien
No. Rekam Medik : 17012107
Nama Pasien : Ny. NKAS
MRS : 18 Oktober 2019
Alamat : Jl. Sedap Malam Baru, Kesiman,
Denpasar Timur
Tanggal Lahir : 15 Januari 1967
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Status : Menikah
Pendidikan :-
Ruang/ kelas perawatan : Lely/Bed 10
Diagnosis : CKD Std V ec No On HD Reguler +
Anemia sedang N.N ec CKD + Multiple
Renal Cyst Bilateral + AUB – L +
Syndrome Dispepsia ec Gastropati NSAID
Jenis Diet : CKD Rendah Protein 60 g
Bentuk Makanan : Makanan Biasa (Nasi)
Tanggal Pengamatan : 19-25 Oktober 2019
xxix
2. SKRINING GIZI
Skrining Nutrisi dengan MST (Malnutrisi screening tools)
xxx
3. PENGKAJIAN
STANDAR
PEMBANDING
KATEGORI
DATA ASESMEN (standar normal,
DATA
standar
kebutuhan)
Riwayat 1. Riwayat Penyakit Dahulu
Personal (CH) Pasien dengan riwayat batu ginjal (kalsium oksalat), operasi
pengangkatan batu pada tahun 2017 dan Maret 2019. Riwayat
CKD dengan HD Reguler di Klinik Semesta Mandiri sejak 7 bulan
lalu. HD terakhir pada tanggal 18 Oktober 2019. Riwayat myoma
uteri sejak 6 bulan lalu dan belum pernah di operasi.
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu ginjal
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan mual, muntah sejak semalam (17/10/2019),
mual seperti eneg di perut dan juga lambung. Makan sedikit-
sedikit hanya ±5 sdm sekali makan. Badan dirasakan meriang.
Pasien mengeluhkan muntah setelah HD (18/10/2019). HD
berlangsung selama 3.5 jam kemudian dikeluhkan karena pasien
muntah-muntah. Perdarahan dari vagina sejak 20 hari lalu keluar
sedikit-sedikit, terkadang banyak. Riwayat transfusi darah 2
kantong 1 minggu lalu di RS Puri Raharja karena anemia.
4. Kebiasaan Hidup
Pada saat dirumah, aktivitas pasien tergolong ringan, sebagai ibu
rumah tangga. Pada saat dirawat aktivitas pasien mobilisasi di
tempat tidur karena kondisi pasien yang lemah.
a. Riwayat Gizi Dahulu
Kebiasaan makan sebelum sakit
Pasien makan 3-4x kali makan utama dengan porsi sedikit
namun sering @ 1 sdn magiccom.
xxxi
Lauk hewani : telur ayam 3x sehari @1 butir, ayam 3x sehari
@1 potong sedang, ikan laut 3x sehari @1 potong sedang.
Lauk nabati : tahu/tempe 1-2x sehari @1-2 potong sedang.
Sayuran : sayuran hijau (bayam, sawi, kacang panjang) 4-
Riwayat terkait 5x/minggu, wortel/buncis 3-4x seminggu
gizi dan Buah : buah jeruk, pepaya 1 x s e h a r i @1-2 buah.
makanan Tidak ada alergi makan
Tidak memiliki pantangan makanan
Tidak mengkonsumsi suplemen
Tabel 1. Food Frequency Questionnaire
Bahan
No. Frekuensi Ket.
