Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TUTORIAL

Saya Kesulitan Mengunyah Pasca Kecelakaan

Tutor:

Tutor:
Dr. drg. Maharani Laillyza Apriasari, Sp. PM

Disusun Oleh Kelompok 2:

Yenny Salmah I1D115042

Jahratun Nisa I1D115017

Qariatul Hasnah I1D115032

Nida Aulia I1D115031

Rani Lestari Yunita N. I1D115034

M. Taufik Akbar I1D115024

Raudatul Izzah I1D115035

Kurnia Fatwati I1D115222

Nur Aprilyani I1D115231

Dita Puspita Sari I1D115051

Dini Maulidia Yulia A, N. I1D115208

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
lah maka penyusun dapat menyelesaikan makalah tutorial yang berjudul
”Saya Kesulitan Mengunyah Pasca Kecelakaan” dengan tutor Dr. drg.
Maharani Laillyza Apriasari, Sp. PM.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam menyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Dr. drg. Maharani Laillyza Apriasari, Sp. PM. selaku tutor yang
membimbing kami sehingga tutorial berjalan baik dan lancar.

Pembuatan makalah ini bertujuan memenuhi tugas tutorial. Dengan


selesainya makalah ini semoga dapat menjadi referensi baik pada institusi
pendidikan dokter gigi guna kelancaran kegiatan belajar mengajar. Penyusun
menyadari keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait kajian dalam
makalah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, Februari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1.1 Skenario .................................................................................................... 2
1.2 Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing ................................................. 2
1.4 Analisis Masalah ...................................................................................... 2
1.5 Problem Tree ............................................................................................ 3
1.6 Sasaran Belajar ......................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
2.1 Anatomi Mandibula dan TMJ .................................................................. 5
2.2 Definisi Fraktur Mandibula ...................................................................... 6
2.3 Etiologi Fraktur Mandibula ...................................................................... 6
2.4 Epidemiologi Fraktur Mandibula ............................................................. 6
2.5 Biomekanika Fraktur Mandibula.............................................................. 8
2.6 Klasifikasi Fraktur Mandibula................................................................ 11
2.7 Gejala Klinis Fraktur Mandibula ............................................................ 12
2.8 Pemeriksaan Penunjang Fraktur Mandibula........................................... 13
2.9 Penatalaksanaan Fraktur Mandibula....................................................... 14
2.10 Komplikasi Fraktur Mandibula .............................................................. 15
2.11 Prognosis Fraktur Mandibula ................................................................. 16
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
3.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Saya Kesulitan Mengunyah Pasca Kecelakaan

Pasien datang dengan keluhan terasa ada hambatan saat membuka mulut dan
timbul nyeri pada daerah dekat telinga kiri saat membuka mulut disertai
perubahan gigitan terbuka disisi sebelah kiri. Pasien mengalami hal tersebut sejak
1 minggu yang lalu setelah terjatuh dari sepeda motor dan terbentur pada dagu
bawah sebelah kanan. Pasien juga mengeluh tidak dapat menggerakkan rahang
bawah ke kanan

1.2 Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing


-

1.3 Analisis Masalah


1. Apa penanganan pertama pada kasus ini ?
Rahangnya diminta istirahat, meminimalisir membuka dan menutup
mulut, instruksikan pasien jangan stress karena akan berpengaruh pada
otot kepala dan leher, dilakukan splinting oklusal
2. Diagnosis pada scenario di atas ?
Diagnosis dari scenario di atas adalah fraktur mandibular, tetapi frakturnya
tergantung di sisi mana yang terjadi.
3. Diagnosis banding pada scenario ?
TMD (sb)
4. Dampak bila tidak dilakukan penanganan ?
Malnutrisi ; karena berpengaruh pada system pencernaan dikarenakan
sulitnya melakukan pengunyahan. Sulit untuk berbicara, dan terjadinya
pembengkakan.
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?
Pemeriksaan radiografi
6. Mengapa terjadi gigitan disebelah kiri ?
Karena efek dari sumbu aksial, dan beban sebelah kanan akan bertumpu ke
sebelah kiri
7. Anatomi yang terlibat pada trauma ?
Ramus mandibular, condilus coronoideus, os mandibular, prosessus
condilaris, discus artikularis.
8. Apa prognosis pada scenario ?
Baik, tetapi semua itu tergantung dari usia, kooperatif pasien, dan keahlian
operator.

