Anda di halaman 1dari 18

NAMA

: MUHAMMAD TAUFIK AKBAR

NIM

: I1D115024
GIC (GLASS IONOMER CEMENT)

PENDAHULUAN

A. Sejarah
Material restoratif ionomer kaca sudah ada sejak awal tahun 1970an, Semen
ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang
merupakan turunan dari semen silikat dan semen-semen polikarboksilat. Polikarboksilat
telah berkembang beberapa tahun lebih awal dan adalah sebagai semen kedokteran gigi
yang pertama dan dapat menunjukkan ciri perlekatan ke substansi gigi. Semua material
ini dengan cepat mencapai popularitasnya sebagai semen luting atau perekat, tetapi tidak
dapat digunakan sebagai suatu bahan restoratif, karena solubilitasnya tinggi, sifat-sifat
mekanikalnya buruk, dan penampilan yang tidak dapat diterima disebabkan oleh adanya
residu opak dari oksida seng. Kemudian dengan cepat ditemukan bahwa jika oksida seng
dari material polikarboksilat digantikan dengan suatu materi kaca yang melepaskan ionion reaktif yang sama dengan yang baru-baru ini digunakan dalam semen silikat, dapat di
produksi suatu semen yang lebih kuat, kurang larut, dan lebih translusen.(2,6)
B. Pengertian
GIC sebuah semen di kedokteran gigi, Semen adalah suatu substansi atau bahan
ketika mengeras bahan tersebut berfungsi sebagai basis, liner, bahan tumpatan, maupun
sebagai bahan perekat antara gigi dengan gigi tiruan, juga sebagai material restorasi
adhesive, dan biasanya terbuat dari calcium, strontium aluminosilicate glass base (bubuk)
yang dikombinasikan dengan water-soluble polymer (asam poliakrilat). Ada dua sifat
utama Semen Ionomer Kaca yang menjadikan bahan ini diterima sebagai salah satu
bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada enamel dan dentin dank
arena kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu karakteristik dari Semen
Ionomer Kaca adalah kemampuannya untuk berikatan secara kimiawi dengan jaringan
mineralisasi melalui mekanisme pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur
gigi terjadi oleh karena adanya peristiwa difusi dan absorbs yang dimulai ketika bahan

berkontak dengan jaringan gigi. Beberapa penelitian telah membuktikan sifat


antikariogenik Semen Ionomer Kaca dalam melawan kariogenik. Penelitian yang
dilakukan oleh Forss membuktikan bahwa ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas
tetapi juga aluminium, sodium, kalsium dan strontium.(2,3)
Material ini dapat tersedia sebagai suatu bubuk dan liquid, atau sebagai bubuk
yang dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan
cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen
ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan
baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis,
Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat kaca
dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan
restorasi, Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi
untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding
agent pada resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran
partikel gelas Semen ionomer kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 m sebagai bahan restorasi
dan sekitar 20 m sebagai bahan luting.(9)
C. Komposisi
Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah
dilakukan manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih tinggi
pada semen silikat.(1)
b. Komposisi Cair
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam
poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi
kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel.(1)
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat
peningkatan yang berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak

mengendung asam tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak
menunjukkan kenaikan kekentalan.(1)
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan
memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen
tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagai
ion-ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki partikel kaca yang akan
membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang
dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca
lapisan luar membentuk lapisan.(1)
Compound

Composition A(wt%)

Composition B(wt%)

SiO2

41.9

35.2

Al2O3

28.6

20.1

AlF3

1.6

2.4

CaF2

15.6

20.1

NaF

9.3

3.6

AlPO4

3.8

12.8

PEMBAHASAN
GIC sebuah semen di kedokteran gigi, Semen adalah suatu substansi atau bahan
ketika mengeras bahan tersebut berfungsi sebagai basis, liner, bahan tumpatan, maupun

sebagai bahan perekat antara gigi dengan gigi tiruan, juga sebagai material restorasi
adhesive, dan biasanya terbuat dari calcium, strontium aluminosilicate glass base (bubuk)
yang dikombinasikan dengan water-soluble polymer (asam poliakrilat).(2)
a. Beberapa jenis GIC
- Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari
prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer
kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan
kekuatan perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian
berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh
mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yanglebih baik. Penggunaan semen
ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan
restoratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas II karena sifatnya yang berikatan
secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga
baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan
sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan
anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan
klas IV karena sampaisaat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap
keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit.(7)
GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan
Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen
kaca yang biasanya adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur
terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga
terjadi pengentalan sampai semen mengeras. Ini dapat dijadikan sebagai bubuk kaca yang
melepaskan ion dan larut dengan campuranyang mengandung asam polyacrilic cair dengan
dikeringkan melalui pembekuan untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat
menanbahkan sedikit asam tartaric pada air yang dapat memperkirakan reaksi
pengerasan yang lebih tepat.(5)
- Semen Ionomer Hybrid
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable fluoroaluminosilicatedan
inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan biasanyaterdiri
dari air dan asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang dimodifikasidengan

monomer methacrylate hydroxyethyl methacrylate. Komponen yang duaterakhir


bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi
melalui polimerisasi dari gugus methacrylate. Reaksi asam basayang lambat pada
akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan yangunik dan kekuatan
akhir. Kandungan air secara keseluruhan lebih sedikit untuk tipe ini untuk menampung
bahan yang berpolimerisas.(5)
Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini
karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan
matrix

resin

yang

mengeras. Tes

in

vitro

dari

semen

ionomer

hibrid

melepaskanflorida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan semen


ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi
dariionomer

kaca

konvensional.

Peningkatan

ini

di

akibatkan

oleh

moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak
yangdapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit
untuk dibandingkan karena formulasi bahan dan cara pengetesan.(6)
Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama denganionomer
kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit diharapkan karenaadanya
pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca denganmodifikasi resin;
namun bagaimanapun kekuatan ikat pada struktur gigi bisa lebihtinggi dari semen
ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional
maka ionomer kaca dengan modifikasi resin memperlihatkankekuatan ikat yang lebih
tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini sepertinya dikontrol oleh gugus fungsi non
polimerisasi residu didalam semen ionomer kacakonvensional. Akibat polimerisasi,
bahan ini seharusnya memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras.
Lebih sedikitnya kandungan air danasam karboksilat juga mengurangi kemampuan
semen untuk membasahi substratgigi, yang dimana akan meningkatkan kebocoran
micro dibandingkan semenionomer kaca konvensional.(1)
Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan ionomer
kaca konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus dilakukan,seperti
penggunaan kalsium hoidroksida untuk preparasi yang dalam. Peningkatan suhu
sementara yang berhubungan dengan proses polimerisasi juga menjadi pertimbangan.
(5)

Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga dapat
digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners lebih rendah
dari pada semen restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer
kaca adalah untuk bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi
komposit. Karena adanya adhesi pada dentin, maka kemungkinan dari formasi celah
pada tepi ginggival yang terletak pada dentin,sementum atau keduanya disebabkan
oleh penyusutan polimerisasi dari resin.(6)
Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang menjamin ikatan adhesive,
mengurangi sensitivitas tekhnik dan membentuk mekanisme anti kariogenik melalui
pelepasan florida. Ketika digunakan pada keadaan ini, prosedur yang lebih di
anjurkan adalah tekhik sandwich. Tekhnik ini memberikan keuntungan berupa
kualitas yang diinginkan dari ionomer kaca yang memberikanestetika dari restorasi
komposit. Tekhnik sandwich di rekomendasikan untuk restorasi komposit kelas 2 dan
5 ketika pasien individual memiliki resiko karies yang tinggi. Hal tersebut berlaku
untuk formulasi semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca hibrid
like-curable.(6)
- Semen Ionomer Tri-cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang dimodifikasi polyacid
tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan
didalam kantong anti air. Pengerasan di awali oleh foto polimerisasi dari monomer
asam yang menghasil bahan yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah
di pasang menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara gugus
fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate. Reaksi asam basa yang di
induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak adanya air dalam formulasi,
pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan
hibrid. Sehingga dentin-bondingagent yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang
digunakan sebagai bahan restorasi.(5)
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari bubuk dan cairan
atu yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer untuk penerapan
luting(luting application). Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum
fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairanya
terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa berpolimerisasi,

monomer multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan yang berbentuk pasta memilki
bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan cairan.Karena adanya air di dalam
cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive danreaksi asam basa dimulai pada saat
pengadukan.(6)
Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang yangsama
dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent. Meskipun kompomer
satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan rendah,
data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas
kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca atau komposit resin.(6)
- Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan
gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan
dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada 2
metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah mencampur bubuk logam
campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk glass ionomer tipe II. Semen
ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur bubuk kaca
dengan partikel perak dengan menggunakan pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut
sebagai cermet. Mikrograf skening electron dari bubuk cermet menunjukan partikelpartikel bubuk perak melekat ke permukaan dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah
dari fluoride yang dilepaskan dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar.
Namun, fluoride yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang
dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel
kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan
melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini
menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak
terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk
pertukaran cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk
pelepasan fluoride.(1)
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi anti-kariesnya,
semen-semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang
terbatas sebagai alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior.
Meskipun demikian, bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan sebagai bahan yang

rapuh. Karena alas an inilah penggunaan bahan tersebut umumnya terbatas pada
restorasi konservatif dan umumnya kelas I.(6)
Semen-semen ini mengeras dengan

cepat

sehingga

dapat

menerima

tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat. Bersamaan dengan potensi
adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen tersebut
digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan
mahkota cor penuh. Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya
yang rapuh, sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya
tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan semen adalah lebih besar 40%
dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digunakan pasak atau retensi bentuk
lainnya.(5)
b. Tipe-tipe GIC
a. Type I Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara
kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang
diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya
sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya
kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit
atau onlay.(4)

b. Type II Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK
juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi
servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat
gigi yang terlalu keras.(4)
c. Type III Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit
sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat
untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada

matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang


nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel.(1)
d. Type IV Fissure Sealants
Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan
dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi
posterior yang sempit.(8)
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit.
Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung
ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan
demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik
karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji klinis
menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti
antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif.(8)
f. Type VI Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik
dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet,
Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah populer.
Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani
daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang
menganggapSIK

tidak

cukup

kuat

untuk

menopang

inti

(core).

Maka

direkomendasikan bahwagigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika


menggunakan SIK.(8)
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK
dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau
tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu
tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan
fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari
resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama
24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih
tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor.(4)
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)

ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegaranegara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk
tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat
tangan sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan
menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa
direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan
beban fungsional.(4)
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca
dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan
SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta
memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan
keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan
tinjauanklinis lebih lanjut.(4)

c. Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca


Sebelum mengaplikasikan bahan GIC seorang operator harus mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari bahan yang akan digunakan agar nantinya dapat
dipertimbangkan bahan yang cocok untuk diaplikasikan pada kavitas. Adapun
kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi GIC adalah sebagai berikut :
kelebihan:
1) Potensi antikariogenik
2) Translusen
3) Biokompatibel
4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi
5) Sifat fisik yang stabil
6) Mudah dimanipulasi.(4)
Kekurangan :
1) Water in and water out

2) Compressive strenght kurang baik


3) Resistensi terhadap abrasi menurun
4) Estetik kurang baik
5) Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dengan gigi asli.(4)
Indikasi:
1. Lesi erosi servikal
2. Sebagai bahan perekat atau luting
3. Dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin pada
kasus kelas I, II, III, V
4. Sebagai fissure sealent untuk fissure dan pit yang dalam
5. Restorasi gigi susu
6. Untuk perawatan pasien yang mengalami trauma fraktur(4)
Kontraindikasi:
1. Tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan pelapis
kalsium hidroksida
2. Lesi erosi yang dangkal
3. Kontrol kekeringan daerah kerja susah didapatkan
4. Melekat secara kimia dengan struktur gigi estetik kurang baik
5.
Restorasi kelas IV(4)

d. Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca


Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan
permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah
ion.(1)
SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling
overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi
ionisasiradikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (asam
poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama
kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+ dan
Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali
hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion
Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC.

