Disusun Oleh:
MUHAMMAD AL-FATIH
(17/421378/KG/11187)
Dosen Pembimbing:
drg. Murti Indrastuti, M.Kes., Sp. Pros(K)
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
I. PENDAHULUAN
Gigi tiruan cekat (GTC) adalah protesa yang menggantikan gigi geligi yang hilang
dengan cara disemenkan pada gigi pegangan yang berupa gigi pasien yang masih ada,
sehingga tidak dapat dilepas oleh pasien (Grundy dan Jones, 1992). Indikasi GTC adalah
terdapat gigi penyangga yang sehat pada kedua sisi daerah tidak bergigi, indeks karies
rendah, keadaaan gingiva gigi penyangga sehat, keadaan tulang alveolar gigi penyangga
tidak mengalami atrofi, kesehatan dan kebersihan mulut baik, dan umur pasien dalam
rentang 20 sampai 55 tahun. Kontra indikasi pembuatan gigi tiruan cekat diantarnya adalah
memiliki daerah gigi yang hilang terlalu panjang, pasien muda dimana kamar pulpa masih
lebar, rampan karies, adanya penyakit periodontal yang parah pada gigi penyangga serta
kegoyahan, pasien tidak memperhatikan kebersihan mulut, resesi gingiva yang parah, dan
banyak kehilangan gigi pada lengkung rahang (Adenan, 2013). Menurut Rosenstiel et al.
(2001), apabila gigi yang hilang tidak digantikan maka dapat menimbulkan efek antara lain:
1. Supraoklusi gigi antagonisnya
2. Tilting gigi sebelahnya
3. Hilangnya kontak proksimal gigi
4. Gangguan oklusi dan gangguan kesehatan jaringan pendukung gigi
4. Connector/joint
Merupakan bagian dari GTC yang menghubungkan setiap unit dari GTC. Connector
dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic ataupun retainer dengan retainer.
Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan pelekatan kaku (rigid) atau yang
tidak kaku (non rigid) seperti kunci-kunci atau stress breaker (alat penyerap daya untuk
mengurangi beban yang harus dipikul abutment).
A. Identifikasi
Nama : Presty Dwi Fitriani
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Kricak Kidul, RT/RW 43/9, Tegalrejo, Yogyakarta
No. Rekam Medis : 145361
Tanggal Pemeriksaan : 3 November 2017
B. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang ke klinik untuk dibuatkan gigi tiruan yang tidak bisa dilepas
dan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan
CC : Gigi geraham kiri bawah telah dicabut dan ingin dibuatkan gigi tiruan
karena kurang nyaman saat mengunyah makanan.
PI : Saat ini tidak ada keluhan rasa sakit.
PDH :
a. Pernah mencabut gigi geraham kiri bawah ±2 tahun lalu tanpa
komplikasi.
b. Pernah menambal gigi geraham kedua kiri bawah ±3 tahun lalu
c. Pernah membersihkan karang gigi ±1 minggu lalu.
PMH :
a. Pasien sehat, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
b. Pasien alergi terhadap jati belanda
FH :
Ayah : sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Ibu : sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
C. Pemeriksaan Obyektif
a. Umum :
Jasmani : Sehat, tidak ada kelainan
Rohani : Komunikatif dan kooperatif
b. Lokal :
Ekstra oral :
Muka : Persegi, simetris
Profil : Cembung
Bibir : Sedang
Intra Oral :
Palatum : U, tinggi, tidak ada kelainan
Mukosa : Normal, tak ada kelainan
Gingiva : Normal, taka ada kelainan
Lidah : Makrogosis, tak ada kelainan
Frenulum : Normal, tak ada kelainan
Alveolus : Normal, tak ada kelainan
OH : baik
Oklusi : Kanan : Maloklusi Angle Klas II
c. Forlasi gigi :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
: Telah dicabut O : Gigi telah ditambal
: Karies
D. Klasifikasi
Klasifikasi : Rahang atas (-) ; Rahang bawah (Applegate Kennedy Klas VI modifikasi
1P)
F. Desain
Rahang atas :-
Rahang bawah : Gigi Tiruan Cekat fixed-fixed 3 unit bridge
IV. RENCANA PERAWATAN
Rencana perawatan : Pembuatan gigi tiruan cekat pada gigi 36 yang telah hilang.
Kunjungan I
1. Anamnesis, pemeriksaan objektif serta memberi penjelasan kepada pasien tentang
jalannya perawatan pembuatan gigi tiruan cekat
2. Persiapan-persiapan sebelum pembuatan gigi tiruan cekat meliputi:
- Pemeliharaan jaringan periodontal dengan melakukan scaling
- Melakukan penumpatan pada gigi yang mengalami karies
3. Ronsen foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
4. Indikasi dan pencetakan study model RA dan RB dengan menggunakan:
a) Sendok cetak : perforated stock tray no. 2
b) Bahan cetak : alginat (hydrocolloid impression material)
c) Metode : mukostatik
Tahap-tahap pencetakan:
1. Sendok cetak dicobakan pada pasien dengan dimodifikasi yaitu ditambahkan malam
pada akhiran sendok cetak agar seluruh bagian gigi geligi tercetak semua.