2
1.4 Problem Tree

MANDIBULA

FRAKTUR
ANATOMI MANDIBULA

DEFINISI ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI KLASIFIKASI TATA LAKSANA KOMPLIKASI PROGNOSIS

MEDIKAMENTOSA PEMBEDAHAN

3
1.5 Sasaran Belajar

1. Anatomi mandibula dan TMJ ?


2 Definisi fraktur mandibula ?
3 Etiologi fraktur mandibula ?
4 Epidemiologi fraktur mandibula ?
5 Biomekanika fraktur mandibula ?
6 Klasifikasi fraktur mandibula ?
7 Gejala klinis fraktur mandibula ?
8 Pemeriksaan penunjang fraktur mandibula ?
9 Tata laksana fraktur mandibula ?
10 Komplikasi fraktur mandibula ?
11 Prognosis fraktur mandibula ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI MANDIBULA

Mandibula terbagi menjadi 8 regio:


 Simfisis : Menyambung Mandibula kanan dan kiri
 Parasimfisis: Bagian lateral Simfisis dari C ke C
 Corpus: dari gigi C ke Angulus (Horizontal)
 Ramus:Dari angulus ke Arc. Zygoma (Vertikal)
 Processus Coronoideus
 Processus Condylaris
 Mandibular Notch: Lengkung diantara Proc. Coronoid dan Proc. Condyl
 Foramen Mentale

OTOT PENGGERAK MANDIBULA


1. M. Temporalis
O: Os. Temporal
I: Processus Coronoideus

5
 MUSKULUS TEMPORALIS
Bila berkontraksi menyebabkan mandibula terangkat keatas dan tertarik ke
belakang. Ikut berfungsi untuk menutup mulut.

2. M. Masseter
O: Arcus Zygomaticus
I: Angulus Mandibularis Pars Lateral
 MUSKULUS MASSETER
Kontraksi otot Masseter menyebabkan mandibula terangkat ke atas dan gigi
merapat dan gerakan memajukan mandibula kedepan.

3. M. Pterygoideus Lateral
O: Lateral Pterygoid Plat pars Lateral
I: Leher Processus Codylaris
 MUSKULUS PTERIGOIDEUS LATERAL (EKSTERNA)
Menghasilkan gerakan sliding kedepan pada persendian temporo
mandibular dan otot ini aktif waktu gerakan protrusi dan membuka mulut.

4. M. Pterygoideus Medial
O: Lateral Pterygoid Plat Pars Media
I: Angulus Mandibula Parss Media
 MUSKULUS PTERIGOIDEUS MEDIALIS (INTERNA)
Kontraksi mandibula terangkat ke atas , otot ini juga aktif mendorong
mandibula ke depan.[11][12]

ANATOMI TMJ

6
2.2 DEFINISI FRAKTUR MANDIBULA
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang epifisis atau tulang
rawan sendi. Fraktur juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
tulang retak, pecah, atau patah, baik tulang maupun tulang rawan Bentuk dari
patah tulang bisa hanya retakan saja, sampai hancur berkeping-keping.[4]

Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas strukur tulang pada


mandibula yang disebabkan oleh trauma baik secara langsung maupun tidak
langsung.[1]

2.3 ETIOLOGI MANDIBULA


1. Trauma
- Kecelakaan lalu lintas
- Perkelahian
- Kecelakaan kerja
- Luka tembak
- Terjatuh
- Aktifitas fisik
- Trauma saat pencabutan gigi.