Makanan
Kategori
1 Nasi >1x sehari Sangat sering Frekuensi Makan
4 Ayam 3x sehari Sangat sering Sangat sering :
6 Telur 3x sehari Sangat sering >1x/hari
7 Ikan 3x sehari Sangat sering Sering : 1x/hari
atau 4-5x/minggu
8 Tahu 3x sehari Sangat Sering Biasa : 3x/minggu
9 Tempe 3x sehari Sangat sering Kadang :
10 Wortel 2-3x seminggu Sering <3x/minggu atau
11 Bayam 4-5x seminggu Sering 1-2x/minggu
12 Sawi hijau 4-5x seminggu Kadang Jarang :
<1x/minggu
13 Kacang 4-5x seminggu Sering Tidak pernah : -
panjang
14 Buncis 2-3x seminggu Sering Sumber:
15 Jeruk 1x sehari Sering Suhardjo et all
16 Pepaya 1x sehari Sering (1998) dalam
Buku Survei
Konsumsi Gizi
Perhitungan kebutuhan zat gizi pasien pada saat dirumah :
BB : 57 kg
TB : 156 cm
BBI : 50.4 kg
TEE = 35 kkal/kg x BBI
= 35 kkal/kg x 50.4 kg
= 1764 kkal
xxxii
Protein = 1.2 g/kg x BBI
= 1.2 g/kg x 50.3 kg
= 60.4 gram x 4 kkal/gram
= 241.6 kkal/1764 kkal x 100%
= 13.7%
Lemak = 25% x 1764 kkal
= 441 kkal : 9 kkal/gram
= 49 gram
Karbohidrat = 61.3% x 1764 kkal
= 1081.3 kkal : 4 kkal/gram
= 270.3 gram
xxxiii
Pengamatan asupan pasien MRS sebelum Intervensi
%Tingkat <80%
38.8% 53.0% 39.2% 36.8% 86.6%
Penerimaan
Kategori
Tingkat Kurang Kurang Kurang Kurang Baik
Penerimaan
xxxiv
Penggunaan Obat
Pada saat pengamatan, terdapat beberapa obat yang diresepkan
dokter. Berikut penjelasannya :
Tabel 4. Analisis Terapi Medis (19/10/2019)
Interaksi Obat
No. Terapi Medis Dosis Indikasi
dan Makanan
1 Asam 500 mg Obat untuk Obat ini
mefenamat @8jam mengobati sebaiknya
rasa sakit diminum
ringan hingga setelah makan
sedang atau bersama
makanan
2 Asam 1 gram Obat yang Obat ini dapat
tranexamat @8 jam digunakan dikonsumsi
untuk sebelum atau
mengurangi sesudag
atau makan
menghentikan
pendarahan.
3 Sukralfat 300 mg Obat yang Obat ini
@12 jam digunakan dikonsumsi
untuk saat sebelum
mengobati makan atau
dan saat keadaan
mencegah perut sedang
tukak kosong dan
lambung belum terisi
serta ulkus makanan, ±
duodenum dengan jangka
waktu 1 jam
sebelum
makan
4 Metoclopramide 5 mg @8 Obat yang Obat ini
jam digunakan diminum saat
untuk kondisi perut
meredakan kosong atau
xxxv
mual dan 30 menit
muntah sebelum
makan
5 Omeprazole 20mg @ Obat untuk
12 jam mengatasi
gangguan
lambung dan
mengurangi
produksi
asam di
lambung
xxxvi
(PD) Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Lab
19/10/2019 20/10/2019 dan Diagnostik
KU lemah KU lemah dalam Retno
Kesadaran composmentis Kesadaran composmentis Wahyuningsih.
Mual, muntah Mual, muntah
Nafsu makan berkurang Nafsu makan berkurang
Data Biokimia Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium tgl 18/10/2019 *Joyce Lefever
(BD) Jenis Hasil Kee, 1997.
Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Lab
HGB 7.94 g/dl 13.5-17.5 g/dl Rendah dan Diagnostik
MCV 85.62 fL 80-100 fL Normal dalam Retno
xxxvii
MCH 27.1 pg 26-34 pg Normal Wahyuningsih.
WBC 10.26 103/µL 4.1-11 103/µL Normal
PLT 20.9 103/µL 150-440 103/µL Rendah
HCT 25.08% 41-53% Rendah
BUN 40 mg/dl 8-23 mg/dl Tinggi
Kreatinin 9.36 mg/dl 0.70-1.30 Tinggi
mg/dl
Kalium 4.25 mmol/L 3.50-5.10 Normal
mmol/L
Asam urat 5.6 mg/dl 2.00-5.70 Normal
mg/dl
Penilaian :
1. Terjadinya penurunan kadar HGB dan HCT mengindikasikan
pasien mengalami anemia.
