Anda di halaman 1dari 14

Tujuan Perawatan Ortodontik

Tujuan perawatan ortodontik adalah :


a.
b.
c.
d.

Kesehatan gigi dan mulut


Estetik muka dan geligi
Fungsi kunyah dan bicara yang baik
Stabilitas hasil perawatan
Perawatan ortodontik harus dapat mengoreksi maloklusi dan meningkatkan

kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan pasien memerlukan perawatan orotodontik


untuk memperbaiki estetik muka dan geligi yang bisa diperoleh bila gigi-gigi terletak
teratur dalam lengkung geligi yang menjadikan muka pasien menyenangkan. Dengan
adanya gigi-gigi yang terletak baik dalam lengkung dan juga hubungannya dengan
lengkung geligi antagonis memberikan fungsi yang lebih baik daripada gigi yang
tidak teratur. Hasil perawatan ortodontik harus menjamin bahwa letak gigi-gigi
sesudah perawatan ortodontik akan stabil dan tidak cenderung terjadi relaps. Hal ini
dapat dicapai dengan menempatkan gigi-gigi sesuai dengan ketentuan dan
mempunyai hubungan yang baik dengan gigi antogonisnya.
Indikasi Ekstraksi atau Non Ekstraksi Pada Perawatan Ortodonti
Penyedian tempat untuk koreksi letak gigi gigi yang berdesakan dapat diperoleh
dari enamel stripping, ekspansi lengkung geligi, distalisasi molar, memproklinasikan
insisivus dan pencabutan gigi permanen.
1. Tindakan Non ekstraksi
a. Enamel stripping
Pengurangan enamel dapat dilakukan pada sisi distal/mesial gigi
sulung atau permanen. Enamel stripping selain menyediakan ruangan juga
dapat membentuk gigi permanen ke bentuk yang lebih baik atau
memperbaiki

titik

kontak.

Enamel

stripping

dilakukan

dengan

menggunakan metal abrasive strip atau dengan menggunakan bur yang


dipasang pada high speed air-turbine handpiece. Untuk memudahkan
pengurangan enamel didaerah posterior dapat dipasang separator diantara
molar dan premolar selama 3-5 hari sehingga didapatkan diastema
diantara gigi-gigi tersebut. Banyaknya enamel yang dibuang tanpa
membahayakan gigi tersebut adalah 0,25 mm tiap sisi gigi. Enamel
stripping bila dilakukan dengan baik tidak memberikan efek negatif pada
gigi yang dikurangi enamelnya. Bila enamel stripping dilakukan pada
semua gigi insisivus maka akan didapat ruangan 2 mm di regio anterior
sedangkan bila dilakukan pada seluruh rahang akan didapat ruagan
sebesar 5-6 mm di rahang tersebut. Perlu diupayakan bahwa enamel
stripping juga tetap mempertahankan bentuk gigi dan kontak dengan gigi
yang berdekatan. Harus diingat bahwa sesudah dilakukan enamel
stripping gigi harus diulas dengan bahan aplikasi topikal yag mengandung
flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi tersebut.
b. Ekspansi
Ekspansi adalah suatu prosedur untuk melebarkan lengkung gigi, dan
dapat dilakukan baik dalam arah sagital (protraksi) maupun transversal.
Gejala klinis yang terlihat pada defisiensi lengkung gigi adalah kontraksi
lengkung gigi, gigitan silang (anterior maupun posterior), gigi yang
berjejal serta koridor bukal yang lebar. Hal ini dapat diatasi dengan
melakukan ekspansi pada lengkung giginya. Ekspansi dapat mengatasi
kekuarangan ruang 3-8 mm dengan melebarkan jarak intermolar lengkung
gigi atas sekitar 4-10 mm dan lebar intermolar lengkung gigi bawah
sekitar 4-6 mm. Adkins dkk menyatakan bahwa tiap penambahan 1 mm
lebih intermolar, akan menambah panjang lengkung gigi sebesar 0,77 mm.