2. Keadaan Patologis
Fraktur patologis akibat ekspansi kista, neoplasma (primer/sekunder),
desinfeksi, misalnya osteomielitis yang melemahkan mandibula sehingga
trauma kecil sekalipun, seperti makan yang dapat menyebabkan fraktur
tulang.[2]

2.4 EPIDEMIOLOGI MANDIBULA


Dari hasil data penelitian MuchlisFauzi di RSUP. H. Adam Malik Medan
tahun 2008 sampai 2010, menunjukkan bahwa trauma mandibula yang terjadi
lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding
perempuandenganperbandingan 4:1 dan kejadiannya sering terjadi pada usia
produktif, yaitu usia 21-39 tahun. Kejadian fraktur mandibular menempati
urutan terbanyak yaitu 57,69%.[1]
Dalam penelitian ini, insidensi terendah dari fraktur mandibula terjadi
pada rentang usia 61-70 tahun yakni sebesar 1,4%. Ini dikarenakan rentang
usia tersebut sudah termasuk kedalam masa dewasa lanjut (usia lanjut). Masa
dewasa lanjut atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian.
Pada masa ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun.[1]
Fraktur mandibula lebih sering terjadi pada remaja daripada anak-anak.
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena perbedaan struktur tulang facial pada
anak dan remaja. Penderita yang sering mengalami fraktur didominasi oleh

7
anak lakilaki, insiden terjadinya fraktur meningkat
secara bertahap dari bayi sampai umur 16 tahun.[1]

• Fraktur mandibula 57,69%


• disusul fraktur kombinasi maksilofasial 21,15%
• fraktur maksila 13,46%
• fraktur nasal 3,85%
• dento-alveolar 0,96%
• fraktur zygoma 0,96%[1]

Prevalensi Fraktur Mandibula

2.5 BIOMEKANIKA FRAKTUR MANDIBULA


Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat banyak, sehingga dalam
melakukan penanganan fraktur mandibula harus benar-benar diperhatikan
biomekanik yang terjadi. Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot
yang disebut otot-otot pengunyah, yaitu otot masseter, temporalis, pterigoideus
lateralis dan medialis. Otot digastricus bukan termasuk otot pengunyah tetapi
mempunyai peranan yang penting dalam fungsi mandibula.[9]

Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi adalah m. Pterigoideus


lateralis bagian inferior, disusul m pterigoideus lateralis bagian superior (yang

8
berinsersi pada kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar. Sedangkan otot
yang berperan untuk menutup mulut adalah m. Temporalis dan masseter dan
diperkuat lagi oleh m. Pterigoideus medialis. Kekuatan dinamis dari otot
pengunyah orang dewasa pada gigi seri ± 40kg, geraham ±90kg, sedang kekuatan
menggigit daerah incisivus ±10kg, molar ±15 kg.

Konsep biomekanik pada perawatan fraktur mandibula perlu dipahami sebab


keadaan statik dan dinamik dapat mempengarui proses penyembuhan fraktur.
Tujuan dari semua terapi fraktur ialah mengembalikan bentuk dan fungsi seperti
semula. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan imobilisasi menggunakan
fiksasi internal dan eksternal