2. Peningkatan kadar BUN, Kreatinin mengindikasikan adanya
xxxviii
gagal fungsi ginjal.
xxxix
B. DIAGNOSIS GIZI
Identifikasi Rencana
PENGKAJIAN GIZI Diagnosis Gizi
Masalah Monev
RIWAYAT GIZI Asupan oral NI.2.1. Asupan oral (energi, protein, lemak Evaluasi
Setelah MRS (Energi, dan karbohidrat) tidak adekuat, berkaitan tingkat
Analisis Tingkat Penerimaan Makan Pasien Di Rumah Sakit (19- protein, lemak dengan nafsu makan menurun akibat rasa penerimaan
20/10/2019) dan mual, ditandai dengan asupan (energi makanan di
Energi Protein Lemak KH Fe karbohidrat) 38.8%, protein 53.0%, lemak 39.2% dan RS setiap hari
Parameter
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg) tidak adekuat karbohidrat 36.8%).
DIAGNOSA
NAMA dr. DPJP DIETISIEN DIET PERUBAHAN DIET
PENYAKIT
CKD Std V ec No On 1. Dr. I Made Siswadi 1. Ni Putu Anita Diet Gagal Ginjal
HD Reguler + Anemia Semadi. Sp.PD Candri, Amd.Gz dengan Dialisa
sedang N.N ec CKD + 2. dr IGN Agung
Multiple Renal Cyst Tresna Erawan.
Bilateral + AUB – L + MBiomed, Sp.PD
Tidak ada
Syndrome Dispepsia 3. dr. AAA Yuli
ec Gastropati NSAID Gayatri, Sp. PD
4. dr Made Bagus
Dwi Aryana,
Sp.OG (K)
9. Rencana Monitoring dan Evaluasi Gizi
Tabel 8. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Hari,
Tanggal CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
, Jam
Selasa, A:
22 1. Evaluasi sisa makanan (Comstock)
Oktober Energi Protein Lemak KH
Parameter
2019 (kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan
Pukul : 1279.1 48 35.9 192.4
Makan
05.00 – Kebutuhan 1764 60.4 49 270.3
% Tingkat
18.00 72.5% 79.4% 73.3%% 71.1%
Konsumsi
WITA Kategori
Tingkat Kurang Kurang Kurang Kurang
Konsumsi
Ada peningkatan asupan makan karena rasa mual pasien
mulai berkurang.
2. Perubahan diet : tidak ada.
BB : 57 kg
Tinggi Badan : 156 cm
BBI (WHO) : 50.4 kg
Status Gizi : 23.4 kg/m2 (Gizi Baik)
3. Data Biokimia
Jenis Hasil Nilai normal Keterangan
pemeriksaan pemeriksaan
LY % 8.56 % 13-40 % Rendah
RBC 3.26 10 /µL
6
4.10- 5.3 10 /µL
6
Rendah
HGB 9.38 g/dL 12.0-16.0 g/dL Rendah
HCT 27.89 % 36.0-49.0 % Rendah
BUN 38.40 mg/dl 8.0-23.0 mg/dl Tinggi
Kreatinin 9.76 mg/dl 0.50-0.90 mg/dl Tinggi
e-LFG 4.05 ≥90 Rendah
Kalium 4.10 mmol/L 3.50-5.10 Normal
mmol/L
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L Normal
4. Data fisik/klinis
Fisik
KU : Lemah
Kesadaran composmentis
Mual muntah berkurang
Nafsu makan menurun
Klinis
TD : 100/60 mmHg (Rendah)
RR : 20x/menit (Normal)
N : 80x/menit (Normal)
Suhu : 36oC (Normal)
D:
NI.2.1. Asupan oral (energi, protein, lemak dan karbohidrat) tidak
adekuat, berkaitan dengan nafsu makan menurun akibat rasa mual
dan muntah, ditandai dengan asupan (energi 72.5%, protein 79.4%,
lemak 73.3% dan karbohidrat 71.1%).
