Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL

BLOK STRUKTUR SISTEM STOMATOGNATI


SKENARIO 1. ENAMEL

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4


Tutor :drg. Rendra Chriestedy MD. Sc

Firda Malika (171610101034)


Helmi Primanda (171610101036)
Qonitah Zain Nabilah (171610101037)
Lusy Septia Ningrum (171610101038)
Verayati (171610101039)
Disya Dwi Maulidiyah (171610101040)
Dina Nuur Rosyiidan (171610101041)
Yola Widya Putri (171610101042)
Farda Madin (171610101043)
Fitricia Lely M. (171610101045)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb.

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kami, sehingga laporan
tutorial pertama blok “Struktur Sistem Stomatognati” ini dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian
laporan tutorial pertama blok “Struktur Sistem Stomatognati” ini tentunya tidak dapat kami
selesaikan sendiri, kami banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan syukur dan menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan tutorial
pertama blok “Struktur Sistem Stomatognati” ini dapat selesai.
2. drg. Rendra Chriestedy MD. Sc selaku tutor, yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok 4 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang
telah memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
3. Teman-teman yang setia menemani dan membantu dalam proses penyelesaian
laporan tutorial pertama blok “Struktur Sistem Stomatognati”.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan tutorial pertama blok “Struktur Sistem
Stomatognati” ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna membantu sempurnanya laporan tutorial pertama blok “Struktur
Sistem Stomatognati” ini. Kami berharap semoga laporan tutorial pertama blok “Struktur Sistem
Stomatognati” ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta untuk menambah pengetahuan dan
wawasan.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Jember, 1 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………........…………………………... 1
1.2 Skenario ……………………………………………………………………… 1
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 2
1.4 Tujuan Pembelajaran………………………………………………………….. 2
1.1 Learning Objective……………………………………………………………. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Komposisi Enamel...…………………………………………………………... 3
2.2 Sifat Fisik Enamel…….……………………………………………………….. 3
2.3 Pengaruh pH terhadap Gigi……………………………………………………. 3
2.4 Proses Demineralisasi………………………………………………………….. 3
2.5 Struktur Enamel………………………………………………………………... 4
2.6 Ukuran Hidroksi Apatit Mempengaruhi Kekuatan Gigi terhadap Karies……... 4
2.7 Karies yang Mencapai Dentin Menyebabkan Nyeri ………………………….. 4
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan Enamel………………………………. 5
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Konsep dan Teori Karakteristik dan Sifat Fisik Enamel……...………………. 6
3.2 Struktur dan Komposisi Enamel secara Makroskopis dan Mikroskopis
3.2.1 Struktur dan Komposisi Enamel secara Makroskopis………………….. 6
3.2.2 Struktur dan Komposisi Enamel secara Mikroskopis…………………... 7
3.3 Struktur dan Komposisi Enamel secara Molekular..………...………………... 11
BAB IV. KESIMPULAN…………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Cavum oris atau rongga mulut merupakan ruangan fungsional yang menjadi bagian
pertama dalam pencernaan. Cavum oris merupakan pokok bahasan ilmu dalam kedokteran gigi.
Mempelajari cavum oris dapat membantu dalam penatalaksanaan kasus– kasus kedokteran gigi
seperti dalam konservasi gigi, prostodonsia, orthodonsia, oral medicine, bedah mulut, periodonsia,
dan kedokteran gigi anak. Jika kesehatan rongga mulut terganggu, fungsi rongga mulut juga dapat
terganggu.
Mempelajari cavum oris berarti ikut mempelajari gigi geligi dan komponen-
komponennya. Terdapat dua periode gigi yaitu decidui dan permanen. Gigi decidui berjumlah 20
(masing-masing kuadran terdiri dari 5) dan gigi permanen berjumlah 32 (masing-masing kuadran
terdiri dari 8). Gigi terbentuk dari email, dentin, cementum, pulpa yang terdiri dari jaringan ikat,
pembuluh darah dan saraf. Penjelesan komponen gigi tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan
makalah ini.
Struktur gigi berlapis-lapis mulaidari email yang sangat keras, dentin (tulang gigi) yang
berada di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang
memperkokoh gigi. Jika tidak dilakukan perawatan dengan baik, gigi akan mudah sekali
mengalami kerusakan (Kusumawardani, 2011).