Semakin besar rasio bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin
besar.(1)
Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi.
Secarafisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan
padafase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke
gigitersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan
ionini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks poliasambebas
bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu berikatan dengan strukturgigi atau
struktur lainnya.(1)
Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi
5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-ion kalsium
yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik
yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini
mobilitas rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal
matriks ionomer. Selama fase hidrogel berlangsung, permukaan SIK harus dilindungi
dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan
rantai poliasam polianionik mudah larut dalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka
ikatan silang ionik yang mudah larut tersebut akan melemahkan SIK secara
keseluruhan dan terjadi penurunan derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi
estetika.(1)
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitas
tersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antara filler
kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akan menghilang selama
reaksi pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi
ketika SIK mencapai pengerasan akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan.
Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion aluminium, yang
pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam campuran semen
membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih
kaku.(1)
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi,
disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama

dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan


opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa
gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang
telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitu kaca pengisi, gel
silika, dan matriks poliasam.(1)
e. Mekanisme Polimerisasi
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer dicampurkan, cairan asam akan
memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan
semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium,
sodium sebagai ion-ion flouride pada bubuk akan semen ionomer kaca akan
memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (Ca 2+) kemudian ion
aluminium (Al3+) dan garam flour yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies
sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan.
Pembentukan ikatan silang antara Ca2+ dan Al3+ menghasilkan polimerisasi. Ion Ca2+
berperan pada awal pengerasan dan ion Al3+ berperan pada pengerasan selanjutnya.
Terdapat tiga tahap dalam reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu sebagai
berikut:
a. Dissolution
Pada saat pencampuran powder dan liquid,terjadi penetrasi ion hidrogen dari
cairan asam ke permukaan partikel bubuk. Terdekomposisinya 20-30% partikel glass
dan lepasnya ion-ion dari partikel glass (kalsium, stronsium, dan aluminium) akibat
serangan polyacid (terbentuk cement sol).(1,4)
b. Gelation/hardening
Ion-ion kalsium, stronsium, dan aluminium terikat pada polianion pada grup
polikarboksilat. 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium
(fragile & highly soluble in water). Air terikat secara longgar kemudian perlahanlahan menghidrasi matriks ikatan silang. Pada saat ini, semen sensitif terhadap air.
Bila terkontaminasi air akan terlihat buram, dapat melarutkan kation pembentuk
matriks sehingga semen menjadi lemah dan mudah larut. 24 jam setelah
pencampuran, maka aluminium akan terikat pada matriks semen dan membentuk
rantai aluminium (strong & insoluble). Secara perlahan-lahan meningkatkan ikatan

silang dengan gugus karboksil menjadi lebih rigid, semen menjadi lebih kaku. Ion
natrium sebagian ada yang berkontribusi dalam pembentukan partikel glass.
Bersamaan dengan kenaikan pH, akan berubah menjadi gel silika yang melekatkan
powder dengan matriks. Sebagian lagi bergabung dengan ion flour menyebar rata di
dalam semen yang mengeras.(2,8)
c. Hydration of salts
Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan
meningkatkan sifat fisik dari semen ionomer kaca. Air yang tadinya terikat secara
longgar perlaham-lahan menghidrasi matriks ikatan silang sehingga meningkatkan
kekuatan semen dan struktur gel yang stabil (air terikat secara erat). Saat setting,
struktur GIC terdiri dari partikel kaca yang unreacted dikelilingi gel silika
(melekatkan partikel kaca dengan matriks) dan matriks Ca2+ dan Al3+ membentuk
poligaram dengan gugus COO- dari asam poliakrilat dan membentuk ikatan silang.
Gugus karboksil (COO-) bereaksi dengan kalsium dari email dan dentin menghasilkan
adhesi semen pada gigi.(1)
Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko
kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion
kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari
semen ionomer kaca.(4)
f. Adhesi
adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan
yang berkontak. Semen ionomer memiliki gugus karboksil sehingga membentuk
ikatan hidrogen yg kuat. Sehingga memungkinkan semen untuk membasahi, adaptasi,
dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca dengan email
dua kali lebih besar dibandingkan ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur
anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis. Ikatan bahan ini
dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan kavitas dari pelikel dan
debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah ikatan semen
ionomer kaca.(1,10)
f. Prinsip preparasi gigi GIC
Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC meliputi 7 prinsip yaitu :
Outline Form
Resistance Form

Retention Form
Removal of caries
Finishing of the enamel wall
Convinience Form
Cavity toilet
Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai

pulpa, sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua.
Apabila terjadi keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang sesuai
takaran ke dalam kavitas yang sudah di preparasi preparasi.
1. Outline form
Yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi.
Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan dovetail dengan
cara mengambil sedikit jaringan sehat sekitarnya. Untuk kelas V sendiri mengambil
jaringan karies disertai pengambilan sedikit jaringan sehat biasanya berbentuk seperti
ginjal.
2. Resistance form
adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang tepat
sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai tempat
penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur.
3. Retention form
adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau
hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi
berhubungan dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari retention
form bermacam-macam tergantung dari bahan material yang digunakan. Restorasi
Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul
antara material dan gigi yang dikondisikan.
4. Removal of caries
merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada dinding
kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb jika terjadi
kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan dapat
menimbulkan gejala sakit dan masalah endodontik
5. Finishing of the enamel wall
merupakan Suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk dinding enamel
margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak marginal serta adaptasi
tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas menggunakan fine

finishing bur sampai halus dan rata. Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir
bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten
carbide dan karet abrasif dengan kecepatan rendah.
6. Convenience form
dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa untuk mempermudah
pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke \dalam kavitas. Convenience
form dapat diperoleh dengan cara :
Memperluas preparasi kavitas
Pemilihan alat yg dapat memudahkan pekerjaan
Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva.
7. Toilet of the cavity
merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas yang bertujuan untuk
membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat,
menggunakan cleanser cavity atau aquadest.(7)
g. Manipulasi Semen Ionomer Kaca
Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisikondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan harus
bersih dan kering, (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk dapat
melapisi seluruh permukaan yang bergelombang dan dudukan prostesis, (3) semen yang berlebih
harus dikeluarkan pada waktu yang tepat, (4) permukaan harus selesai tanpa
pengeringan yang berlebihan, dan (5) perlindungan permukaan restorasi harus
dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi. Kondisi-kondisi ini serupa untuk
aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan. (1)
Semen Ionomer Kaca merupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di dalam
botol atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum pengeluaran.
Bubuk dan cairan dikeluarkan pada paper pad atau glass slab. Bubuk dibagi menjadi dua
bagian yang sama. Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam
cairan sebelum bagian berikutnya ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga
60 detik, tergantung pada produk. Semen digunakan segera karena working time
setelah pencampuran sekitar 2 menit pada 22oC. Pendinginan mixing slab
memperlambat setting reaction dan memberikan tambahan working time. Semen tidak
boleh digunakan dalam bentuk kulit pada permukaan atau ketika konsistensi terasa

menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air selama aplikasi ruangan harus diisolasi
sepenuhnya. Semen set di dalam mulut sekitar 7 menit dari awal pencampuran.(9)
DAFTAR PUSTAKA

1. Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips Science of Dental Materials 11th Edition. Saunders
Company, Pennsylvania.
2. John F McCabe, Angus W.G.walls.2014. Bahan Kedokteran Gigi : EGC.
3. Batubara, F. 2011. Klasifikasi dan Evaluasi Klinis GIC. Medan : USU.
4. Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties
and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.
5. Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials 3rd
Edition.
6. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.Van Noort, Richard. 2007. Introduction to
Dental Materials 3rd Ed. China : Mosby, Elsevier.
7. McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental
Blackwell

Materials 9th Edition.

Publishing, Oxford.

8. Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th
edition. Missouri : Mosby.
9. Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th edition. Missouri :
Mosby Inc.

10. Mahesh Singh, P .Suresh, J .Sandhyarani, J .Sravanthi . Glass Ionomer


Cements (GIC) In Dentistry. International Journal of Plant, Animal, and
Environmental Science. March-May 2011: Vol. 1, No. 1

Anda mungkin juga menyukai