Bila diperlukan ekspansi kurang dari 4 mm, pada periode gigi bercampur,
dapat digunakan alat ekspansi lepasan dengan spring dan screw ekspansi
yang diaktivasi sebesar 1-2 putaran per minggu yang menghasilkan
pergerakan 0,20-0,50 mm. Pada periode gigi permanen, alat eksoansi yang
digunakan dapat berupa quad helix, w-spring TPA atau arc-wire. Bila
ekspansi diperlukan sekitar 5-12 mm diindikasikan alat ekspansi cekat.
Aktivasi sebesar 0,5-1 mm atau 2 kali putaran per hari. RPE dapat
mengekspansi tidak hanya pada lengkung gigi tetapi juga lengkung rahang
denga usia optimal penggunaan RPE adalah pada puncak masa
pertumbuhan. Pada kasus skeletal ekstrem, bila diperlukan ekspansi lebih
dari 12 mm diindikasikan alat ekspansi cekat dikombinasi dengan bedah.
c. Distalisasi Gigi Molar atas
Distalisasi gigi molar aas bertujuan untuk memperoleh ruangan guna
memperbaiki susunan gigi geligi atau memperbaiki hubungan gigi molar.
Pergerakan yang diinginkan adalah pergerakan bodili semaksimal
mungkin dengan minimalnya resiko resorpsi akar dan loss of anchorage
gigi anterior ke labial. Indikasi distalisasi molar atas adalah pada kasus
maloklusi klas II ringan hingga sedang, terutama pada kasus yang
disebabkan oleh prematur loss, pada kasus gigi berjejal ringan hingga
sedang, baik untuk tipe wajah mesofacial atau brachifacial, profil wajah
lurus atau flat dan masih mempunyai potensi pertumbuhan. Alat untuk
distalisasi gigi molar dapat intraoral atau ekstraoral. Headgear merupakan
alat distalisasi molar ekstra oral yang paling sering digunakan. Kelebihan
headgear selain menghasilkan efek ortodonti juga efek ortopedik pada
usia pertumbuhan, tidak menyebabkan hilangnya penjangkaran pada gigi
anterior, dapat digunakan pada kasus asimetri, dan memiliki kontrol

vertikal. Headgear mendistalisasi gigi molar sebesar 3 mm dalam 3 bulan.


Banyak macam alat distalisasi molar intra oral. Hilgers pendulum adalah
salah satu alat intra oral yang sering dipakai. Alat ini terdiri atas plat
palatal akrilik berdiameter 25 mm dengan kawat distalisasi dari betatitanium berdiameter 0,032 yang tertanam didalamnya, kemudian ujung
kawat distalisasi lainnya disolder atau dimasukkan kelingual palatal
sheath dari cincin gigi molar.
2. Tindakan Ekstraksi
Pencabutan gigi permanen perlu dilakukan apabila diskrepansi total
menunjukan kekurangan tempat lebih dari 8 mm. Diskrepansi total terdiri atas
diskrepansi model, diskrepansi sefalometrik, kedalaman kurva spee dan
perkiraan banyaknya keholangan penjangkaran. Untuk mendatarkan kurva
spee yang kedalamannya kurang dari 3 mm diperlukan tempat 1 mm, bila
lebih besar daripada 5 mmdiperlukan tempat 2 mm. Sebelum dilakukan
pencabutan gigi permaen pada masa geligi pergantian perlu diperhatikan
bahwa gigi permanen yang lain ada meskipun saat itu masih belum erupsi.
Pemilihan gigi yang akan dicabut membutuhkan pertimbangan yang kompleks
yang menyangkut semua aspek perawatan ortodontik. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum mencabut gigi permanen antara lain sebagai berikut :
Prognosis gigi, misalnya adanya karies yang besar disertai kelainan
patologis pada apikal yang seandainya dirawat prognosis gigi tersebut

dalam jangka lama masih diragukan.


Letak gigi yang kadang-kadang sangat menyimpang dari letak yang

normal
Banyaknya tempat yang dibutuhkan dan dimana letak kekurangan

tempat tersebut.
Relasi insisivus

Kebutuhan penjangkaran apakah perlu digunakan penjangkaran

maksimum atau tidak


Profil pasien apakah pencabutan yang dilakukan dapat menyebabkan
perubahan profil pasien, misalnya pasien dengan profil yang lurus

dengan adanya pencabutan dapat menyebabkan profil menjadi cekung.


Tujuan preawatan apakah perawatan komprehensif ataukah perawatan
kompromo atau bahkan hanya penunjang.

Faktor-faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Mencabut Beberapa


Komponen Individual Dari Gigi Geligi
1 Insisivus atas
Insisivus sentral

atas jarang dicabut untuk menghilangkan susunan yang

berjejal, kecuali kondisinya merupakan faktor pengindikasi, seperti misalnya jika gigi
ini fraktur parah. Pada kasus semacam itu, insisivus lateral bisa digeser dan diberi
mahkota selubung agar mirip dengan insisivus sentral yang dicabut pada situasi yang
menguntungkan. Alasan mencabut insisivus lateral atas adalah : 1)malposisi gigi yang
parah, khususnya jika apeksnya terlalu dipalatal 2) malformasi gigi, yang paling
sering adalah mahkotanya berbentuk konus. Kadang-kadang gigi ini juga dicabut

untuk gigi kaninus, jika gigi kaninus ini berjejal ke bukal, keluar dari lengkung
rahang.
2 Insisivus bawah
Seringkali gigi insisivus bawah tampaknya seolah-olah gigi yang perlu dicabut
untuk menghilangkan susunan yang berjejal, khususnya jika keadaan berjejal ini
terbatas pada segmen anterior dari lengkung gigi. Meskipun demikian, secara umum
hasil pencabutan insisivus bawah mengecewakan, kecuali pada situasi-situasi khusus
yang tertentu. Ada kecenderungan bahwa sesudah insisivus bawah dicabut, gigi-gigi
anterior yang tersisa akan bergeser, dan meskipun susunan yang berjejal bisa
diperbaiki dalam waktu yang singkat, pergerakan ke depan dari gigi-gigi bukal akan
menghasilkan kontak dan posisi insisivus yang tidak ideal. Ada dua keadaan dimana
pencabutan gigi insisvus bawah merupakan indikasi, diluar pemikiran mengenai
kondisi gigi-gigi, yaitu : 1) jika insisivus sama sekali terletak diluar lengkung rahang
2) jika gigi kaninus bawah mempunyai inklinasi distal yang besar. Pada kasus kedua
ini, pencabutan gigi disebelah mesial gigi kaninus akan memungkinkan gigi ini
diperbaiki letaknya, karena menggerakkan mahkota lebih mudah daripada
menggerakkan bagian apika. Bahkan pada situasi ini, pencabutan gigi premolar dan
memperbaiki susunan gigi-gigi anterior dengan terapi pesawat sering kali merupakan
pilihan yang lebih sesuai.
3 Kaninus
Kaninus atas normalnya hanya dicabut jika letaknya sangat malposisi.
Keadaan ini bisa merupakan malposisi perkembangan, atau malposisi akibat susunan
gigi yang berjejal. Posisi apeks merupakan faktor pertimbangan utama. Kaninus
adalah gigi yang besar dan pencabutan gigi ini akan meninggalkan ruangan yang lebih

besar daripada pencabutan inisisivus lateral maupun gigi premolar. Dari segi
penampilan, kaninus bisa digantikan dengan baik oleh gigi premolar pertama, asalkan
gigi ini berada pada posisi yang baik dan tidak terotasi. Pencabutan gigi kaninus
bawah hanya bisa dipertimbangkan jika gigi ini diperkirakan sangat sulit diperbaiki
susunannya. Ini biasanya terjadi jika gigi terletak sama sekali diluar lengkung gigidan
apeksnya sangat malposisi. Insisivus lateral bawah-kontak premolar pertama
seringkali buruk, dan sumber peradanagan gingiva serta penyakit periodontal.
4 Premolar pertama
Seperti sudah disebutkan terdahulu, premolar pertama adalah gigi yang paling
sering dicabut untuk memperbaiki susunan yang berjejal. Gigi ini terletak didekat
bagian tengah setiap kuadran lengkung gigi, dan karena itu, normalnya terletak
didekat daerah yang berjejal. Faktor lain yang penting adalah gigi ini bis digantikan
dengan premolar kedua, yang mempunyai bentuk sama, dan membentuk hubungan
kontak yang sama dengan kaninus. Jadi, tanggalnya gigi premolar pertama tidak akan
mempengaruhi kualitas hidup antar gigi.
5 Premolar kedua
Pencabutan gigi premolar kedua untuk menghilangkan susunan yang berjejal
biasanya dilakukan jika gigi itu sendiri malposisi selain juga berjejal. Karena gigi
premolar kedua bererupsi sesudah premolar pertama dan molar pertama permanen,
gigi ini bisa saja terletak sama sekali diluar lengkung gigi. Jika dicabut, gigi ini bisa
digantikan denga baik oleh gigi premolar pertama kecuali jika gigi molar pertama
tetap miring atau rotasi kedepan, dimana pada kasusus ini kontak antara kedua gigi
akan menjadi tidak benar.

6 Molar pertama permanen


Molar pertama permanen merupakan subyek perdebatan dan perbedaan
pendapat menyangkut kegunaan gigi ini didalam lengkung gigi, khususnya karena
sejak dahulu gigi ini merupakan gigi permanen yang paling rentan terhadap karies
dimasa kanak-kanak. Gigi molar pertama permanen juga dianggap sebagai kunci dari
lengkung gigi, dan tidak boleh dicabut atau dikatakan bahwa molar pertama permanen
bisa dicabut sebagai tindakan rutin, yang bermanfaat bagi

lengkung gigi pada

beberapa kasus. Kedua pendapat yang berbeda tersebut tentu saja tidak bisa benar
dua-duanya, dan kelihatan karena adanya variasi kondisi oklusal yang luas, maka
tidak ada satu aturan tunggal mengenai molar pertama yang bisa diterpkan pada
semua individu. Seperti halnya dengan gigi-gigi yang lain, situasi yang ada harus
dilihat secara individual. Cara yang rasional untuk melakukannya adalah dengan
memeriksa hasil yang bisa diperoleh dari pencabutan molar pertama permanen.
Meskipun demikian, gigi molar pertama sering juga dicabut jika kondisinya buruk.
Pada kasus semacam ini, ada dua aturan umum untuk menentukan waktu pencabutan
yang paling cocok, yaitu : 1) jika tidak ada susunan yang berjejal, atau bila keadaan
ini terbatas pada segmen premolar, dan tidak dibutuhkan ruangan untuk memperbaiki
susunan gigi-gigi anterior. Pada kondisi ini, adalah merupakan kebiasaan untuk
mencabut molar pertama sebelum molar kedua erupsi, sehingga gigi molar kedua
akan bisa bergeser kedepan selama erupsinya dan menempati posisi molar pertama,
asalkan gigi premolar yang berjejal sudah diperbaiki terlebih dahulu. Pada praktiknya,
molar pertama bawah biasanya perlu dicabut lebih cepat daripada molar pertama atas,
karena molar kedua berjalan kedepan dengan lebih cepat pada rahang bawah. 2) jika
dibutuhkan ruangan untuk mengatur susunan gigi-gigi anterior. Pada kondisi ini,
ruang yang diperoleh dengan mencabut gigi molar pertama dibutuhkan untuk

memperbaiki susunan gigi-gigi anterior. Oleh karena itu perlu menunggu sampai
molar kedua erupsi sebelum mencabut molar pertama, sehingga penutupan ruang
karena pergeseran kedepan dari molar kedua, bisa dicegah. Pada susunan gigi geligi
yang berjejal, jika gigi molar pertama kondisinya buruk, kadang-kadang gigi ini perlu
dicabut lebih dini, untuk memungkinkan terjadinya penutupan ruangan, dan kemudian
gigi premolar digerakkan masing-masing kuadran untuk memperbaiki susunan gigi
yag berjejal.
7 Molar kedua permanen
Gigi molar kedua permanen tidak sering dicabut untuk memperbaiki susunan
yang berjejal. Posisinya yang berada diakhir lengkung gigi pada masa kanak-kanak
membuat gigi ini biasanya terletak jauh dari daerah berjejal, dan tidakbenar-benar
malposisi meskipun ada susunan gigi yang berjejal. Meskipun demikian, Richardsno
(1983) melaporkan hasil suatu studi klinis dimana pencabutan molar kedua bawah
mengurangi berjejal-jejalnya susunan gigi-gigi anterior bawah. Gigi molar kedua
bawah kadang-kadang dicabut jika molar pertama tetap sudah bergeser kedepan,
meninggalkan ruang yang tidak memadai untuk erupsi premolar kedua. Pencabutan
gigi molar kedua memang dianjurkan untuk mencegah terjadinya impaksi molar
ketiga bawah, namun cara perawatan ini tidak bisa diterapkan untuk semua kasus.
Satu-satunya kondisi dimana pencabutan molar kedua bawah bisa menghasilkan
posisi molar ketiga bawah yang baik adalah : 1) jika molar ketiga letaknya lurus, tidak
miring ke mesial lebih dari 30 derajat 2) jika pencabutan dilakukan hanya jika
mahkota gigi molar ketiga sudah terkalsifikasi. Pencabutan molar kedua juga menjadi
alternatif perawatan pada pasien dengan gigitan terbuka yang hanya berkontak pada
gigi molar kedua dengan pembukaan bidang oklusal yang besar.(prinsip perawatan
dan pemilihan mekanik)

8 Molar ketiga permanen


Dahulu gigi ini dicabut untuk menghindari gigi berdesakan diregio anterior
7

tetapi sekarang banyak yang berpendapat bahwa pencabutan molar ketiga hanya

untuk mencegah gigi berdesakan diregio anterior tidak dianjurkan .

1. Susilowati, Sulastry. Korelasi antara lebar mesiodistal gigi dengan


kecembungan profil jaringan lunak wajah orang bugis-makassar. Dentofacial
2007 Okt; 2(6): 73
2. Erliera, Anggani Haru setyo. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan indikasi ekstraksi atau non ekstraksi pada perawatan orthodonti.
Dentika dental journal 2006; 2(11): 198-201
3. Foster, T.D. Buku ajar ortodonsi edisi III. Jakarta: EGC; 1997, p. 134-156

Analisis Arch Length Discrepancy (ALD)


Analisis ALD merupakan salah satu cara penetapan kebutuhan ruang untuk
pengaturan gigi-gigi dalam perawatan ortodontik. Analisis ini juga merupakan
penyederhanaan dari metode analisi. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui
perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga diketahui
berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi perawatannya.
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal
terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong. Analisis
Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar
pertama

permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan

mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan
interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan
titik kontak gigi tetangganya. Jumlah

lebar

total menunjukkan ruangan

yang

dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Pengukuran dilakukan pada gigi molar
pertama kiri sampai molar kedua kanan pada setiap rahang.

Gambar 1. Cara pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan


caliper menurut Nance. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model studi,
sumber informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG
Universitas Padjadjaran. 2009.
Selanjutnya panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak
seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi,
pada geligi posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi
anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama
permanen kiri hingga kanan. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran
panjang lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya
negatif berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan
ruangan.

Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance


menggunakan brass wire melibatkan gigi geligi di mesial molar
pertama. A. Rahang atas, B. Rahang bawah. Sumber: Laviana, Avi.
Analisis model studi, sumber informasi penting bagi diagnosis
ortodontik. Bandung: FKG Universitas Padjadjaran. 2009.
Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan oleh
Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam segmen
berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar pertama permanen.
Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada keenam segmen selanjutnya
dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan ukuran mesial distal 12 gigi mulai
molar pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya menunjukkan
keadaan ruangan yang tersisa.

Gambar 3. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara


segmental menurut Lundstrom. Sumber: Laviana, Avi. Analisis model
studi, sumber informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung:
FKG Universitas Padjadjaran. 2009.

Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis. Edisi I.


Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. hal. 3-4, 207-235
Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis : Mosby, Inc. 2000.
hal. 163-170.
Staley, R.N. Textbook f Orthodntic. Edisi I. Philadelphia : W.B. Saunders. 2001. hal
134-145.

Anda mungkin juga menyukai