1.2.Skenario

Karies merupakan penyakit yang menyerang jaringan keras gigi. Mekanisme terjadinya
melibatkan proses demineralisasi oleh produk metabolisme bakteri rongga mulut yang bersifat
asam. Yang pertama kali terlarut adalah enamel sebagai bagian dari gigi yang paling luar dan
menutupi dentin. Kelarutan komposisi enamel didahului oleh bahan bahan anorganik kemudian
diikuti bahan organiknya. Bahan utama anorganik enamel adalah hidroksiapatit yang berbentuk
kristal. pH yang asam mampu melepaskan ion kalsium (Ca2+) dan ion fosfat (PO43), sehingga
gigi mengalami kavitasi. Ukuran kristal mempengaruhi solubilitas asam di dalam enamel. Ukuran
kristal 30-50nm lebih tahan dibandingkan ukuran yang 10-15nm. Ukuran kristal yang kecil
tersebut biasanya dijumpai pada gigi yang baru berkembang, oleh karena itu gigi permanen muda

1
lebih rentan terhadap karies. Apabila demineralisasi ini dibiarkan maka karies akan berlanjut pada
lapisan dibawahnya yaitu dentin bahkan juga bisa melibatkan pulpa. Karies yang melibatkan
dentin menimbulkan rasa nyeri yang lebih terasa dibandingkan bila hanya mengenai enamel dan
perkembangan kariesnya semakin cepat.

1.3.Rumusan Masalah
1. Apa saja komposisi dari enamel ?
2. Apa sifat fisik enamel ?
3. Bagaimana pengaruh PH terhadap gigi ?
4. Bagaimana proses demineralisasi ?
5. Apa saja struktur enamel ?
6. Mengapa ukuran hidroksi apatit mempengaruhi kekuatan gigi terhadap karies ?
7. Mengapa karies yang mencapai dentin menyebabkan nyeri pada gigi ?
8. Faktor apa saja yang mempengaruhi kekerasan enamel ?

1.4. Tujuan Pembelajaran


1. Menjelaskan komposisi dari enamel.
2. Menjelaskan sifat fisik enamel.
3. Menjelaskan pengaruh PH terhadap gigi.
4. Menjelaskan proses demineralisasi.
5. Menjelaskan struktur enamel.
6. Menjelaskan alasan ukuran hidroksi apatit mempengaruhi kekuatan gigi terhadap karies.
7. Menjelaskan alasan karies yang mencapai dentin menyebabkan nyeri pada gigi.
8. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kekerasan enamel.

1.5. Learning Objective


1. Mampu mengkaji konsep dan teori karakteristik dan sifat fisik enamel.
2. Mampu mengindentifikasi dan menyusun struktur dan komposisi enamel secara makro dan
mikro.
3. Mampu mengkaji dan mengidentifikasi struktur dan komposisi enamel secara molekular.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Komposisi Enamel

Dilihat dari komposisinya, enamel terdiri atas 96-97 % materi anorganik (hidroksi apatit)
dengan komposisi kalsium 35,8% dan fosfor 17,4%, 1% materi organik berupa protein yaitu
amelogenin dan non amelogenin dan sisanya berupa air. Amelogenin terdiri atas prolin, histidin
dan glutamin. Sedangkan non amelogenin terdiri atas enamelin, amelin, tuftelin. Enamelin
mengelilingi kristal hidroksi apatit dan menetap diantara hidroksi apatit. Kandungan bahan organik
pada enamel lebih banyak terkandung dibagian permukaan luar enamel. Amelogenin pada enamel
berfungsis untuk mempetahankan keseimbangan komposisi enamel.