Rahang bawah memiliki bentuk anatomis yang unik, berdasarkan arsitektur


tulang, bentuk dan perlekatan ototnya mandibula dapat digambarkan sebagai
sebuah struktur yang mengubah tekanan yang diterimanya menjadi suatu bentuk
daya tensi dan kompresi. Kekuatan kompresi dihasilkan sepanjang daerah basal
mandibula sedangkan kekuatan tensi terdapat pada sepanjang daerah alveolar.
Aksis tranversal imajiner yang terletak kira-kira sepanjang kanalis mandibula
memisahkan prosesus alveolaris yang merupakan daerah tegangan atau disebut
dengan tension area dari daerah basal mandibula yang merupakan daerah
kompresi atau disebut dengan compression area. Pada waktu mandibula
mengalami fraktur, prinsip perawatan dilakukan dengan mempertimbangkan
kekuatan-kekuatan pada kedua sisi dari aksis imajiner tersebut, sehingga kedua
kekuatan tegangan yang berlawanan tersebut harus dinetralisir untuk mendapatkan
reduksi fungsional yang stabil. Hal ini dapat ditempuh dengan penggunaan plat
dan tension bar system yang secara individual berbeda tergantung dari lokasi dan
tipe frakturnya. Secara umum, pressure trajectory yang menghasilkan kekuatan
kompresi pada mandibula kemudain terjadi distorsi misalnya di rahang yang
fraktur dapat diperbaiki dengan pemasangan plat osteosintesis, sedangkan tension
trajectory dengan menggunakan arch bar yang berfungsi sebagai tension band.
Plat sudah cukup stabil untuk menetralkan shear dan torsional stress. Tension
band berfungsi untuk mengurangi kekuatan yang membengkokkan yang terjadi di
bagian alveolar atau kekuatan menahan yang menjauhi plat.

9
Kekuatan torsional pada mandibula terdapat pada bagian symphisis
mandibula, hal ini disebabkan karena banyaknya muskulus dasar mulut yang
melekat pada bagian ini sehingga apabila terjadi fraktur pada bagian ini maka
dapat timbul rotasi. Stabilisasi fragmen tulang yang fraktur di regio ini digunakan
dua miniplate dengan jarak antar plat kurang lebih 5mm untuk menetralkan
kekuatan rotasi pada daerah symphisis tersebut. Selain menggunakan dua
miniplate dapat juga digunakan SNT plate untuk fraktur di regio symphisis.[9][10]

10
MEKANISME INJURI

2.6 KLASIFIKASI FRAKTUR MANDIBULA


Beberapa macam klasifikasi fraktur mandibula dapat digolongkan berdasar
sebagai berikut :
1. Insidens fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatomisnya: prosesus
condiloideus (29.1%), angulus mandibula (24%), simfisis mandibula
(22%), korpus mandibula (16%), alveolus (3.1%), ramus (1.7%),
processus coronoideus (1.3%).
2. Berdasar ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis fraktur ; kelas 1: gigi
ada pada kedua bagian garis fraktur, kelas II : gigi hanya ada pada satu
bagian dari garis fraktur, kelas III : tidak ada gigi pada kedua fragmen,
mungkin gigi sebelumnya memang sudah tidak ada (edentolous), atau gigi
hilang saat terjadi trauma.
3. Berdasar arah fraktur dan kemudahan untuk direposisi dibedakan:
horisontal yang dibagi menjadi favourable dan unfavourable. Vertikal,
yang juga dibagi menjadi favourable dan unfavourable. Kriteria

11
favourable dan unfavourable berdasarkan arah satu garis fraktur terhadap
gaya otot yang bekerja pada fragmen tersebut. Disebut favourable apabila
arah fragmen memudahkan untuk mereduksi tulang waktu reposisi
sedangkan unfavourable bila garis fraktur menyulitkan untuk reposisi.
4. Berdasar beratnya derajat fraktur, dibagi menjadi fraktur simple/closed
yaitu tanpa adanya hubungan dengan dunia luar dan tidak ada
diskontinuitas dari jaringan sekitar fraktur. Fraktur compound atau open
yaitu fraktur berhubungan dengan dunia luar yang melibatkan kulit,
mukosa atau membran periodontal.
5. Berdasar tipe fraktur dibagi menjadi fraktur greenstick (incomplete);
fraktur yang biasanya didapatkan pada anak-anak karena periosteum tebal.
Fraktur tunggal ; fraktur hanya pada satu tempat saja. Fraktur multiple;
fraktur yang terjadi pada dua tempat atau lebih, umumnya bilateral.
Fraktur komunitif ; terdapat adanya fragmen yang kecil bisa berupa fraktur
simple atau compound.
6. Selain itu terdapat juga fraktur patologis ; fraktur yang terjadi akibat
proses metastase ke tulang, impacted fraktur ; fraktur dengan salah satu
fragmen fraktur di dalam fragmen fraktur yang lain. Fraktur atrophic;
adalah fraktur spontan yang terjadi pada tulang yang atrofi seperti pada
rahang yang tak bergigi. Indirect fractur ; fraktur yang terjadi jauh dari
lokasi trauma.[1][8][4]