2. Bubuk alginat dicampur dengan air hingga terbentuk adonan dengan W/P = 1/2
3. Kemudian adonan diletakkan pada sendok cetak
4. Sendok cetak berisi adonan dimasukkan ke dalam mulut pasien, bibir pasien ditarik
dan pasien diminta untuk relaks.
5. Setelah setting, sendok cetak dikeluarkan dan diperiksa apakah ada kekurangan.
6. Setelah didapatkan cetakan negatif, cetakan negatif diisi dengan gips stone untuk
mendapatkan model studi
7. Kemudian model studi diboksing.
5. Simulasi preparasi GTC 3 unit
Study model dicetak kembali dan diisi dengan menggunakan stone gips, kemudian
dilakukan simulasi preparasi dengan menggunakan crownmess.
Kunjungan II (Preparasi Gigi Abutment)
Pasien kehilangan gigi 36 dan akan dibuatkan GTC tiga unit tipe fixed-fixed bridge.
Gigi 35 dan 37 dipilih sebagai gigi abutment. Gigi 35 dan gigi 37 akan dipreparasi mahkota
penuh (full veneer crown) menggunakan bur berkecepatan tinggi (high speed bur). Retainer
yang akan digunakan yaitu retainer tipe full veneer crown. Retainer terbuat dari bahan
porcelain fused to metal. Bentuk pontic yang digunakan adalah hygienic pontic. Sebelum
preparasi, dilakukan anestesi infiltrasi bukal dan lingual pada gigi yang akan dipreparasi
untuk mengurasi rasa linu yang mungkin timbul.
Preparasi Gigi 35
1. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk preparasi yaitu: fissure bur, tapered bur,
chamfer/ torpedo bur, round end tapered bur, round-edge wheel bur, sand paper disc,
dan handpiece
2. Sebelum dilakukan preparasi, dilakukan anestesi pada region rahang bawah kanan dengan
menggunakan larutan anestesi yang mengandung adrenalin.
3. Preparasi gigi 35 dengan tipe mahkota penuh terbuat dari porcelain fused to metal.
Pengurangan bagian oklusal
a) Menggunakan round edge wheel bur
b) Pengurangan dilakukan sebanyak 2 mm
c) Pengurangan bagian oklusal mengikuti bentuk permukaan oklusal dan
anatomi gigi
d) Pengurangan permukaan oklusal dapat dilakukan dengan membuat lubang-
lubang pedoman (depth gauge holes) sesuai dengan kedalaman yang sudah
direncanakan yaitu 2 mm
e) Memeriksa jarak dengan gigi antagonis
Pengurangan tonjol palatinal
a. Menggunakan round-end tapered diamond bur
b. Posisi bur seperti pada pembuatan bevel
Pengurangan permukaan bagian bukal dan palatinal
a. Menggunakan torpedo diamond atau tapered diamond bur
b. Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan
interproksimal (interproximal embrassure), jangan sampai mengenai gigi
tetangganya
c. Pemotongan dilakukan secara sejajar atau sedikit miring ke arah oklusal
sebesar 60
d. Finishing line dibuat chamfer
Pengurangan bagian proksimal
a. Menggunakan torpedo diamond atau tapered diamond bur
b. Merupakan perluasan dari pengurangan permukaan bukal dan palatinal
c. Finishing line berupa chamfer
4. Pembuatan bevel dan penyelesaian hasil preparasi
a. Pada bucco-oclusal line angle dibuat slice bevel
b. Finish line membentuk chamfer dan terletak di subgingiva
c. Menghaluskan semua sudut yang runcing dengan menggunakan sand paper
disc
Preparasi Gigi 37
1. Pengurangan bagian oklusal
a. Menggunakan round-end tapered atau round-edge wheel bur
b. Dikurangi 1,5-2 mm sesuai bentuk anatomi permukaan oklusal
c. Memeriksa jarak terhadap gigi antagonis
2. Pengurangan bevel pada bucco-occlusal line angle
a. Menggunakan round-end tapered diamond bur
3. Pengurangan bagian bukal dan palatinal
a. Menggunakan torpedo atau tapered bur
b. Bur diletakkan secara mendatar pada permukaan gigi yang dipreparasi
c. Daerah finish line dibuat chamfer
4. Pengurangan bagian proksimal
a. Menggunakan tapered dan torpedo bur
b. Pemotongan dilakukan secara sejajar atau paralel antara dinding proksimal
sebelah mesial dan distal, atau sedikit menutup ke arah oklusal sebesar ±6o
5. Penyelesaian dan penghalusan hasil preparasi
a. Menggunakan torpedo bur atau sand papper disc
b. Sudut-sudut aksial ditumpulkan dengan menggunakan torpedo bur
c. Seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata, dan undercut dihilangkan
untuk memperoleh hasil preparasi yang halus
Pengurangan 35 :
Oklusal : 1,5 – 2 mm
Bukal : 0,5 – 1 mm
Lingual : 0,5 – 1 mm
Mesial : 1 – 1,5 mm
Distal : 1 – 1,5 mm
Pengurangan 37 :
Oklusal : 1,5 – 2 mm
Bukal : 0,5 – 1 mm
Lingual : 0,5 – 1 mm
Proksimal : Mesial : 1 – 1,5 mm
Distal : 1 – 1,5 mm
Pembuatan Model Kerja
Setelah preparasi gigi 35 dan gigi 37, model kerja dibuat dengan menggunakan:
a. Sendok cetak : perforated stock tray no. 2
b. Bahan cetak : Elastomer (Aquasyl)
c. Metode : double impression
d. Cara mencetak : mukostatik
Bahan cetak putty yang terdiri dari base (biru) dan katalis (abu-abu) dengan
perbandingan 1:1 diaduk kemudian setelah mencapai konsistensi tertentu, bahan cetak yang
telah diletakkan di sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien hingga setting. Pada
hasil cetakan, daerah interdental dan gigi yang dipreparasi dikurangi. Bahan cetak injection
yang terdiri dari base (kuning) dan katalis (merah) dengan perbandingan 1:1 diaduk di atas
glass plate. Setelah mencapai konsistensi tertentu, bahan cetak dimasukkan kembali serta
dipaskan dalam mulut pasien kemudian ditekan pada daerah gigi yang dipreparasi. Setelah
bahan cetak setting, sendok cetak dikeluarkan dari mulut pasien. Hasil cetakan diisi dengan
glass stone. Selanjutnya model kerja dikirim ke laboratorium untuk pemrosesan gigi tiruan
cekat.