2.2. Sifat Fisik Enamel

Enamel merupakan bagian dari tubuh yang paling keras dan kuat karena telah mengalami
mineralisasi sehingga paling rentan mengalami karies. Enamel memilki sifat fisik berwarna putih
keabuan serta memilki ketebalan yang semakin berkurang seiring mendekati dentin sehingga
semakin lemah. Selain itu, enamel juga mudah pecah karena tidak ada kolagen didalamnya.
Bersifat semitranslusen untuk merefleksikan warna pada dentin serta semipermeabel karena
adanya bahan organik dan celah-celah kecil yang dapat ditembus oleh ion asam. Enamel dapat
menerima tekanan sebesar 100.000 psi, tidak memilki kemampuan untuk regenerasi serta memilki
sifat daya tarik yang kecil sehingga memerlukan bantuan dari dentin untuk menahan gaya kunyah.

2.3.Pengaruh pH terhadap Gigi

pH normal pada mulut umumnya netral akibat adanya saliva. Terkadang PH mulut dapat
berubah menjadi asam disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya plak gigi, konsumsi
makanan yang asam dan manis sehingga bakteri pada plak gigi akan berikatan dengan gula dan
membentuk asam laktat. PH yang asam pada mulut dapat menyebabkan demineralisasi pada gigi.

2.4.Proses Demineralisasi

Demineralisasi meruapakan peristiwa larutnya garam mineral hidroksi apatit pada email
gigi. Demineralisasi dapat terjadi jika keadaan PH mulut asam yakni 5,5. Kristal hidroksi apatit
pada enamel akan bereaksi dengan ion hidrogen dan prosesnya bisa berlangsung selama setengah

3
jam. Selain itu, proses demineralisasi juga melibatkan adanya rekasi bakteri dengan gula yang
terkandung pada makanan yang kita konsumsi dan akan menghasilkan asam laktat sehingga bercak
putih akan timbul. Pada PH dibawah 5,5 , flour pada gigi akan bereaksi dengan apatit. Ion hidrogen
akan menyangga hidroksi apatit menjadi kalsium, hidrogen phosphat dan air sehingga hidroksi
apatit akan larut.

2.5. Struktur Enamel


1. Enamel rods : Enamel rods merupakan struktur utama pembentuk enamel. Arah kristal
hidroksi apatit yang terdapat pada enamel rods dapat mempengaruhi sifat email. Setiap
enamel rods dibentuk oleh 4 ameloblas. Setiap batang terdiri atas kepala, leher dan ekor.
Kepala menghadap ke permukaan dan ekor ke arah cervikal.
2. Garis Retzius : Garis pembentuk enamel yang melintang dari dentino enamel junction ke
permukaan gigi.
3. Enamel Lamella : Matriks dentin yang berkembang masuk ke dalam enamel, panjang lebih
dari ½ tebal enamel.
4. Enamel Tuft : Matriks dentin yang masuk ke dalam enamel dengan akhiran mengurai.
5. Enamel spindle : Matriks dentin yang masuk ke dalam enamel dengan akhiran menebal.
2.6. Ukuran Hidroksi Apatit Mempengaruhi Kekuatan Gigi terhadap Karies

Jika zat terlarut yang berupa kristal hidroksi apatit memilki ukuran yang lebih kecil, maka
akan mudah larut dalam zat pelarutnya berupa ion asam. Selain itu ukuran kristal hidroksiapatit
berbanding lurus dengan tingkat kekerasan enamel. Misalnya saja ukuran kristal hidroksiapatit
enamel lebih besar 30 kali dari ukuran kristal hidroksiapatit dentin sehingga tingkat kekerasan
enamel pun lebih tinggi dibandingkan dentin.