NC.2.2. NC.2.2. Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan
penyakit yang diderita pasien (CKD Std V ec No On HD Reguler +
Anemia sedang N.N ec CKD + Multiple Renal Cyst Bilateral + AUB –
L + Syndrome Dispepsia ec Gastropati NSAID) ditandai dengan nilai
lab kadar :
HGB 9.38 g/dL
BUN 38.40 mg/dL
Kreatinin 9,76 mg/dL
I:
Bentuk makanan : Nasi
Energi 1764 kkal
Protein 60.4 gram
Lemak 49 gram
Karbohidrat 270.3 gram
ME:
Memonitor asupan makan setiap hari
Perubahan berat badan
Perubahan nilai lab
Terapi diet dilanjutkan
Rabu, A:
23 1. Evaluasi sisa makanan (Comstock)
Oktober Energi Protein Lemak KH
Parameter
2019 (kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan
Pukul : 1703.9 60 49 253.7
Makan
05.00 – Kebutuhan 1764 60.4 49 270.3
% Tingkat
18.00 96.5% 99.3% 100% 93.9%
Konsumsi
WITA Kategori
Tingkat Baik Baik Baik Baik
Konsumsi
Ada peningkatan asupan makan karena nafsu makan pasien
yang membaik dan rasa mual yang berkurang
2. Perubahan diet : tidak ada.
BB : 57 kg
Tinggi Badan : 156 cm
BBI (WHO) : 50.4 kg
Status Gizi : 23.4 kg/m2 (Gizi Baik)
3. Data Biokimia
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
4. Data fisik/klinis
Fisik
KU : Lemah
Kesadaran composmentis
Nafsu makan mulai membaik
Klinis
TD : 110/70 mmHg (Normal)
RR : 20x/menit (Normal)
N : 84x/menit (Normal)
Suhu : 36oC (Normal)
D:
NC.2.2. NC.2.2. Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan
penyakit yang diderita pasien (CKD Std V ec No On HD Reguler +
Anemia sedang N.N ec CKD + Multiple Renal Cyst Bilateral + AUB –
L + Syndrome Dispepsia ec Gastropati NSAID) ditandai dengan nilai
lab kadar :
HGB 9.38 g/dL
BUN 38.40 mg/dL
Kreatinin 9,76 mg/dL
I:
Bentuk makanan : Nasi
Energi 1764 kkal
Protein 60.4 gram
Lemak 49 gram
Karbohidrat 270.3 gram
ME:
Memonitor asupan makan setiap hari
Perubahan berat badan
Perubahan nilai lab
Terapi diet dilanjutkan
Jumat, A:
25 1. Evaluasi sisa makanan (Comstock)
Oktober Energi Protein Lemak KH
Parameter
2019 (kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan 1764 60.4 49 270.3
Pukul : Makan
05.00 – Kebutuhan 1764 60.4 49 270.3
I:
Bentuk makanan : Nasi
Energi 1764kkal
Protein 60.4gram
Lemak 49 gram
Karbohidrat 270.3 gram
ME:
Memonitor asupan makan setiap hari
Perubahan berat badan
Perubahan nilai lab
Terapi diet dilanjutkan
B. Asupan Makan (Food Intake)
Hasil pengamatan daya terima pasien terhadap makanan yang diberikan di
rumah sakit selama intervensi dapat dilihat pada table berikut :
a) Pengamatan Hari ke-1
Tabel 9. Analisis Tingkat Konsumsi Makanan Pasien 22/10/2019
Dari hasil analisis asupan pada hari pertama diperoleh tingkat konsumsi
energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium dan kalium dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa asupan makanan pasien
mulai meningkat dari sebelum diberikannya intervensi, tetapi masih tetap dalam
kategori asupan kurang (<80%). Hal ini disebabkan oleh rasa mual yang masih
dirasakan sehingga asupan pasien kurang dari kebutuhan. Sedangkan untuk
konsumsi snack atau selingan berupa susu (nephrisol D) mencapai 100%.
b) Pengamatan Hari ke-2
Tabel 10. Analisis Tingkat Konsumsi Makanan Pasien 23/10/2019
1. Asupan Energi
2. Asupan Protein
Gambar 2. Grafik Asupan Protein
Berdasarkan grafik diatas, asupan protein pasien semakin meningkat
dimana pada hari pertama asupan protein pasien masih kurang dari 80%
hal ini disebabkan karena pasien belum mampu menghabiskan lauk hewani
dan nabati yang disajikan. Pada hari kedua dan ketiga asupan pasien mulai
mengalami peningkatan dan pasien mampu menghabiskan makanan yang
disajikan.