2.7 GEJALA KLINIS FRAKTUR


a) Perubahan Oklusi
• Openbite posterior terjadi o/k fraktur Proc. Alveolaris anterior atau
Parasimfisis
• Openbite unilateral terjadi o/k fraktur ipsilateral Angulus atau
parasimfisis
b) Anastesia, Parasthesia, atau Dystesia pada bibir bawah
c) Perubahan kontur wajah dan mandibular
d) Perubahan gerak mandibular
e) Laserasi, Hematoma, dan Echymosis
f) Kehilangan gigi dan krepitasi pada palpasi
g) Dolor, Tumor, Rubor, dan Colours

12
Gejala pada fraktur mandibula biasanya,
• Timbul rasa nyeri terus menerus pendarahan oral
• Fungsi berubah
• Terjadi pembengkakan,
• Krepitasi
• Sepsis pada fraktur terbuka
• Deformitas.
Jika fraktur ini mengenai korpus mandibula,akan terlihat gerakan
yangabnormal pada tempat fraktur sehingga gerakan mandibula menjadi terbatas
dan susunan gigi menjadi tidak teratur. Sebagian besar fraktur mandibula terjadi
tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras atau lunak.[7]

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Radiografi panoramik atau oblik lateral kanan dan kiri dapat digunakan
untuk fraktur korpus dan kondilus mandibula.
 Radiografi portero-anterior dapat digunakan untuk menunjukkan derajat
perubahan letak fraktur korpus mandibula.[2]

13
2.9 PENATALAKSANAAN FRAKTUR MANDIBULA
Tujuan penatalaksannan Fraktur mandibula:
• Memperoleh reduksi anatomi dari garis fraktur
• Mendapatkan kembali oklusi sebelum cidera
• Imobilitas mandibula dalam periode teertentu untuk penyembuhan
• Menjaga nutrisi yang adekuat
• Mencegah infeksi[2]

Perawatan Fraktur Maksilofasial


Sebelum dilakukan debridement, diberikan antibiotik profilaks yang
dilakukan di ruangan emergency. Yang terbaik adalah golongan sefalosforin.
Biasanya dipakai sefalosforin golongan pertama. Pada fraktur terbuka, diberikan
tambahan berupa golongan aminoglikosida, seperti tobramicin atau gentamicin.
Golongan sefalosforin golongan ketiga dipertimbangkan di sini. Sedangkan pada
fraktur yang dicurigai terkontaminasi kuman clostridia, diberikan penicillin.

Perawatan fraktur dapat dibedakan menjadi perawatan fraktur secara tertutup


(closed) atau terbuka (open). Perawatan fraktur dengan menggunakan
intermaxillary fixation (IMF) disebut juga reduksi tertutup karena tidak adanya
pembukaan dan manipulasi terhadap area fraktur secara langsung. Teknik IMF
yang biasanya paling banyak digunakan ialah penggunaan arch bar.