2.7.Karies yang Mencapai Dentin Menyebabkan Nyeri

Pada dentin memilki bahan organik yang lebih banyak yang menyediakan ion asam yang
lebih banyak. Sel odontoblas yang terdapat pada dentin sudah dipersaraf oleh saraf pada pulpa
sehingga jika karies telah mencapai dentin maka akan terasa nyilu akibat adanya saraf tersebut.

4
2.8.Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan Enamel
Faktor yang mempengaruhi kekerasan pada enamel yakni adanya kandungan mineral pada
enamel, usia, difusi ion pada saliva kedalam enamel, ukuran kristal hidrosi apatit, suhu yang
mempengaruhi tingkat keasaman mulut, PH, makanan dan minumana, kandungan phosphat, fluor
dan kalsium, terapi pemutihan gigi, susunan enamel rods dan penyakit.

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Konsep dan Teori Karakteristik dan Sifat Fisik Enamel

Dilihat dari sifat fisiknya, enamel memiliki sifat yang sangat keras karena bahan
mineralnya. Meskipun demikian, enamel memiliki kelenturan yang rendah, sehingga dapat
mengakibatkan timbulnya retakan enamel (enamel crack) pada permukaan enamel. Enamel
tembus cahaya dan memiliki variasi warna karena adanya variasi ketebalan yangmempengaruhi
refleksi warna dentin yang berada di bawahnya. Ketebalan lapisan enamel bervariasi mulai dari
0,5 mm pada daerah servikal hingga 2,5 mm pada daerah puncak cups gigi.

Berdasarkan penelitian Cuy dkk dan Braly dkk, sifat fisik email berkaitan dengan susunan
kimiawi email dan derajat mineralisasinya. Berdasarkan jumlah mineral pada email berpengaruh
pada kekuatannya, membuat email bersifat sangat keras. Kekerasannnya sangat tinggi, kekuatan
tarik rata-rata l00 kg/cm, tahanan kompresi mencapai 2110-3500 kg/cm. Semakin ke arah dentin,
kekerasan email semakin berkurang.

3.2 Struktur dan Komposisi Enamel secara Makroskopis dan Mikroskopis


3.2.1 Struktur dan Komposisi Enamel secara Makroskopis
Warna dari enamel sendiri adalah translusen (transparan ke abu-abuan), dari gigi
depan hingga belakang warna dari enamel akan semakin gelap. Hal tersebut disebabkan
oleh besarnya dentin pada gigi, semakin besar dentin semakin gelap warna enamel. Pada
gigi depan dentin memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga terlihat lebih bening dari gigi
yang berapa di belakang.

6
3.2.2 Struktur dan Komposisi Enamel secara Makroskopis
1. Prisma Enamel/ Enamel Rods
Enamel Rods merupakan struktur dasar enamel (merupakan massa Kristal
hidroksiapatit yang terkemas rapat dalam pola terorganisir). Berdiameter 4-8 µm,
panjang dari kepala sampai ekor 8-9µm dan lebar kepala 4-5µm. Arahnya berjalan ke
permukaan gigi (dari Dentinoenamel junction ke permukaan enamel). Arah Kristal
hidroksiapatit yang menyusun batang enamel mempengaruhi beberapa sifat ename
seperti kekuatan, daya tahan terhadap asam.
Pada potongan melintang batang enamel akan terlihat seperti lubang kunci dimana
kepalanya mengarah ke mahkota, sedangkan ekornya mengarah ke akar gigi. Setiap
prisma enamel terdiri dari 4 ameloblas, yang masing-masing kepala disusun oleh 1
ameloblas, leher disusun leh 2 ameloblas dan ekor tersusun dari 1 ameloblas. Prisma
enamel terdiri dari Kristal hidrosiapatit dan permukaannya dibungkus oleh selubung
batang(rod sheath) serta memiliki bagian inti yang terletak di tengah disebut rod core.
Komposisi rod sheath lebih banyak mengandung zat organik dibandingkan rod core.