3. Asupan Lemak
6. Asupan Natrium
7. Asupan Kalium
Sebelum Sesudah
Analisa Zat Gizi Kategori Kategori
Intervensi Intervensi
Energi (kkal) 776.5 Kurang 1582.3 Baik
Protein (gram) 31.85 Kurang 56.13 Baik
Lemak (gram) 21.6 Kurang 44.6 Baik
Karbohidrat (gram) 116 Kurang 238.7 Baik
Fe (mg) 10.4 Kurang 13.3 Baik
C. Antropometri
D. Biokimia
Perkembangan pemeriksaan laboratorium pasien diperoleh dari buku
rekam medis. Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan hanya jika
diinstruksikan oleh dokter yang bertanggung jawab. Sebelum intervensi
(18/10/2019), nilai laboratorium terkait gizi yang menjadi sorotan adalah HGB,
HCT, BUN, Kreatinin, dan kalium. Pada akhir intervensi dilakukan pemeriksaan
lab pada (25/10/2019) berikut perbandingan nilai biokimia :
Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sebelum dan Sesudah Intervensi
Sebelum Sesudah
Jenis Nilai
Intervensi Ket. Intervensi Ket.
Pemeriksaan Normal
18/10/2019 25/10/2019
HGB 12-16 g/dL 7.94 g/dL Rendah 11.42 g/dL Rendah
BUN 8-23 mg/dL 40 mg/dL Tinggi 28.60 mg/dL Tinggi
Kreatinin 6-20 mg/dL 9.36 mg/dL Tinggi 6.77 mg/dL Tinggi
F. Edukasi
Hari terakhir intervensi dilakukan edukasi dan konseling kepada pasien
dan keluarga pasien mengenai diet gagal ginjal kronik dengan hemodialisa,
yang dimana adanya pembatasan cairan kepada pasien dikarenakan asupan
cairan yang melebihi kebutuhan cairan perhari untuk pasien yang dapat
memberatkan fungsi ginjal untuk memfiltrasi cairan dalam tubuh. Pembatasan
cairan dengan mengurangi rasa haus pada pasien dengan cara mengkonsumsi
air yang sudah di dinginkan agar menimbulkan rasa sejuk di dalam mulut. dan
mengunyah permen karet yang bebas gula. Semakin banyak mengkonsumsi
permen keras, maka semakin banyak jumlah ludah yang di produksi sehingga
dapat menghilangkan rasa haus. Media yang digunakan adalah leaflet. Setelah
pelaksanaan edukasi dan konseling, pasien dan keluarga pasien diberikan
pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan. Hasil menunjukkan bahwa
keluarga pasien dan keluarga pasien memahami materi yang diberikan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kebutuhan zat gizi pasien menggunakan perhitungan kebutuhan untuk
penderita gagal ginjal dengan dialisa.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010, Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media
Graha Ilmu.