1. Closed Reduction
Pada prinsipnya, terapi fraktur konservatif dapat menggunakan metode :
 Yang dicekatkan ke gigi pasien sebagai pegangan (ligature dental, splint
dental, arch bar) Splin protesa digunakan pada rahang yang tidak bergigi,
dapat dicekatkan dengan sekrup osteosintesis ke tulang atau dengan
circumferential wiring.
 Yang bertumpu ke struktur tulang ekstra oral (head chin splint dan gips
pada fraktur hidung)

Macam metode IDW (InterdentalWiring) untuk metode tertutup:


i. Ligatur Dental
Ligatur dental sering digunakan sebagai “terapi awal atau dini”. Kelemahannya
adalah kurangnya stabilitas dalam jangka waktu yang lama dan sering merusak
struktur periodonsium gigi. Karena itu, penggunaan ligature dental hanya bersifat
sementara. Pemasangan ligature dapat dilakukan dengan menggunakan kawat
berdiameter 0,35 atau 0,4 mm. Tipe ligature dental yang sering digunakan adalah
Ivy, Stout, Essig.

ii. Arch Bar


Ada 2 tipe Arch bar yaitu direk dan indirek.
1. Tipe Direk
Arch bar langsung dipasang menggunakan bantuan kawat 0,35 atau 0,4 mm.
Keuntungan arch bar jenis ini adalah dapat langsung digunakan tanpa memerlukan
proses pembuatan di laboratorium, umumnya arch bar dipasang pada gigi-gigi di

14
rahang atas dan bawah, setelah proses ligasi selesai barulah dilakukan MMF.
MMF dilakukan dengan menggunakan karet (rubber) maupun menggunakan
kawat 0,4 mm.
2. Tipe Indirek
Pada pasien sebelumnya dilakukan pencetakan dari rahang atas dan bawah
dengan menggunakan alginate, kemudian dilakukan pembuatan arch bar sesuai
dengan bentuk rahang pasien. Keuntungannya adalah bentuk arch bar sesuai
dengan bentuk rahang dan gigi pasien. Selain itu, pada model dan articulator dapat
dapat dilakukan penyesuaian oklusi. Kerugiannya adalah diperlukan tambahan
waktu dan biaya untuk pembuatannya.

iii.Splin Protesa
Digunakan pada fraktur rahang tidak bergigi, jika pasien mempunyai gigi
tiruan lengkap maka sebelumnya dapat dilakukan duplikasi dari gigi tiruan itu
terlebih dahulu. Selanjutnya prinsipnya adalah pemasangan protesa ke dalam
mulut untuk digunakan sebagai alat bantu guna mendapatkan oklusi dan artikulasi
yang baik. Selain itu, MMF juga dapat dilakukan lewat protesa ini. Protesa dapat
difiksasi di mulut menggunakan sekrup osteosintesi (umumnya diperlukan 3-4
sekrup per rahang).

Open Reduction
Perawatan fraktur dengan reduksi terbuka ialah perawatan pembukaan dan
reduksi terhadap area fraktur secara langsung dengan tindakan pembedahan.
Terapi fraktur dengan metode open reduction diindikasikan pada :
· Fraktur multiple dan comminuted
· Fraktur terbuka
· Fraktur pada rahang yang atrofi
· Fraktur yang terinfeksi
· Fraktur pada pasien yang tidak dapat dilakukan terapi konservatif seperti pada
pasien epilepsy, ketergantungan alcohol, keterbelakangan mental.
Terapi fraktur sebaiknya dilakukan secepat mungkin, penundaan
perawatan akan berakibat pada kalsifikasi tulang pada posisi yang salah dan juga
meningkatkan resiko infeksi. Meskipun secara umum fraktur oran dan
maksilofasial sebaiknya dirawat secara terbuka, namun tidak semuanya
membutuhkan. Pada fraktur tanpa displacement umumnya tidak perlu intervensi
bedah. Material yang digunakan untuk fiksasi pada terapi fraktur dengan open
reduction antara lain kawat, pelat dan sekrup, miniplat, mikroplat.[7]

2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi
seperti osteomyelitis. Parestesia juga dapat terjadi secara berkepanjangan pada
area faktor akibat kerusakan saraf yang terjadi di awal cedera. Fraktur yang terjadi
disekitar kondilus, sudut, dan ramus mandibula memiliki kemungkinan terjadinya
trismus setelah mengalami trauma diantara otot dan tulang atau comminuted pada
daerah fraktur.[5]

15
2.11 PROGNOSIS
Prognosis pada kasus fraktur tergantung dari tingkat keparahan serta tata
laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika
penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik dan juga sebaliknya.
Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang dialami ringan, maka proses
penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis yang baik. Tetapi
jika pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk. Selain itu penderita
dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya dibandingkan
penderita dengan usia lanjut.[7]

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas strukur tulang pada
mandibula yang disebabkan oleh trauma baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tujuan dari perawatan fraktur mandibula utamanya adalah untuk
mengembalikan fungsi mengunyah dan bicara. Hal ini dapat dicapai dengan
pemilihan modalitas yang tepat, teknik operasi yang benar terutama dalam
pencapaian oklusi mandibula, serta perawatan pasca operasi dan rehabilitasi.
Dalam tatalaksana fraktur mandibula perlu dipahami biomekanik mandibula
sehingga dapat diperkirakan letak fiksasi yang benar dan didapatkan hasil
yang memuaskan.

3.2 SARAN
Melalui penyusunan makalah ini diharapkan kita lebih mengetahui tentang
Fraktur Mandibula. Kemudian setidaknya kita mampu menerapkan semua
ilmu-ilmu yang telah kita dapat dalam makalah ini dalam kehidupan sehari-
hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Habibi Awwalu Hakim, Rosihan Adhani, Bayu Indra Sukmana,


Deskripsi Fraktur Mandibula Pada Pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Ulin Banjarmasin Periode Juli 2013 - Juli 2014 (Studi Retrospektif
Berdasarkan Insidensi, Etiologi, Usia, Jenis Kelamin, dan Tatalaksana).
Dentino (Jur. Ked. Gigi). September 2016. Vol 1(2): 191 - 196
2. Birnbaum W. Diagnosis kelainan dalam mulut: petunjuk bagi
klinisi/penulis. Jakarta : EGC. 2013.
3. Ratu ADP, dkk. Angka Kejadian Fraktur Mandibula berdasarkan Lokasi
Anatomis di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2011-
Desember 2013. JOM FK. 2015. Vol 1(2)
4. Skripsi oleh cakra cidera sari. Prevalensi Fraktur Mandibula yang di
rawat Di rsud Dr. Saiful anwar Malang. Universitas jember. 2011
5. Coulthard P, dkk. 2013. Master Dentistry 3rd Ed. Oral and Maxillofacial
surgery. Manchester: Chuchill Livingstone
6. Caka Cindera Sari. Skripsi: Prevalensi Pasien Fraktur Mandibula Yang
Dirawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Pada Tahun 2005-2010. Universitas
Jember. 2011
7. Saleh Edwin drg. Fraktur Maksila dan Tulang Wajah Sebagai Akibat
Trauma Kepala. 2 Desember 2016. PDGI Cabang Gunung Kidul-RSGM
UMY.
8. Fonseca, Walker. Oral & Maxillofacial Trauma. 4th Edition. 2013
9. Donald RL. Mandibular Fractures. E-Journal Medscape. 2016
10. Wijayahadi R Yoga, Murtedjo Urip, et all, Trauma Maksilofasial
Diagnosis dan Penatalaksanaannya, Surabaya, Divisi Ilmu Bedah Kepala
& Leher SMF/Lab Ilmu Bedah RSDS/FK Unair Surabaya. 2006:25-26,
58-63, 71-71, 89-95, 98,100,125-132
11. Eric W. Backer. Anatomi untuk Kedokteran Gigi Kepala dan
Leher.EGC.2014
12. Richard S. Snell. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. EGC. 2011

18

Anda mungkin juga menyukai