7
2. Retzius Lines (Garis Retzius)
Merupakan garis pertumbuhan incremental. Garis incremental merupakan garis
yang terbentuk karena adanya aktivitas sel pembentuk enamel yang disebut ameloblas.
Secara longitudinal terlihat sebagai pita-pita gelap yang merefleksikan bidang
berbentuk enamel yang berturut-turut. Arah garis tersebut berjalan dari Dentinienamel
Junction ke permuakaan gigi. Garis ini terlihat jelas pada gigi permanen daripada gigi
sulung.

3. Dentinoenamel junction
Perbatasan antara enamel dan dentin dikenal dengan istilah dentinoenamel junction.
Bagian enamel yang dapat dilihat pada bagian dentinoenamel junction adalah (1)
enamel spindle, (2) enamel tuft dan (3) enamel lamellae.

8
Gb. Bagian Dentinoenamel junction Gb. A.Garis retzius, B.Enamel tuft, C.Enamel lamela,
D.Dental enamel junction

a. Enamel spindle

Enamel spindle merupakan odontoblast yang tertanam pada enamel dengan


panjang 25 μm, meluas dari dentin ke enamel melalui dentino enamel junction dan
diduga dengan adanya bentukan ini menjadikan dentino enamel junction
merupakan daerah yang sensitif terhadap rangsangan. Pada potongan memanjang
(longitudinal), enamel spindle dapat dilihat dengan jelas. Matriks dentin yang
masuk ke dalam enamel dengan akhiran menebal.

b. Enamel tuft

Enamel tuft merupakan enamel rods yang mengalami hipomineralisasi.


Berbentuk seperti rumput dengan panjang sekitar 100 μm dan berjalan searah

9
dengan prisma enamel. Enamel tuft dapat dilihat dengan jelas pada potongan
melintang.

c. Enamel lamellae

Enamel lamellae merupakan celah tipis sehingga saliva dan debris dapat
masuk ke dalamnya. Panjang dari enamel lamellae tergantung dari ketebalan
enamel seseorang. Pada saat proses perkembangan enamel, enamel lamellae akan
diisi oleh protein enamel. Pada potongan melintang, enamel lamellae dapat dilihat
dengan jelas. Enamel lamella adalah struktur seperti daun yang meluas dari bagian
enamel ke bagian dentin, yang mengandung bahan organik dan sedikit bahan
mineral. Bagian tersebut diduga merupakan pintu masuk dari bakteri yang
menyeabkan terjadinya permulaan dari karies gigi.

10
3.3 Struktur dan Komposisi Enamel secara Molekular.