Kunjungan IV (Insersi)
Pada kunjungan IV dilakukan pemeriksaan subyektif, yaitu apakah terdapat keluhan
dari pasien setelah GTC dipasang dan digunakan selama 1 minggu. Pemeriksaan obyektif
juga dilakukan, yaitu untuk melihat keadaan jaringan lunak di sekitar daerah GTC. Apabila
tidak terdapat keluhan dari pasien dan gingiva normal, maka dilakukan penyemenan GTC
secara permanen dengan tahapan sebagai berikut:
1. Dinding bagian dalam GTC dibersihkan dan disterilkan dengan alkohol lalu
dikeringkan, gigi yang akan dipasangi GTC juga dikeringkan. Semen permanen
(semen ionomer kaca Tipe 1) diaduk sesuai dengan konsistensi luting dan dioleskan
pada gigi yang dipreparasi serta bagian dalam GTC kecuali pada bagian oklusal.
2. GTC dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan pada permukaan
oklusal GTC dan pasien diinstruksikan untuk menggigit selama beberapa menit.
3. Dilakukan pemeriksaan oklusi dan estetis.
4. Diberikan instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan menghindari
makanan keras terlebih dahulu. Apabila terdapat keluhan seperti rasa sakit
maka segera dilakukan kontrol.
Kunjungan V (Kontrol)
Pemeriksaan subyektif : Menanyakan apakah terdapat keluhan dari pasien setelah
GTC dipasang dan digunakan.
Pemeriksaan obyektif : Melihat keadaan jaringan lunak disekitar daerah GTC,
retensi, dan oklusi pasien.
V. DISKUSI
GTC pada kasus ini adalah GTC 3 unit yang terdiri dari satu buah pontik dan dua
buah retainer yang dihubungkan secara rigid oleh konektor (fixed-fixed bridge). Gigi
abutment dipreparasi full crown yang diharapkan mampu mengatasi daya kunyah yang besar.
Desain pontik yang digunakan pada GTC ini adalah tipe hygiene pontic dimana pontik jenis
ini tidak menempel pada edentulous ridge sehingga menjamin self cleansing.
GTC dibuat dari bahan Porcelain Fused to Metal (PFM). Metal yang digunakan pada
umumnya adalah alloy nickel-chromium. Keuntungan penggunaan porselin yaitu:
1. Menciptakan estetis yang baik karena porselin sangat translusen (terlihat seperti struktur
gigi asli)
2. Mempunyai respon yang baik terhadap gingiva (margin gingiva dan subgingiva)
VI. PROGNOSIS
23
DAFTAR PUSTAKA
Barclay., C. W., dan Walmsley, A. D., 2001, Fixed and Removable Prosthodontic, Harcourt
Publisher, Edinburgh
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger, Philadelphia.
Grundy, J. R., dan Jones, J. G., 1992, A Colour Atlas of Clinical Operative Dentistry Crown
and Bridges, 2nd ed., Wolfe Publishing Ltd., Aylesbury.
Johnson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB Saunders,
Philadelpia.
Martanto, P., 1981, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota & Jembatan Fixed Partial
Prosthodontics, Bandung: Penerbit Alumni.
Nallaswamy, D., Ramalingam, K., dan Bhat, V., 2003, Textbook of Prosthodontics, Jaypee
Brothers Medical Publishers, New Delhi.
Rosenstiel, S. F., Land, M. F., Fujimoto, J., 1988, Contemporary Fixed Prosthodontics, 1st
Ed, The C. V. Mosby Company, St Louis.
Soratur, S.H., 2006, Essentials of Prosthodontics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New
Delhi.
24