Anda di halaman 1dari 4

Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang

Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam

Implementasi merupakan wujud utama dan tahap yang berperan dalam


proses kebijakan dalam artian kegiatan untuk mendistribusikan kebijakan (to
deliver policy output) yang dikeluarkan oleh para implementor kepada kelompok
sasaran (target group) masyarakat sebagai upaya mewujudkan suatu kebijakan.
Keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya implementasi.
Implementasi mencakup tindakan oleh birokrat yang bermaksud untuk
menjalankan program buatannya (Ripley, 1986; Edward, 1990; Purwanto, 1991).

Di era reformasi seperti saat ini, implementasi Pancasila masih sangat


dibutuhkan masyarakat karena didalam Pancasila terkandung nilai- nilai luhur
bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Masuknya arus
globalisme, gelombang demokratisasi, HAM, neo- liberalisme, dan neo-
konservatisme terasa telah mencoba meracuni cara pandang dan cara berpikir
masyarakat Indonesia. Hal demikian tentunya dapat mengabaikan Pancasila dan
justru menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan
jati diri bangsa. Implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat pada
dasarnya merupakan realisasi praksis untuk mencapai cita- cita bangsa dan
macam implementasi tersebut diantaranya tertuang dalam bidang politik,
ekonomi, sosial- budaya, serta pertahanan dan keamanan (Budiyanto, 2006).

Aspek politik dituangkan dalam pasal 26, pasal 27 ayat 1, dan pasal 28.
Pasal- pasal tersebut merupakan penjabaran dari pokok- pokok pikiran mengenai
kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradab pada sila keempat dan
kedua Pancasila. Kedua pokok pikiran inilah yang menjadi landasan bagi
kehidupan perpolitikan di NKRI (Bakry, 2010).

Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka dapat


disimpulkan bahwa pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus
berdasar atas manusia yang merupakan subjek pendukung Pnacasila. Hal ini
sesuai dengan adanya pernyataan bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah
subjek negara dan oleh karenanya politik negara harus berdasar dan
terealisasikan harkat serta martabat manusia didalamnya. Hal ini bermaksud agar
sistem politik negara dapat menjamin hak- hak asasi manusia (Notonegoro,
1975).

Dunia ilmu ekonomi memiliki istilah “yang kuat yang menang” sehingga
lazimnya pernyataan seperti ini mengarah pada persaingan bebas dan kurang
mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan
Pancasila yang lebih tertuju untuk kesejahteraan rakyat secara luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanya perihal mengejar pertumbuhan saja tetapi
juga memperhatikan sisi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Maka,
sistem perekonomian Indonesia berdasarkan atas kekluargaan seluruh bangsa
(Yudistira, 2016).

Sistem ekonomi Pancasila yang dianut oleh Indonesia menerapkan ekonomi


berdasarkan nilai- nilai yang diamanatkan Pancasila didalamnya. Pembuatan
kebijakan perekonomiannya juga harus sejalan dengan nilai- nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Sistem yang dijalankan berupa sistem ekonomi
kekeluargaan yang berarti tidak ada penindasan terhadap yang lemah, eksploitasi,
maupun individualisme. Segala hal diatur secara kekeluargaan yang bersifat
musyawarah dan mufakat sesuai dalam pasal 33. Sistem ekonomi kekeluargaan
juga dapat diartikan adanya pembangunan ekonomi secara mandiri dalam artian
dilarang menggantungkan pada asing (Supriyanto, 2014).

Pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya berupa kebijakan


publik hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai- nilai
budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia. Di era reformasi ini sangat banyak
ditemui stagnasi nilai sosial budaya dalam masyarakat sehingga banyak pula
terjadi gejolak yang memprihantinkan yang muaranya adalah masalah politik.
Dengan demikian, dalam usaha pengembangan kebijakan publik dalam aspek
sosial budaya pada masa ini harus mengangkat nilai- nilai jati diri bangsa
Indonesia sebagai nilai dasar yang berasal dari Pancasila karena pada hakikatnya
Pancasila bersifat humanistic yang artinya nilai- nilai Pancasila bersumber dari
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya (Aminullah,
2018).

Sesuai sila kelima dalam Pancasila, keadilan dalam kehidupan sosial


haruslah meliputi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, persamaan hak dan
kewajiban harus dijunjung tinggi antar sesama warga, dan aturan yang bersumber
dari lingkungan berdasar nilai- nilai Pancasila wajib ditaati supaya tujuan menjadi
warga negara yang baik dapat tercapai dengan pengimplementasinya terhadap
kebijakan publik (Damanhuri, 2016).

Dalam rangka mempertahankan eksistensinya serta mewujudkan cita- cita


dan tujuan nasionalnya, suatu bangsa harus memiliki sistem pertahanan dan
keamanan nasional sesuai dengan jati diri, budaya, dan pengalaman sejarahnya.
Konsepsi ketahanan nasional mengandung arti mengenai suatu kemampuan
dalam menyusun kekuatan bangsa Indonesia untuk mengatasi dan
menanggulangi berbagai bentuk ancaman yang ditujukan kepada Indonesia. Oleh
karena itu, sistem pertahanan dan keamanan Indonesia yang perlu dibangun
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara harus bersumber
dari filsafat bangsa dan negara, yaitu Pancasila (Suradinata, 2005).

Anda mungkin juga menyukai