Email mengandung jutaan rod atau prisma yang berjalan dari dentino enamel
junction menuju permukaan gigi. Prisma tersebut diperkirakan berdiameter 4 - 7 µm pada
gigi sulung dan 6 – 8 µm pada gigi permanen. Diantara setiap prisma terdapat matriks
protein. Selama pembentukan mahkota, matriks organic hamper selalu terlibat dalam
menentukan ukuran dan orientasi kristal. Materi organik yang mengelilingi Kristal dan
mengisi ruangan yang ada di antara kristal-kristal tersebut adalah enamelin. Enamelin adalah
protein bermolekul tinggi yang terdiri dari asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam
glutamat. Protein ini terus menetap pada email yang telah dewasa.
Setiap prisma (rod) email terdiri dari jutaan Kristal hidroksiapatit. Hidroksiapatit
(HA), Ca10(PO4)6(OH)2 yang menyusun prisma email merupakan Kristal dengan panjang
120 – 160 nm, dan lebar sisinya yang tersempit 25 nm dan yang terlebar 40 nm. Apatit
merupakan Kristal heksagonal yang tersusun dari unit sel yang merupakan gabungan 3
tetragonal dengan sudut γ = 120□. Pada susunan atomic kristal, posisi tengah ditempati oleh
ion hidroksil, dikelilingi oleh konfigurasi triangular dengan ion kalsium pada setiap sudut
segitiga. Tepat di sekeliling atom kalsium, terdapat phosphate grouping. Komposisi ini
dijelaskan pada gambar 2. 1. Susunan molekul Kristal tersebut merupakan susunan
hexagonal close pack. Dengan susunan tertumpuk tersebut, maka akan terdapat suatu lorong
dari ruang antara fosfat. Dari seluruh jumlah lorong yang terjadi, tiga perempatnya diisi oleh
ion kalsium, sisanya oleh hidroksil. Lorong ini merupakan suatu poros mikro yang dapat
dimasuki oleh beberapa ion dengan berat atom rendah. Lorong mikro dijelaskan pada
gambar 2.2. Atom–atom yang menyusun Kristal hidroksiapatit dapat digantikan oleh atom
lain.
Sebagai contoh, kelompok hidroksil dapat digantikan oleh fluoride, ion kalsium
dapat digantikan oleh strontium, dan kelompok fosfat dapat digantikan oleh ion karbonat.
Ion dapat digantikan oleh ion dengan kisaran jari – jari ionik (ionic radii) yang sama.
Kalsium (Ca2+) dengan jari – jari ion ± 0.99 Å atau 99 pm dapat digantikan oleh ion dengan
jari – jari ion yang berkisar antara 0.69 – 1.35 Å, antara lain Sr (1.12 Å), Pb (1.20 Å), dan
Co (0.72 Å). Fosfat (PO43-) dengan jari – jari ion ± 0.31 Å dapat digantikan oleh elemen
dengan jari – jari ion antara 0.29 – 0.60 Å, seperti As (0.46 Å) dan V (0.59 Å). Kelompok
hidroksil (1.32 – 1.37 Å atau 132 – 137 pm) dapat digantikan oleh golongan halogen seperti

11
F- (1.17 – 1.19 Å atau 117 – 119 pm). Pergantian ini bergantung pada ion–ion yang tersedia
pada lingkungan tempat Kristal hidroksiapatit berada.
Tidak semua ion asli digantikan dan tidak semua pergantian ion permanen.
Pergantian ion berlanjut seumur hidup. Ketika sejumlah kelompok hidroksil digantikan oleh
ion fluor, Kristal hidroksiapatit menjadi fluor hidroksiapatit. Jika semua hidroksil digantikan
oleh fluoride, Kristal tersebut dinamakan fluorapatit. Pertambahan fluoride akan
meningkatkan pertahanan terhadap asam. Pergantian kalsium dan fosfat dengan ion lain akan
menghasilkan Kristal yang kurang stabil.

Gb 2.1. Susunan Atomik Kristal Hidroksiapatit. Gb 2.2. Skematik susunan close pack.(Eliot)
Sumber: Primary Preventive Dentistry. Telah diolah kembali Sumber: Pengaruh Retensi Perubahan Kristal Apatit, Tingkat Retensi dan
Intrusi Fluor terhadap Kelarutan Email Setelah Perlakuan Larutan Ikan Teri
Jengki. Harun A. Gunawa

Kristalit-kristalit struktur hidroksiapatit, mengandung ion kalsium, ion fosfat dan ion
OH, tersusun dengan cara yang sangat khusus. Ion OH tidak terletak pada bidang sentral,
sehingga kristal dalam sentrum ini tidak stabil dan lebih mudah larut. Struktur enamel
mengandung jutaan enamel rod atau prisma enamel yang memanjang dari arah perbatasan
enamel dandentin ke permukaan enamel, serta satu dengan lainnya saling mengikat.