Suryani, Isti., Isdiany, Nita dan GA Dewi Kusumayanti. 2018. Dietetik Penyakit Tidak
Protein
Waktu Menu Bahan Makanan Berat Energi Lemak KH Ca Fosfor Fe Na K
Hewani Nabati
makan pagi nasi putih Beras giling 75 270.0 0.0 5.1 0.5 59.2 4.5 105.0 0.6 3.8 75.0
ayam
50
krengsengan Ayam 151.0 9.1 0.0 12.5 0.0 7.0 100.0 0.8 50.0 175.0
Minyak kelapa 4 34.8 0.0 0.0 3.9 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0
tempe bumbu
40
tomat Tempe 59.6 0.0 7.3 1.6 5.1 51.6 61.6 4.0 0.0 0.0
Minyak kelapa 1 8.7 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
sup sayuran Sawi 50 11.0 0.0 1.2 0.2 2.0 110.0 19.0 1.5 5.9 183.7
Bayam 50 18.0 0.0 1.8 0.3 3.3 133.5 33.5 2.0 2.0 208.0
Sub Total 553.1 9.1 15.4 19.9 69.5 306.8 319.1 8.8 61.6 641.7
selingan pagi bolu Tepung terigu 10 36.5 0.0 0.9 0.1 7.7 1.6 10.6 0.1 0.2 40.0
Gula pasir 10 36.4 0.0 0.0 0.0 9.4 0.5 0.1 0.0 0.0 0.1
Telur ayam 10 16.2 1.3 0.0 1.2 0.1 5.4 18.0 0.3 15.8 17.8
Sub Total 89.1 1.3 0.9 1.3 17.2 7.5 28.7 0.4 16.0 57.9
Makan Siang nasi putih Beras giling 75 270.0 0.0 5.1 0.5 59.2 4.5 105.0 0.6 3.8 75.0
ayam krengsengan Ayam 50 151.0 9.1 0.0 12.5 0.0 7.0 100.0 0.8 50.0 175.0
Minyak kelapa 4 34.8 0.0 0.0 3.9 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0
tahu bumbu manis Tahu 40 27.2 0.0 3.1 1.8 0.6 49.6 25.2 0.3 4.8 60.4
Minyak kelapa 1 8.7 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
sup sayur Sawi 50 11.0 0.0 1.2 0.2 2.0 110.0 19.0 1.5 5.9 183.7
Bayam 50 18.0 0.0 1.8 0.3 3.3 133.5 33.5 2.0 2.0 208.0
Pepaya 100 46.0 0.0 0.5 0.0 12.2 23.0 12.0 1.7 4.0 221.0
Sub Total 566.7 9.1 11.7 20.2 77.3 327.8 294.7 6.8 70.4 923.1
Makan
75
Malam nasi putih Beras giling 270.0 0.0 5.1 0.5 59.2 4.5 105.0 0.6 3.8 75.0
ikan goreng Ikan segar 40 45.2 6.8 0.0 1.8 0.0 8.0 80.0 0.4 40.2 120.0
Minyak kelapa 1 8.7 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
tahu bumbu manis Tahu 40 27.2 0.0 3.1 1.8 0.6 49.6 25.2 0.3 4.8 60.4
Minyak kelapa 1 8.7 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
sup sayur Sawi 50 11.0 0.0 1.2 0.2 2.0 110.0 19.0 1.5 5.9 183.7
Bayam 50 18.0 0.0 1.8 0.3 3.3 133.5 33.5 2.0 2.0 208.0
apel Apel 100 58.0 0.0 0.3 0.4 14.9 6.0 10.0 10.3 2.0 130.0
Sub Total 504.8 6.8 11.7 7.3 94.9 317.7 282.7 25.3 60.6 907.1
Total 1713.7 66.0 48.7 258.8 959.7 925.2 41.2 208.7 2529.8
Bahan Protein
Waktu Menu Berat Energi Lemak KH Ca Fosfor Fe Na K
Makanan Hewani Nabati
makan
18.75
pagi nasi tim Beras giling 67.5 0.0 1.3 0.1 14.8 1.1 26.3 0.2 0.9 18.8
ayam
11.25
krengsengan Ayam 34.0 2.0 0.0 2.8 0.0 1.6 22.5 0.2 11.3 39.4
Minyak kelapa 0.5 4.4 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
sop kombinasi Kentang 2.5 2.1 0.0 0.1 0.0 0.5 0.3 1.4 0.0 0.2 9.9
Wortel 5 2.1 0.0 0.1 0.0 0.5 2.0 1.9 0.0 3.5 12.3
Buncis 5 1.8 0.0 0.1 0.0 0.4 3.3 2.2 0.1 1.8 3.9
Seledri 1.25 0.3 0.0 0.0 0.0 0.1 0.6 0.5 0.0 1.2 4.1
Minyak kelapa 0.5 4.4 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Sub Total 116.4 2.0 1.5 4.0 16.2 8.8 54.7 0.4 18.8 88.2
selingan
pagi Nephrisol D Nephrisol D 30 136 4.7 0 4.7 19.1 52.2 66 0 27 45
Sub Total 136.0 4.7 0.0 4.7 19.1 52.2 66.0 0.0 27.0 45.0
Makan
56.25
Siang nasi tim Beras giling 202.5 0.0 3.8 0.4 44.4 3.4 78.8 0.5 2.8 56.3
ikan bumbu
40
merah Ikan segar 45.2 6.8 0.0 1.8 0.0 8.0 80.0 0.4 40.2 120.0
Minyak kelapa 2.5 21.8 0.0 0.0 2.5 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0
tahu bumbu
30
asam manis Tahu 20.4 0.0 2.3 1.4 0.5 37.2 18.9 0.2 3.6 45.3
Wortel 15 6.3 0.0 0.2 0.0 1.4 5.9 5.6 0.1 10.5 36.8
Minyak kelapa 2 17.4 0.0 0.0 2.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0
sayur tumis Sawi 75 16.5 0.0 1.7 0.2 3.0 165.0 28.5 2.2 8.8 275.6
Minyak kelapa 2 17.4 0.0 0.0 2.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0
pepaya Pepaya 75 34.5 0.0 0.4 0.0 9.2 17.3 9.0 1.3 3.0 165.8
Sub Total 382.0 6.8 8.5 10.2 58.4 236.9 220.7 4.7 68.9 699.6
selingan
siang Nephrisol D Nephrisol D 30 136 4.7 0 4.7 19.1 52.2 66 0 27 45
Sub Total 136.0 4.7 0.0 4.7 19.1 52.2 66.0 0.0 27.0 45.0
Makan
75
Malam nasi tim Beras giling 270.0 0.0 5.1 0.5 59.2 4.5 105.0 0.6 3.8 75.0
telur bumbu
50
kuning Telur ayam 81.0 6.4 0.0 5.8 0.4 27.0 90.0 1.4 79.0 89.0
Kelapa
setengah tua, 15
daging 27.0 0.0 0.6 2.3 1.5 1.2 8.3 0.2 0.0 0.0
Tempe kedele
25
botok tempe murni 37.3 0.0 4.6 1.0 3.2 32.3 38.5 2.5 0.0 0.0
Kelapa muda
15
daging 10.2 0.0 0.2 0.1 2.1 1.1 4.5 1.5 0.0 0.0
Telur ayam 5 8.1 0.6 0.0 0.6 0.0 2.7 9.0 0.1 7.9 8.9
sayur tumis Kacang panjang 40 17.6 0.0 1.1 0.1 3.1 19.6 138.8 0.3 2.1 22.2
Tauge kacang
ijo 25 5.8 0.0 0.7 0.1 1.0 7.3 17.3 0.2 3.4 1.7
Minyak kelapa 2 17.4 0.0 0.0 2.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0
pepaya Pepaya 75 34.5 0.0 0.4 0.0 9.2 17.3 9.0 1.3 3.0 165.8
Sub Total 508.8 7.0 12.6 12.4 79.6 112.9 420.3 8.0 99.2 362.5
Total 1279.1 48.0 35.9 192.4 463.0 827.7 13.1 240.9 1240.3
MENU HARI KE-2
Bahan Protein
Waktu Menu Berat Energi Lemak KH Ca Fosfor Fe Na K
Makanan Hewani Nabati
makan
nasi Beras giling 75 270 0 5.1 0.5 59.2 4.5 105 0.6 3.8 75
pagi
ayam betutu Ayam 45 135.9 8.2 0 11.3 0 6.3 90 0.7 45 157.5
Minyak kelapa 1 8.7 0 0 1 0 0 0 0 0 0
sop sosis +
Sosis daging 8 36.2 1.2 0 3.4 0.2 2.2 4.9 0.1 0 0
kcg polong
Kacang
2 6.8 0 0.5 0 1.2 1.5 9 0.1 0 0
polong
Buncis 25 8.8 0 0.6 0.1 1.9 16.3 11 0.3 8.8 19.4
Lobak 25 4.8 0 0.2 0 1.1 8.8 6.5 0.2 0 0
Mie kering 11 37.1 0 0.9 1.3 5.5 5.4 5.2 0.3 0 0
Seledri 5 1 0 0.1 0 0.2 2.5 2 0.1 4.8 16.3
Sub Total 509.2 9.4 7.3 17.5 69.3 47.5 233.5 2.3 62.4 268.2
selingan
Nephrisol D Nephrisol D 30 136 4.7 0 4.7 19.1 52.2 66 0 27 45
pagi
Sub Total 136 4.7 0 4.7 19.1 52.2 66 0 27 45
Makan
nasi Beras giling 75 270 0 5.1 0.5 59.2 4.5 105 0.6 3.8 75
Siang
ayam bumbu
Ayam 40 120.8 7.3 0 10 0 5.6 80 0.6 40 140
merah
Minyak kelapa 1 8.7 0 0 1 0 0 0 0 0 0
tempe bumbu Tempe kedele
25 37.3 0 4.6 1 3.2 32.3 38.5 2.5 0 0
merah murni
Minyak kelapa 1 8.7 0 0 1 0 0 0 0 0 0
sayur cah Pokcoy 45 10.4 0 0.8 0.1 2 80.6 17.6 3.1 9.9 125.6
Wortel 35 14.7 0 0.4 0.1 3.3 13.7 13 0.3 24.5 85.8
Seledri 5 1 0 0.1 0 0.2 2.5 2 0.1 4.8 16.3
semangka Semangka 135 37.8 0 0.7 0.3 9.3 9.5 16.2 0.3 5.4 81.9
Sub Total 509.3 7.3 11.7 14 77.2 148 272.2 7.4 88.4 524.5
selingan
Nephrisol D Nephrisol D 30 136 4.7 0 4.7 19.1 52.2 66 0 27 45
siang
Sub Total 136 4.7 0 4.7 19.1 52.2 66 0 27 45
Makan
nasi Beras giling 75 270 0 5.1 0.5 59.2 4.5 105 0.6 3.8 75
Malam
telur bumbu
Telur ayam 50 81 6.4 0 5.8 0.4 27 90 1.4 79 89
rendang
Minyak kelapa 1 8.7 0 0 1 0 0 0 0 0 0
tum tahu Tahu 25 17 0 2 1.2 0.4 31 15.8 0.2 3 37.8
Telur ayam 5 8.1 0.6 0 0.6 0 2.7 9 0.1 7.9 8.9
sayur garang
Labu siam 65 16.9 0 0.4 0.1 4.4 9.1 16.3 0.3 0 0
asem
Kacang tolo 5 17.1 0 1.1 0.1 3.1 3.9 22.5 0.3 0 0
pepaya Pepaya 135 62.1 0 0.7 0 16.5 31.1 16.2 2.3 5.4 298.4
Sub Total 480.9 7 9.3 9.1 83.9 109 274.7 5.2 99.1 509
Total 1771.4 33.1 28.3 50 268.6 408.9 912.4 14.9 303.9 1391.7
1. 22 Oktober 2019
Makanan : 240 mg
Garam dapur : 5 gram x 1000 = 5000 gram x 0.393 = 1965 mg
Total : 240 mg + 1965 mg
: 2205.9 mg
2. 23 Oktober 2019
Makanan : 302.8 mg
Garam dapur : 5 gram x 1000 = 5000 x 0.393 = 1965 mg
Total : 302.8 mg + 1965 mg
: 2267.8 mg
3. 25 Oktober 2019
Makanan : 474 mg
Garam dapur : 5 gram x 1000 = 5000 gram x 0.393 = 1965 mg
: 474 mg + 1965 mg
: 2439 mg
1. Natrium
1000 = 500 L
x = 750 ml
x = 750000
500
= 1500 + 1000 mg
= 2500 mg
2. Kalium
1000 = 1000
x = 750 ml
x = 750.000
1000
= 750 + 2000 mg
= 2750 mg