Pada potongan melintang nampak seperti ‘keyhole’ yang teridiri atas kepala dan ekor.
Arah prisma ke permukaan tidak lurus melainkan bergelombang untuk mempertinggi ketahanan
terhadap gaya yang datang. Di bagian kepala prisma terdapat selubung prisma (prisma sheath)
yang didalamnya terdapat kristal hidroksiapatit. Diantara kristal terdapat celah yang terisi oleh
matriks yang sukar diamati sebab terdiri dari zat berupa gel yang tidak berstruktur. Di antara
kristal juga terdapat cross striations yang dibagian terluarnya terdapat striae of retzius

12
13
BAB IV
KESIMPULAN

Email yang berasal dari lapisan epitel ektodermal adalah lapisan terluar gigi yang hanya
menyelubungi mahkota gigi, dan merupakan struktur terkeras dari tubuh. Email mengandung lebih
sedikit bahan organik dibanding jaringan lain dalam tubuh. Materi organik email tidak
mengandung kolagen, melainkan suatu protein bermolekul tinggi yaitu enamelin yang terdiri dari
asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam glutamat. Enamelin mengelilingi kristal, mengisi
ruangan yang ada di antara kristal-kristal tersebut, dan terus menetap pada email yang telah
dewasa.

Struktur email terdapat Enamel Rod (Batang Email) yaitu unit dasar email disebut enamel
rod, berdiameter 4-8μm, merupakan massa kristal-kristal hidroksiapatit yang terkemas rapat dalam
pola terorganisir. Arah kristal hidroksiapatit yang menyusun batang email mempengaruhi
beberapa sifat email, seperti kekuatan, daya tahan terhadap asam, dan lain-lain. Pada potongan
melintang, batang email terlihat seperti lubang kunci, dimana kepalanya mengarah ke mahkota
gigi, sedangkan bagian bawahnya mengarah ke akar gigi. Batang email berjalan dari perlekatan
email-dentin (Dentinoenamel Junction atau DEJ) sampai ke permukaan gigi dengan interrod
substance di antaranya.

Besarnya jumlah mineral pada email berpengaruh pada kekuatannya, membuat email
bersifat sangat keras. Kekerasannya sangat tinggi, kekuatan tarik rata-rata 100 kg/cm, tahanan
kompresi mencapai 2110-3500 kg/cm. Semakin kearah dentin, kekerasan email semakin
berkurang. Kekerasan dan modulus elastis semakin meningkat dari DEJ ke arah permukaan gigi.
Kekerasan email juga dipengaruhi faktor usia, dimana email orang muda lebih lunak daripada
orang tua. Adanya difusi ion-ion pada saliva ke dalam email juga dapat meningkatkan
kekerasannya. Faktor-faktor seperti pH, lingkungan cair, dan temperatur juga mempengaruhi sifat-
sifat fisik, misalnya modulus elastis, kekerasan, serta kekasaran permukaan dari email. Email
bersifat semitranslusen, dan warna normalnya bervariasi dari dari kuning terang sampai putih
keabu-abuan. Hal ini dipengaruhi oleh variasi ketebalan email yang merefleksikan warna dentin
di bawahnya. Email paling tebal terdapat pada cusp dan tertipis terdapat pada bagian cemento-
enamell junction (CEJ).

14
DAFTAR PUSTAKA

o Theresia Dhearine (2008). Pengaruh Pengunyahan Permen Karet yang mengandung Xylitol
terhadap pH Saliva pada Anak. Diperoleh 25 Februari 2018, dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125162-R20-OB-444%20Pengaruh%20xylitol-
Literatur.pdf
o Sadewi, P. Betanty. 2009. Pengaruh Penambahan Aditif Polistiren pada Karakteristik Semen
Gigi Zinc Oxide Eugenol Secara In Vivo. Universitas Airlangga.
o Dr. Nada AL-Ghaban. (2012). Oral Histology. Lec 7, dari
http://www.codental.uobaghdad.edu.iq/uploads/0000000Lectures/2nd/O.%20Histology/Lec
%207.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai