Anda di halaman 1dari 145

PANDUAN

KEPANITERAAN
KLINIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK KLINIK

Ilmu Kedokteran Gigi Anak Klinik yang diterapkan pada pasien anak dapat dicapai dengan
melakukan suatu pemeriksaan lengkap, diagnosis yang cermat dan merumuskan rencana
perawatan yang tepat. Kunjungan pertama bagi pasien anak merupakan suatu hal yang kritis baik
dari segi diagnosis maupun segi tingkah laku. Kunjungan pertama seharusnya merupakan
permulaan dari hubungan yang menyenangkan (atraumatik) antara dokter gigi, pasien dan orang
tua sehingga minat pasien dan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
meningkat.

Pemeriksaan lengkap dilakukan secara menyeluruh meliputi pemeriksaan subyektif dan obyektif.
Pada pemeriksaan subyektif dapat diperolah riwayat penyakit medik dan dental, pemeriksaan
obyektif termasuk pemeriksaan klinis, radiografis dan laboratorium.

Pemeriksaan lengkap rutin dapat dilakukan pada kunjungan pertama, apabila untuk perawatan
darurat, perlu dibuatkan riwayat singkat secukupnya, kemudian lakukan perawatan untuk
mengatasi keadaan darurat tersebut dengan sedapat mungkin tanpa trauma. Pemeriksaan lengkap
rutin dan perawatan selanjutnya dilakukan pada kunjungan berikutnya.

Pemeriksaan lengkap rutin dilakukan dengan metode tender, loving, care. Gerakan perlahan, alat
semininimal mungkin untuk menghindari rasa takut pada anak. Pertanyaan dan pernyataan dokter
gigi dalam bentuk percakapan yang ringan dan sederhana, mudah dipahami oleh anal-anak dan
bersifat informative. Informasi tertentu juga dapat diberikan kepada orang tua sehubungan dengan
prosedur klinis.

Informasi yang perlu dicatat adalah tanggal dilakukan pemeriksaan, nama lengkap (nama
panggilan), jenis kelamin, umur dan tanggal lahir, alamat, nomor telepon, nama dan pekerjaan
orang tua, dokter yang merawat. Dari informasi tersebut diperoleh gambaran tentang status medis,
status social, keluarga yang perlu dipertimbangkan untuk penyusunan rencana perawatan.

Persetujuan perawatan atau informed consent diperlukan untuk memperoleh ijin atau persetujuan
tertulis. Kelengkapan foto profil dan lain lain dapat dilakukan untuk melengkapi dokumen pasien.
Keluhan utama dicatat menurut kata/bahasa pasien.

ALAT STANDAR YANG HARUS DISEDIAKAN

 Kaca mulut  Tempat alcohol


 Sonde half moon  Alas dada untuk pasien
 Sonde lurus  Alas meja unit
 Pinset  Handpiece dan mata bur
 Excavator  Hand instruments tumpatan
 Tempat Cotton Roll  Alat-alat endodontik
 Tempat Cotton Pellet

REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
Prosedur Dental Health Education (DHE) 3
Prosedur Perawatan Fissure Sealant 4
Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls I 3

2
Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls III
I
2
Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls IV / V
4
Prosedur Pencabutan Gigi Sulung dengan Anastesi Topikal
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian Departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
Prosedur Dental Health Education (DHE) 3
Prosedur Perawatan Preventive Resin Restoration (PRR) Tipe A 2
Prosedur Perawatan Preventive Resin Restoration (PRR) Tipe B 2
Prosedur Perawatan Preventive Resin Restoration (PRR) Tipe C 2
Prosedur Perawatan Penumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kls II 2
II Prosedur Pencabutan Gigi Sulung dengan Anastesi Infiltrasi Tanpa Penyulit 2
Prosedur Perawatan Pulpotomi Non Vital 1
Prosedur Perawatan Perawatan Saluran Akar Non Vital 1
Prosedur Perawatan Space Maintainer (SM) Pasien Baru 1
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian Departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Perawatan Topikal Aplikasi Fluor (RA-RB) 4
Prosedur Pencabutan Gigi Sulung dengan Anastesi Infiltrasi Tanpa Penyulit 2
Prosedur Perawatan Pulpotomi Vital 1
Prosedur Perawatan Pulpektomi 1
Prosedur SSC (direct / indirect) 2
III
Prosedur Perawatan Space Maintainer (SM) Pasien Lanjutan 1
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian Departemen
PANDUAN KERJA KLINIK
A. Pengisian Rekam Medik Umum

Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pengisian rekam medis pasien anak serta menentukan diagnosis
dan tindakan perawatan secara lengkap dan benar.

Ringkasan Materi :
Pengisian rekam medik anak dengan lengkap.

B. Dental Health Education (DHE)

Capaian pembelajaran :
Memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi secara perorangan kepada pasien dan orang
tuanya dengan alat peraga dan audio visual.

Ringkasan Materi :
Tindakan penyuluhan kesehatan gigi dengan cara :
1. Menerangkan anatomi gigi dan mulut.
2. Penyuluhan dan pengenalan mengenai penyakit gigi dan mulut menggunakan model gigi dan
poster memakai bahasa sesuai dengan usia anak.
3. Menerangkan dan mengajarkan cara pencegahan penyakit gigi dan mulut yaitu mengenai
cara menyikat gigi yang baik dan benar.
4. Pengenalan plak dengan mengulaskan disclosing agent pada gigi.
5. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar.
6. Melakukan penyikatan gigi pada anak dengan pengawasan mahasiswa, dan mahasiswa harus
mengecek dan memastikan bahwa pasien dapat menyikat gigi dengan cara yang benar.
7. Mengevaluasi penyikatan gigi anak dengan mengoleskan kembali disclosing agent dan
menunjukkan pada anak warna merah adalah bagian permukaan gigi yang masih kotor
karena plak belum bersih.
8. Bila ada kalkulus dilakukan scalling (manual atau elektrik) dan dilanjutkan dengan pemolesan
gigi.
9. Kontrol dan evaluasi hasil DHE pada visit berikutnya baik materi yang telah diterangkan
maupun cara menyikat gigi yang benar.
10. Kontrol DHE 1 minggu kemudian

Mahasiswa wajib lapor sebelum DHE, setelah DHE, sebelum kontrol, sesudah kontrol 1 minggu
kemudian kembali kepada anak dan orang tua hal yang sudah diterangkan sebelumnya.
C. Aplikasi Topikal dengan Fluoride
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan aplikasi fluoride secara topikal pada seluruh permukaan gigi rahang
atas dan rahang bawah.

Ringkasan Materi :
Tindakan pencegahan karies gigi melalui aplikasi fluor untuk merangsang pembentukan fluorapatit
pada enamel sehingga gigi menjadi tidak mudah terkena karies, dengan cara :
1. Baca aturan pakai terlebih dahulu
2. Siapkan alat standar ditambah brush, rubber untuk memulas, dental floss, disclosing agent
3. Scaler jika diperlukan untuk membersihan karang gigi
4. Semua gigi karies sudah ditumpat (kalau bisa sudah dilakukan tumpatan permanen atau jika
belum minimal tumpatan sementara)
5. Semua bidang diulas dengan disclosing agent kemudian dibersihkan
6. Bidang bukal, lingual, palatinal dibersihkan dan dipulas dengan rubber cup dan pumice
7. Bidang proksimal dibersihkan dengan dental floss
8. Gigi dikeringkan, blokir dan isolasi
9. Gigi diulasi dengan bahan fluor, ditunggu beberapa menit sesuai intruksi pabrik dilanjutkan
ke kuadran selanjutnya.
10. Setelah semua lengkap, instruksikan pasien dan orang tua sesuai dengan badan yang dipakai.

Mahasiswa wajib lapor sebelum melakukan, setelah pembersihan gigi, selesai aplikasi fluor.

D. Fissure Sealant
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan aplikasi sealant pada gigi posterior permanen muda.

Ringkasan Materi :
Tindakan pencegahan karies gigi permanen muda posterior, dengan cara :
1. Sebelum mulai kerja, terlebih dahulu membaca aturan pakai dari bahan yang dipakai.
2. Siapkan alat standar ditambah dengan brush, rubber untuk memulas.
3. Siapkan saliva ejector.
4. Oklusal gigi dibersihkan dengan brush dan pumice.
5. Gigi diisolasi dengan cotton roll.
6. Keringkan dengan 3 way syringe hingga kering.
7. Etsa, irigasi, keringkan sehingga permukaan oklusal tampak keputihan.
8. Bahan sealant diratakan ke semua permukaan pit dan fissure, polimerisasi, cek dengan sonde
jangan sampai ada gelembung, tambahkan jika kurang, cek oklusi.

Mahasiswa wajib lapor sebelum mulai, setelah memulas, setelah etsa, setelah aplikasi.
E. Preventive Resin Restoration
1. Tipe A
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan aplikasi sealant dan komposit pada gigi posterior permanen
muda yang mengalami karies sebatas enamel pada bagian pit dan fissure.

Ringkasan Materi :
Tindakan perawatan karies gigi posterior permanen muda yang mengalami karies pada pit
dan fissure, dengan cara :
a. Aplikasi disclosing agent untuk melihat plak.
b. Pemulasan dengan pumice dan brush untuk membersihkan seluruh permukaan gigi
agar bebas dari plak.
c. Preparasi jaringan karies pada pit dan fissure.
d. Pemberian etsa 30 – 60 detik dengan bahan asam fosfat 37% pada permukaan gigi
(kavitas + pit dan fisur + groove), dan kemudian diirigasi dan dikeringkan sampai
berwarna putih agar terjadi interlocking enamel.
e. Aplikasi sealant pada pit dan fissure serta groove gigi yang dalam.
f. Pengecekan oklusi dengan articulating paper.

2. Tipe B
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan aplikasi sealant dan komposit pada gigi posterior permanen
muda yang mengalami karies sebatas enamel pada bagian pit dan fissure sebatas dentin /
sedikit mengenai dentin.

Ringkasan Materi :
Tindakan perawatan karies gigi posterior permanen muda yang mengalami karies pada pit
dan fissure, dengan cara :
a. Aplikasi disclosing agent untuk melihat plak.
b. Pemulasan dengan pumice dan brush untuk membersihkan seluruh permukaan gigi
agar bebas dari plak.
c. Preparasi jaringan karies pada pit dan fissure.
d. Pemberian etsa 30 – 60 detik dengan bahan asam fosfat 37% pada permukaan gigi
(kavitas + pit dan fisur + groove), dan kemudian diirigasi dan dikeringkan sampai
berwarna putih agar terjadi interlocking enamel.
e. Aplikasi bonding
f. Aplikasi komposit pada kavitas yang telah dipreparasi kemudian dipolimerisasi
g. Aplikasi sealant pada pit dan fissure serta groove gigi yang dalam.
h. Pengecekan oklusi dengan articulating paper.

3. Tipe C
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan aplikasi sealant dan komposit pada gigi posterior permanen
muda yang mengalami karies sebatas enamel pada bagian pit dan fissure sampai dentin
dalam.
Ringkasan Materi :
Tindakan perawatan karies gigi posterior permanen muda yang mengalami karies pada pit
dan fissure, dengan cara :
a. Aplikasi disclosing agent untuk melihat plak.
b. Pemulasan dengan pumice dan brush untuk membersihkan seluruh permukaan gigi
agar bebas dari plak.
c. Preparasi jaringan karies pada pit dan fissure.
d. Pemberian etsa 30 – 60 detik dengan bahan asam fosfat 37% pada permukaan gigi
(kavitas + pit dan fisur + groove), dan kemudian diirigasi dan dikeringkan sampai
berwarna putih agar terjadi interlocking enamel.
e. Aplikasi bonding
f. Aplikasi komposit pada kavitas yang telah dipreparasi kemudian dipolimerisasi
g. Aplikasi sealant pada pit dan fissure serta groove gigi yang dalam.
h. Pengecekan oklusi dengan articulating paper.

Mahasiswa wajib lapor sebelum mulai, setelah pulas, setelah etsa, setelah cek oklusi.

F. Tumpatan Glass Ionomer Cement


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan tumpatan GIC pada gigi sulung.

Ringkasan Materi :
Tindakan penambalan bahan glass ionomer pada gigi sulung anterior dan posterior dengan cara :
dengan cara :
1. Preparasi kavitas sesuai bentuk karies
2. Aplikasi liner dengan Ca(OH)2 bila kavitas mencapai dentin yang dalam
3. Aplikasi dentin conditioner
4. Dicuci dan keringkan dengan cotton pellet
5. Gigi diisolasi dan dikeringkan
6. Aplikasi GIC dengan konsistensi yang tepat dan sesuai bentuk anatomis gigi
7. Pengulasan varnish/cocoa butter
8. Pengecekan oklusi dengan articulating paper
9. Pemulasan tumpatan

Mahasiswa wajib lapor sebelum preparasi, setelah preparasi, sebelum menumpat, sebelum dan
sesudah pulas.

G. Tumpatan Kelas II Glass Ionomer Cement


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan tumpatan GIC pada gigi sulung kasus karies di proksimal.

Ringkasan Materi :
Tindakan penambalan bahan glass ionomer pada gigi sulung posterior karies di proksimal dengan
cara :
1. Preparasi kavitas sesuai bentuk karies
2. Aplikasi liner dengan Ca(OH)2 bila kavitas mencapai dentin yang dalam
3. Aplikasi dentin conditioner
4. Dicuci dan keringkan dengan cotton pellet
5. Gigi diisolasi dan dikeringkan
6. Pasang matrix band, wedge
7. Aplikasi GIC dengan konsistensi yang tepat dan sesuai bentuk anatomis gigi
8. Pengulasan varnish/cocoa butter
9. Pengecekan oklusi dengan articulating paper
10. Pemulasan tumpatan

Mahasiswa wajib lapor sebelum dan sesudah preparasi, basis, matrix band, setelah menumpat,
carving, sebelum dan sesudah pulas.

H. Perawatan Saluran Akar Gigi Sulung


1. Pulpotomi
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pulpotomi pada gigi sulung.

Ringkasan Materi :
Tindakan perawatan gigi sulung berupa pengambilan jaringan pulpa bagian koronal gigi dan
meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar dalam keadaan sehat dan vital dengan tujuan
menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi, dengan cara :
a. Ro – foto untuk menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang
akan dilakukan sudah tepat
b. Membersihkan jaringan karies
c. Membuka atap pulpa sampai terlihat orifice.
d. Bila gigi masih vital, lakukan devitalisasi dan tumpat sementara. 3 hari – 1 minggu
pasien diharuskan kembali utk melanjutkan open bur
e. Pembuangan jaringan pulpa pada kamar pulpa diikuti dengan pembuangan jaringan
pulpa sejauh mungkin dalam saluran akar dengan ekskavator
f. Gigi diirigasi dan dikeringkan.
g. Sterilisasi, kontrol 1 minggu (kontrol untuk sterilisasi 2 – 3x)
h. Apabila pemeriksaan subjektif dan objektif negative, kapas sterilisasi sebelumnya
dalam keadaan bersih dan tidak berbau, kamar pulpa diisi dengan pasta CaOH2, tutup
dengan kapas & tumpatan sementara.
i. Pengambilan foto Ro pengisian
j. Pemberian lining GIC dan tumpat sementara.
k. Kontrol 1 minggu setelah pengisian.
l. Restorasi akhir.

Mahasiswa wajib lapor sebelum perawatan, setelah pengambilan atap pulpa, setelah
pembuangan jaringan pulpa, sebelum dan sesudah pengisian, setelah aplikasi lining/basis.
2. Pulpektomi
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pulpekomi pada gigi sulung.

Ringkasan Materi :
Tindakan perawatan pulpa gigi sulung yang mengalami keradangan mencapai pulpa dalam
saluran akar dengan membuang seluruh jaringan pulpa bagian koronal dan saluran akar dan
mengisi dengan bahan pengisi sampai hermetis dan jaringan apikal dlam keadaan sehat,
dengan cara :
a. Melakukan Ro – foto periapikal untuk menentukan indikasi perawatan
b. Bila gigi masih vital, lakukan devitalisasi dan tumpat sementara. 3 hari – 1 minggu
pasien diharuskan kembali utk melanjutkan open bur
c. Pembuangan jaringan karies
d. Pembukaan atap pulpa dan pengambilan jaringan pulpa di kamar pulpa.
e. Pengukuran panjang kerja dengan DWP
f. Ekstirpasi jaringan pulpa di saluran akar
g. Preparasi saluran akar dengan K-file dimulai dengan file ukuran no 8 / 10 / 15 dan
diakhiri dengan no 50 / 60 / 80 atau sesuai dengan lebar SA, juga sesuai panjang kerja.
h. Irigasi saluran akar dengan bahan NaOCL 3%/saline steril dan aquadest steril.
Dikeringkan dengan gulungan kapas kecil dan paper point.
i. Sterilisasi saluran akar dengan kapas + Cresophene / Roackle’s dan tumpat
sementara. Pasien diinstruksikan datang 1 minggu lagi (sterilisasi dilakukan 2 – 3x
kunjungan).
j. Apabila pemeriksaan subjektif dan objektif negative, kapas sterilisasi sebelumnya
dalam keadaan bersih dan tidak berbau, serta saluran akar sudah kering maka
saluran akar diisi dengan sealer. Pengisian dibantu dengan alat file spreader / lentulo
dan ditekan dengan kapas lembab steril pada orifice sampai seluruh saluran akar
terisi.
k. Tutup kapas, hasil pengisian diperiksa dengan rontgen periapikal.
l. Apabila sudah hermetis maka kamar pulpa dapat diisi dengan GIC dan ditumpat
sementara.
m. Pasien kontrol 1 minggu kemudian, apabila pemeriksaan subjektif dan objektif
negative maka dapat dilakukan restorasi akhir.

Mahasiswa wajib lapor sebelum perawatan, setelah pengambilan atap pulpa, DWP, setelah
preparasi, foto preparasi, sebelum dan sesudah pengisian, dan sesudah aplikasi basis/lining.

I. Stainless Steel Crown


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu Melakukan preparasi SSC sampai sementasi pada gigi molar sulung setelah
perawatan saluran akar.
Ringkasan Materi :
Restorasi stainless steel crown pada gigi posterior sulung yang mengalami karies yang meluas di
bagian oklusal yang tidak memungkinkan dilakukan perawatan restorasi direk lain, atau gigi sulung
yang sebelumnya telah dilakukan perawatan endodontik, dengan cara :

1. Preparasi bagian mesial dan distal sampai kontak proksimal bebas menggunakan longthin
diamond bur
2. Preparasi pada bidang oklusal menggunakan wheel diamond atau tapered round end
diamond, pengurangan minimum 1-1,5 mm
3. Preparasi bagian bukal dan lingual sesuai dengan anatomi gigi
4. Membentuk bevel di sekeliling permukaan oklusal
5. Menentukan ukuran crown sesuai dengan lebar mesio-distal gigi
6. Memilih ukuran crown yang tepat
7. Apabila tidak selesai dalam 1 visit, dapat dengan cara iindirect, yaitu setelah preparasi, gigi
dicetak dan di kirim ke laboratorium gigi untuk dikontur.Hasil dari laboratorium dipasang
coba untuk melihat ada tidaknya bagian servikal yang terbuka / kontak oklusal yang
berlebihan.
8. Membentuk dan mengkontur crown menggunakan gunting bedah dan tang contouring
9. Pasang coba crown yang telah dibentuk dan dikontur
10.Pengecekan oklusi saat pasang coba
11.Pengecekan margin gingival, bila masih ada bagian yang pucat ( berwarna agak putih) harus
dibentuk dan dikontur kembali
12.Isolasi gigi dan dikeringkan
13.Aplikasi SSC dengan menggunakan semen lutting
14.Pembersihan sisa – sisa semen
15.Pengecekan oklusi dengan articulating paper
16.Instruksi kepada pasien untuk tidak mengunyah menggunakan gigi yang telah ditumpat SSC
selama 1 hari
17.Kontrol 1 minggu kemudian

Mahasiswa wajib lapor sebelum preparasi, setelah preparasi, sebelum sementasi, setelah
sementasi.

J. Space Maintainer
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu enyelesaikan penghitungan model studi untuk geligi pergantian dan insersi
space maintainer.

Ringkasan Materi :
Tindakan perawatan menggunakan appliance akibat tanggal premature gigi sulung pada gigi yang
oklusinya normal (klas 1 Angle) dan belum terdapat maloklusi dengan tujuan untuk
mempertahankan ruang yang giginya telah tanggal premature sehingga tidak terjadi maloklusi,
dengan cara :
1. Menentukan indikasi kehilangan premature gigi sulung ( dapat dilihat pada rontgent foto
pembentukan akar benih gigi permanen ≤ ⅓ tengah akar ) dan tidak ada kelainan oklusi, serta
perawatan gigi lain pada pasien tersebut ( seperti penambalan, perawatan syaraf dan
eksodonsi ) telah selesai dilakukan.
2. Pencetakan model studi untuk diskusi rencana perawatan
3. Mengenalasis ruang dengan menghitung space pada area premature loss
4. Mendesain space maintainer
5. Mencetak model kerja
6. Membuat space maintainer
7. Insersi space maintainer
8. Kontrol rutin secara berkala sampai space maintainer saatnya dilepas karena gigi permanen
telah erupsi

K. Ekstraksi Gigi Desidui


1. Anterior
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pencabutan gigi sulung anterior.

Ringkasan Materi :
Tindakan pencabutan gigi sulung anterior yang sudah tidak dapat direstorasi, yang telah
mengalami fraktur / trauma, atau infeksi sehingga tidak memungkinkan untuk
dipertahankan dalam rongga mulut, dengan cara :
a. Mengatur posisi pasien sesuai dengan indikasi gigi yang akan dicabut.
b. Mengatur posisi operator sesuai dengan indikasi gigi yang akan dicabut.
c. Mengaplikasikan bahan desinfektan / povidone iodine pada mukosa region yang
akan dicabut.
d. Mengaplikasikan anestesi topical pada mukosa regio yang akan dicabut, apabila gigi
sulung sudah terjadi kegoyangan °2 - °3
e. Aplikasikan anestesi topical pada mukosa regio gigi yang akan dicabut sebelum
diinjeksi
f. Pada gigi anterior atas infiltrasi anestesi pada regio labial dan palatinal
g. Pada gigi anterior bawah infiltratin anestesi pada regio labial dan intraligamen
(lingual) atau interdental papil sampai memucat ke lingual ( lingual )
h. Melakukan tes dengan sonde untuk melihat apakah anestesi sudah berhasil dengan
keluhan ada / tidak rasa sakit.
i. Melakukan ekstraksi dengan teknik dan instrument yang sesuai dengan indikasi gigi
yang akan dicabut.
j. Membersihkan soket gigi (dilarang kuret)
k. Memberikan tampon dengan povidon iodine dan memberikan instruksi pasca
pencabutan sbb : tampon dibuang setelah 30 menit, jika masih terjadi perdarahan
tampon dapat diganti
l. Instruksi kepada pasien :
 Tidak boleh menggigit bibir pada regio yang teranestesi
 Tidak boleh berkumur
 Tidak boleh menghisap dan memainkan lidah pada bekas pencabutan
 Tidak boleh memegang bekas pencabutan
 Tidak boleh makan dan minum panas selama satu hari
 Bila terasa sakit dianjurkan untuk meminum obat analgesic
 Bila sakit terus berlanjut kontrol ke dokter kembali

2. Posterior
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pencabutan gigi sulung posterior.

Ringkasan Materi :
Tindakan pencabutan gigi sulung posterior yang sudah tidak dapat direstorasi, yang telah
mengalami fraktur / trauma, atau infeksi sehingga tidak memungkinkan untuk
dipertahankan dalam rongga mulut, dengan cara :
a. Mengatur posisi pasien sesuai dengan indikasi gigi yang akan dicabut.
b. Mengatur posisi operator sesuai dengan indikasi gigi yang akan dicabut.
c. Mengaplikasikan bahan desinfektan / povidone iodine pada mukosa region yang
akan dicabut.
d. Mengaplikasikan anestesi topical pada mukosa regio yang akan dicabut, apabila gigi
sulung sudah terjadi kegoyangan °2 - °3
e. Aplikasikan anestesi topical pada mukosa regio gigi yang akan dicabut sebelum
diinjeksi
f. Pada gigi anterior atas infiltrasi anestesi pada regio labial dan palatinal
g. Pada gigi anterior bawah infiltratin anestesi pada regio labial dan intraligamen
(lingual) atau interdental papil sampai memucat ke lingual ( lingual )
h. Melakukan tes dengan sonde untuk melihat apakah anestesi sudah berhasil dengan
keluhan ada / tidak rasa sakit.
i. Melakukan ekstraksi dengan teknik dan instrument yang sesuai dengan indikasi gigi
yang akan dicabut.
j. Membersihkan soket gigi (dilarang kuret)
k. Memberikan tampon dengan povidon iodine dan memberikan instruksi pasca
pencabutan sbb : tampon dibuang setelah 30 menit, jika masih terjadi perdarahan
tampon dapat diganti
l. Instruksi kepada pasien :
 Tidak boleh menggigit bibir pada regio yang teranestesi
 Tidak boleh berkumur
 Tidak boleh menghisap dan memainkan lidah pada bekas pencabutan
 Tidak boleh memegang bekas pencabutan
 Tidak boleh makan dan minum panas selama satu hari
 Bila terasa sakit dianjurkan untuk meminum obat analgesic
 Bila sakit terus berlanjut kontrol ke dokter kembali

Mahasiswa wajib lapor sebelum dan sesudah anestesi injeksi, sebelum dan sesudah ekstraksi.
PERIODONSIA KLINIK
Mahasiswa program profesi kedokteran gigi diharapkan mampu mengendalikan rasa sakit dan
kecemasan pasien disertai sikap empati, melakukan perawatan penyakit/ kelainan periodontal,
mampu melakukan perawatan kelainan sendi temporomandibular dan oklusi dental, mampu
bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa berupa komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE),
pengisian rekam medis periodonsia, scalling dan root planning, splinting, desensitisasi, kuretase,
dan gingivektomi.

REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik 2
Prosedur Dental Health Education (DHE) 2
Desensitisasi 3
Scaling manual 4
Scaling ultrasonik 1
I
Root planning / minimal 2 gigi per sextan 3
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik 2
Prosedur Dental Health Education (DHE) 2
Scaling manual 2
Scaling ultrasonik 1
Root planning / minimal 2 gigi per sextan 3
II
Kuretase / per sextan 2
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik 2
Prosedur Dental Health Education (DHE) 2
Scaling manual 3
Scaling ultrasonik 1
Splinting 1
III
Gingivektomi 1
Asistensi
Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian departemen
PANDUAN KERJA KLINIK

A. Prosedur Pengisian Rekam Medik


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, penentuan
diagnosis, rencana perawatan, prognosis, memberikan instruksi DHE (Dental Health Education),
serta melakukan pencetakan terhadap rongga mulut pasien.

Ringkasan Materi :
Tujuan pengisian rekam medis untuk mengetahui kondisi klinis pasien dan jaringan yang mengalami
penyakit periodontal sehingga dapat ditentukan diagnosis yang tepat dan dapat direncanakan
perawatan periodontal yang adekuat, dengan cara :
1. Kunjungan I
a. Persiapan alat dan bahan (termasuk rekam medis umum + perio)
b. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam dan mempersilakan pasien duduk,
pengaturan posisi kerja.
c. Memakai masker dan sarung tangan (operator)
d. Anamnesis pasien dengan menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sistemik,
kebiasaan buruk, riwayat alergi untuk membantu menentukan diagnosis dan rencana
perawatan yang tepat (operator)
e. Lakukan pemeriksaan keadaan umum pasien, kondisi ekstra oral untuk mengetahui kondisi
pasien saat ini dan kemungkinan adanya kelainan di bagian ekstra oral dan kondisi intraoral
secara garis besar. (operator)
f. Pemasangan cheek retractor (operator) kemudian lakukan pembuatan foto klinis dari
pasien pada saat kondisi awal sebelum dilakukan perawatan (tampak anterior depan,
samping kanan, samping kiri dalam posisi oklusi, palatal, dan lingual) (asisten)
g. Pencetakan rongga mulut untuk mendapatkan model studi dengan menggunakan bahan
alginat dan sendok cetak. (operator) (Lapor instruktur)
h. Pembuatan catatan gigit dengan lempeng lilin (operator)
i. Lakukan pemeriksaan dan perhitungan oral hygiene index score (OHIS) pada lembar index
serta diikuti dengan pemeriksaan intra oral secara keseluruhan meliputi kegoyangan gigi,
kalkulus, kedalaman poket, bleeding on probing (BOP), warna gingiva, impaksi makanan,
retensi makanan, oklusi gigi, relasi gigi, jenis tumpatan, jenis restorasi dengan
menggunakan probe periodontal, pinset, sonde halfmoon dan kaca mulut (operator).
Seluruh pencatatan data-data rekam medis dilakukan oleh asisten. (Lapor instruktur)
j. Lakukan prosedur skeling dan penghalusan akar sesuai dengan SOP skeling. (Lapor
instruktur)
k. Pembuatan surat rujukan foto panoramik oleh operator. (jika diperlukan) (Lapor
instruktur)
l. Pembuatan resep (jika diperlukan) dan dilakukan penjadwalan untuk kunjungan
berikutnya. (Lapor instruktur)

2. Kunjungan II
a. Persiapan alat dan bahan (termasuk rekam medis umum + perio)
b. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam dan mempersilakan pasien duduk,
pengaturan posisi kerja.
c. Jika ada foto panoramik, operator harus menyerahkan kepada instruktur beserta data awal
kunjungan
d. Memakai masker dan sarung tangan (operator)
e. Lakukan prosedur skeling dan penghalusan akar sesuai dengan SOP skeling dilakukan oleh
operator dan dibantu oleh asisten. (Lapor instruktur)
f. Setelah prosedur skeling selesai, Lakukan pencetakan rongga mulut untuk mendapatkan
model studi dengan menggunakan bahan alginat dan sendok cetak. (operator) (Lapor
instruktur)
g. Pemberian instruksi KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dengan bantuan model KIE dan
sikat gigi, instruksi pemakaian benang gigi,dll
h. Pembuatan surat rujukan foto periapikal oleh operator sesuai instruksi instruktur. (jika
diperlukan) (Lapor instruktur)
i. Pembuatan resep (jika diperlukan) dan dilakukan penjadwalan untuk kunjungan berikutnya
oleh operator. (Lapor instruktur)
j. Setelah dilakukan pemeriksaan dan didapatkan data-data secara lengkap kemudian
operator menentukan diagnosis, gambaran klinis, interpretasi radiografis, rencana
perawatan dan prognosis dari pasien tersebut.
k. Operator wajib mendiskusikan kasus pasien pada instruktur dengan membawa data pasien,
foto klinis,cetakan awal dan akhir, catatan gigit, foto RO panoramik dan periapikal.

B. Scalling dan Root planning (manual)


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pemilihan alat, deteksi dan pembersihan kalkulus
daerah supragingiva dan subgingiva dengan menggunakan scaller manual.

Ringkasan Materi :
Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihkan kalkulus yang menyebabkan keradangan
pada jaringan-jaringan penyangga gigi, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan tindakan scalling dan root
planning
2. Pengaturan posisi kerja
3. Aplikasi antiseptik pada area kerja dengan menggunakan cotton pellet dan pinset
4. Lakukan eksplorasi dengan menggunakan sonde half moon untuk mengetahui letak perbatasan
kalkulus
5. Gunakan sickle scalers untuk melakukan pembersihan kalkulus supragingiva
6. Gunakan kuret gracey untuk pembersihan kalkulus subgingiva dan penghalusan akar:
 Gracey no. 1-4 gigi anterior
 Gracey no. 5-6 gigi premolar
 Gracey no. 7-10 gigi posterior
 Gracey no. 11-12 gigi posterior bagian mesial
 Gracey no. 13-14 gigi posterior bagian distal
7. Lakukan eksplorasi menggunakan sonde half moon untuk mengetahui jika ada kalkulus tersisa
8. Lakukan polishing pada gigi geligi yang telah diskeling dengan menggunakan rubber bur atau
brush, disertai dengan pasta poles
9. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik pada seluruh area yang telah di scalling dan
root planning

C. Scalling dan Root planning (ultrasonik)


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pemilihan alat, deteksi dan pembersihan kalkulus
daerah supragingiva dan subgingiva dengan menggunakan scaller ultrasonik.

Ringkasan Materi :
Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihkan kalkulus yang menyebabkan keradangan
pada jaringan-jaringan penyangga gigi, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan tindakan scalling dan root
planning
2. Pengaturan posisi kerja
3. Aplikasi antiseptik pada area kerja dengan menggunakan cotton pellet dan pinset
4. Lakukan eksplorasi dengan menggunakan sonde half moon untuk mengetahui letak
perbatasan kalkulus.
5. Gunakan scaller ultrasonik untuk melakukan pembersihan kalkulus supragingiva dan
subgingiva.
6. Lakukan eksplorasi menggunakan sonde half moon untuk mengetahui jika ada kalkulus
tersisa
7. Lakukan polishing pada gigi geligi yang telah discalling dengan menggunakan rubber cup atau
brush, disertai dengan pasta poles
8. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik pada seluruh area yang telah discalling

D. Splinting Wire Komposit


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan dan pemasangan splinting wire dengan komposit pada
bagian ekstrakoronal dari gigi baik pada bagaian labial/bukal, lingUal/palatal, maupun oklusal.

Ringkasan Materi :
Splinting adalah proses untuk menstabilkan gigi-gigi yang goyang. Splinting merupakan salah satu
perawatan penting untuk mendukung penyembuhan jaringan periodontal dengan cara
menstabilkan atau mengikat gigi geligi agar tidak goyang, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan anamnesis,
pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Menentukan elemen gigi yang akan dilakukan splinting berdasarkan dari rencana perawatan yang
telah didiskusikan dengan instruktur
5. Bersihkan dental deposit pada daerah gigi yang akan dipasang splinting
6. Ukur panjang kerja, potong kawat splinting dengan panjang 2 kali panjang kerja, tekuk menjadi
dua dan kemudian dipilin (Lapor instruktur)
7. Aplikasikan etsa pada gigi yang akan displinting ditunggu 10 detik kemudian dibilas dengan air
lalu dikeringkan
8. Aplikasikan bonding kemudian sinari dengan light cure selama 10-20 detik
9. Aplikasikan komposit dan letakkan kawat pada daerah yang diberi komposit tersebut kemudian
sinari dengan light cure selama 10-20 detik
10. Setelah itu aplikasikan komposit kembali untuk melapisi kawat splinting kemudian sinari dengan
light cure selama 10-20 detik
11. Lakukan cek gigitan
12. Pemolesan dengan menggunakan fine bur untuk menghaluskan komposit sehingga tidak
menyebabkan retensi makanan. (Lapor instruktur)
13. Pemberian instruksi paska splinting kepada pasien
14. Penjadwalan untuk kunjungan berikutnya untuk dilakukan evaluasi (1 minggu kemudian)

E. Desensitisasi
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan terapi untuk mengurangi/mengeliminasi rasa sensitif yang
berlebihan (hipersensitif) pada daerah dentin yang terbuka akibat adanya resesi gingival tanpa
disertai adanya defek.

Ringkasan Materi :
Desensitisasi merupakan perawatan untuk mengatasi kondisi dentin yang
hipersensitif akibat terbukanya tubuli dentin, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan
anamnesis, pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Tentukan elemen gigi mana yang mengalami hipersensitif dentin. (Lapor instruktur)
5. Bersihkan dental deposit pada daerah kerja
6. Keringkan gigi dan ulas dentin dengan bahan desensitisasi dengan menggunakan tip aplikator
7. Sinari dengan light cure selama 10-20 detik (jika diperlukan)
8. Ulangi kembali tahapan diatas (nomer 6)
9. Hembuskan udara secara perlahan pada daerah dentin, apabila masih sensitif ulangi lagi
tahapan nomer 6. (Lapor instruktur)
10. Pemberian instruksi paska terapi hipersensitif dentin (desensitisasi) kepada pasien
11. Penjadwalan kunjungan berikutnya (1 minggu) untuk dilakukan evaluasi

F. Kuretase
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan tindakan untuk menghilangkan kondisi keradangan dengan cara
mengerok dinding dalam dari poket.

Ringkasan Materi :
Kuretase dalam bidang periodontik berarti mengerok dinding dalam gingiva dari poket kedalaman
> 3 mm - < 6 mm atau poket relatif dengan keradangan terus, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan
anamnesis, pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Periksa kedalaman poket dengan menggunakan periodontal probe. (Lapor instruktur)
5. Tentukan elemen gigi yang akan dilakukan kuretase dan aplikasikan antiseptik pada daerah
operasi
6. Lakukan anestesi infiltrasi/blok sesuai dengan daerah operasi (Lapor instruktur)
7. Lakukan skeling dan penghalusan akar (sesuai prosedur standar)
8. Buang jaringan nekrotik pada jaringan lunak menggunakan kuret gracey dengan tumpuan
jari, jari tangan kiri digunakan untuk menahan jaringan lunak dari luar.
9. Prosedur kuretase dilakukan hingga terlihat adanya darah segar yang keluar, semua jaringan
granulasi hilang, dinding jaringan lunak halus, dan tidak ada sisa kalkulus (pengecekan
dengan sonde). (Lapor instruktur)
10. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik
11. Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa steril tekan ± 10 – 15 menit, tunggu hingga
terjadi pembekuan darah (hemostasis)
12. Lakukan penjahitan (bila perlu) dan aplikasikan periodontal dressing (pek periodontal) pada
daerah operasi. (Lapor instruktur)
13. Pemberian instruksi paska kuretase kepada pasien dan pemberian resep (apabila
diperlukan)
14. Penjadwalan kunjungan berikutnya: untuk dilakukan evaluasi± 1 minggu setelah kuretase
untuk pelepasan periodontal dressing (pek periodontal ) dan 1 bulan setelah kuretase

G. Gingivektomi
Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pemotongan gingiva (eksisi) pada kondisi gingiva yang mengalami
pembesaran (hiperplasia).

Ringkasan Materi :
Gingivektomi bertujuan menghilangkan dinding poket, sehingga didapatkan asesibilitas dan
visibilitas yang baik untuk menghilangkan kalkulus secara sempurna dan penghalusan akar,
menciptakan lingkungan yang baik untuk proses penyembuhan gingiva dan merestorasi gingiva
menjadi bentuk yang fisiologis, dengan cara :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam, mempersilakan duduk, melakukan
anamnesis, pengaturan posisi kerja
3. Pemakaian masker dan sarung tangan
4. Aplikasi antispetik
5. Pemeriksaan poket dengan periodontal probe
6. Tentukan elemen gigi yang akan dilakukan gingivektomi (Lapor instruktur)
7. Lakukan anestesi infiltrasi/blok sesuai dengan daerah operasi (Lapor instruktur)
8. Dengan menggunakan pocket marker forceps, buat titik-titik perdarahan pada gingiva yang
merupakan tanda dasarpoket. Apabila keseluruhan daerah operasi telah diukur dengan
lengkap, titik-titik perdarahan tersebut akan membentuk outline insisi yang harus
dilakukan. (Lapor instruktur)
9. Insisi awal dibuat kurang lebih 2 mm lebih ke apikal dari titik-titik perdarahan tersebut
dengan blade no 11/12,insisi dibevel dengan sudut 450 terhadap akar gigi dan berakhir
pada dasar sulkussehingga membentuk “zero pocket”
10. Eksisi jaringan gingiva di bagian interproksimal dengan menggunakan pisau orban / blade
untuk menghilangkan jaringan yang berlebih pada daerah interproksimal gingiva
11. Buang jaringan gingiva yang telah diinsisidengan menggunakan kuret gracey (Lapor
instruktur)
12. Lakukan skeling dan penghalusan akar pada daerah kerja
13. Lakukan pembentukan gingiva kembali sehingga mempunyai bentuk dan ketebalan yang
normal/ anatomis dengan gingivoplasty(Lapor instruktur)
14. Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik
15. Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa steril tekan ± 10 – 15 menit, tunggu hingga
terjadi pembekuan darah (hemostasis)
16. Aplikasikan periodontal dressing (pek periodontal) pada daerah operasi. (Lapor instruktur)
17. Pemberian instruksi paska gingivektomi kepada pasien dan dilakukan penjadwalan
kunjungan berikutnya untuk dilakukan evaluasi (± 1 minggu setelah gingivektomi untuk
pelepasan dressing/periodontal pek) dan pemberian resep (apabila diperlukan).
RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI KLINIK
Keterampilan membuat radiografik intraoral, interpretasi dan radiodiagnosis merupakan faktor
penting untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan di bidang Konservasi Gigi, Prostodontia,
Periodontia, Ortodontia, Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Bedah Mulut dan Penyakit Mulut.

Keterampilan membuat radiografik dapat diperoleh dengan melakukan tindakan antara lain :
menyiapkan film sesuai indikasinya, menyiapkan penderita (penderita memakai apron,
mengatur posisi kepala penderita, mengatur film dalam rongga mulut penderita), mengatur unit
dental x-ray (sudut dan waktu penyinaran), memperoleh film yang disinari sampai fim siap untuk
diinterpretasikan. Sedangkan interpretasi dan radiodiagnosis diperoleh dengan “ membaca”
radiograf hasil radiografik intraoral.

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu melakukan pembuatan radiografik intraoral dengan tepat dan benar sesuai
prinsip proteksi radiasi, selanjutnya melakukan interpretasi dan radiodiagnosis.

REQUIREMENT

REQUIREMEN
SEMESTER JENIS PEKERJAAN
T
1. Prosedur Rekam Medis 6
2. Radiografik Ilmu Kedokteran Gigi Anak
a. Melakukan dan Interpretasi foto periapikal 2
b. Interpretasi Foto Panoramik 1
3. Radiografik Konservasi
a. Foto Periapikal karies 2
b. Foto periapikal pengisian saluran akar tunggal 1
c. Foto DWP saluran akar ganda 2
d. Foto Periapikal pengisian Saluran akar ganda 2
4. Radiografik Ortodonsia
a. Interpretasi Panoramik 2
I
5. Radiografik Bedah Mulut

a. Melakukan dan Interpretasi foto periapikal 2

b. Interpretasi panoramik 1
6. Radiografik Periodonsia

a. Melakukan dan Interpretasi foto periapikal 2

7. Radiografik Prostodonsia

a. Melakukan dan Interpretasi foto Periapikal 1

b. Interpretasi Panoramik 1
8. Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading 3
9. Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
10. Ujian Departemen
PANDUAN KERJA KLINIK
A. Pembuatan Radiografik Periapikal

Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan radiografik periapikal dengan tepat dan benar sesuai
prinsip proteksi radiasi.

Ringkasan Materi :
Radiografik periapikal dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang bagi perawatan gigi dan mulut
sehingga diagnosis dapat ditegakkan, dengan cara :
1. Mengisi Rekam Medik Radiologi Kedokteran Gigi
2. Operator memakai apron, sarung tangan dan masker
3. Apabila penderita memakai GTL dan kaca mata mintalah untuk melepaskannya,
kemudian mintalah untuk memakai apron
4. Siapkan film intraoral periapikal
5. Mintalah penderita untuk duduk di Dental Chair
6. Atur posisi kepala penderita pada head rest dengan tragus – alanasi/lantai
7. Masukkan film ke dalam rongga mulut penderita dengan posisi film vertikal, permukaan
putih pembungkus film menghadap arah datangnya sinar, permukaan yang mempunyai
tonjolan pada salah satu sudut film diletakkan kontak dan membentuk sudut dengan
bidang insisal gigi anterior rahang atas
8. Mintalah penderita untuk memegang permukaan film dengan ujung ibu jarimya dan beri
tahu untuk tidak menekan film agar tidak tertekuk dan tidak goyang selama proses
pajanan dilakukan.
9. Atur cone dari dental X-ray sesuai teknik yang digunakan
10. Bisecting Angel: Sinar-X tegak lurus dengan garis bagi imaginer antara sumbu film & gigi
11. Paralel : Sinar-X tegak lurus antara sumbu film & gigi
12. Nyalakan tombol ON dari dental X-ray unit. Atur waktu pajanan untuk region anterior
RA (dewasa detik; anak-anak detik)
13. Operator menempati posisi di balik tabir Pb dan kemudian tekan tombol sinar-X sampai
waktu pajanan selesai
14. Kembalikan tombol pajanan ke tempat semula dan matikan dental X-ray unit dengan
menekan tombol OFF
15. Pindahkan cone dan ambil film dari dalam rongga mulut penderita
16. Mintalah penderita untuk melepas apron menunggu hasil radiografik di ruang tunggu
17. Lakukan pencucian/ prosesing film di ruang gelap
18. Cara melakukan prosesing film disesuaikan dengan urutan sebagai berikut:
 Film di buka di ruang gelap
 Film di masukkan ke bak Developer dan diamati sampai ada perubahan warna
kontras, kemudian pindahkan
 Film dimasukkan ke bak air
 Film dimasukkan ke bak fixir, untuk difiksasi
 Film dicuci di air yang mengalir (kran air) kemudian dikeringkan
19. Amati hasil radiografik yang diperoleh, apabila hasilnya telah memenuhi standar kualitas
keringkan film. Setelah kering film ditempatkan pada bingkai (frame) foto dan
diserahkan pada penderita. Apabila hasil yang diperoleh tidak sesuai standar kualitas
ulangi prosedur pembuatan radiografik. (maksimal x pengulangan)
20. Standar kualitas hasil radiograf:
 Objek tercakup dan terletak di tengah radiograf
 Mahkota hingga periapikal terlihat jelas
 Kontras, detail, dan ketajaman radiograf baik
 Daerah interdental terlihat jelas
 Cusp bukal dan palatal/lingual terletak sebidang
 Distorsi yang terjadi minimal
 Radiograf dapat terinterpretasi

B. Interpretasi dan Radiodiagnosis


Capaian pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan interpretasi radiologi kedokteran gigi dan dapat menyimpulkan
radiodiagnosis.

Ringkasan Materi :
1. Interpretasi radiografik
Cara menginterpretasi hasil foto radiografi disesuaikan dengan urutan sebagai berikut:
a. Interpretasi dimulai dari mahkota, ruang pulpa, saluran akar, ujung akar/apikal,
periodontal membran, lamina dura, tulang alveolar dan tulang trabekula
b. Setelah didiskusikan dengan instruktur dan disetujui, interpretasi ditulis pada
buku praktikum masing-masing

2. Radiodiagnosis Radiografik
Cara mendiagnosis foto radiografik disesuaikan dengan urutan sebagai berikut:
a. Diagnosis kelainan pada mahkota, ruang pulpa, saluran akar, ujung akar/apikal,
periodontal membran, lamina dura, tulang alveolar dan tulang trabekula
b. Tentukan radiodiagnosis dari kelainan di atas
c. Setelah didiskusikan dengan instruktur dan disetujui, radiodiagnosis ditulis pada
buku poraktikum masing-masing
ILMU PENYAKIT MULUT
Ilmu Penyakit mulut (Oral Medicine) mempunyai manfaat : melengkapi keilmuan profesi dokter
gigi agar dapat agar dapat menjalankan profesi kedokteran gigi sesuai dengan etika dan lafal
sumpah dengan kompetensi mampu mengelola penyakit/kelainan jaringan lunak mulut, mampu
bekerjasama dan memahami manfaat kemajuan ilmu dan teknologi serta berpartisipasi aktif
dalam pengabdian masyarakat sesuai batasan keilmuan dan profesi.

Tujuan cabang ilmu penyakit mulut : melalui program dan kegiatan belajar-mengajar yang
sistematik dan berorientasi pada masa depan yang lebih baik dan maju diharapkan setelah
melaksanakan kerja klinik ini mahasiswa dapat menjalankan profesinya sesuai dengan tuntunan
masyarakat.

Masalah kelangkaan kasus penyakit jaringan lunak mulut seperti ini hanya dapat di atasi dengan
cara mau bekerja keras dan meningkatkan profesionalisme dari semua komponen yang terlibat
dalam proses belajar-mengajar bidang ilmu penyakit mulut.

Deskripsi mata ajar

Program pendidikan profesi pada Departemen Penyakit Mulut merupakan salah satu bagian dari
klinik integrasi yang mempelajari tentang penyakit –penyakit mulut berdasarkan keluhan yang
sering dijumpai, yaitu ulserasi (tunggal maupun jamak/multiple), lesi akibat infeksi
mikroorganisme, lesi putih-non putih baik yang timbul hanya di rongga mulut maupun yang
berkaitan dengan kelainan sistemik dan dermatologis, neoplasma dan kista, kelainan kelenjar
saliva, manifestasi oral kelainan sistemik dan geriatrik. Pada Departemen Penyakit Mulut juga
dipelajari tentang ketrampilan analisa pemeriksaan penunjang meliputi, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan laboratorium darah, saliva dan mikroorganisme, pemeriksaan jaringan, pemilihan
obat dan penulisan resep, penulisan rujukan.

Alat dan bahan yang harus dibawa

1. Kaca mulut 2 buah


2. Pinset dental 1 buah
3. Sonde lengkung 1 buah
4. Dappen glass 1 buah
5. Glass lab tipis 1 buah
6. Catton roll secukupnya
7. Catton pellet secukupnya
8. Gelas kumur 1 buah
9. Sarung tangan disposable 1 pasang
10. Masker disposable 1 buah

Semua alat dan bahan harus dalam keadaan steril sebelum memulai perawatan pada pasien.
Satu set alat hanya untuk digunakan pada satu orang pasien
REQUIREMENT

REQUIREMEN
SEMESTER JENIS PEKERJAAN
T
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 4
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi diderita kepada
4
pasien/keluarga/pendamping

I Identifikasi Varian normal rongga mulut 4


Asistensi

Case Report
Kehadiran Seminar Case Report

JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


SEMESTER
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 6
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi diderita kepada
6
pasien/keluarga/pendamping
Prosedur penegakan diagnosa perawatan pada pasien dg lesi-lesi
3
jaringan lunak mulut kasus lesi minor 1 (Traumatic ulcer)
Penatalaksanaan kasus lesi minor 1 (Traumatic Ulcer) 3
II Prosedur perawatan pada pasien dg lesi-lesi jaringan lunak mulut kasus
3
lesi minor 2 ( SAR)
Penatalaksanaan kasus lesi minor 2 (SAR) 3

Asistensi

Case Report
Kehadiran Seminar Case Report

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi diderita kepada
2
pasien/keluarga/pendamping
Prosedur perawatan pada pasien dg lesi-lesi jaringan lunak mulut
2
kasus lesi Mayor/medical compromise
Penatalaksanaan kasus lesi mayor 2
III
Melakukan prosedur rujukan (Melakukan Swab, pemeriksaan lab ) 2
Asistensi

Case Report
Kehadiran Seminar Case Report
Ujian Departemen
TATA CARA PENATALAKSANAAN PASIEN KASUS PENYAKIT MULUT
1. Dudukkan pasien di dental chair
a. Posisi pinggul pasien menyentuh batas sandaran kursi
b. Posisikan tinggi kursi dan kemiringan sandaran punggung sehingga mulut pasien
setinggi siku operator
2. Pengisian status Rekam Medik Departemen Penyakit Mulut
a. Tuliskan nomor registrasi sesuai nomor yang yang tercantum pada map Rekam Medik
utama
b. Cantumkan Tanggal
c. Isi data pribadi (identitas pasien) selengkap mungkin dan cantumkan konsul dari
…..(bila ada)
3. Anamnesis untuk mengisi data riwayat kasus
a. Ajukan pertanyaan mengenai keluhan utama
 Keluhan utama
 Contoh: Nyeri pada pipi kiri
 Telah dirasakan berapa lama
 Telah dilakukan apa untuk mengatasi keluhan
 Contoh : telah diberi obat…./telah pergi ke dokter….
 Respon setelah dilakukan upaya (iii)
 Contoh : sakit berkurang atau bertambah
 Apakah keluhan pernah diderita sebelumnya
b. Tambahkan pertanyaan yang sesuai dengan kecurigaan diagnosis
Contoh :
- Bila kecurigaan mengarah pada infeksi virus, tanyakan tentang gejala
prodromal
- Bila kecurigaan mengarah pada erythema multiforme, tanyakan tentang
riwayat penggunaan obat sistemik.
c. Tanyakan tentang riwayat perawatan gigi dan jaringan lunak rongga mulut dan
sekitarnya.
Contoh :
- Perawatan ortodonti cekat sejak 2 tahun yang lalu
- Pembersihan karang gigi 1 tahun yang lalu
d. Tanyakan tentang riwayat kesehatan sesuai yang tercantum
Bila ada kondisi tertentu yang perlu diperhatikan, misalnya pasien dalam keadaan
hamil, dicantumkan pada” lain-lain”.
e. Obat yang telah/sedang dijalani (coret yang tidak perlu)
f. Keadaan social/kebiasaan
Contoh : Merokok, menginang, minum tuak,menggigit bibir, mengigit kuku,
menggunakan obat kumur beralkohol dll.
g. Riwayat keluarga
Tanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga (2 generasi ke atas dan ke bawah yang
berhubungan darah secara langsung).
4. Pemeriksaan klinis ekstra oral
a. Observasi bentuk muka secara teliti (normal/asimetris).
b. Observasi keadaan pipi kiri dan kanan, bibir atas dan bawah, serta sudut mulut 
normal/asimetris/ada kelainan, deskripsikan.
c. Observasi dan palpasi kelenjar limfe (submandibularis, submentalis, leher,
sublingualis,parotis) secara bimanual dan bidigital.

5. Pemeriksaan klinis intra oral


a. Siapkan alat diagnostic yang terdiri atas 2 buah kaca mulut dan 1 buah sode serta gelas
kumur pasien
b. Cuci tangan dengan mengikuti prinsip pengendalian infeksi
c. Kenakan masker
d. Persilahkan pasien untuk berkumur
e. Nyalakan lampu
f. Lakukan pemeriksaan mukosa mulut secara menyeluruh dengan urutan sesuai status
g. Deskripsikan gambaran klinis semua lesi dengan panduan sebagai berikut :
 Jenis lesi (macula/papula/ulser/dll)
 Jumlah ( soliter/tuliskan jumalahnya bila tidak dapat dihitung, tuliskan
“multiple “ bila tidak terhitung )
 Bentuk ( oval/bulat/dll)
 Ukuran (diameter/panjang x lebar)
 Warna (Putih/merah/coklat-kehitaman/putih-kekuningan)
 Tekstur permukaan (licin/bergelombang/indurasi/undermining)
 Batas ( jelas/difuse)
 Tekstur tepi (regular/irregular/ indurasi)
 Daerah sekitar (normal/erythematous/edematous)
 Khusus lesi putih (tambahkan dapat dikerok/tidak)
 Khusus nodula (Konsistensi padat/kenyal/lunak, dapat digerakkan/tidak)
h. Gambarkan lesi mukosa mulut yang ditemukan pada mukogram yang tersedia.
Cantumkan jenis lesi, ukuran dan tanggal.
i. Matikan lampu bila sedang mengisi status
j. Setelah selesai, cuci tangan.
6. Penetapan diagnosis sementara dan diagnosis banding.
Tuliskan diagnosis klinis semua kelainan yang tercantum pada pemeriksaan klinis disertai
diagnosis banding masing-masing.
7. Penyusunan rencana terapi
a. Pada nomor 1 (pengobatan), tuliskan seluruh rangkaian rencana tindakan pengobatan
secara umum dan lengkap.
Contoh :
- tindakan asepsis dengan antiseptik topical
- Pemngobatan dengan anti-inflamasi steroid topical
- Peresepan anti-inflamasi non steroid topical
b. Pada nomor 2, yaitu pemeriksaan peniunjang dan rujukan, beri tanda centang pada
kolom pemeriksaan penunjang dan rujukan yang direncanakan, cantumkan tanggal
pengiriman pasien dan pemeriksaan/perawatan yang diminta.
c. Tuliskan tanggal rencana control pada bagian terakhir dari Rencana Perawatan,
sebelum Diagnosis Akhir.
8. Diagnosis akhir
Cantumkan diagnosis akhir dari semua kelainan yang tercantum pada diagnosis sementara.
9. Perawatan lesi secara topical
a. Siapkan alat dan bahan untuk tindakan dalam nerbeken :
 Kaca mulut 2 buah
 Pinset dental 1 buah
 Sonde benkok 1 buah
 Dappen glass
 Glass lab
 Cotton roll
 Cotton Pellet
 Tampon
 Kotak obat departemen ilmu penyakit mulut yang berisi larutan
antiseptic povidon iodine 10%, obat anti-inflamasi non-steroid topical
(Oxyfresh®/Aloclair®) dan obat anti-inflamasi steroid topical (Kenalog®)
b. Cuci tangan
c. Pakai masker
d. Pakai sarung tangan
e. Nyalakan lampu
f. Lakukan blokir pada muara kelenjar saliva disekitar lesi dengan cotton roll
g. Keringkan lesi dengan tampon
h. Tuangkan larutan anti septik sekitar 1mm ke dalam dappen glass
i. Ulasi lesi dengan larutan antiseptic menggunakan cotton pellet yang dijepit pinset
j. Tunggu 1-2 menit
k. Keringkan lesi dengan tampon
l. Keluarkan obat anti-inflamasi topical secukupnya pada glass lab
m. Ulaskan obat pada lesi dengan menggunakan sode bengkok lalu ratakan keseluruh
permukaan lesi
n. Tunggu 1-2 menit
o. Lepaskan blokir cotton roll
p. Bereskan semua alat kotor ke dalam nerbeken
q. Lepaskan sarung tangan dan buang ke dalam tempat sampah medis
r. Cuci tangan sesuai prinsip pengendalian infeksi
s. Kembalikan kotak obat departemen ilmu penyakit mulut pada petugas paramedis

10. Penulisan lembar perawatan


Tuliskan nomor registrasi Rekam Medik pada lembar perawatan. Lalu tuliskan dengan
lengkap segala rincian tindakan perawatan yang dilakukan pada pasien.
Contoh :
Tindakan perawatan lesi Traumatic ulcer akibat tergigit oleh gigi 36 yang mengalami
gangrene radiks dengan tepi yang tajam :
a. Blokir pada muara kelenjar parotis
b. lesi dikeringkan
c. lesi diulasi dengan povidon iodine dan ditunggu selama 1 menit
d. lesi dikeringkan
e. lesi diulasi dengan Kenalog®
f. pemberian resep :
R/ Triamcinolone acetonide in orabase 0.1% 5 g. tub no. I

S. 3 dd litt. Or.

g. Rujukan ke Departemen Bedah mulut untuk ekstraksi gigi 36


h. Pro control tanggal ……(4-7 hari setelah kunjungan ini )
Instruksi :
 Cuci tangan sebelum mengobati lesi
 mengeringkan lesi sebelum diulasi obat
 menghubungi operator bila obat habis sebelum jadwal control
11. Penulisan resep

Tuliskan resep pada kertas resep yang disediakan di Pusat pelayanan Gigi dan Mulut RSPTN
Universitas Udayana mengikuti pedoman menulis resep yang telah diajarkan pada
kuliah/skillab ilmu penyakit mulut dan pelatihan pra-pendidikan profesi kedokteran gigi.
Resep diparaf oleh instruktur. Salinan dari resep yang diberikan pada pasien harus tertera
pada lembar perawatan.

12. Penulisan rujukan


Bila pada rencana terapi dinyatakan perlu dilakukan rujukan untuk pemeriksaan penunjang
atau perawatan, maka salinan dari surat rujukan harus tertera pada Lembar Konsultasi dan
diparaf oleh Instruktur.

13. Pembayaran
Pembayaran biaya perawatan dilakukan di Loket Pembayaran. Lembar bukti pembayaran
berwarna putih dan hijau harus diparaf oleh Instruktur. Lembar putih diserahkan pada
pasien, lembar hijau dijepret pada Format Kerja Klinik Mahasiswa.

14. Penebusan resep


Pasien diberi kebebasan untuk resep di apotik maupun, namun disarankan untuk menebus
resep di apotik manapun, namun sangat disarankan untuk menebus resep di Apotik RSPTN
Universitas Udayana. Bukti penebusan resep dari apotik harus diparaf oleh Instruktur.

15. Kontrol pengelolaan pasien kasus penyakit mulut

Kontrol dilakukan untuk mengukur keberhasilan tindakan perawatan yang kita lakukan.
Pada kontrol kita dapat melihat respons tubuh pasien terhadap obat yang kita berikan.
Kemampuan mahasiswa untuk meyakinkan pasien agar datang kontrol juga menunjukkan
kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dan hal ini juga dinilai. Tata cara kontrol
sama dengan tata cara pengolahan pasien kasus penyakit mulut.

Penulisan status control dilakukan pada Lembar Perawatan dan harus memenuhi poin S-O-
A-P-T. setelah status ditulis lengkap, operator harus melapor pada Instruktur dengan
menceritakan keadaan pasien secara kronologis mulai kunjungan pertama hingga yang
terjadi pada control hari tersebut.

Bila perawatan belum selesai, pasien masih harus melanjutkan perawatan dan kontrol
lagi. Apabila obat yang diresepkan telah habis, maka perlu dilakukan peresepan atau
rujukan lagi.

Semua hal yang dicantumkan dalam Lembar Perawatan harus disalin kembali ke Format
Kerja. Setelah Kontrol selesai dilakukan, pembayaran biaya control dilakukan di Loket
Pembayaran. Bukti pembayaran harus diparaf oleh Instruktur.
ILMU BEDAH MULUT KLINIK

A. EKSTRAKSI GIGI
Ekstraksi gigi merupakan tindakan yang mengkombinasikan prinsip bedah dan prinsip fisika-
mekanika. Jika prinsip-prinsip tersebut diaplikasikan secara benar, maka gigi akan mudah
dikeluarkan dari prosesus alveolaris tanpa kekuatan besar. Pengeluaran gigi yang benar tidak
memerlukan tenaga yang besar namun sebaiknya dilakukan secara halus dan hati-hati.
Penggunaan kekuatan yang terkontrol dapat menghasilkan pencabutan gigi yang secara
perlahan terangkat dari prosesus alveolaris, bukan ditarik dari tulang. Oleh karena itu,
pemeriksaan pra-ekstraksi sangat diperlukan untuk merencanakan derajad kesukaran gigi
sebelum dilakukan pencabutan. Tenaga yang berlebihan dapat melukai jaringan lunak dan
struktur tulang-gigi sekitarnya.

B. KONTROL RASA SAKIT DAN KECEMASAN


Pencabutan gigi dapat menyebabkan rasa sakit. Pemakaian anestesi lokal merupakan
persyaratan utama untuk menghilangkan rasa sakit selama prosedur ekstraksi gigi. Anestesi
lokal harus dapat menyebabkan hilangnya sensasi dari pulpa, ligamen periodontal dan jaringan
lunak terdekat.
Anestesi lokal diperlukan dalam setiap tindakan ekstraksi gigi, oleh sebab itu para mahasiswa
wajibmengetahui inervasi setiap gigi dengan jaringan sekitarserta mengetahui teknik anestesi
yang tepat untuk setiap kasus. Sebagai contoh pada regio premolar bawah, jaringan lunak
bagian bukal diinervasi khususnya oleh cabang mentalis nervus alveolaris inferior namun juga
dipersyarafi oleh cabang terminal nervus long buccal. Oleh sebab itu, perlu menambahkan
suntikan blok mandibula dan suntikan pada nervus long buccal sehingga akan diperoleh
anestesia daerah jaringan lunak bukal yang adekuat, saat melakukan ekstraksi gigi premolar
bawah.
Anestesi lokal yang "berhasil" akan menyebabkan hilangnya rasa sakit, temperatur dan
sentuhan; namun ia tidak akan membius serabut proprioseptif nervus yang terlibat. Sehingga
selama ekstraksi, pasien tetap akan merasakan sensasi tekanan, apalagi jika diberikan kekuatan
penuh. Seorang dokter gigi harus mengetahui beda antara rasa sakit yang tajam dan tumpul
serta feeling of pressure ketika menentukan keberhasilan anestesi.
Bahan anestesi lokal yang digunakan dapat menghilangkan rasa sakit jika digunakan sendiri,
atau dikombinasikan dengan sedasi atau anestesi umum. Jika digunakan sendiri untuk prosedur
pembedahan atau ekstraksi gigi maka teknik yang dapat digunakan ialah secara topikal, infiltrasi,
blok regional, atau intra osseous (termasuk intra ligament). Sebagai gold standard bahan
anestesi lokal ialah lidocain 2% dengan epinefrin, yang dapat menghasilkan anestesia yang pasti
(reliable) dan hemostasis (adanya vasokonstriktor).
Seorang dokter gigi sebaiknya mengetahui farmakologi berbagai macam bahan anestesi
lokal, sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Anestesi pulpal pada gigi-gigi
maksila setelah suntikan infiltrasi akan berakhir lebih cepat dibandingkan anestesi pulpa pada
gigi-gigi di mandibula setelah suntikan blok mandibula. Sebagai tambahan, anestesi pulpa akan
menghilang 60-90 menit lebih dahulu dibanding anestesi Jaringan lunak. Oleh sebab itu,
seseorang terkadang masih memiliki anestesi pada bibir namun anestesi pulpanya sudah hilang
terlebih dahulu sehingga menimbulkan rasa sakit.

Indikasi ekstraksi gigi:


1. Gigi karies yang tidak dapat direstorasi
2. Gigi nekrosis pulpa/irreversible pulpitis yang tidak dapat dilakukan perawatan saluran
akar
3. Kelainan periodontal yang berlebihan (kehilangan tulang dan gigi goyang)
4. Untuk keperluan perawatan ortodontik (menyediakan ruangan)
5. Gigi malposisi (melukai jaringan lunak, misalnya gigi M3 atas yang bukoversion)
6. Gigi yang retak bagian mahkota atau fraktur akar
7. Gigi impaksi (terpendam dalam tulang seluruhnya atau sebagian)
8. Gigi supernumerary (biasanya impaksi dan menyebabkan gigi lainnya malposisi)
9. Gigi yang berhubungan dengan kelainan patologis (misalnya terlibat dengan kasus kista
atau tumor odontogenik)
10. Sebelum dilakukan radiasi kepala dan leher
11. Gigi yang berhubungan dengan garis fraktur pada fraktur rahang

Kontraindikasi ekstraksi gigi :


1. Kontraindikasi sistemik (severe uncontrolled metabolic/cardiac diseases)
2. Kontraindikasi lokal (infeksi, irradiated jaws, malignancy tumor)
3. Pregnancy sebaiknya ditunda atau dilakukan pada trimester kedua
C. REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
KIE / Informed Consent 3
Pencabutan anterior atas 4
Pencabutan anterior bawah 2
I
Prosedur rujukan 1
Asistensi / Chair side
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
KIE / Informed Consent 2
Pencabutan premolar atas 2
Pencabutan premolar bawah 2
Pencabutan molar bawah 5
II Prosedur rujukan 1
Asistensi pencabutan open method (Insisi dan Alveolektomi) 2
Asistensi / Chair side
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
KIE / Informed Consent 3
Pencabutan molar atas 5
Pencabutan dengan kompromi medis 1
Prosedur rujukan 2
Insisi Abses Intra Oral 1
Pencabutan dengan komplikasi (Open Method/Insisi) 1
Alveolektomi 1
Asistensi odontektomi (penatalaksanaan pengerjaan operasi) 1
III
Kontrol post open method (H+1) & (H+7) 3
Suturing (Insisi, Alveolektomi, Odontektomi) 3
Splinting 1
Asistensi dan Observasi drg di Poliklinik gigi RS 2
Asistensi dan Observasi Poli Bedah Mulut RS Jejaring 2
Penatalaksanaan tindakan darurat medis kedokteran gigi (IRD) 2
Asistensi / Chair side
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
KIE / Informed Consent 2
Prosedur rujukan 1
Odontektomi 1
Kontrol post open method (H+1) & (H+7) 3
IV
Demo video reposisi dislokasi mandibula 1
Asistensi / Chair side
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen
PANDUAN KERJA KLINIK

I. EKSTRAKSI GIGI SEDERHANA


A. PERSYARATAN MAHASISWA:
Ekstraksi gigi permanen di Rahang Atas dan Rahang Bawah dengan menggunakan anestesi
lokal teknik infiltrasi dan blok mandibula tidak langsung (indirect).
Jumlah gigi permanen : ± 10 gigi anterior (insisif-kaninus) dan ± 10 gigi posterior (premolar
dan molar) di maksila dan mandibular.

B. EVALUASI KLINIS SEBELUM EKSTRAKSI GIGI :


1. Mouth opening/access to the tooth
Jika pasien dapat membuka mulut lebar, maka tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan
dengan mudah. Namun, seringkali pasien datang dengan keadaan trismus (keterbatasan
buka mulut) akibat adanya infeksi disekitar gigi atau spasme otot atau disfungsi TMJ.
2. Derajat goyang gigi
Gigi yang goyang melebihi derajat 2 biasanya disertai kerusakan tulang alveolar, sehingga
terdapat problem pada tata laksana jaringan lunak sesudah ekstraksi gigi. Saat dilakukan
ekstraksi gigi, jika gigi tidak dapat bergerak atau hanya sedikit saja goyang, maka
kemungkinan terjadi hipersementosis atau ankylosis akar gigi. Hal tersebut paling sering
dijumpai pada gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar beberapa tahun
sebelumnya.
3. Kondisi mahkota gigi
Penilaian kondisi mahkota gigi yang mengalami karies besar, tambalan amalgam yang luas
atau pasca perawatan saluran akar sangat penting. Kondisi-kondisi tersebut
menyebabkan gigi mudah fraktur jika langsung dipegang dengan forsep, maka sebaiknya
gigi digerakkan semaksimal mungkin dengan elevator/bein, setelah itu masukkan forsep
sejauh mungkin ke arah apikal sehingga yang terpegang adalah bagian akar gigi.

Kegunaan Rontgen foto/Gambaran radiografik


Sebaiknya sebelum dilakukan ekstraksi gigi, dilakukan pengambilan rontgen foto. Rontgen
panoramik biasanya diperlukan untuk melihat konsisi gigi impaksi, sedangkan untuk
mengetahui kondisi satu atau dua gigi diperlukan rontgen foto periapikal. Penggunaan
rontgen periapikal sangat membantu untuk mengetahui kondisi gigi yang akan diekstraksi
dihubungkan dengan kondisi gigi di sebelahnya maupun jaringan sekitarnya. Gambaran
radiograf sebaiknya diambil yang terbaru, jika sudah satu tahun sebaiknya dilakukan
pengambilan rontgen foto ulang.
Pada radiograf gigi susu, relasi antara akar gigi dengan benih gigi permanen di bawahnya
dapat menjadi bahan pertimbangan. Demikian juga jika hendak melakukan ekstraksi pada
gigi Molar atas, pertimbangkan jarak antara akar dengan dinding sinus maksilaris. Jika
hanya terdapat selapis tipis tulang antara sinus dengan akar gigi molar, maka
kemungkinan akan terjadi perforasi (oro-antral communication)pasca ekstraksi gigi
tersebut.
Morfologi/konfigurasi akar gigi dapat juga diketahui dari gambaran radiograf. Jumlah dan
bentuk akar gigi (panjang, bersudut, divergen, konus), resorpsi akar (baik
internal/eksternal) atau keadaan hipersementosis dapat menjadi bahan pertimbangan
sebelum melakukan ekstraksi gigi, terutama pada pasien usia tua.
Kepadatan tulang sekitar gigi yang akan diekstraksi dapat dilihat, jika lebih banyak
gambaran radiolusennya maka kemungkinan gigi akan mudah dicabut. Gambaran
radiopak (mengindikasikan tambahan kepadatan tulang) dengan bukti adanya condensing
osteitis atau proses sklerosis, akan menyebabkan kesulitan dalam ekstraksi gigi.

Instrumen dan bahan yang harus disiapkan


1. Instrument diagnostik standar (2 bh kaca mulut, 1 pinset, 1 sonde half-moon, 1
ekskavator)
2. Gloves dan masker
3. Tampon
4. Syringe 3 cc dan ampul anastesi local
5. Extraction forceps, terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Beaks (paruh) untuk menjepit / memegang korona/sisa akar
b. Handle (pegangan)
c. Hinge (joint/penghubung antara beaks dan handle)
 Untuk sisa akar: kedua ujung beak rapat
 Untuk gigi yang masih ada korona: ujung beak terbuka
 Untuk gigi rahang atas: beak dan handle lurus/ searah
 Untuk gigi rahang bawah : beak dan handle membentuk kurang dari 90 atau 120
derajat atau sejajar
 Untuk M1-M3 bawah : kedua ujung beak runcing.
 Untuk gigi posterior rahang atas : berbentuk S atau bayonet
 Untuk M atas : mempunyai suatu protuberantia kecil pada tengah bagian dalam
salah satu beak yang memegang bukal bifurkasi (trifurkasi) akar.
6. Elevator (bein) :
 Prinsip kerjanya sebagai pengumpil dengan gerakan rotasi
 Dimasukan di antara gigi, gusi dan tulang alveolar
Bagian-bagiannya:
 Blade bagian yang cekung/konkaf digunakan sebagai working tip
danmentransfer gaya ke gigi,tulang atau keduanya
 Shank penghubung antara blade dan handle
 Handle dengan ukuran yang mudah digenggam operator
Fungsinya :
 memisahkan gusi dari serat-serat periodontal
 melebarkan tulang alveolar dibagian servikal
 mengeluarkan sisa akar
 mengeluarkan/menggoyangkan gigi yang masih utuh
Macam bentuknya:
 lurus/straightpaling umum digunakan, untuk meluksasi gigi
 triangular elevator (cryer) mengeluarkan patahan sisa akar pada soket gigi
 pick type (crane pick atau apexo elevator) mengeluarkan patahan sisa akar
yang berukuran kecil pada soket gigi

C. TEKNIK EKSTRAKSI GIGI


1. Posisi Pasien
a. Kepala, leher, punggung / badan penderita harus pada 1 garis lurus
b. Chair Angulation
 Headrest dan backrest diatur untuk dapat melihat daerah operasi dengan baik
 Penerangan harus cukup
 Untuk pekerjaan pada rahang bawah: bidang oklusal rahang bawah sejajar atau
membentuk sudut <10° dengan lantai.
 Untuk pekerjaan pada rahang atas: bidang oklusal rahang atas membentuk
sudut 45-60° dengan lantai.
2. Tinggi Kursi:
a. Untuk pekerjaan pada rahang bawah: bidang oklusal rahang bawah setinggi siku
operator.
b. Untuk pekerjaan pada rahang atas: bidang oklusal rahang atas di atas siku/ setinggi
bahu operator.
3. Posisi Operator
a. Postur/sikap tubuh : berdiri tegak dengan berat badan dibagi rata pada kedua kaki
b. Relasi / hubungan terhadap penderita:
 Untuk pekerjaan rahang atas: operator berdiri di depan kanan jam 8/jam 9
pasien.
 Untuk pekerjaan rahang bawah kiri  tindakan ekstraksi: kanan depan;
tindakan anestesi: kanan belakang jam 10/jam 11 untuk blok mandibula, jam
8/jam 9 pasien untuk infiltrasi.
 Untuk pekerjaan rahang bawah kanan  tindakan ekstraksi: kanan belakang;
anestesi: kanan depan jam 8/jam 9 pasien. Anterior: dari depan jam 8/jam 9.
Posterior: dari belakang jam 10/jam 11
4. Fungsi tangan kiri operator
a. Waktu forceps dijepitkan menarik bibir, pipi, lidah
b. Selama forcepts digerakkan (pergunakan jari telunjuk dan ibu jari untuk memegang
aspek bukal dan lingual/palatal gigi) 
 Memegang tulang alveolar
 Merasakan dilatasi tulang alveolar
 Melindungi jaringan lunak saat terjadi slippery instrumen
 Memperkirakan besarnya tekanan
c. Sesudah gigi keluar
 Mengembalikan cortical plate
 Memeriksa apakah ada tulang yang tajam/ada pecahan gigi
5. Langkah-langkah pencabutan gigi
a. Pembersihan karang gigi terlebih dahulu
b. Kumur-kumur dengan larutan antiseptic
c. Anamnesis dan ukur tekanan darah
d. Menyiapkan alat dan bahan
e. Memakai masker, cuci tangan dan kemudian sarung tangan
f. Asepsis intraoral dan ekstraoral
g. Lakukan prosedur anastesi topikal dan anastesi lokal atau blok mandibular
h. Melakukan pengungkitan gigi dengan elevator dan mengeluarkan gigi dengan
forceps
i. Periksa soket gigi apakah ada pecahan tulang, gigi ataupun sisa-sisa jaringan
granulasi
j. Kuret soket dan irigasi dengan larutan povidone iodine yang sudah diencerkan
k. Pasang tampon dan instruksikan pasien untuk mengigit tampon selama 45-60 menit
l. Instruksi pasca ekstraksi untuk tidak memainkan daerah bekas cabut dengan lidah,
daerah luka tidak dihisap-hisap, jangan berkumur-kumur keras, sebaiknya hindari
makanan yang panas, lengket dan pedas
6. Cara Penggunaan Elevator dan Forceps
a. Elevator lurus digunakan untuk membebaskan ligamentum periodontal sekitargigi
b. Ungkit gigi dari arah Proksimal gigi, hingga ada gerakan minimal
c. Pilih forceps sesuai dengan giginya
d. Sumbu dan arah forceps sejajar sumbu gigi
e. Forceps dibuka selebar gigi, digeserkan sepanjang gigi dan sementum sejauh
mungkin ke arah apikal
f. Forceps dijepitkan ke arah apikal gigi, dan coba digerakkan

Gerakan forceps untuk pencabutan :


a. Gerakan rotasi untuk gigi berakar satu, konus lebih dari satu tapi menyatu.
b. Gerakan luksasi (bukal-palatal atau bukal-lingual) untu gigi berakar lebih dari satu
atau satu akar tapi gepeng.
c. Kombinasi untuk gigi yang akarnya lebih dari satu atau kombinasi rotasi dan luksasi
(figure of eight)

Gambar 1.Cara menggunakan bein untuk mengungkit gigi dengan tumpuan tulang bukan gigi tetangga.
Gambar 2. Bila forcep ditempatkan lebih apikal, pusat dari rotasi (*) akan lebih
kearah apikal juga dan tekanan di arah apikal akan lebih sedikit

Gambar 3. Gigi yang sudah dicengkram dengan forceps digerakkan secara rotasi

Gambar 4. Gigi ditarik keluar soket menurut arah sumbu gigi


Gambar 5. Gerakan pencabutan pada gigi premolar atas yang berakar ganda (bukal-palatal)

Gambar 6. Gerakan pencabutan pada gigi Molar rahang atas yang berakar 3

Gambar 7. Gerakan pencabutan untuk gigi anterior rahang bawah (luksasi)

Gambar 8. Gerakan pencabutan untuk gigi Premolar rahang bawah (luksasi)


Gambar 9. Gerakan pencabutan untuk gigi Molar rahang bawah (luksasi)

D. INSTRUKSI PASCA EKSTRAKSI GIGI :


1. Gigit tampon selama 30 menit- 1 jam
2. Jangan menghisap-hisap atau sering meludah
3. Minum obat sesuai instruksi dokter
4. Hindari makan yang panas, asam, pedas pada hari 1; dan hindari minum dengan
sedotan.
5. Jika sikat gigi, hindari menyikat daerah operasi.

Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada pencabutan:


1. Fraktur:
a. Korona/akar
b. Tulang alveolaris
c. Tuber maksilaris
d. Gigi antagonis/ tetangga
e. Mandibula/maksila (fraktur rahang)
2. Dislokasi:
a. Gigi tetangga
b. Temporo mandibula joint (TMJ)
3. Displacement akar gigi kedalam:
a. Jaringan lunak
b. Antrum
c. Tertelan (oropharynk)
4. Pendarahan
a. Waktu pencabutan
b. Sesudah pencabutan tampon tekan, jahit
5. Luka atau kerusakan
a. Gusi atau gingival
b. Bibir
c. Nervus alveolaris inferior/ nervus mentalis
d. Nervus lingualis
e. Palatum, lidah, dasar mulut
6. Nyeri pasca ekstraksi
a. Jaringan keras atau lunak rusak
b. Dry socket
7. Pembengkakan pasca ekstraksi
a. Oedema
b. Hematoma
8. Trismus, karena infeksi pada otot pengunyahan
9. Oro Antral Communication atau Oro Antral Fistula
10. Syncope/shock
11. Cardiac arrest

II. EKSTRAKSI KOMPLIKASI (CLOSE METHOD)


Ekstraksi komplikasi untuk gigi berakar lebih dari satu tanpa pembuatan flap mukoperiosteal.
Ekstraksi komplikasi pada gigi berakar ganda tanpa pembuatan flap. Tindakan ini dilakukan
sebagai kelanjutan pencabutan biasa (intra-alveolar extraction) dimana terjadi kegagalan dalam
mengeluarkan sisa akar yang patah waktu pencabutan biasa dilakukan.
1. Ekstraksi Komplikasi untuk gigi berakar dua (molar bawah)
a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra dan intra oral dengan povidone iodine
b. Anastesi dan blok mandibula atau infiltrasi
c. Pada bifurkasi yang belum terpisah, maka kedua akar mesial dan distal harus
dipisahkan. lakukan pembuangan tulang disekitar akar gigi menggunakan bur
tulang round dan fissure sehingga gigi terlihat jelas.
d. Akar gigi diungkit dengan menggunakan elevator dari arah proksimal hingga
bergerak, kemudian dikeluarkan dengan forceps akar. Tepi tulang yang tajam
dihaluskan dengan bonefile. Lakukan kuretase. Soket diirigasi dengan larutan
saline/povidone iodine.
e. Penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post medikasi
dan instruksi pasca bedah.

2. Ekstraksi Komplikasi untuk gigi berakar tiga (molar atas)


a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra dan intra oral dengan povidone iodine
b. Anastesi dan blok mandibula atau infiltrasi
c. Pada trifurkasi yang belum terpisah, maka kedua akar bukal yaitu mesiobukal dan
distobukal dipisahkan dari akar palatal. Kemudian akar mesiobukal dipisahkan
dari akar distobukal. Setelah ketiga akar terpisah, tulang disekitar akar gigi
menggunakan bur tulang round dan fissure sehingga gigi terlihat jelas.
d. Akar gigi bagian bukal diungkit dengan menggunakan elevator dari arah proksimal
hingga bergerak, kemudian dikeluarkan dengan forceps akar. Tepi tulang yang
tajam dihaluskan dengan bonefile. Lakukan kuretase. Soket diirigasi dengan
larutan saline/povidone iodine.
e. Penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post medikasi
dan instruksi pasca bedah.

III. EKSTRAKSI KOMPLIKASI/ TRANS-ALVEOLAR METHODE/ OPEN METHODE


Ekstraksi komplikasi atau open methode atau trans-alveolar methode adalah teknik pengeluaran
akar gigi yang mengalami fraktur saat ekstraksi biasa dengan teknik pembedahan. Indikasi lain
adalah pengeluaran akar gigi yang telah lama terpendam dalam tulang sehingga dikhawatirkan
akan fraktur jika dilakukan dengan teknik ekstraksi biasa, akar gigi yang divergen, gigi pasca
pengisian saluran akar, atau locked roots (sebagian tulang terjepit antara kedua akar).

2. Persiapan teknik ekstraksi komplikasi:


a. Pelajari gambaran klinis intra oral dan radiografis (ro periapikal atau panoramik),
termasuk bentuk dan jumlah akar gigi, hubungan akar gigi dengan struktur vital di
sekitarnya, ada/tidak peradangan sekitar gigi
b. Jika diperlukan pemberian obat-obatan premedikasi
c. Siapkan instrumen dan bahan seperti:
 alat-alat diagnostik standard (kaca mulut, pinset, sonde half moon, ekskavator)
 Spuit 10 cc dengan untuk irigasi NaCl 0,9%
 Spuit 2,5 cc dan ampul anestesi lokal
 Skalpel (menggunakan handle no 3 dan blade no 15)
 Raspatorium/ molt periosteal elevator
 flep retraktor (Seldin/Austin/Minnesota retractor)
 straight handpiece serta bur tulang round dan fissure bur
 bein/elevator
 forceps
 curved mosquito
 kuret
 bone file
 suction apparatus
 neddle holder
 pinset chirurgies
 gunting
 suture needle (atraumatic half-circle)
 suture material (silk 3.0) / 4.0.
 tampon

3. Prosedur ekstraksi komplikasi :


a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra oral dan intra oral dengan larutan povidone
iodine
b. Anestesi lokal blok mandibula dan atau infiltrasi, setelah teranestesi sempurna baru
dimulai tahap pembedahan
c. Tahap 1 : membuat visibilitas yang adekuat di area pembedahan, hal tersebut berarti
membuka/retraksi flep mukoperiosteal yang cukup luas sehingga tidak koyak saat
pembedahan berlangsung. Flep dapat berbentuk envelope, trapesium atau
triangular dengan tipe mukoperiosteal flep full/ thickness artinya flep mengandung
mukosa, submukosa dan periosteum.

Gambar 1. Retraksi flep mukoperiosteal, pembuangan tulang sekitar dengan bur fissure
d. Tahap 2 : pembuangan tulang disekitar akar gigi menggunakan bur tulang round bur
diikuti dengan fissure bur. Tulang yang dibuang adalah daerah bukal sehingga akar
gigi dapat jelas dilihat.
e. Tahap 3 : ungkit gigi menggunakan elevator/bein dari arah proksimal hingga
bergerak dan angkat menggunakan forcep. Kemudian soket diirigasi dengan larutan
saline, sambil dihaluskan tepi tulang yang tajam menggunakan bone file. Jika perlu,
lakukan kuretase.

Gambar 2. Ungkit gigi dengan bein/elevator kearah bukal

f. Tahap 4: aproksimasi flap dengan menggunakan pinset chirurgies, kemudian lakukan


penjahitan dengan teknik interupted suture. Jahitan tidak boleh terlalu ketat namun
juga tidak boleh terlalu longgar.
g. Tahap 5 : penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post-
medikasi serta instruksi pasca bedah (sama dengan di atas).

Gambar 3. Penjahitan dengan teknik interupted suture


IV. ALVEOLEKTOMI
Alveolektomi adalah tindakan meratakan tulang alveolar yang tajam atau menonjol untuk
keperluan pembuatan gigi palsu/protesa atau estetika. Adanya tulang yang tajam/ eksostosis
akan membuat rasa tidak nyaman/sakit bahkan membuat protesa tidak stabil. Jadi tindakan
alveolektomi termasuk pembedahan pre-prostetik sederhana. Pembuangan dan penghalusan
tulang harus diperkirakan seminimal mungkin sehingga tidak mengganggu stabilitas gigi tiruan.

1. Tujuan alveolektomi :
a. Membuang tonjolan tulang yang tajam (eksostosis)
b. Memudahkan penutupan luka primer (multipel extraction) a intraseptalalveoloplasty
c. Menghilangkan undercut untuk stabilisasi gigi tiruan

2. Persiapan teknik alveolektomi :


a. Pelajari gambaran klinis intra oral dan radiografis (ro periapikal atau panoramik), ukuran
sinus maksilaris, letak foramen mentalis
b. Jika diperlukan pemberian obat-obatan premedikasi
c. Siapkan instrumen dan bahan seperti:
 alat-alat diagnostik standard (kaca mulut, pinset, sonde half moon, ekskavator)
 Spuit 10 cc dengan untuk irigasi NaCl 0,9%
 Spuit 2,5 cc dan ampul anestesi lokal
 Skalpel (menggunakan handle no 3 dan blade no 15)
 Raspatorium/ molt periosteal elevator
 flep retraktor (Seldin/Austin/Minnesota retractor)
 straight handpiece serta bur tulang round bur dan bur belimbing
 bone rongeurs dan bone file
 suction apparatus
 neddle holder
 pinset chirurgies
 gunting
 suture needle (atraumatic half-circle)
 suture material (silk 3.0)
 tampon
3. Prosedur Alveolektomi
a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra oral dan intra oral dengan larutan povidone
iodine
b. Anestesi lokal blok mandibula dan infiltrasi, setelah teranestesi sempurna baru
dimulai tahap pembedahan
c. Tahap 1 : membuat visibilitas yang adekuat, hal tersebut berarti membuka/retraksi
flep mukoperiosteal yang cukup luas sehingga tidak koyak saat pembedahan
berlangsung. Pembuatan desain flep biasanya tergantung luas area pembedahan,
dapat berupa envelope atau triangular. Flep biasanya full-thickness mukoperiosteal
flap.
d. Tahap 2 : pembuangan tulang menggunakan bur tulang round bur atau bur
belimbing. Dapat juga menggunakan bone rongeurs dan bone file. Tulang yang
dihaluskan adalah regio undercut atau yang menonjol. Setelah selesai, palpasi
dengan menggunakan tangan, apakah masih ada bagian yang menonjol.
e. Tahap 3 : Irigasi menggunakan larutan saline hingga debris tulang hilang
f. Tahap 4: aproksimasi flep dengan menggunakan pinset chirurgies, kemudian
lakukan penjahitan dengan teknik interuptedsuture. Jahitan tidak boleh terlalu
ketat namun juga tidak boleh terlalu longgar.
g. Tahap 5 : penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post-
medikasi serta instruksi pasca bedah (sama dengan sebelumnya).

Gambar 4. Insisi sepanjang puncak ridge alveolar, retraksi slep dan teknik penjahitan
V. ODONTEKTOMI
Istilah odontektomi memiliki arti pengeluaran gigi impaksi secara utuh dengan tindakan
pembedahan. Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi pada lengkung rahang. Gigi dapat
mengalami impaksi karena terhalang oleh gigi lain yang berdekatan, tulang padat yang
menutupinya, jaringan lunak yang berlebihan atau abnormalitas genetik yang menghalangi
erupsi. Gigi dapat menjadi impaksi atau unerupted (tidak erupsi) karena perbandingan lengkung
rahang dan ruangan yang tidak adekuat.
Gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga mandibula maupun maksila, diikuti
dengan gigi kaninus atas dan premolar bawah. Gigi molar ketiga sering mengalami impaksi
karena mereka merupakan gigi yang terakhir erupsi, sehingga ruangan yang tersisa untuk erupsi
menjadi inadekuat.
Sebagai patokan, semua gigi impaksi harus dikeluarkan kecuali terdapat kontraindikasi absolut.
Pengeluaran gigi impaksi dapat menjadi sulit dikarenakan pertambahan usia, hal tersebut
dikarenakan pasien usia tua banyak mengalami masalah sistemik serta bertambahnya
kepadatan tulang sekitar.

1. Indikasi pengeluaran gigi impaksi:


a. Mencegah kelainan periodontal
b. Mencegah terjadinya karies
c. Mencegah terjadinya perikoronitis
d. Mencegah resorpsi akar
e. Gigi impaksi di bawah protesa gigi
f. Mencegah terbentuknya kista dan tumor odontogenik
g. Perawatan terhadap rasa sakit tanpa suatu sebab
h. Mencegah fraktur rahang
i. Memfasilitasi perawatan ortodontik

2. Kontraindikasi pengeluaran gigi impaksi:


a. Usia yang ekstreem lebih besar dari 60 tahun
b. Compromised medical condition
c. Dapat terjadi kerusakan terhadap struktur terdekat
3. Persiapan teknik pengeluaran gigi impaksi (odontektomi):
a. Pelajari gambaran klinis intra oral dan radiografis (ro periapikal atau panoramik),
termasuk bentuk dan jumlah akar gigi, hubungan gigi impaksi dengan struktur vital
di sekitarnya, posisi gigi M2 atau M1
b. Jika diperlukan pemberian obat-obatan premedikasi
c. Siapkan instrumen dan bahan seperti:
 alat-alat diagnostik standard (kaca mulut, pinset, sonde half moon, ekskavator)
 Spuit 10 cc dengan untuk irigasi NaCl 0,9%
 Spuit 2,5 cc dan ampul anestesi lokal
 Skalpel (menggunakan handle no 3 dan blade no 15)
 Raspatorium/ molt periostea/ elevator
 flep retraktor (Seldin/Austin/Minnesota retractor)
 straight handpiece serta bur tulang round dan fissure bur
 bein/elevator
 forceps
 curved mosquito
 artery clamp
 kuret
 bone file
 suction apparatus
 neddle holder
 pinset chirurgies
 gunting
 suture needle (atraumatic half-circle)
 suture material (silk 3.0)/4.0
 tampon

4. Prosedur odontektomi gigi Molar ketiga bawah


a. Asepsis dan antisepsis daerah ekstra oral dan intra oral dengan larutan povidone
iodine
b. Anestesi lokal blok mandibula dan infiltrasi, setelah teranestesi sempurna baru
dimulai tahap pembedahan
c. Tahap 1 : membuat visibilitas yang adekuat di area gigi impaksi, hal tersebut berarti
membuka/retraksi flep mukoperiosteal yang cukup luas sehingga tidak koyak saat
pembedahan berlangsung. Insisi biasanya dimulai dari distal gigi molar kedua vertikal
kearah lipatan mukobukal dengan sudut 45°, dilanjutkan kearah servikal gigi impaksi
dan berakhir ke arah distal - linea oblique eksterna (berbentuk trapesium). Insisi
dilakukan secara full-thickness, hingga periosteum terangkat bersama flep nya
(mukosa-submukosa-periosteum).

Gambar 6. Teknik insisi pembuatan desain flep dan retraksi flep mukoperios teal hingga tulang terlihat jelas

d. Tahap 2 : pembuangan tulang disekitar gigi impaksi menggunakan bur tulang round
bur diikuti dengan fissure bur. Tulang yang dibuang adalah daerah mesiobukal, bukal
dan distobukal gigi impaksi, hingga area bifurkasi tampak; hal tersebut berarti tulang
yang menjadi retensi pengeluaran gigi impaksi hilang.
e. Tahap 3 : ungkit gigi impaksi menggunakan elevator/bein dari arah proksimal hingga
bergerak dan angkat menggunakan forcep. Kemudian soket diirigasi dengan larutan
saline, sambil dihaluskan tepi tulang yang tajam menggunakan bone file. Jika perlu,
lakukan kuretase dan pengambilan dental follicle dengan curved hemostat.
f. Tahap 4 : aproksimasi flep dengan menggunakan pinset chirurgies, kemudian lakukan
penjahitan dengan teknik interupted suture. Awali penjahitan di bagian distal gigi
molar kedua, kemudian bagian insisi vertikal dan akhiri penjahitan di distal gigi
impaksi. Jahitan tidak boleh terlalu ketat namun juga tidak boleh terlalu longgar.
g. Tahap 5 : penekanan daerah operasi dengan tampon tekan dan pemberian post-
medikasi serta instruksi pasca bedah.

5. INSTRUKSI PASCA BEDAH


a. HARI PERTAMA
 Gigit tampon dalam rongga mulut selama 30 menit - 1 jam
 Tidak dianjurkan untuk menghisap-hisap atau meludah pada hari I
 Minum obat sesuai instruksi (antibiotika, analgetika dan anti inflamasi) segera
setelah tampon dibuang
 Kompres sisi luar daerah operasi dengan ice-packed selama 10 menit bergantian
(selang seling)
 Makan makanan yang lunak, suhu kamar serta tidak pedas/asam/panas
 Minum tidak diperbolehkan memakai sedotan
 Kumur-kumur dan Sikat gigi secara perlahan di daerah operasi

b. HARI KEDUA
 Minum obat sesuai instruksi
 Kompres sisi luar daerah operasi dengan air hangat selama 10 menit bergantian
(selang seling)
 Pembengkakan ekstra oral akan terjadi selama 3-4 hari
 Aktivitas lain (makan, minum, sikat gigi) sudah dapat dilaksanakan secara
perlahan-lahan.

c. HARI KETUJUH
 Buka jahitan.

VI. SPLINTING
Bahan : kawat Remanium 0,40mm/16
Mengurangi kegoyangan gigi dapat dilakukan dengan pemakaian splin.
Kegoyangan gigi dapat ditentukan dengan menggoyangkan gigi menggunakan 2 instrumen dari
arah berlawanan dan memperhatikan gerakan gigi. Terdapat 4 tingkatan kegoyangan :
1. Derajat 1: bila gigi digoyangkan dengan ibu jari dan telunjuk, gigi terasa goyang, tetapi
kegoyangan nya tidak terlihat oleh pemeriksa. Kegoyangan derajat 1 dapat berupa
kegoyangan fisiologis ataupun patologis, karena kegoyangan ini disebabkan karena adanya
membran periodontal.
2. Derajat 2 : bila digoyangkan dengan jari telunjuk dan ibu jari dapat terasa dan terlihat. Disini
biasanya mulai terjadi kelainan pada ligamen periodontal. Umumnya diperkirakan
kerusakan tulang baru mencapai 1/3 bagian koronal.
3. Derajat 3 : bila ditekan menggunakan lidah, geligi terasa dan terlihat goyang ke arah
horizontal. Pada keadaan ini dapat dianalogikan dengan kerusakan tulang mencapai 2/3
akar bagian koronal.
4. Derajat 4 : selain pergerakan horizontal, juga terjadi pergerakan kearah vertikal. Hal ini
berarti bahwa kerusakan tulang telah mencapai daerah apikal akar gigi.
Kegoyangan gigi juga dapat terjadi karena :
1. Hilangnya jaringan pendukung gigi (bone loss)
2. Trauma oklusi atau jejas yang disebabkan oleh kebiasaan (parafungsi, seperti bruxsim)
3. Perluasan inflamasi berawal dari gingiva, ataupun dari periapikal ke ligamen periodontal
4. Paska bedah periodontal (walau hanya dalam waktu yang singkat)
5. Kehamilan, siklus menstruasi, pemakaian kontrasespsi hormonal.
6. Proses patologis pada rahang, seperti adanya tumor dan osteomyelitis dukungan.
Splin dapat cekat, lepasan, dan kombinasi keduanya. Berdasarkan jenis bahan dan durasi
pemakaiannya, splin dapat dipakai secara temporer, provisional atau semi permanen, dan
permanen. Splin juga dapat dipasang internal atau eksternal, tergantung kebutuhan.
Splin temporer adalah splin yang dipakai untuk waktu yang singkat dengan tujuan untuk
menstabilkan gigi goyang selama terapi periodontal. Biasanya setelah 3 bulan akan dilepas untuk
dievaluasi kembali.

1. Fungsi splin temporer :


a. Melindungi gigi dari trauma
b. Mencegah migrasi patologis
c. Melindungi gigi goyang selama prosedur bedah periodontal sehingga dapat membantu
proses penyembuhan
d. Menyalurkan tekanan oklusal yang merata sehinggga gigi-gigi yang kehilangan
dukungan (bone loss) dapat terlindung
e. Membantu menentukan apakah gigi geligi dengan prognosis terbatas memberikan
respon yang baik terhadap perawatan yang dilakukan.

2. Syarat splin temporer


a. Jumlah gigi yang mendukung harus cukup, sehingga kekuatan dan tekanan yang
diterima dapat dibagi secara merata
b. Sebelum splin dibuat harus dilakukan penyesuaian oklusi dahulu kecuali gigi sangat
goyang dan memerlukan stabilisasi dahulu kemudian dilakukan penyesuaian oklusi
c. Splin tidak boleh mengiritasi gingiva, pipi, lidah, bibir
d. Konstruksi splin harus sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan
e. Splin tidak boleh mengganggu fungsi bicara dan estetis
f. Splin tidak boleh mengganggu oklusi
3. Indikasi splin temporer
Splin temporer dapat dipasang pada kondisi sebagai berikut:
a. Gigi-gigi dengan mobilitas sedang hingga berat sebelum dan selama perawatan
periodontal
b. Untuk mengurangi trauma
c. Untuk stabilisasi yang tidak memerlukan waktu lama (bebrapa minggu s/d bulan)
d. Periodontitis akut sebagai akibat trauma pada gigi
e. Persiapan untuk penggunaan splin permanen

4. Kontra Indikasi
a. Kondisi ekonomi pasien rendah
b. Prognosis buruk
c. Kesehatan umum buruk
d. Secara emosional pasien tidak mau menerima prosedur yg memerlukan waktu lama.

A. Splin Kawat/ Wire Splin


Splin ini termasuk splin temporer yang paling sederhana dan paling sering digunakan.
Pembuatannya cukup mudah dan konstruksinya cukup kuat. Biasa dipasang untuk gigi-gigi
anterior, dari C-C atau Pl-P1
1. Alat-alat yang harus disiapkan
a. Kawat splin
b. Gunting kawat intraoral
c. Gunting kawat
d. Needle holder
e. Plugger atau amalgam stopper

2. Prosedur pembuatan
a. Splin diskontinu
 Potong awat sesuai panjang yang dibutuhkan, lengkungkan membentuk jepitan
rambut. Kawat ini merupakan kawat mayor
 Letakkan kawat mayor mengelilingi gigi yang diikat/ displin dari gigi paling distal
sampai dengan gigi abutment terakhir. Sesuaikan letak kawat dengan pedoman
insisal terhadap singulum tetapi apikal terhadap daerah kontak, hindari kawat
berkontak dengan gingiva. Ujung kawat bagian labial dan lingual paling distal
pada gigi abutment terakhir dipilin bersama searah jarum jam, namun tidak
terlalu kencang (Gambar 6.1)

Gambar 6.1. Pelingkaran kawat utama splin. (Grant DA, Stern IB, Everett FG.
Orban's Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C. V. Mosby
Company, 1972)

 Potong kawat minor kurang lebih 10 cm, buat lengkungan membentuk jepitan
rambut. Masukkan kawat yang panjang dari bagian lingual satu ujung kawat di
atas kawat mayoryang lain di bawahnya, hingga melewati kawat mayor lingual
dan labial.
 Pilin kawat minor searah jarum jam, sambil ditarik ke labial, setelah terpasang
semua lalu masing-masing kawat dikencangkan, digunting dan disisakan 3-4 mm
di interdental. Pastikan tidak ada kawat yang kendor. Pilin dan kencangkan juga
ujung dari kawat mayor (Gambar 6.2)

Gambar 6.2. Pengikatan kawat minor di interproksimal. (Grant DA, Stern IB, Everett FG.
Orban's Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C. V. Mosby Company,
1972)

 Potong ujung kawat minor di tiap interdental dan ujung kawat mayor, kemudian
sisa pilinan kawat ditekan ke interdental dengan arah koronal dengan amalgam
plugger. Pastikan ujung-ujung kawat tidak tajam agar tidak mengganggu bibir
dan lidah. (Gambar 6.3)
Gambar 6.3 Kawat minor ditekan masuk ke interdental dengan arah koronal . (Grant DA,
Stern IB, Everett FG. Orban's Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C.
V. Mosby Company, 1972)

 Jika terdapat celah yang cukup lebar di antara gigi (spacing/ diastema), kawat
mayor labial dan lingual dipilin bersama di sepanjang celah, kemudian dibuka
kembali dan dilanjutkan memasang splin seperti sebelumnya. (Gambar 6.4)

Gambar 6.4 Pelingkaran kawatsplin pada celah antar gigi. (Grant DA, Stern IB, Everett
FG. Orban's Kelainan Jaringan Periodontalcs 4th ed. Saint Louis, The C. V. Mosby
Company, 1972)

Ikatan-ikatan kawat di proksimal yang bervariasi bertujuan untuk:


1. Mencegah pergerakan ke insisal
2. Mencegah pergerakan ke arah servikal
3. Merapatkan ruangan diantara gigi yang terpisah
Pemakaian splin akan menyulitkan prosedur OH. Penting untuk memberi
motivasi, edukasi, instruksi kontrol plak pada pasien khususnya di daerah
interproksimal. Prosedur kebersihan mulut pasien pemakai splin:
 Bila papil interdental terisi penuh dalam ruang embrasur, dental
floss dimasukkan menggunakan threader
 Bila papil tidak terisi penuh (mengalami resesi) maka prosedur OH dapat
dilakukan menggunakan sikat interdental
ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT LAPANGAN

A. JENIS MODUL
1. KGM (UKGS). Program Upaya Kesehatan Gigi Sekolah yaitu di sekolah yang sama ketika
sebelumnya disurvei. UKGS dilaksanakan sejalan dengan program pelayanan kesehatan gigi
dan mulut Kementerian Kesehatan Rl bagi para muriddan masyarakat sekolah di Indonesia.
Sebisa mungkin UKGS dilaksanakan mengikuti prinsip kegiatan "Trias UKGS" khususnya
dalam hal pendidikan kesehatan gigi dan perawatan / pengobatan gigi dasar, kedaruratan
medik gigi, dan rujukan. UKGS yang dilaksanakan sedapat mungkin berkoordinasi dengan
pihak UKS Sekolah dan Puskesmas wilayah yang memiliki tanggung jawab program UKGS di
sekolah tersebut. Bila sasaran masyarakat yang disurvei dialihkan maka kegiatannya tetap
berupa pendidikan kesehatan gigi dan perawatan / pengobatan gigi dasar, kedaruratan
medik gigi, dan rujukan tetapi bukan dalam lingkup UKGS resmi.

2. KGM (UKGM). UKGM dilaksanakan sejalan dengan program Kementerian Kesehatan Rl.
untuk memperhatikan Upaya Kesehatan Gigi bagi Masyarakat umum. Program ini
menekankan pada bentuk pemberdayaan masyarakat dalam upaya berpartisipasi dalam
pemeliharaan dan perawatan kesehatan gigi mereka sendiri, keluarganya, dan masyarakat
lingkungannya. Ini adalah melakukan Penyuluhan Kesehatan Gigi bagi masyarakat terutama
ibu-ibu PKK di dalam atau di luar wilayah Bali, yang memiliki budaya yang berbeda-beda.

3. KGM (Sistem Manajemen Pelayanan PUSKESMAS), sesuai kesepakatan antara PSPDG FK


Unud dan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kabupaten Badung atau Kota Denpasar, maka
Sudinkes yang menentukan wilayah Puskesmas Kecamatan untuk tiap kelompok Kecil (Regu).
Sebelum terjun ke lapangan maka terlebih dahulu menerima pembekalan dari perwakilan
Kasi SDK Sudinkes Kabupaten Badung atau Kota Denpasar. Observasi ini bertujuan agar para
mahasiswa mampu mengenai dan mempelajari tentang semua bidang pelayanan Puskesmas.
Bimbingan diberikan oleh pihak Puskesmas antara lain dengan meminta mahasiswa ikut
terjun di klinik pelayanan di Puskesmas tersebut serta ikut terjun ke lapangan bila ada
program-program di luar gedung Puskesmas.

4. UKGS, UKGM maupun Sistem Manajemen Pelayanan PUSKESMAS dilaksanakan secara


teamwork dalam kelompok kecil dan kelompok besar. Yang dimaksud kelompok besar adalah
semua mahasiswa kepaniteraan modul KGM yang telah dijadwalkan pada satu periode
putaran kepaniteraan KGM.

5. Kelompok besar dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil Jumlah mahasiswa kelompok


besar ditentukan oleh Kaprogram Profesi sedangkan jumlah mahasiswa kelompok kecil
ditentukan oleh Pj. Modul sesuai penjadwalan.

B. REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Modul Manajemen Pelayanan Puskesmas
Pengalaman belajar lapangan di Puskesmas 1
Modul UKGS
Analisis masalah kesehatan gigi anak sekolah dari hasil survei berdasarkan
1
evidence based dentistry

Menentukan prioritas masalah 1


III
Proposal kegiatan 1
Melaksakan Program pendidikan kesehatan gigi (PKG/DHE) yang diusulkan
1
untuk anak sekolah dalam rangka UKGS
Evaluasi Program 1

Laporan Kegiatan 2

Kehadiran Seminar

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Modul UKGM
Membentuk team work dan menyusun rencana kerja 1
Analisis masalah kesehatan masyarakat dari hasil survei berdasarkan
1
evidence based dentistry
Menentukan prioritas masalah 1
Proposal kegiatan 1
IV
Melaksakan Program pendidikan kesehatan gigi (PKG/DHE) yang diusulkan
1
untuk masyarakat
Evaluasi Program 1

Laporan Kegiatan
Kehadiran Seminar
Ujian Departemen

C. PENILAIAN
1. Selain penilaian kelompok, ada pula penilaian sikap perorangan (kondite sikap). Dalam
modul ini, kondite sikap mempunyai bobot 10% dari modul.
2. Kegiatan lain yang memberikan kontribusi nilai perorangan, adalah :
a. Absensi dan keikutsertaan dalam kegiatan
b. Keaktifan dan insiatif dalam tim
c. Sikap / perilaku serta komunikasi sesuai etika.
d. Kepatuhan dan kerajinan menjalankan tugas dalam tim
e. Kejujuran dalam ucapan maupun perbuatan
3. Kegiatan lain yang memberikan kontribusi nilai kelompok
a. Kekompakan, keaktifan, dan inisiatif kelompok
b. Ketertiban, etika, dan kepatuhan menjalankan tugas
c. Memiliki pengaruh positif terhadap anggota kelompok maupun kelompok lain.
d. Keberhasilan dalam membina hubungan baik dengan masyarakat
e. Kejujuran dalam menyampaikan data kepada preceptor

D. JOURNAL READING
Setelah rangkaian CFT, OTP, laporan kegiatan dari seluruh sub modul dilaksanakan, masing-
masing mahasiswa wajib melakukan presentasi journal reading (JR). Tiap mahasiswa ditentukan
Perseptornya masing-masing. Kemudian mahasiswa melakukan penelusuran Jurnal dan memilih
makalah-makalah yang terkait dengan modul ini. Dilanjutkan ke Perseptor masing-masing untuk
disetujui. Bila telah disetujui, dibuat makalah untuk dipresentasikandan dibahas.
Pada umumnya penilaian JR memperhatikan beberapa hal berikut, tetapi penilai-annya
disesuaikan dengan sifat dan tujuan dari masing-masing sub modul yang ada dalam modul ini.
1. Sistematika penulisan
a. Kesinambungan antar bab dan antar alinea
b. Bahasa yang digunakan (keajegan istilah)
c. Penulisan kepustakaan dan rujukan
2. Isi laporan kegiatan/journal reading
a. Kesesuaian judul dan isi laptan/JR
b. Kejelasan rumusan masalah
c. Kejelasan dan ketepatan penyampaian pengamatan dan pengalaman sendiri
d. Ketajaman pengkajian terhadap permasalahan
e. Ketepatan perumusan kesimpulan
3. Penyajian lisan
a. Penyajian disampaikan dalam waktu 15 menit
b. Kejelasan mengemukakan intisari laptan
c. Kemampuan penyajian (lancar, jelas, penampilan)
4. Tanya jawab
a. Ketepatan menjawab
b. Kemampuan argumentasi
c. Penampilan dalam tanya jawab

E. LAPORAN KEGIATAN
Laporan Kegiatan (Laptan) modul Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat harus dibuat secara team
work oleh masing-masing kelompok kecil (regu), satu regu satu laporan. Laporan modul ini
merupakan kumpulan laporan dari sub modul UKGS, UKGM maupun Sistem Manajemen
Pelayanan PUSKESMAS, yang dilaksanakan oleh regu masing-masing. Uraian dalam laporan
harus mendasarkan pembahasannya pada sumber ilmiah textbook, jurnal, e journal, kebijakan
kesehatan, peraturan perundangan, kode etik, data-data laporan puskesmas, profil, publikasi
dan lainnya. Khusus untuk mengambil data intern puskesmas yang dirahasiakan harus seizin
puskesmas bersangkutan. Bila data rahasia tersebut tidak diijinkan oleh puskesmas mahasiswa
tidak boleh mempublikasi. Kecuali itu laporan harus menyertakan lampiran dokumentasi foto
kegiatan setiap sub modul, jadwal kegiatan masing-masing regu di puskesmas, tabel induk hasil
survei, fotokopi surat-surat pengantar perijinan, formulir survei, informed consent, formulir
rujukan, alat peraga, dan sebagainya (soft copy dan hard copy).
Penyusunan laptan modul untuk masing-masing laporan sub modul harus mengikuti cara
penyusunan laporan yang berlaku.. Susunan garis besarnya tersusun seperti berikut:
- Lembar Judul (Laporan modul IKGM), nama/nomer regu, periode kepaniteraan, nama-
nama dan nirm SI / nirm profesi anggota regu)
- Fotokopi Lembar Isian Manual Logbook
- Pengantar
- Daftar Isi
A. Sub modul UKGS
B. Sub modul UKGM
C. Sub modul Sistem Manajemen Pelayanan PUSKESMAS
Klasifikasi penulisan laporan kegiatan akan dijelaskan lebih lanjut ketika pelaksanaan
berlangsung. laporan kegiatan dipresentasikan terlebih dulu, selain didepan Perseptor, juga
dihadiri perwakilan-perwakilan Puskesmas.

F. KONDITE SIKAP
Kondite Sikap (KS) yang dimaksud dalam modul ini adalah bagaimana sikap mahasiswa dalam
kaitannya dengan kegiatan-kegiatan perorangan maupun kelompok ketika melaksanakan modul
ini, utamanya ketika melakukan OTP, CFT, dan Laptan. Kondite Sikap yang dinilai bukan hanya
sikap terhadap para murid yang disurvei maupun yang menjadi sasaran UKGS, para Ibu PKK dan
para kader, serta para pasien Puskesmas saja. Akan tetapi penilaian kondite sikap juga meliputi
sikap terhadap kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah, para orang tua murid dan
masyarakat lingkungan sekolah, para pejabat pemda wilayah / Muspika, Puskesmas ketika
UKGM , Pejabat Suku Dinas Kesehatan, serta Kepala dan Staf maupun karyawan Puskesmas yang
diobservasi. Selain itu dinilai juga sikap terhadap para perseptor, karyawan dan petugas di
Kampus, maupun terhadap teman-teman dalam team work. Dalam modul Ilmu Kesehatan Gigi
Masyarakat ini presentase nilai kondite sikap perorangan terhadap keseluruhan nilai modul
agak berbeda (20%) dibanding nilai kondite sikap modul klinik integrasi yang lain (5%) mengingat
bahwa sikap yang dinilai lebih banyak variasinya.

Penilaian tersebut antara lain didasarkan kepada penilaian perorangan tentang hal-hal sebagai
berikut :
a. Presensi dan keikutsertaan dalam kegiatan
b. Keaktifan dan insiatif dalam team work
c. Sikap dan Perilaku serta Komunikasi sesuai Etika.
d. Kepatuhan dan kerajinan menjalankan tugas dalam team work

Hal lain yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam memberikan kontribusi nilai kelompok
yang akan mempengaruhi juga terhadap nilai perorangan yaitu:
a. Kekompakan, keaktifan, dan inisiatif kelompok
b. Ketertiban, etika, dan kepatuhan menjalankan tugas
c. Memiliki pengaruh positif terhadap anggota kelompok maupun terhadap kelompok lain
d. Keberhasilan dalam membina hubungan baik dengan masyarakat.
ORTODONSIA KLINIK
Profesi di Bagian Ortodonsia merupakan jenjang pendidikan lanjutan bagi para sarjana
kedokteran gigi ( SKG ). Mahasiswa selama masa profesi mengaplikasikan semua teori yang telah
diterima, untuk merawat kasus-kasus ortodontik . Mahasiswa bekerja di Pusat Pelayanan Gigi dan
Mulut Rumah Sakit Universitas Udayana, satu hari dalam satu minggu di bawah pengawasan
seorang dosen pembimbing.
Profesi berlangsung selama 2 tahun (64 minggu). Selama masa profesi, mahasiswa wajib
mengerjakan 2 pasien baru atau 1 pasien baru dan 1 pasien warisan dengan progress kurang dari
50 %. Yang dimaksud pasien baru adalah pasien yang belum pernah dirawat di Pusat Pelayanan
Gigi dan Mulut Rumah Sakit Universitas Udayana sedangkan pasien warisan adalah pasien lanjutan
dari operator sebelumnya, yang ditentukan oleh pembimbing.
Dalam kegiatan pembelajaran profesi klinik ortodonti, mahasiswa diharapkan mampu
secara mandiri melakukan perawatan ortodonti sederhana pada fase geligi campuran dan
permanen dengan menggunakan peranti ortodonti lepasan sesuai dengan prinsip
dasarvperawatan kasus ortodonsia, melakukan pencegahan maloklusi dental serta memastikan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perawatan.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka dalam kegiatan pembelajaran profesi
klinik ortodonti, mahasiswa diberikan requirement untuk menangani satu kasus maloklusi ringan
dengan menggunakan peranti ortodonti lepasan yang meliputi: pengisian status, pencetakan,
analisa model, membuat rencana perawatan, diskusi, pembuatan alat ortodonsi lepasan,
pemasangan (insersi) dan aktivasi alat ortodonsi lepasan di dalam mulut pasien. Selain itu
mahasiswa juga diwajibkan untuk mempresentasikan dua kasus dalam journal reading, melalukan
ujian mini CEX, ujian DOPS, dan membuat logbook dari kasus yang ditangani.
Pada akhir masa profesi, bagi mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akan
menerima surat keterangan dari pembimbing guna mendaftarkan ujian profesi. Mahasiswa
diperbolehkan untuk mengikuti ujian profesi dengan syarat:
- Progress kasus yang ditangani sudah mencapai minimal 80%
- Presensi minimal 80%
- Sudah mengikuti journal reading
- Mengumpulkan log book
- Menempuh ujian mini CEX
- Menempuh ujian DOPS

ALAT STANDAR YANG HARUS DISEDIAKAN


 2 buah kaca mulut
 1 buah pinset
 1 buah sonde
 4 pasang sendok cetak dengan berbagai ukuran ( A, B, D dan D )
 Sliding Caliper
 Penggaris, pinsil dan penghapus
 Lampu spirtus
 Lecron
 Brass wire
 1 set scaler
 1 buah tang Tiga jari / three jaws
 1 buah tang Universal
 1 buah tang potong kawat stainless steel
 1 buah mata bur Frazer untuk straight hand piece
 1 buah stone untuk straight hand piece
 Kain putih ukuran 30 x 30 cm, untuk meja unit / alas disposable
 Kain putih untuk celemek pasien / disposable
 Mangkok karet ( rubber bowl ) dan spatula

REQUIREMENT

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 1
Melakukan pencetakan rahang 1
Melakukan pembuatan catatan gigit / bite registration 1
Melakukan pembuatan model studi / diagnostic 1
Analisis model studi 1
Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 1
Melakukan pembuatan foto intra oral 1
I Menggambar desain piranti ortodonti 1
Melakukan insersi piranti ortodonti 1
Melakukan aktivasi piranti ortodonti 10
Melakukan KIE mengenai piranti yang telah di pakai 10
Asistensi
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 1
Melakukan pencetakan rahang 1
Melakukan pembuatan catatan gigit / bite registration 1
Melakukan pembuatan model studi / diagnostic 1
Analisis model studi 1
Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 1
Melakukan pembuatan foto intra oral 1
II Menggambar desain piranti ortodonti 1
Melakukan insersi piranti ortodonti 1
Melakukan aktivasi piranti ortodonti 10
Melakukan KIE mengenai piranti yang telah di pakai 10
Asistensi
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Melakukan pencetakan rahang 1
Melakukan pembuatan catatan gigit / bite registration 1
Melakukan pembuatan model studi / diagnostic 1
Melakukan aktivasi piranti ortodonti 30
III Melakukan KIE mengenai piranti yang telah di pakai 30
Asistensi
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Melakukan pencetakan rahang 3
Melakukan pembuatan catatan gigit / bite registration 3
Melakukan pembuatan model studi / diagnostic 3
Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 2
Melakukan pembuatan foto intra oral 2
IV Melakukan aktivasi piranti ortodonti 20
Melakukan KIE mengenai piranti yang telah di pakai 20
Asistensi
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen
PANDUAN KERJA KLINIK

A. PENGISIAN REKAM MEDIK

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu :
1. Melakukan anamnesis secara mandiri dengan menggali riwayat pasien (riwayat keluarga
dan psikososial ekonomi, riwayat kepenyakitan dan pengobatan, riwayat perawatan gigi
mulut, perilaku) yang relevan dengan keluhan utama melalui metode komunikasi efektif
terhadap pasien/keluarga pasien.
2. Melakukan pemeriksaan fisik umum dan sistem stomatognatik yang meliputi pemeriksaan
ekstra dan intra oral secara mandiri pada pasien anak dan dewasa dengan akurat serta
mampu menetapkan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi dan kode etik.
3. Mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medik yang akurat dan komprehensif, sebagai
dokumen legal yang mendukung rencana perawatan gigi mulut serta keperluan
identifikasi odontologi forensik sesuai dengan Disaster Victim Identification (DVI) secara
mandiri.

Ringkasan Materi
Pengisian rekam medis bertujuan untuk mengetahui identitas pasien secara lengkap, keluhan
utama, status kesehatan baik umum maupun khusus, etiologi maloklusi, pemeriksaan klinis
maupun penunjang serta analisa ruang yang berguna untuk menegakkan diagnosa. Tahap
pengisian rekam medik dilakukan dengan cara :
a. Persiapan alat dan bahan ( termasuk rekam medis umum dan ortodonsia ).
b. Mempersilakan pasien masuk, memberi salam dan mempersilakan pasien duduk,
pengaturan posisi kerja.
c. Operator memakai masker dan sarung tangan.
d. Operator melakukan anamnesis pasien dengan menanyakan identitas pasien secara
lengkap, keluhan utama, status kesehatan, riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi
geligi, kebiasaan buruk, serta riwayat keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien
untuk membantu menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat .
e. Operator melakukan pemeriksaan keadaan umum pasien, kondisi ekstra oral dan
intraoral.
f. Operator melakukan pencetakan anatomis rahang atas dan bawah pasien dengan sendok
cetak yang sesuai dengan ukuran dan bahan cetak alginat untuk pembuatan model studi (
lapor instruktur ).
g. Operator melakukan pembuatan foto ektra oral / foto profil pasien yang meliputi tampak
depan, samping kanan dan samping kiri.
h. Operator dibantu dengan asisten melakukan pemasangan cheek retractor kemudian
melakukan pembuatan foto intra oral dari pasien pada saat kondisi awal sebelum
dilakukan perawatan (tampak anterior depan, samping kanan, samping kiri dalam posisi
oklusi ), pembuatan foto bagian palatal, dan lingual dilakukan dengan menggunakan
bantuan cermin.
i. Operator melakukan pembuatan catatan gigit dengan lempeng wax.
j. Operator membuat surat rujukan foto rontgen OPG dan Cephalometri serta perawatan
pendahuluan apabila diperlukan. ( Lapor Instruktur ).

B. MELAKUKAN PENCETAKAN RAHANG

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pencetakan seluruh tanda-tanda anatomis baik pada rahang
atas maupun bawah dengan benar dan akurat.

Ringkasan Materi
Cetakan gigi adalah reproduksi positif dari gigi geligi dan jaringan penyangga sekitarnya yang
dapat digunakan untuk mempelajari keadaan gigi dan jaringan penyangga yang dicetak (model
studi), mengevaluasi kemajuan perawatan ( model progress ) atau digunakan sebagai model
tempat melakukan pekerjaan laboratorium (model kerja).
Prosedur Mencetak Rahang Atas :
1. Posisi operator berada di sebelah kanan belakang pasien dan siku operator setinggi
mulut pasien.
2. Campur bahan cetak (alginat) dengan perbandingan bubuk dan air sesuai takaran yang
dianjurkan. Kemudian aduk dengan gerakan memutar sambil ditekan ke tepi bowl
sampai homogen. Lalu masukan bahan cetak ke dalam sendok cetak yang sesuai.
3. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan sudut mulut kiri penderita ditarik
keluar (dibuka) dengan jari kiri, tangan kanan memegang sendok cetak. Masukan
sendok cetak dari sisi kanan pasien.
4. Lakukan centering yaitu memasukkan sendok cetak ke dalam mulut sehingga sendok
cetak menutupi tuber maksilaris. Garis tengah pegangan sendok cetak berhimpit
dengan garis tengah rahang. Sendok cetak terletak sekitar 3-6 mm dari gigi dan jaringan
penyangga sekitarnya. Sendok cetak harus menutupi semua bagian yang akan dicetak,
tetapi tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh dengan struktur yang akan dicetak
karena dapat menyebabkan kegagalan saat menceta. Panjang sendok cetak di daerah
posterior mencapai AH line (batas mukosa palatum keras dan palatum lunak).
5. Membuka bibir pasien.
6. Menekan sendok cetak ke seluruh permukann jaringan yang dicetak dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari manis tangan kanan operator menekan sendok
cetak ke atas.
7. Melakukan trimming otot pipi dan bibir atas.
a. Trimming otot pipi
Pipi kanan : jari telujuk kanan operator diletakkan ke dalam pipi kanan dan ibujari
pada permukaan luar. Pipi digerakkan ke atas dan ke bawah. Pipi kiri : sama dengan
trimming pipi kanan tetapi menggunakan jari kiri.
b. Trimming bibir atas
Pasien diminta menurunkan dan menarik bibir atasnya ke bawah dengan kuat
8. Fiksasi sendok cetak dilakukan selama trimming dan menunggu bahan cetak mengeras.
9. Melepaskan sendok cetak dari rahang, sendok cetak dilepaskan dengan jari telunjuk
kanan dan kiri yang diletakkan pada vestibulum bukalis. Tekan tangkai sendok cetak ke
atas, tarik bagian anterior sejajar dengan sumbu gigi. Sendok cetak dikeluarkan dari sati
sisi dan putar ke sisi yang lain.

Prosedur Mencetak Rahang Bawah :


1. Posisi operator berada di sebelah kanan depan pasien dan mulut pasien setinggi siku
dan bahu operator.
2. Campur bahan cetak (alginat) dengan perbandingan bubuk dan air sesuai takaran yang
dianjurkan. Kemudian aduk dengan gerakan memutar sambil ditekan ke tepi bowl
sampai homogen. Lalu masukan bahan cetak ke dalam sendok cetak yang sesuai.
3. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan sudut mulut kanan pasien ditarik
keluar (dibuka) menggunakan jari telunjuk kiri. Titik tengah sayap bukal kiri sendok
cetak merupakan titik tumpu untuk menggeser sudut mulut kiri pasien dan memutar
sendok cetak sehingga sisi kanan posterior sendok cetak masuk ke dalam mulut.
4. Lakukan centering, masukkan seluruh sendok cetak ke dalam mulut, sehingga bagian
posterior sendok cetak menutupi retromolar pad. Sendok cetak harus menutupi
semua bagian yang akan di cetak, tetapi tidak boleh terlalu dekat atau jauh karena
dapat menyebabkan kegagalan ketika mencetak.
5. Membuka bibir pasien.
6. Menekan sendok cetak ke seluruh permukaan jaringan yang dicetak dengan jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanan operator.
7. Melakukan trimming otot pipi, bibir bawah dan lidah.
a. Trimming otot pipi
Pipi kanan : jari telunjuk dan jari tengah kanan memfiksasi sendok cetak, ibu jari
tangan kiri memegang permukaan dalam pipi kanan dan ibu jari telunjuk tangan
kiri memegang permukaan luar , pipi kanan pasien digerakkan ke luar dan ke atas.
Pipi kiri : gerakannya sama hanya menggunakan jari kebalikannya.
b. Trimming bibir bawah
Bibir bawah pasien ditarik ke atas.
8. Fiksasi sendok cetak dilakukan selama trimming dan menunggu bahan cetak
mengeras.
9. Melepaskan sendok cetak dari rahang, tekan tangkai sendok cetak ke bawah, bila
bagian posterior sudah lepas, tarik bagian anterior sejajar dengan sumbu gigi. Sendok
cetak dikeluarkan dari satu sisi dan diputar ke sisi lain.

C. MELAKUKAN PEMBUATAN CATATAN GIGIT / BITE REGISTRATION

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu membuat catatan gigit / bite registration pada pasien, menggunakan bahan
wax merah yang telah dilunakkan dengan posisi gigi geligi pasien dalam keadaan oklusi sentrik
yang benar.

Ringkasan Materi
Pembuatan Catatan Gigit / Bite Registration dilakukan dengan cara :
a. Persiapan kelengkapan operator, alat dan bahan yang digunakan untuk membuat
catatan gigit.
b. Operator melatih pasien cara oklusi sentrik secara berulang-ulang sampai pasien
mampu melakukan sendiri tanpa bantuan operator.
c. Potong wax merah sesuai dengan ukuran rahang, lunakkan di atas lampu spirtus,
masukkan ke dalam mulut tepat pada dataran oklusal pasien. Instruksikan pasien untuk
menggigit maksimal pada posisi oklusi sentrik, tunggu hingga wax mengeras kemudian
keluarkan wax dari mulut pasien.
d. Catatan gigi yang benar di tandai dengan adanya beberapa lubang pada permukaan
wax yang merupakan indentasi gigi geligi dalam kondisi intercuspation maksimal. (
Lapor instruktur )

D. MELAKUKAN PEMBUATAN MODEL STUDI / DIAGNOSTIK

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu membuat model studi dengan gambaran anatomi rahang atas dan bawah
yang baik dan jelas disertai dengan bentuk basis rahang atas dan bawah sesuai dengan yang
telah di tetapkan. Permukaan basis model rahang atas dan bawah model studi tertulis secara
berurutan data pasien, nama operator, tanggal mencetak dan no model.

Ringkasan Materi
Pembuatan model studi dilakukan dengan cara :
a. Persiapan kelengkapan operator, alat dan bahan yang digunakan untuk membuat
model studi.
b. Buatkan boxing atau basis pada model studi RA dan RB menggunakan gips putih dengan
bantuan base former. Posisikan dataran oklusal model studi sejajar dengan lantai,
tunggu hingga gips mengeras dan lepaskan dari base former.
c. Oklusikan model studi RA dengan RB dengan bantuan wax catatan gigit, sesuaikan
bagian dasar basis RA dan RB dengan trimmer sehingga dasar basis model studi RA //
bidang oklusal // basis model studi RB.
d. Bentuk basis RA dan RB sesuai dengan yang telah ditetapkan yaitu RA : berbentuk segi
tujuh dengan bagian anterior berimpit dengan garis tengah wajah. Sedangkan bagian
anterior basis RB berbentuk segi tujuh dengan bagian anterior membulat. Sesuaikan
garis Simon dengan posisi gigi C RA kanan dan kiri.
e. Tuliskan pada permukaan basis model rahang atas dan bawah model studi tertulis
secara berurutan : Nomor Register Kasus Ortodonti, Nama Pasien, Jenis Kelamin, Umur,
Nama, Operator, Tanggal Mencetak, Model ke I atau ke II dst.

E. ANALISIS MODEL STUDI

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menganalisa semua kelainan / maloklusi yang terdapat pada model studi,
baik kelainan individual gigi geligi, hubungan gigi RA dengan RB, hubungan gigi geligi dengan
tulang basal, diskrepansi ruang serta ukuran ruang yang diperlukan untuk perawatan
ortodonsia dengan metode yang tepat sesuai dengan usia pasien.
Ringkasan Materi
Analisis model studi ortodonsia dilakukan dengan cara :
a. Persiapan kelengkapan operator, alat dan bahan yang digunakan untuk analisis model
studi.
b. Operator melakukan pengamatan pada model studi RA dan RB untuk menentukan
metode analisis yang akan digunakan, sesuai dengan fase gigi geligi pasien. ( Jelaskan
alasannya pada instruktur )
c. Operator mengukur diskrepansi ruang dengan determinasi lengkung dan kesling set up.

F. MELAKUKAN PEMBUATAN FOTO EKSTRA ORAL / PROFIL

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu membuat foto ekstra oral / profil wajah pasien dengan benar , akurat dan
proporsional.

Ringkasan Materi
Foto ektra oral atau foto profil merupakan foto wajah pasien baik dari tampak depan, samping
kanan dan samping kiri yang diambil secara benar dan akurat sehingga memenuhi persyaratan
untuk pengukuran tipe profil pasien, bentuk muka dan bentuk kepala. Pembuatan foto ekstra
oral / profil pasien dengan cara :
a. Persiapan kelengkapan operator, alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan
foto ekstra oral.
b. Instruksikan pasien untuk berdiri tegak dengan kepala dan pandangan mata lurus ke
depan serta posisi bibir rileks.
c. Operator mengambil foto pasien yaitu : tampak depan, samping kanan dan samping
kiri, seluruh kepala terlihat dengan dimensi yang sama.
d. Foto dicetak dengan ukuran 10 x 15 ( 1 R ) untuk analisis kuantitatif ( pengukuran ).

G. MELAKUKAN PEMBUATAN FOTO INTRA ORAL

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu membuat foto intra oral / gigi geligi pasien secara tepat.

Ringkasan Materi
Foto intra oral merupakan foto rongga mulut pasien beserta gigi geligi dalam keadaan oklusi
sentris baik dari tampak depan, samping kanan dan samping kiri dengan benar, jelas dan akurat.
Pembuatan foto intra oral dengan cara :
a. Persiapan kelengkapan operator, alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan
foto intra oral.
b. Operator memberikan instruksi kepada pasien mengenai proses pengambilan foto
yang akan dilakukan antara lain : bibir dan pipi harus dalam keadaan rilek sedangkan
pada saat pengambilan foto oklusal, pasien harus membuka mulut dengan lebar serta
menahan napas pada saat cermin dimasukkan.
c. Operator dibantu dengan asisten melakukan pemasangan cheek retractor kemudian
melakukan pembuatan foto intra oral dari pasien yang meliputi : tampak anterior
depan, samping kanan, samping kiri dalam posisi oklusi sentris ( batas posterior sampai
M2 ). Pembuatan foto bagian palatal, dan lingual dilakukan dengan menggunakan
bantuan cermin.
d. Foto dicetak dengan ukuran 10 x 15 ( 1 R ) untuk dokumentasi kondisi awal sebelum
dilakukan perawatan.

H. MENGGAMBAR DESAIN PIRANTI ORTODONTI

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menggambar mendesain komponen – komponen piranti ortodontik
lepasan dengan benar sesuai dengan dasar biomekanika ilmu ortodonsia.

Ringkasan Materi
Prosedur menggambar desain piranti lepasan ortodonsi :
1. Persiapan kelengkapan operator, alat dan bahan yang digunakan untuk mengambar
desain piranti ortodosi.
2. Gambar malokusi gigi geligi individual baik pada rahang atas maupun rahang bawah
sesuai dengan kasus pasien dengan tinta hitam.
3. Gambar cengkram aktif, pasif dan retentif pada dengan proporsi yang tepat pada gigi
geligi yang telah ditentukan dengan tinta warna biru.
4. Gambar basis akrilik dengan adaptasi yang benar pada gigi geligi dengan tinta merah.
5. Beri keterangan gambar dan penjelasaanya di samping atau bawah gambar.

I. MELAKUKAN INSERSI PIRANTI ORTODONTI

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan insersi piranti lepasan baik pada rahang atas dan atau rahang
bawah.

Ringkasan Materi
Piranti ortodonsi lepasan merupakan alat ortodonsi yang dapat dipasang dan di lepas oleh
pasien sendiri, yang terdiri dari komponen base plate / basia akrilik, komponen retentif,
komponen aktif, komponen pasif .

Keadaan yang perlu diperiksa setelah piranti ortodonti lepasan diinsersikan pada pasien :
a. Kenyamanan pemakaian perlu diperhatikan apakah kawat yang dipergunakan tidak
menusuk atau menekan gingiva. Pegas bukal dan busur hendaknya terletak sedekat
mungkin dengan mukosa tetapi tidak berkontak dan tidak boleh menyentuh sulkus bukal
atau frenulum bukal. Penyesuaian cengkram sebaiknya dilakukan pada saat insersi untuk
meyakinkan adanya retensi yang baik.
b. Periksa ketebalan lempeng akrilik terutama apabila menggunakan peninggian gigit dengan
mengerinda sehingga pada saat pasien beroklusi ketebalannya sama dan oklusinya
seimbang pada kedua sisi. Ketebalan peninggian gigit harus cukup sehingga pada waktu
pasien beroklusi akan diperoleh ruang di anterior sesuai dengan yang diperlukan.
Peninggian gigit anterior hatus cukup tebal sehingga pada saat beroklusi paling tidak ada
dua sampai tiga gigi insisivus bawah beroklusi dengan peninggian gigit anterior. Bila sudah
dipakai oleh pasien dapat terjadi keausan pada peninggian gigit, oleh karena itu, peninggian
gigit perlu ditambah dengan menggunakan cold cured acrylic. Bila insisivus akan diretraksi
maka peninggian gigit ini harus digerinda sedemikian rupa sehingga memberikan ruangan
untuk gigi geligi tersebut bergerak ke palatal. Pengerindaan yang kurang, selain dapat
menyebabkan pergerakan gigi kurang juga akan memberikan ruang yang sempit di antara
insisivus dan lempeng akrilik sehingga menyebabkan sisa makanan menumpuk dan
menyebabkan inflamasi gingiva.
c. Komponen aktif perlu diperiksa apakah pegas telah terletak baik sehingga dapat
memberikan arah pergerakan gigi yang benar. Kadang-kadang karena adanya kontak
proksimal tidaklah mungkin untuk menempatkan pegas dengan tepi gingiva. Bila gigi sudah
bergerak pegas dapat disesuaikan untuk dapat terletak dekat dengan gingiva. Aktivasi awal
hendaknya sedikit saja, 1mm untuk pegas palatal dan kurang 0,5 mm untuk pegas dari kawat
0,7 mm sehingga memberikan kekuatan yang ringan, keadaan ini akan memudahkan pasien
menangani peranti.
d. Penjangkaran yang perlu dipertimbangkan adalah apakah penjangkaran ekstraoral perlu
dipasang pada saat ini ataukah pada kunjungan berikutnya. Bila satu-satunya penjangkaran
adalah penjangkaran ekstraoral maka penjangkaran ekstraoral harus dipasang bersamaan
dengan insersi peranti.

J. MELAKUKAN AKTIVASI PIRANTI ORTODONTI

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan aktivasi peranti ortodonti lepasan rahang atas dan rahang bawah

Ringkasan Materi
Cara Aktivasi Komponen Aktif :
1. Pegas
- Kekuatan ideal yang di hasilkan intermitent.
- Kekuatan 25 – 40 gram ( < 25 gr : gigi tidak bergerak, > 40 gr rasa sakt berlebihan dan
gerakan gigi tipping ).
- Kekuatan yang dihasilkan pada defleksi pegas cantilever berbanding langsung dengan
diameter kawat 4 dan berbanding terbalik dengan panjang kawat3.
- Diameter kawat yang digunakan biasanya 0,5 mm dan 0,6 mm.
- Defleksi adalah seberapa jauh gigi dapat bergerak dari tempat semula. Pada kawat
berdiameter 0,5 mm idealnya 3 mm, pada kawat berdiameter lebih besar aktivasinya
tidak boleh lebih dari 3 mm. Pergerakkan yang diharapkan adalah 1 mm/bulan.
- Pegas yang biasa digunakan adalah :
a. Pegas Cantilever Tunggal :
- Menggerakkan gigi ke mesial atau distal.
- Aktivasi dilakukan dengan melebarkan koil atau menarik lengan pegas ke arah
pergerakkan gigi. Pada kunjungan I dilakukan aktivasi ringan, yaitu defleksi 1 –
2 mm. Pada kunjungan berikutnya defleksi dapat sampai 3 mm.
b. Pegas Cantilever Ganda :
- Menggerakkan gigi anterior ke labial.
- Aktivasi dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang di dekat koil yang jauh
dari gigi, kemudian baru ujung lainnya yang menempel pada gigi.
c. Pegas T :
- Menggerakkan C atau P ke bukal.
- Aktivasinya dengan cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik.

2. Busur Labial
- Digunakan untuk menarik atau meretraksi gigi anterior ke arah palatal / lingual,
sehingga inklinasi gigi ke arah labial dapat dikoreksi ( mengurangi overjet ).
- Diameter kawat yang digunakan 0,7 mm.
- Busur labial yang biasa digunakan adalah :
a. Busur Labial dengan “U” Loop :
- Diameter kawat 0,7 mm.
- Aktivasinya dengan cara memencet ujung loop sedikit demi sedikit secara
bertahap.

K. MELAKUKAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI TENTANG INSTRUKSI KEPADA PASIEN


MENGENAI PIRANTI YANG TELAH DI PAKAI

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memberi instruksi kepada pasien mengenai piranti
ortodonsi lepasan yang telah dipakai.

Ringkasan Materi
Komunikasi, informasi dan edukasi tentang instruksi kepada pasien mengenai piranti yang telah
dipakai meliputi :
1. Cara memasang dan melepas piranti ortodonsi lepasan ( pasien di latih pada saat insersi
sampai bisa ).
2. Lama atau durasi pemakaian piranti ortodonsi lepasan yang efektif terutama apabila
pasien menggunakan piranti yang bersifat myofunctional.
3. Cara dan waktu membersihkan piranti ortodonsi lepasan.
4. Waktu datang ke dokter gigi untuk kontrol dan aktivasi alat.
PROSTODONSIA KLINIK

A. DESKRIPSI MATA AJAR PRAKTIKUM


Materi praktikum klinik prostodonsia ini diberikan kepada mahasiswa yang melaksanakan kerja di
klinik dengan melakukan:
1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
2. Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
3. Gigi Tiruan Cekat (GTC)
4. Reparasi/relining/rebasing

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti praktikum klinik prostodonsia mahasiswa PSPDG FK Universitas Udayana
mampu melakukan semua jenis perawatan penggantian gigi pada pasien dengan baik dan benar.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti praktikum klinik prostodonsia mahasiswa PSPDG FK Universitas Udayana
mampu mengisi rekam medis dengan benar dan mengerjakan kasus-kasus: Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan (GTSL), Gigi Tiruan Lengkap (GTL), Gigi Tiruan Cekat (GTC: Jembatan 3 unit) serta
reparasi/relining/rebasing.

D. MACAM PERAWATAN PROSTODONSIA


I. Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
II. Perawatan Gigi Tiruan Lengkap ( GTL)
III. Perawatan Gigi Tiruan Cekat (GTC: Jembatan 3 unit)
IV. Reparasi/relining/rebasing
E. REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Pembuatan informed consent 1
Pembuatan rekam medis 1
Mencetak anatomis dan pembuatan model 1
Desinfeksi Cetakan 1
Analisis model studi / diagnostik 1
Menggambar desain gigi tiruan 1
GTSL
Persiapan dalam mulut sampai after care 1
Pembuatan Individual Tray (demo video) 1
Border molding 1
I Cetak fungsional 1
Survey dan block out 1
Penetapan gigit 1
Pemasangan model kerja pada artikulator 1
Pasang coba model malam 1
Proses laboratorium ( demo video ) 1
Pasang coba GTSL akrilik 1
Insersi 1
Instruksi pasca insersi 1
Kontrol 1
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Pembuatan informed consent 1
Pembuatan rekam medis 1
Mencetak anatomis dan pembuatan model 1
Desinfeksi Cetakan 1
Analisis model studi / diagnostik 1
Menggambar desain gigi tiruan 1
GTL
Persiapan dalam mulut sampai after care 1
Pembuatan Individual Tray (demo video) 1
Border molding 1
II Cetak Fungsional 1
Penetapan Gigit 1
Pemasangan model kerja pada artikulator 1
Pasang coba model malam 1
Remounting I dan selective grinding I 1
Remount jig 1
Remounting II dan Selective grinding II 1
Insersi 1
Instruksi pasca insersi 1
Kontrol 1
Asistensi
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Pembuatan informed consent 1
Pembuatan rekam medis 1
Mencetak anatomis dan pembuatan model 1
Desinfeksi Cetakan 1
Analisis model studi / diagnostik 1
Menggambar desain gigi tiruan 1
GTJ
Persiapan dalam mulut sampai after care 1
Cetak model kerja 1
III Sementasi mahkota sementara 1
Pembuatan coping logam Gigi Tiruan Jembatan (demo video) 1
Pasang coba coping logam 1
Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) Porcelain Fused to Metal (PFM)
1
(demo video)
Pasang coba GTJ 1
Insersi 1
Instruksi pasca insersi 1
Kontrol 1
Asistensi

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Penanggulangan masalah pasca insersi Gigi Tiruan
a. Reparasi (demo video) 1
b. Relining/rebasing (demo video) 1
IV Asistensi
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen
PANDUAN KERJA KLINIK

I. PERAWATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)


A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset, excavator )
b. Sendok cetak untuk rahang bergigi
c. Bowl dan spatula
d. Lampu spiritus
e. Pisau model, pisau malam dan pisau gips
f. Alas kerja
g. Glass plate
h. Mikromotor
i. Articulator
j. Surveyor
k. Bur dan stone, straight handpiece dan contra angle

2. Bahan :
a. Modelling wax
b. Green stick
c. Akrilik resin self curing
d. Spiritus
e. Bahan cetak hydrocolloid irreversible dan elastomer
f. Gigi artificial
g. Gips tipe I dan II
h. Kawat klamer diameter 0,8 mm

B. Tahapan Pekerjaan:
1. Pembuatan Rekam Medis dan Informed Consent
a. Pasien didudukan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks
b. Memasang alas dada pada pasien
c. Menyiapkan instrument yang diperlukan
d. Posisi pada dental chair yaitu tinggi mulut pasien setinggi siku operator
e. Lakukan pemeriksaan Ekstra Oral (EO): profil wajah, bentuk wajah, mata, hidung,
telinga, bibir dan TMJ
f. Lakukan pemeriksaan Intra Oral (IO): vestibulum, frenulum, relasi rahang, bentuk
ridge, bentuk palatum, torus maksila, tuber maksila, torus mandibula,
retromylohyoid, lidah, saliva.
g. Lakukan pemeriksaan rutin dan penunjang. Laboratorium: darah lengkap, x-ray foto
panoramic dan sefalometri bila diperlukan

2. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi


a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Alat diagnostic yang disiapkan harus steril
c. Pasien didudukkan pada dental chair.
RA: garis tragus alanasi (garis chamfer) sejajar lantai,
RB: bidang oklusal pada gigi RB sejajar lantai
Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak agar tidak mengalir ke
distal sehingga mengakibatkan pasien muntah.
d. Pemilihan sendok cetak.
 Sendok cetak dipilih sesuai dengan ukuran rahang pasien (RA dan RB) yaitu jarak
antara gigi dengan tepi sendok cetak ±4mm, ini bertujuan untuk memberi
ketebalan pada bahan cetak alginate (baik RA/RB).
 Pasien disuruh berkumur dan dicobakan dulu sendok cetak rahang atas dan
rahang bawah yang sesuai dengan ukuran rahang pasien.

Gambar: sendok cetak untuk rahang bergigi


 Persiapan bahan cetak alginat
a) Air sesuai aturan pabrik dimasukkan ke bowl
b) Powder alginate sesuai aturan pabrik dituangkan ke bowl yang sudah berisi
air (ingat: “serbuk ke air”)
c) Massa alginate dalam bowl diaduk dengan spatula dengan cara menekan
pada dinding bowl atau berbentuk angka 8, sampai homogen.
d) Meletakkan alginate tersebut pada sendok cetak
e) Masukkan sendok cetak serta adonan alginate ke dalam mulut pasien, atur
posisi sendok cetak dimana median sendok cetak sesuai dengan median
rahang pasien.
 Tunggu sampai bahan alginate setting
 Melepas cetakan alginate dari RA pasien dengan gerakan sejajar (jangan terlalu
banyak mengungkit)
 Hasil cetakan RA dicuci di bawah air mengalir
 Ulangi tahap di atas untuk mencetak RB dan pada saat mencetak RB, perintahkan
pasien untuk menjulurkan lidah
 Apabila hasil cetakan telah memenuhi criteria yang telah ditentukan, dibersihkan
di bawah air mengalir, kemudian dilakukan desinfeksi cetakan.
 Lakukan pengisian hasil cetakan dengan gips tipe II
 Aduk gips tipe II dicampur dengan air, sesuai dengan aturan pabrik (ingat: “air ke
serbuk”).
 Lakukan pengisian hasil cetakan di atas vibrator dilanjutkan dengan pembuatan
basis model.
 Setelah gips mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok cetak, rapikan model
serta lakukan trimming pada basis model

3. Analisis Model Studi/Diagnostik

4. Menggambar Desain Gigi Tiruan


Desain GT disesuaikan dengan kasus kehilangan gigi. Gambar dibuat pada rekam medis,
diberi keterangan: warna merah untuk plat GT, hijau untuk klamer, gigi yang
hilang/dicabut diarsir hitam
5. Persiapan Dalam Mulut
a. Melakukan Perawatan Pendahuluan
Bila diperlukan dilakukan konsultasi ke departemen lain, misalnya konservasi, bedah
mulut, periodonsia, ortodonsia, dan penyakit mulut
b. Membuat rest seat atau rest occlusal
 Rest seat yang dibuat pada gigi anterior atau premolar, panjangnya setengah dari
jarak mesio distal gigi tersebut dengan kedalaman sesuai dengan diameter
klamer yang digunakan (0,8 mm)
 Rest yang dibuat pada gigi molar panjangnya sepertiga jarak mesiodistal gigi
tersebut dengan kedalaman sesuai dengan klamer yang digunakan (0,8 mm)

Gambar: rest occlusal

 Membuat lintas klamer


Dibuat pada interdental dengan kedalaman sesuai dengan diameter klamer yang
digunakan (0,8 mm)
 Membuat guiding plane
 Pengasahan oklusal/incisal

6. Pembuatan Individual Tray (sendok cetak perorangan)


Catatan:
 Dibutuhkan individual tray pada kasus GTSL tanpa Kunci Oklusi (KO) atau kasus free
end.
 Pada kasus klas III dan klas IV Kennedy sadel pendek tidak memerlukan sendok cetak
cetak perorangan (individual tray)
Tahapan pembuatan individual tray:
a. Sendok cetak perorangan dibuat pada kasus klas I, II dan IV Kennedy sadel
panjang, menggunakan material autopolimerisasi konvensional (acrylic self cure)
b. Siapkan model anatomis (diagnostic), malam model (modelling wax) 1 lembar
(dibagi untuk RA dan RB, pisau model, pisau malam, bunsen burner, pemantik api
dan bahan separasi (CMS)
c. Perhatikan model anatomis. Apabila terdapat undercut yang cukup besar, lakukan
block out dengan modelling wax pada undercut tersebut
d. Pembuatan outline pada model anatomis dengan memperhatikan anatomical
landmark. Outline dibuat pada daerah bergigi dan daerah tidak bergigi. Outline
sendok cetak perorangan 2 mm di atas (underextended) garis outline yang telah
dibuat. Gambar stopper pada model anatomis berbentuk persegi panjang dengan
panjang 4 mm, lebar 2 mm (RA lebih ke labial/bukal, RB lebih ke lingual)
e. Modelling wax dilunakkan di atas api, kemudian diaplikasikan sesuai outline yang
telah digambar pada model anatomis
f. Lakukan pemotongan tepi modelling wax 2 mm di atas/lebih rendah
(underextended) dari outline sesuai dengan batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak, sebagai batas tepi dari sendok cetak. Buat lubang dengan mengambil
malam untuk pembuatan tissue stopper.
g. Monomer dan polimer resin akrilik autopolimerisasi konvensional disiapkan.
h. Monomer dan polimer resin akrilik diaduk sampai kondisi dough stage kemudian
perlahan-lahan diletakkan pada permukaan modelling wax dengan bantuan
spatula semen dan bentuk sesuai dengan modelling wax, yang merupakan alas
dari sendok cetak perorangan.
i. Aduk sedikit resin akrilik autopolimerisasi hingga mencapai dough stage kemudian
buatlah pegangan sendok cetak dengan panjang 8 mm, lebar 8 mm dan tebal 3
mm.
j. Basahi region yang akan dilekatkan dengan cairan monomer kemudian lekatkan
adonan pada sendok cetak dan sesuaikan agar tidak mengganggu pergerakan bibir
pasien.
k. Setelah resin akrilik mengeras, lepaskan dari model anatomis kemudian sesuaikan
dan haluskan area yang permukaannya kasar yang sekiranya akan mengganggu
kenyamanan pasien. Poles hingga permukaannya halus. Sesuaikan sendok cetak
perorangan dengan kondisi dalam mulut pasien (lebih rendah 2 mm dari batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak)
l. Pembuatan border moulding untuk menentukan batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak dengan menggunakan greenstick compound. Potonglah spacer malam 2
mm dari batas sendok cetak perorangan untuk tempat bahan border moulding
(greenstick compound). Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan
pasien) dan pasif (dilakukan operator) untuk mengaktifasi otot pengunyahan, otot
pembuka dan penutup mulut (muscle trimming).

Gambar: individual tray RA dan RB

7. Pembuatan Model Kerja


Persiapan pencetakan fungsional
a. Setelah border moulding, spacer malam pada sendok cetak perorangan dihilangkan.
Hati-hati, jangan sampai merusak hasil border moulding. Aduk bahan cetak
elastomer sesuai petunjuk pabrik dan cetakkan ke dalam mulut pasien dengan
memperhatikan posisi sendok cetak perorangan dan lakukan muscle trimming.
Tunggu sampai bahan cetak setting kemudian keluarkan dari mulut pasien.
b. Lakukan penuangan dengan gips tipe II pada hasil cetakan untuk mendapatkan
model kerja

Gambar: border moulding


8. Survey dan Block Out
a. Menyiapkan alat surveyor
b. Letakkan dan fiksasi model kerja pada survey table dari surveyor
c. Posisikan bidang oklusal model sejajar bidang horizontal surveyor (horizontal tilt)
d. Pasang analyzing rod pada lengan surveyor
e. Deteksi gigi yang akan digunakan sebagai penjangkar (ada/tidak ada undercut pada
gigi tersebut pada posisi ini)
f. Ganti posisi kemiringan model bila tidak terdapat undercut ke posisi lain seperti
anterior tilt, posterior tilt maupun lateral tilt (sampai ditemukan undercut)
g. Ganti analazing rod dengan carbon marker atau pensil H2
h. Bentuk ujung carbon marker meruncing pada satu sisi
i. Gerakkan carbon maker pada dinding atau bidang aksial yang akan disurvey dengan
menggunakan surveyor yang memegang carbon marker melingkari gigi yang
disurvey
j. Beri tanda pada tepi atau dinding model kerja berupa garis atau guratan untuk
memudahkan pengambilan model pada survey table ketika melakukan block out
k. Setelah diperoleh garis survey yang menunjukkan undercut pada gigi penyangga,
selanjutnya daerah proksimal di bawah undercut di block out dengan gips tipe I
l. Model kerja yang telah di block out dikembalikan pada surveyor dengan panduan
garis atau guratan yang telah dibuat. Selanjutnya block out dirapikan menggunakan
chisel/cutting yang dipasang pada alat surveyor

Gambar: survey dan block out

9. Pembuatan Lempeng dan Galengan Gigit


Membuat lempeng dan galengan gigit dari modelling wax. Galengan gigit terletak di atas
residual ridge berbentuk trapezium dan tapal kuda. Tinggi galengan gigit setinggi gigi
sebelah dan lebar mengikuti lebar gigi sebelah
Gambar: Galangan gigit GTSL

Penetapan Gigit
Terdapat 3 macam cara penetapan gigit pada GTSL:
a. Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan
gigitan terfiksir minimal tiga titik oklusi (kontak) yang menjamin oklusi tersebut
terfiksir, tidak diperlukan penetapan gigit.
b. Penetapan gigit pada pasien yang mempunyai pedoman tinggi gigit tetapi gigitan
tidak terfiksir, tahapan penetapan gigitnya adalah :
 Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang, dengan menggunakan pisau
malam yang dipanaskan
 Masukkan lempeng dan galengan gigit pada mulut pasien, instruksikan pada
pasien untuk menggigit sampai gigi geligi asli yang ada pada RA dan RB kontak
oklusi.
 Lakukan hal yang sama pada rahang yang berlawanan
 Masukkan galengan gigit RA dan RB dan instruksikan pasien untuk menggigit
sampai kontak oklusi
 Tunggu sampai malam mengeras
 Buatlah garis median dan garis senyum bila perlu
 Instruksikan pasien membuka mulut dan lempeng dan galengan gigit
dikeluarkan dari mulut pasien
 Cuci lempeng dan galengan gigit tersebut dibawah air mengalir untuk
menghilangkan ludah pasien yang menempel pada galengan gigit
 Kembalikan lempeng dan galengan gigit pada model kerja
 Cek posisi oklusi galengan gigit pada model kerja dengan oklusi pada pasien
 Bila mana terjadi ketidaksamaan ulangi penetapan gigit lagi
 Fixir model dan galengan gigit atas bawah menggunakan stik (batang korek
api) yang ditempelkan pada model kerja RA dan RB dengan malam perekat
 Transfer garis median yang telah dibuat pada galengan gigit ke model kerja
c. Penetapan gigit pada pasien yang tidak mempunyai pedoman tinggi gigit,
penetapan gigitnya dilakukan dengan pedoman seperti melakukan penetapan gigit
pada GTL

Gambar: penetapan gigit GTSL

Pemilihan Anasir Gigi


Setelah penetapan gigit selesai, lakukan pemilihan gigi dengan memperhatikan warna
gigi, ukuran dan bentuk gigi.

Gambar: anasir gigi akrilik

10. Pemasangan Model Kerja Pada Artikulator


a. Garis median model sebidang dengan garis median articulator
b. Bidang horizontal model sebidang dengan garis horizontal articulator
c. Horizontal pin terletak pada pertemuan bidang horizontal dengan garis median
pasien atau terletak pada titik kontak insisif pertama RB.

Gambar: articulator mounting GTSL


11. Pembuatan Klamer dan Penyusunan Gigi Artifisial
Pembuatan Klamer
Bagian-bagian klamer terdiri dari lengan retensi , bracing dan support
a. Lengan klamer bagian retensi:
 Terletak pada bagian bukal dan palatal/lingual gigi dibawah keliling terbesar
dari garis survey (undercut)
 Ujung lengan klamer tidak boleh menekan atau menyentuh gigi sebelah
 Tidak boleh menyentuh gingival
 Ujung lengan klamer dibulatkan
b. Bracing terletak di atas keliling terbesar garis survey
c. Support dapat berupa oklusal rest atau bagian klamer yang melalui interdental
 Panjang rest oklusal pada gigi anterior atau premolar adalah ½ jarak
mesiodistal gigi tersebut, sedangkan pada gigi molar 1/3 jarak mesio distal gigi
molar.

Menyusun Gigi
a. Susun gigi diatas puncak ridge
b. Anasir gigi harus kontak dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan

Pasang Percobaan GTSL Malam


Yang perlu diperhatikan:
a. Estetik pasien
b. Oklusi sentrik
c. Artikulasi bila perlu

Kontur Akhir
a. Kontur gingiva sama dengan kontur gingiva gigi sebelah
b. Permukaan malam halus mengkilap

12. Proses Akrilik


Yang harus diperhatikan:
a. Basis akrilik tidak porus
b. Akrilik denture base yang digunakan standar atau high impact
c. Tidak ada udara yang terjebak pada bagian gigi tiruan yang menghadap mukosa
13. Pemulasan
Yang harus diperhatikan:
a. Tepi denture tidak boleh tajam
b. Bagian denture yang menghadap mukosa tidak boleh ada bintil
c. Permukaan denture halus, mengkilap dan bersih dari sisa gips dan bahan pulas.

14. Insersi
Pasang Coba GTSL akrilik
a. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan/dicuci
b. Masukkan dalam mulut pasien
c. Periksa:
 Oklusal rest pada tempatnya
 Lengan retentif klamer terletak di bawah undercut gigi penyangga dan
menempel pada dinding aksial permukaan gigi
d. Basis tidak overextended
e. Ada/tidaknya kontak prematur yang dicek dengan menggunakan kertas artikulasi

Selective Grinding Dalam Mulut


Dilakukan bila terdapat kontak prematur
Tahapan selective grinding:
a. Cek oklusi dengan gigi lawan menggunakan kertas artikulasi. Bila ada spot tebal,
berarti daerah tersebut prematur kontak
b. Lakukan grinding dengan stone pada daerah yang ada spot tebal dengan
mengurangi bidang miring dan memperdalam sulkus.
c. Lakukan oklusi ulang dengan kertas artikulasi sampai spot-nya sama tebal baik gigi
asli maupun anasir gigi tiruan. Lakukan dalam gerakan oklusi dan artikulasi.

Insersi GTSL
a. Pasien yang telah memakai GTSL yang lama, dilepas minimal 24 jam sebelum GTSL
yang baru
b. Masukkan GTSL RA dan RB pada mulut pasien kemudian periksa kesesuaian
estetik, profil pasien, retensi dan stabilitas GTSL
c. Posisi klamer pada gigi harus memberi retensi, tidak boleh menyentuh gingiva dan
ujung klamer tidak boleh tajam.
d. Periksa fungsi bicara pasien

15. Instruksi Pasca Insersi


a. Menginstruksikan pada pasien cara memakai dan membersihkan GTSL, tidak boleh
dipakai untuk mengunyah selama 24 jam
b. Pasien diajarkan untuk dapat memasang dan melepas GTSL sendiri
c. Instruksi aftercare pada pasien:
 GTSL tidak boleh dilepas kecuali waktu makan
 GTSL dilepas dan dibersihkan dengan sikat halus dan sabun mandi
 GTSL disimpan dalam wadah berisi air pada malam hari
d. Instruksikan pasien datang untuk kontrol pertama satu hari sesudah insersi

16. Kontrol I-II


Kontrol I
a. Tanyakan keluhan pasien
b. Periksa kondisi intra oral
c. Apabila ada keluhan lakukan perbaikan
d. Instrusikan GTSL sdh bisa dipergunakan untuk makan makanan yang lunak dan
kontrol kedua 3 hari setelah kontrol pertama

Kontrol II
a. Tanyakan keluhan pasien
b. Periksa kondisi intra oral
c. Apabila ada keluhan lakukan perbaikan
d. Instrusikan GTSL sudah boleh dipergunakan untuk makan

II. PERAWATAN GIGI TIRUAN LENGKAP (GTL)


A. Persiapan Alat dan Bahan
Alat:
a. Alat diagnostic (kaca mulut, sonde, pinset, excavator )
b. Sendok cetak untuk mencetak rahang tak bergigi
c. Bowl dan spatula
d. Lampu spiritus
e. Pisau model, pisau malam dan pisau gips
f. Alas kerja (kain putih ukuran 20x30 cm)
g. Glass plate
h. Mikromotor
i. Articulator
j. Bur dan stone, straight handpiece dan contra angle
k. Kapi
l. Bite plate
m. Benang
n. Plaster/ isolasi
o. spidol
Bahan:
a. bahan cetak hydrocolloid/Alginat
b. Malam merah/ modelling wax
c. Green stick
d. Akrilik resin self cured
e. Spiritus
f. Bahan cetak elastomer
g. Gigi artifisial
h. Gips tipe I dan II

B. Tahapan Pekerjaan
1. Pembuatan Rekam Medis dan Informed Consent
 Pasien didudukan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks
 Memasang alas dada pada pasien
 Menyiapkan instrument yang diperlukan
 Posisi pada dental chair yaitu tinggi mulut pasien setinggi siku operator
 Lakukan pemeriksaan Ekstra Oral (EO): profil wajah, bentuk wajah, mata,hidung,
telinga, dan bibir
 Lakukan pemeriksaan Intra Oral (IO): vestibulum, frenulum, relasi rahang, bentuk
ridge, bentuk palatum, torus maksila, tuber maksila, torus mandibula,
retromylohyoid, lidah, saliva
 Lakukan pemeriksaan penunjang seperti:
Foto panoramik, untuk melihat:
 Besarnya kehilangan jaringan tulang Melihat ada/tidaknya sisa akar dan
gigi impaksi
 Melihat keadaan kanalis mandibula
 Melakukan pemeriksaan kesehatan umum pasien, Bila diperlukan, konsultasi ke
departemen lain misalnya: Konservasi, Bedah Mulut, Periodonsia, atau Penyakit
Mulut

2. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi


a. Teknik Pencetakan Anatomis (Preliminary Impression)
Pencetakan anatomis dibuat dengan teknik yang bersifat mukostatis atau non
pressure impression. Bentuk dan ukuran sendok cetak yang digunakan adalah
sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien, dan tipe sendok cetak untuk
rahang tidak bergigi.
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Alat diagnostic yang disiapkan harus steril
 Pasien didudukkan pada dental chair.
RA: garis tragus alanasi (garis chamfer) sejajar lantai,
RB: bidang oklusal pada gigi RB sejajar lantai
Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak agar tidak mengalir
ke distal sehingga mengakibatkan pasien muntah.
 Pemilihan sendok cetak.
 Sendok cetak dipilih sesuai dengan ukuran rahang pasien (RA dan RB)
 Pasien disuruh berkumur dan dicobakan dulu sendok cetak rahang atas
dan rahang bawah yang sesuai dengan ukuran rahang pasien.

Gambar: sendok cetak edentulous

 Persiapan bahan cetak alginat


 Air sesuai aturan pabrik dimasukkan ke bowl
 Powder alginate sesuai aturan pabrik dituangkan ke bowl yang sudah
berisi air (ingat: “serbuk ke air”)
 Massa alginate dalam bowl diaduk dengan spatula dengan cara menekan
pada dinding bowl atau berbentuk angka 8, sampai homogen.
 Meletakkan alginate tersebut pada sendok cetak
 Masukkan sendok cetak serta adonan alginate ke dalam mulut pasien,
atur posisi sendok cetak dimana median sendok cetak sesuai dengan
median rahang pasien.
 Tunggu sampai bahan alginate setting
 Melepas cetakan alginate dari RA pasien dengan gerakan sejajar (jangan
terlalu banyak mengungkit)
 Hasil cetakan RA dicuci di bawah air mengalir, kemudian dilakukan
desinfeksi cetakan.
 Ulangi tahap di atas untuk mencetak RB dan pada saat mencetak RB,
perintahkan pasien untuk menjulurkan lidah
 Apabila hasil cetakan telah memenuhi criteria yang telah ditentukan,
dibersihkan di bawah air mengalir.
 Lakukan pengisian hasil cetakan dengan gips tipe II
 Aduk gips tipe II dicampur dengan air, sesuai dengan aturan pabrik (ingat:
“air ke serbuk”).
 Lakukan pengisian hasil cetakan di atas vibrator dilanjutkan dengan
pembuatan basis model.
 Setelah gips mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok cetak, rapikan
model serta lakukan trimming pada basis model

3. Analisis Model Studi/Diagnostik

4. Menggambar Desain Gigi Tiruan


Desain GT disesuaikan dengan kasus kehilangan gigi. Gambar dibuat pada rekam medis,
diberi keterangan: warna merah untuk plat GT, gigi yang hilang/edentulous diarsir
hitam
5. Persiapan Dalam Mulut
Melakukan Perawatan Pendahuluan. Bila diperlukan dilakukan konsultasi ke
departemen lain, misalnya bedah mulut dan penyakit mulut

6. Pembuatan Individual Tray


a. Persiapkan model studi, modelling wax (malam model) 1 lembar (dibagi untuk RA
dan RB), pisau model, pisau malam, lampu spiritus, bahan separasi CMS.
b. Pembuatan outline pada model anatomis dengan memperhatikan anatomical
landmark. Outline dibuat pada daerah yang tidak bergigi. Outline sendok cetak
perorangan 2 mm di atas garis outline yang telah dibuat. Stopper pada model
anatomis berbentuk persegi panjang dengan lebar 4mm (RA ke labial/bukal, RB
lebih ke lingual)
c. Perhatikan model studi, apabila terdapat undercut yang cukup besar, lakukan
block out dengan malam pada undercut tersebut terlebih dahulu. Pada area torus
palatinus, lakukan relief dengan menutup area tersebut menggunakan malam
model.
d. Modelling wax dilunakkan diatas api kemudian aplikasikan dan bentuklah
modelling wax tersebut sesuai outline yang telah digambar pada model anatomis
e. Pemotongan tepi modelling wax 2mm diatas / lebih rendah (under extended) dari
outline sesuai dengan batas mukosa bergerak dan tak bergerak sebagai batas tepi
dari sendok cetak. Buat lubang dengan mengambil malam untuk pembuatan tissue
stopper
f. Siapkan monomer dan polimer resin akrilik autopolimerisasi konvensional. Aduk
monomer dan polimer resin akriik, letakkan perlahan-lahan pada permukaan
modelling wax dengan bantuan spatula semen dan bentuk sesuai dengan
modelling wax yang merupakan alas dari sendok cetak perorangan
g. Resin akrilik autopolimerisasi diaduk hingga mencapai dough stage kemudian
buatlah pegangan sendok cetak dengan panjang 8mm, lebar 8mm dan tebal 3mm.
h. Basahi region yang akan dilekatkan dengan cairan monomer kemudian lekatkan
adonan pada sendok cetak dan sesuaikan agar tidak mengganggu pergerakan bibir
pasien.
i. Setelah resin akrilik mengeras, lepaskan dari model anatomis kemudian sesuaikan
dan haluskan area yang permukaannya kasar dan sekiranya akan mengganggu
kenyamanan pasien. Poles hingga permukaannya halus. Sesuaikan sendok cetak
perorangan dengan kondisi dalam mulut pasien (lebih rendah 2mm dari batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak).
j. Pembuatan border moulding untuk menentukan batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak dengan menggunakan greenstick compound. Potonglah spacer malam 2
mm dari batas sendok cetak perorangan untuk tempat bahan border moulding
(greenstick compound). Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan
pasien) dan pasif (dilakukan operator) untuk mengaktifasi otot pengunyahan, otot
pembuka dan penutup mulut (muscle trimming).

7. Pembuatan Model Kerja


a. Individual tray dicobakan terhadap pasien
b. Spacer malam pada individual tray dihilangkan. Hati-hati, jangan sampai merusak
hasil border moulding. Aduk bahan cetak elastomer sesuai petunjuk pabrik dan
cetakkan ke dalam mulut pasien dengan memperhatikan posisi individual tray
(garis median individual tray harus sesuai dengan garis median wajah). Tunggu
sampai bahan cetak setting kemudian keluarkan dari mulut pasien
c. Lakukan penuangan hasil cetakan dengan gips keras tipe III untuk menghasilkan
model kerja. Buatlah garis median model dari frenulum labialis melewati papilla
incisive ke posterior sampai tengah-tengah fovea palatini, garis puncak ridge dari
kaninus ke tengah-tengah tuber untuk RA dan tengah-tengah retromolar pad
untuk RB. Buat 3 cekungan pada dasar model kerja.

Gambar: cetakan fungsional RA dan RB

8. Pembuatan Lempeng dan Galengan Gigit


Membuat lempeng dan galengan gigit dari malam merah. Galengan gigit terletak di
atas residual ridge berbentuk trapesium dan tapal kuda. Batas posterior galengan gigit
RA sampai distal molar pertama, RB sampai retromolar pad.
Gambar: Galengan gigit RA dan RB

Penetapan Gigit
a. Melakukan penyesuaian estetik dan profil pasien untuk galengan gigit RA
b. Membuat garis tragus-alanasi (garis chamfer) sejajar lantai.
c. Melakukan kesejajaran bidang oklusal galangan gigit RA sejajar dengan garis
chamfer
d. Galengan gigit RA anterior sejajar dengan garis imajiner interpupil.
e. Mengukur dimensi vertikal pada posisi istirahat (pasien disuruh menutup mulut).
Membuat titik pada ujung hidung (nasion) dan titik gnation. Untuk mendapatkan
rest position, pasien diinstruksikan untuk relax dan dilakukan pengukuran jarak
titik nasion dan gnation dengan menggunakan jangka sorong. Dapat ditambah
dengan metode phonetic dengan mengucapkan huruf m.
f. Tinggi galengan gigit RA disesuaikan dengan panjang bibir (bibir panjang galangan
gigit RA tidak tampak, bibir normal galangan gigit RA tampak ± 2mm dari garis
bibir, bibir pendek galangan gigit tampak ± 4 mm).
g. Galengan gigit RA dan RB dimasukkan dalam mulut dan melakukan check bite
(kontak seimbang)
h. Pengukuran tinggi gigit = tinggi rest posisi – free way space = 2-4 mm (metode
Niswonger)
i. Menentukan relasi horizontal dengan metode membuat: (i) nukleus walkhoff pada
bagian posterior basis galengan gigit RA, (ii) dorsal fleksi, yaitu kedudukan kepala
menengadah ke belakang, (iii) membuka tutup mulut pasien sampai lelah,
kemudian mendorong mandibula pada posisi paling posterior. Untuk
mendapatkan letak gigit pasien diinstruksikan untuk membuka mulut kemudian
lidah menyentuh nucleus sambil menutup mulut perlahan-lahan, dan operator
membantu mendorong mandibula pasien untuk mecapai posisi paling
posterior/dorsal fleksi. Hal ini dilakukan berulang kali sampai posisi yang dicapai
tidak berubah.
j. Buat garis median pasien, garis kaninus dan garis senyum pasien.
k. Fiksasi galengan gigit RA dan RB dengan menggunakan utility wax
l. Pemasangan model dalam artikulator

9. Penyusunan Gigi Artifisial


Cara Penyusunan Gigi
a. Penyusunan gigi anterior RA: dengan memperhatikan gigi incisivus sentral terletak
pada midline, angulasi permukaan labial tegak lurus dengan oklusal dan
penempatan kontur labial yang benar. Gigi caninus ditempatkan lebih menonjol
dari gigi lainnya.
b. Penyusunan gigi anterior RB, axis gigi incisivus pertama hampir vertikal dan
incisivus kedua agak miring ke distal, sedangkan gigi caninus lebih miring lagi ke
distal.
c. Penyusunan gigi anterior (perhatikan overbite dan overjet). Penyusunan gigi
posterior RB di atas puncak ridge (neutral zone) mengikuti curve of spee dan curve
on Monson.

Gambar: pemasangan pada artikulator dan penyusunan gigi

Pasang Coba Gigi Tiruan Malam


Pasang coba gigi tiruan bentuk malam, perhatikan: kontak oklusi dan profil.
Gambar: full denture wax try in

10. Proses Akrilik

11. Remounting I dan Selective Grinding I


Selective Grinding I
a. Gigi tiruan kasar dalam artikulator, dilakukan Selective Grinding I untuk
menghilangkan peninggian gigit karena proses akrilik.
b. Pin vertikal harus menyentuh incisal table. Bila belum menyentuh incisal table,
dilakukan Selective Grinding tahap I memakai articulating paper dengan
memperdalam sulcus, mengurangi inclineplane/sisi miring sampai pin vertical
menyentuh incisal table.

12. Remount Jig


Melakukan remount jig, melepas model RB dari artikulator, kemudian aduk gips lunak
tipe II, letakkan pada artikulator RB, katupkan RA artikulator hingga bidang oklusal dan
incisal anasir gigi RA masuk ke dalam gips lunak sedalam 1-2 mm.

13. Pemulasan Gigi Tiruan


Dilakukan pemulasan dengan cara menghapuskan seluruh bagian permukaan GT,
kecuali bagian permukaan GTL yang menghadap mukosa, dilanjutkan dengan
percobaan GTL pada pasien.

Intermaxillary Record Pada Pasien


Pasang GTL pada pasien, periksa retensi, stabilisasi, oklusi dan estetik. Siapkan bahan
polyvinyl siloxcine (putty) dan letakkan pada permukaan oklusal gigi-gigi posterior,
kemudian pasien diinstruksikan menutup mulut perlahan sesuai dengan relasi
horizontal yang sudah didapatkan, relasi anterior dibuat terbuka setinggi bahan record.
Setelah record, GTL beserta hasil intermaxillary record dikembalikan pada articulator
dengan menurunkan pin vertikal setinggi bahan record (± 2mm).

14. Remounting II dan Selective Grinding II


Selective Grinding II
Lakukan selective grinding II dengan melakukan koreksi artikulasi pada sisi
kerja/working side menurut hukum BULL (Buccal Upper Lingual Lower), kemudian cek
sisi balancing side (sisi keseimbangan), bila ada blocking dilakukan selective grinding
dengan cara anti BULL (Buccal Upper Lingual Lower). Selective grinding II dikatakan
selesai apabila didapatkan bilateral balance occlusion.

15. Insersi
a. Pasien yang telah memakai GTL yang lama dilepas minimal 24 jam sebelum insersi.
b. Masukkan GTL RA dan RB pada mulut pasien. Kemudian periksa kesesuaian
estetik, profil pasien, retensi dan stabilitas GTL
c. Periksa fungsi bicara pasien (S, M, V, R)
d. Menginstruksikan pada pasien cara memakai dan membersihkan GTL, tidak boleh
dipakai untuk mengunyah dan GTL dipakai 24 jam
e. Menginstruksikan ke pasien untuk kontrol gigi tiruan 24 jam pertama pemakaian,
3 hari, 1 minggu.

16. Kontrol I-III


Kontrol I
Ditanyakan keluhan pasien, periksa kondisi intra oral, periksa keadaaan jaringan lunak
pasien apakah ada daerah kemerahan atau luka. Lakukan medikamentosa (obat
kumur/salep) pada daerah yang mengalami keradangan/luka. Lakukan perbaikan
pada daerah GTL yang menyebabkan keradangan/luka. Instruksikan GTL sudah boleh
digunakan untuk makan makanan lunak.
Kontrol II
Tanyakan keluhan pasien, periksa kondisi intra oral. Instruksikan GTL sudah boleh
untuk makan. Kalau malam GTL dilepas supaya jaringan mulut istirahat, kemudian
GTL direndam dalam mangkuk berisi air.
Kontrol III
Lakukan prosedur pemeriksaan pada kontrol 1 dan 2, dan buatlah perbaikan apabila
diperlukan. Kontrol setiap 6 bulan sekali.
III. PERAWATAN GIGI TIRUAN CEKAT (GTC)
A. Persiapan alat dan bahan
Alat:
a. Alat diagnostik
b. Set sendok cetak untuk mencetak rahang bergigi
c. Sendok cetak sebagian
d. Mangkok karet, spatula
e. Pisau malam dan pisau gips model
f. Alas kerja, penutup dada pasien
g. Glass plate
h. Mikromotor
i. Artikulator
j. Bur dan stone, straight handpiece dan contra angle
k. Mata bur high speed: round, flat end tappered, thin tappered, small wheel, flame,
rubber poles untuk porcelain
l. Masker dan sarung tangan karet
m. Tempat kapas gulung
n. Korek api
o. Lampu bakar spiritus
p. Dappen glass

Bahan:
a. Malam merah
b. Sticky wax
c. Akrilik resin self curing (warna putih)
d. Spiritus
e. Bahan cetak hidrocolloid irreversible dan elastomer
f. Gips tipe II, III, IV
g. Articulating paper
h. Dental floss
i. Kasa steril, kapas
j. Benang retraksi
k. Anestesi lokal (pehacain)
l. Povidon iodine
m. Disposable syringe
n. Alkohol
o. Bahan semen non-eugenol untuk penyemenan sementara
p. Bahan semen untuk penyemenan tetap

B. Tahapan Kerja
a. Pembuatan Rekam Medis dan Informed Consent
a. Pasien didudukan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks
b. Memasang alas dada pada pasien
c. Menyiapkan instrument yang diperlukan
d. Posisi pada dental chair yaitu tinggi mulut pasien setinggi siku operator
e. Lakukan pemeriksaan Ekstra Oral (EO): profil wajah, bentuk wajah, sendi TMJ,
mata,hidung, telinga, dan bibir
f. Lakukan pemeriksaan Intra Oral (IO): vestibulum, frenulum, relasi rahang, bentuk
ridge, bentuk palatum, torus maksila, tuber maksila, torus mandibula,
retromylohyoid, lidah, saliva
g. Lakukan pemeriksaan penunjang seperti:
 Pemeriksaan darah lengkap
 Foto panoramik, untuk melihat:
a) Besarnya kehilangan jaringan tulang
b) Melihat ada/tidaknya sisa akar dan gigi impaksi
c) Melihat keadaan kanalis mandibula
 Foto sefalometri jika diperlukan
h. Melakukan pemeriksaan kesehatan umum pasien
Bila diperlukan, konsultasi ke departemen lain misalnya: Konservasi, Bedah Mulut,
Periodonsia, atau Penyakit Mulut
i. Melakukan pemeriksaan tambahan:
 Melakukan pemeriksaan kesehatan umum yang berkaitan dengan kemungkinan
kelainan kesehatan umum yang menyertainya sehingga bila diperlukan
pemeriksaan darah dan konsultasi di bidang lain
 Melakukan pemeriksaan dalam rongga mulut sebagai suatu ekosistem dan
manifestasi penyakit sistemik
 Melakukan pemeriksaan dan mencatat keadaan oklusi sebelum perawatan (ICP,
CR, VDO dll)
b. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi
a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak bergigi)
c. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi tegak
d. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok cetak RA dan RB sesuai dengan
ukuran rahang pasien
e. Aduklah bahan cetak alginat dicampur dengan air sesuai dengan takaran aturan
pabrik kemudian letakkan di sendok cetak RA
f. Posisikan bidang camfer pasien (tragus ala nasi) sejajar lantai untuk mencetak RA
g. Masukkan sendok cetak yang sudah berisi bahan cetak alginat ke mulut pasien
dengan posisi yang benar
h. Tunggu sampai bahan cetak alginat setting
i. Lepaskan cetakan alginat RA dari rahang pasien dengan gerakan sejajar (jangan
terlalu banyak gerakan mengungkit)
j. Cucilah hasil cetakan RA di bawah air mengalir kemudian lakukan desinfeksi cetakan.
k. Periksalah hasil cetakan RA apabila ada anatomi RA yang tidak tercetak dengan baik
atau ada udara yang terperangkap, ulangilah prosedur di atas.
l. Ulangi tahap di atas untuk mencetak RB, dan pada tahap pencetakan RB, perintahkan
pasien untuk menjulurkan lidah
m. Apabila hasil cetakan telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, maka dilakukan
pengisian dengan gips tipe II
n. Aduklah gips tipe II dicampur dengan air, kemudian lakukan pengisian hasil cetakan
dengan menggunakan vibrator dilanjutkan dengan pembuatan basis model.
o. Setelah gips mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok cetak, rapikan model
serta lakukan trimming pada basis model.
p. Pencetakan anatomis dibuat dengan menggunakan teknik yang bersifat mukostatis
atau non pressure impression. Bentuk dan ukuran sendok cetak yang digunakan
adalah sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.

c. Analisis Model Studi/Diagnostik

d. Menggambar Desain Gigi Tiruan


e. Persiapan Dalam Mulut
Bila diperlukan dilakukan konsultasi ke departemen lain, misalnya konservasi, bedah
mulut, periodonsia, ortodonsia, dan penyakit mulut

f. Preparasi gigi penyangga Gigi Tiruan Cekat (GTC: Jembatan)


Tujuan: mendapatkan gigi penyangga GTC yang telah diasah untuk pembuatan restorasi
GTC. Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk memperoleh ruang bagi
restorasi Gigi Tiruan Jembatan (GTC) yang akan dipasang.

a. Pengasahan Gigi Penyangga


Siapkan alat-alat untuk melakukan pengasahan gigi penyangga.
 Preparasi atau pengasahan gigi tetangga dilakukan untuk memperoleh ruang
bagi restorasi GTC tetap yang akan dipasang
 Awali pengasahan dengan membuat keratan pada daerah yang akan diasah
sebagai panduan ketebalan pengasahan, pergunakan mata bur yang sesuai
untuk daerah yang akan diasah.
 Membuat keratan sedalam 1 mm sepanjang central groove sampai mesial dan
distal marginal ridge
 Membuat 3 keratan sedalam 1 mm pada functional cusp untuk membuat bevel
pada daerah kontak dengan gigi lawan

Gambar: macam-macam bur preparasi

b. Pengasahan Bidang Oklusal


 Tahap pertama:
Pengasahan dilakukan pada setengah bagian oklusal dan functional cusp lebih
dulu, sedangkan setengah bagian yang belum diasah digunakan sebagai kontrol.
 Tahap kedua:
Setelah preparasi setengah bagian telah akurat, dilanjutkan dengan pengasahan
bidang oklusal sampai selesai.

Gambar: pengasahan gigi pada setengah bagian oklusal dan functional cusp

Gambar: mata bur yang digunakan untuk pengasahan bidang oklusal

 Pengasahan Bidang Bukal


Pengasahan bidang bukal dilakukan setelah bidang oklusal selesai.
 Membuat 3 keratan masing-masing sedalam 1 mm dengan mata bur round
end tappered diamond (regular grid) pada bagian tengah dinding bukal serta
masing-masing pada mesial dan distal transitional line angle. Arah masing-
masing keratan harus sejajar dengan arah pasang restorasi (sumbu panjang
gigi)
 Pada waktu membuat keratan, diamond bur yang masuk ke dalam gigi tidak
boleh lebih dari setengahnya (diameter mata bur) dan ujung mata bur harus
terletak 1 mm di atas batas tepi preparasi
 Periksa kesejajaran sumbu keratan dengan periodontal probe/sonde lurus
 Sisa enamel di antara dua keratan diasah memakai 50° fissure diamond
bur/round end tappered diamond bur (reguler grid) sampai rata dengan dasar
keratan yang telah dibuat. Pengasahan dilakukan pada setengah bagian
permukaan bukal lebih dulu, sedangkan setengahnya yang belum diasah
dipakai sebagai kontrol kedalaman pengasahan.
 Penyelesaian pengasahan dinding bukal sampai batas mesial dan distal
transitional line angle. Penyelesaian batas tepi servikal menggunakan 50°
end fissure/tappered kemudian dilanjutkan dengan round end tappered
diamond bur sampai sebatas tepi gingiva (equi-gingiva).

Gambar: pengasahan gigi pada setengah dinding bukal

 Pengasahan Bidang Lingual


 Buat 3 keratan sedalam 1 mm dengan mata bur round end tappered diamond
atau 50° end fissure/tappered (regular grid) pada bagian tengah dinding
lingual serta masing-masing pada mesial dan distal transitional line angle.
Arah keratan harus sejajar dengan arah pasang restorasi (sumbu panjang gigi)
 Pada waktu membuat keratan, diamond bur yang masuk ke dalam gigi tidak
boleh lebih dari setengah diameter ujung round end tapered diamond atau
50° end fissure/tappered dan ujung mata bur harus terletak 0,5 mm dari batas
tepi restorasi.
 Periksa kesejajaran sumbu keratan dengan periodontal probe
 Sisa enamel di antara dua keratan diasah sampai rata dengan dasar keratan
yang telah dibuat dengan round end fissure diamond bur/round end tappered
diamond bur (regular grid). Pengasahan dilakukan pada setengah bagian
permukaan lingual lebih dulu, sedangkan setengahnya yang belum diasah
dipakai sebagai kontrol kedalaman pengasahan.
 Penyelesaian pengasahan dinding lingual sampai batas mesial dan distal
transitional line angle dengan 50° end fissure diamond bur/round end tapered
diamond bur dan daerah tepi preparasi dilanjutkan seperti tepi gingiva.
Gambar: pengasahan bidang lingual

 Pengasahan Bidang Proksimal


Daerah proksimal diasah dengan mempergunakan mata bur thin tapered
 Mengasah bidang proksimal dari kedua sisi yaitu sisi bukal dan lingual dengan
mata bur 50° end fissure
 Diamond bur/round end tapered mulai dari mesial atau distal transitional line
angle sampai batas bidang kontak dengan gigi tetangga (membentuk
bentukan sisa enamel)
 Bentukan sisa enamel pada bidang kontak diasah dengan short thin tapered
diamond bur (regular grid)
 Setelah bidang kontak dengan gigi tetangganya bebas, dilanjutkan
pengasahan jaringan gigi dengan 50° end fissure/tapered dan dilanjutkan
dengan round end tapered diamond bur.

Gambar: pengasahan bidang proksimal dan mata bur yang digunakan


 Kesejajaran Aksial dan Pembuatan Bahu Liku (Chamfer)
 Sejajarkan bidang-bidang aksial kedua gigi yang telah diasah dan evaluasi
kesejajaran tersebut secara visual, atau dengan alat periodontal probe sonde
lurus
 Membuat bentuk akhiran tepi preparasi pada bagian servikal dengan round
end tapered diamond bur.

 Merapikan dan Menghaluskan Gigi Penyangga


Merapikan dan menghaluskan gigi penyangga yang telah selesai diasah dengan
round end tepared diamond bur (fine grid) pada setiap pertemuan dua bidang gigi.

Gambar: hasil akhir pengasahan gigi setelah dirapikan


dan dihaluskan, tampak bentukan bevel pada daerah
functional cusp dan bentuk akhiran bahu liku pada
daerah servikal

Selama proses pengasahan perhatikan proses pendinginan dengan semburan air


pada alat asah high speed berfungsi dengan sempurna. Apabila pasien mengeluh
tidak tahan rasa ngilu, perhitungkan untuk melakukan anestesi. Berikan jeda
pengasahan dengan meminta pasien untuk kumur-kumur agar tidak lelah

g. Pencetakan Gigi Penyangga


Mendapatkan cetakan gigi penyangga yang telah diasah untuk membuat model kerja.
Tahap tindakan:
a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Pasien memakai penutup dada
c. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak
perorangan/individual tray yang telah dipersiapkan)
d. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi tegak.
e. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok cetak.
f. Aduklah bahan cetak elastomer dengan takaran sesuai aturan pabrik kemudian
letakkan di sendok cetak
g. Posisikan bidang camfer pasien (tragus ala nasi) sejajar lantai untuk mencetak RA
h. Masukkan sendok cetak yang sudah berisi bahan cetak elastomer ke mulut pasien,
cetakkan ke rahang pasien dengan posisi yang benar, berikan tekanan dengan sedikit
digetar untuk memberikan bahan elastomer mengalir
i. Tunggu sampai bahan cetak elastomer mengeras sempurna
j. Lepaskan cetakan elastomer dari rahang pasien dengan sekali hentakan gerakan
sejajar (jangan terlalu banyak gerakan mengungkit)
k. Mencuci atau sterilkan hasil cetakan elastomer dengan prosedur sterilisasi cetakan
sesuai sifat bahan yang dipakai.
l. Periksalah hasil cetakan elastomer terutama daerah gigi penyangga (yang telah
diasah). Kriteria hasil cetakan:
 Semua area anatomi tercetak
 Tidak ada rongga udara yang terperangkap
 Daerah gigi penyangga tercetak sempurna tampak dengan jelas bentuk gigi
yang telah diasah secara detail
m. Apabila hasil cetakan elastomer memenuhi kriteria lanjutkan ke pengisian, bila hasil
cetakan elastomer tidak memenuhi kriteria maka lakukan pencetakan ulang.

 Catatan Gigit
Membuat catatan gigit sebagai panduan relasi model RA dan RB dalam proses
pemasangan model kerja dalam artikulator.
Catatan gigit adalah:
 Rekaman relasi posisi model RA dan RB dalam bentuk catatan berupa garis-
garis yang dibuat pada model kerja sesuai dengan kondisi posisi relasi rahang
pasien.
 Rekaman relasi posisi model RA dan RB dalam bentuk catatan berupa cetakan
sebagian RA dan RB dari bahan elastomer atau lempeng malam (modelling
wax)
Catatan gigit harus benar-benar dapat menduplikasi posisi rahang pasien pada model
kerja.
Tahap Tindakan
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Lakukan sterilisasi alat
 Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset)
 Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi tegak
 Mintalah pasien untuk berkumur.
 Pandu pasien untuk menutup mulut mengatupkan RA dan RB pada posisi oklusi
sentrik dengan benar, bila perlu ulang proses tersebut sampai pasien benar-
benar bisa memposisikan rahangnya dengan tepat.
 Persiapkan lempeng malam (modelling wax) atau bahan catatan gigit elastomer:
 Lempeng malam (modelling wax) disusun dua lapis dan dilunakkan di atas api
spiritus tetapi jangan sampai mencair, ATAU
 Aduk/campur bahan catatan gigit elastomer putty yang sesuai dengan petunjuk
pabrik.
 Letakkan bahan catatan gigit yang telah dipersiapkan tadi pada posisi yang benar
di antara rahang pasien, kemudian pandu pasien untuk menutup mulut atau
menggigit pada posisi oklusi sentrik dengan benar.
 Tunggu sampai bahan catatan gigit mengeras sempurna
 Lepaskan catatan gigit rahang atas dari rahang pasien dari mulut pasien
 Cobakan memposisikan model kerja RA dan RB dengan bantuan catatan gigit
yang telah dibuat dan periksa apakah telah sesuai dan sama dengan relasi rahang
pasien.

h. Pembuatan Gigi Tiruan Cekat Sementara (GTCS)


Tujuan: untuk melindungi gigi yang telah selesai dipreparasi.
Ada dua cara pembuatan GTCS:
a. Secara langsung/direct (dalam mulut pasien); dan secara tidak langsung/indirect (pada
model) (dibuat oleh lab. dental)
b. Secara langsung, tahap tindakan:
 Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak
sebagian)
 Siapkan bahan untuk membuat GTCS, misalnya Tempron, Protemp
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Pasien memakai penutup dada
 Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi yang tepat
 Sebelum gigi pasien di preparasi, pada daerah yang akan dibuat GTC dicetak dengan
sendok cetak sebagian dengan bahan cetak alginat atau putty.
 Kemudian gigi pasien dipreparasi untuk GTC
 Buat adonan bahan untuk GTC, misalnya Tempron dengan perbandingan bubuk
akrilik self curing dan liquid monomer 1:1
 Aduk campuran tersebut, kemudian masukkan ke dalam cetakan gigi pasien yang
terbuat dari putty/alginat
 Kemudian cetakkan/masukkan ke dalam mulut ke bagian/daerah yang telah
dipreparasi untuk GTC yang sebelumnya gigi-gigi yang telah dipreparasi tersebut
diulasi dengan vaselin steril untuk melindungi dari suhu panas dari bahan GTCS yang
berpolimerisasi.
 Setelah agak mengeras, keluarkan dari mulut pasien, rapikan dengan gunting,
masukkan kembali dalam mulut pasien, tunggu sampai setting, kemudian dilepas
dari dalam multu pasien.
 Rapikan dan pulas GTCS tersebut
 Masukkan dalam mulut untuk diperiksa oklusi dan artikulasi serta ketepatan di
daerah marginal. Bila telah sesuai, GTCS dilepas dari dalam mulut.
 Siapkan semen sementara, misalnya Freegenol
 Keringkan gigi-gigi yang telah dipreparasi, isolasi dari saliva.
 Aduk semen sementara sesuai aturan pabrik, kemudian adonan semen tersebut
taruh pada GTCS, pasang pada gigi yang telah dipreparasi, tunggu sampai semen
mengeras, bersihkan sisa-sisa semen yang masih melekat pada gigi.

Pembuatan Model Kerja


 Siapkan model kerja dan model studi antagonisnya
 Siapkan hasil catatan gigit pasien
 Fiksasi catatan gigi pasien pada model kerja
 Siapkan boring pengiriman ke laboratorium
 Isi form instruksi lab pengiriman model kerja yang meliputi:
- Bahan GTC yang akan digunakan
- Desain GTC yaitu macam pontik, macam retainer, macam GTC
- Kapan GTC tersebut selesai
 Setelah selesai semua, model siap dikirim ke laboratorium.
Coba Coping GTC
Tujuan: untuk melihat apakah coping tepat letaknya pada gigi penyangga.
Tahapan pekerjaan:
a. Coping pada model artikulator dilihat:
 Ketepatan marginal
 Oklusi dan artikulasi
 Posisi dengan gigi sebelahnya
b. Bila pada artikulator posisinya sesuai, maka dicek pada pasien
c. Coping diambil dari model di artikulator dan dipasang pada mulut pasien pada daerah
gigi penyangga.
d. Cek:
 Artikulasi dan oklusinya
 Ketepatan tepi marginal apakah daerah marginal terbuka atau “overhanging”
 Posisinya apakah tepat (fit, tidak longgar)
e. Bila semua sudah sesuai dengan desain GTC, maka coping dikirim kembali ke
laboratorium yang membuat coping untuk diselesaikan GTC-nya.

Pemasangan GTC dengan Semen Sementara (Penyemenan Sementara)


Tujuan: untuk mengadakan evaluasi biologis GTC. Pada tahap ini yang harus diperiksa
adalah:
a. Ketepatan marginal
b. Oklusi dan artikulasi
c. Ketepatan kedudukannya (fit)
d. Warna gigi

Tahapan Pekerjaan:
a. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
b. Pasien memakai penutup dada
c. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen,
excavator, plastic filling))
d. GTCS pada pasien dilepas dengan crown retractor
e. Kemudian gigi penyangga dibersihkan
f. GTC dipasang pada gigi penyangga kemudian dicek ketepatan marginal, oklusi dan
artikulasi, ketepatan kedudukannya (fit), warna gigi
g. Untuk melihat oklusi dan artikulasi memakai articulating paper
h. Untuk ketepatan marginal dicek dengan menggunakan sonde di sekitar tepi preparasi
gigi, apakah ada step, atau akhiran preparasi terbuka
i. Bila ada traumatik oklusi dikurangi
j. Setelah semua telah memenuhi syarat maka dilakukan penyemenan sementara
dengan menggunakan freegenol
k. Gigi penyangga di isolasi dari saliva dan dikeringkan dengan cotton roll/kapas
l. Aduk semen sementara freegenol dan taruh pada GTC pasang pada gigi penyangga
m. Tunggu sampai setting, kemudian kelebihan semen sementara dibersihkan, cek oklusi
dan artikulasi lagi.

Pembuatan GTC-PFM

Insersi
Pemasangan GTC dengan Semen Tetap (Penyemenan Tetap)
Setelah 7-10 hari pemasangan GTC dengan semen sementara, maka tahap selanjutnya
adalah pemasangan GTC dengan semen tetap.
Tahap pekerjaan:
 Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen, plastic
filling, excavator, crown retraction)
 Operator memakai sarung tangan karet dan masker
 Pasien memakai penutup dada
 Siapkan semen tetap misalnya dari bahan glass ionomer, kertas/pad untuk tempat
pengaduk semen tetap
 GTC pada pasien dilepas dari mulut pasien dengan crown retractor
 Bila tidak ada radang, kegoyangan gigi, rasa sakit pada daerah yang akan dipasang
GTC maka GTC dapat dipasang dengan semen tetap.
 Gigi penyangga dibersihkan dari sisa-sisa semen sementara dan dikeringkan serta
kemudian diisolasi dari saliva
 Aduk semen tetap (glass ionomer semen) dengan perbandingan bubuk dan liquid
sesuai petunjuk pabrik pembuatnya
 Letakkan adonan tersebut pada GTC yang telah dibersihkan secara tipis dan merata.
 Taruh/pasang GTC tersebut pada gigi penyangga, tekan pada posisinya, pasien
disuruh oklusi sentries dengan diberi cotton roll di antara GTC dan gigi antagonisnya,
tunggu sampai semen tetap setting
 Kelebihan semen tetap dibersihkan dan cek ulang oklusi dan artikulasi.

Kontrol I-II
Kontrol I
Setelah 1 minggu dari penyemenan tetap. Tahapan pekerjaan:
a. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper
b. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit
c. Apakah ada sisa makanan/debris di sekitar GTC, ada keradangan, ada traumatik oklusi
di cek dengan articulating paper.

Kontrol II
Setelah 1 minggu dari Kontrol I. Tahapan pekerjaan:
a. Cek artikulasi dan okl
b. Cek oklusi dengan articulating paper
c. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit
d. Apakah ada sisa makanan/debris di sekitar GTC, ada keradangan, ada traumatik oklusi
di cek dengan articulating paper.

IV. REPARASI/RELINING/REBASING
Pada GTSL dan GTL apabila terjatuh bisa mengalami fraktur/patah sehingga perlu disambung
kembali.
Tahapan pekerjaan
1. Reposisi dengan malam perekat
2. Pengecekan hasil reposisi pada daerah fraktur dengan sonde
3. Fiksasi dengan batang korek api/tusuk gigi
4. Pembuatan basis dengan gips keras tipe I sebagai model kerja
5. Gigi tiruan lepasan dilepas dari model kerja kemudian dilakukan pengasahan daerah
fraktur dengan membentuk sudut ± 30-45°
6. Model kerja pada daerah fraktur diulas dengan Cold Mould Seal (CMS) tunggu sampai
kering
7. Gigi tiruan lepasan dikembalikan pada model kerja
8. Gigi tiruan lepasan difiksasi dengan malam perekat
9. Buat adonan self curing akrilik diletakkan pada daerah preparasi, kemudian dihaluskan
10. Dipulas sampai mengkilap

Catatan:
Sebelum bekerja pada pasien, mahasiswa diwajibkan melatih preparasi gigi penyangga (gigi asli)
pada phantom menggunakan high speed (bor kecepatan tinggi)
ILMU KONSERVASI GIGI KLINIK

Kepaniteraan klinik konservasi Gigi dilakukan pada gigi permanen yang meliputi pengisian status
pasien secara lengkap untuk menegakkan diagnosa, rencana perawatan saluran akar serta
perawatan restorasi intrakoronal dan ekstrakoronal.

A. INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN


1. Pelindung mata/Google 25. Hedstrom file no 15-40, 45-80
2. Masker 26. Jarum protaper set FHU
3. Sarung tangan 27. Jarum lentulo
4. Alas Meja 28. Bur diamond high speed, round,
5. Polybib torpedo ,flat end tapered, round end
6. Gelas kumur disposable tapered, endo access bur, fine
7. rubber dam finishing bur
8. Botol kaca bertutup untuk menyimpan 29. Bowl dan spatula
jarum irigasi 30. Celluloid strip, crown form, matriks
9. Disposable saliva ejector band, wedge
10. Disposable syringe injection 31. Peeso reamer
11. Mini endoblock 32. Gates glidden drill
12. Endobox 33. Sendok cetak sebagian
13. Kaca mulut no 4 dan 5 34. Sendok cetak penuh
14. Pinset dengan kunci (locking plier) 35. Pisau model
15. Sonde lurus 36. Semen spatula
16. Excavator kecil dan sedang 37. Spritus burner
17. Glass slab tebal 38. spreader
18. Gunting kecil 39. plugger
19. Dappen glass 40. Tempat cotton roll, cotton pellet,
20. Contra angle hand piece (high speed paperpoint dan kapas
dan low speed) 41. Sand rubber (rubber cup, flame
21. Straight hand piece shape), Arkansas stone, fine finishing
22. Plastic filling instrumen diamond bur (fissure round end dan
23. Jarum ekstirpasi/barbed broach pear shape), metal strip
24. Jarum file tipe K flex no 8-10,15-40,45-
80 (21 dan 25 mm),90-120
B. REQUIREMENT
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 4
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas I 3
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas II 1
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas III 2
Prosedur Tumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kelas V 2
I
Prosedur Pulp Capping Direct 1
Prosedur Pulp Capping Indirect 2
Asistensi

Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading


Kehadiran Seminar CR/JR/TBR

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 3
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas I 1
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas II 2
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas III 2
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas IV 1
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas VI 1
II
Prosedur Tumpatan Glass Ionomer Cement (GIC) Kelas V 2
Prosedur Pulp Capping Indirect 1
Prosedur Perawatan Saluran Akar Tunggal 2
Asistensi
Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading
Kehadiran Seminar CR/JR/TBR

SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT


Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 2
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas II 1
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas IV 1
Prosedur Tumpatan Komposit Kelas VI 1
Prosedur Pulp Capping Indirect 1
Prosedur Perawatan Saluran Akar Tunggal 1
III Prosedur Perawatan Saluran Akar Ganda 1
Prosedur Restorasi Mahkota Pasak 1
Prosedur Restorasi Indirect Inlay Logam 1
Asistensi

Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading


Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
SEMESTER JENIS PEKERJAAN REQUIREMENT
Prosedur Pengisian Rekam Medik Umum 1
Prosedur Perawatan Saluran Akar Ganda 1
Prosedur Restorasi Indirect Onlay Logam 1
IV Asistensi

Case Report/Jurnal Reading/ Text Book Reading


Kehadiran Seminar CR/JR/TBR
Ujian Departemen
PANDUAN KERJA KLINIK

A. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS I


Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi, menggunakan contra angle handpiece dengan round end
diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan tungsten
carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi minimal
invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya. Preparasi hanya
membuang jaringan karies aktif. Untuk tepi occlusal margin tidak perlu dilakukan pembuatan
bevel.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%), kemudian
dicuci, dan dikeringkan.

3. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.
4. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan (frosty
appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan moist).

5. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah dietsa,
lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai petunjuk
pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

6. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada seluruh kavitas klas I, dengan warna komposit resin yang
telah ditentukan sebelumnya. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan sinar
LED), pada lapisan teratas dilakukan pembentukan anatomi gigi oklusal. (Berikan plastic foil pada
permukaan oklusal kemudian pasien diminta untuk mengoklusikan geliginya sekali saja), kemudian
dilakukan carving anatomi oklusal dengan menyesuaikan keadaan oklusi, selanjutnya dilakukan
penyinaran.

7. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper. Dilakukan finishing menggunakan
fine finishing diamond bur, pada seluruh permukaan tumpatan tanpa menghilangkan bentuk
anatomi oklusal. Setelah finishing dilakukan polishing dengan menggunakan silicon rubber,
dengan menggunakan pasta poles. Dapat pula menggunakan soflex disc/optidisc. Bila perlu dapat
dilakukan post curing procedure.

8. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
B. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS II
Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain (yang telah digambar), menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi
minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Untuk tepi occlusal margin tidak perlu dilakukan
pembuatan bevel. Untuk menambah retensi restorasi di bidang oklusal dilakukan preparasi
membentuk dovetail dan channel.
Dilakukan pembuatan bevel di axio pulpa line angle dan di dinding axio buccal dan axio
lingual/palatal serta gingival wall di daerah proximal gigi posterior yang bersangkutan.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%), kemudian
dicuci, dan dikeringkan.
3. Tissue Management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil.

4. Pemasangan matrix proximal dan wedge


Digunakan matrix proksimal 4/4 atau ¾ (Tofflemire, Ivory), dan wedge dipasang melalui interdental
papil.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan (frosty
appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan moist).

7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah dietsa,
lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai petunjuk
pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada seluruh kavitas klas II, dengan warna komposit resin
yang telah ditentukan sebelumnya. Daerah proksimal dilakukan pengisian komposit resin terlebih
dahulu. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan sinar LED), pada lapisan teratas
dilakukan pembentukan anatomi gigi oklusal. (Berikan plastic foil pada permukaan oklusal
kemudian pasien diminta untuk mengoklusikan geliginya sekali saja), kemudian dilakukan carving
anatomi oklusal dengan menyesuaikan keadaan oklusi, selanjutnya dilakukan penyinaran.

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper. Dilakukan finishing menggunakan
fine finishing diamond bur, pada seluruh permukaan tumpatan (ingat anatomi oklusal). Setelah
finishing dilakukan polishing dengan menggunakan sand rubber, dengan menggunakan pasta
poles. Dapat pula menggunakan soflex disc/optidisc. Bila perlu dapat dilakukan post curing
procedure.

10. Kontrol
Pasien diinstruksikan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada
saat kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proksimal masih baik

C. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS III


Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi, menggunakan contra angle handpiece dengan round end
diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan tungsten
carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi minimal
invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Dilakukan pembuatan bevel pada cavo surface
enamel margin. Tergantung luasnya karies, kavitas bisa dilanjutkan dengan membuat channel dan
dovetail ke arah palatal.
2. Isolasi daerah kerja
Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%), kemudian
dicuci, dan dikeringkan.

3. Tissue Management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil, bila kavitas jauh ke arah jaringan
gusi di proksimal.

4. Pemasangan matrix
Dilakukan pemasangan celluloide strip di proximal dan wedge, melalui interdental papil sedikit
masuk ke dalam saku gusi.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan (frosty
appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan moist).
7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah dietsa,
lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai petunjuk
pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan dengan matrix celluloide strip


Penumpatan dengan teknik layering pada kavitas klas III yang dalam, dengan warna resin komposit
yang telah ditentukan sebelumnya. Tiap lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan
sinar LED), pada lapisan teratas dilakukan pembentukan anatomi gigi, selanjutnya dilakukan
penyinaran.

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper, bila ada traumatic occlusion
dilakukan pengurangan dengan menggunakan tapered fissure fine finishing bur berujung bulat
maupun yang runcing. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi dan
kontak proximal.
Selanjutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian digunakan
silicone rubber atau soflex disc, dengan atau tanpa pasta poles, sehingga seluruh permukaan
restorasi halus dan tanpak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur jaringan gigi dengan
bahan restorasi.
Perhatikan pula kontak proximal restorasi, dapat dilakukan finishing dengan menggunakan metal
strip atau paper strip didahului dengan yang kasar sampai yang halus. Bila perlu dapat dilakukan
post curing procedure.

10. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proximal
D. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS IV
Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi
minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Dilakukan pembuatan bevel pada cavo surface
enamel margin

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%), kemudian
dicuci, dan dikeringkan.

3. Tissue Management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil.

4. Pemasangan matrix
Digunakan celluloide crown form matrix yang dibelah menjadi 2, yaitu sisi mesial dan sisi distal,
kemudian diletakkan melalui proximal dan ditahan dengan wedge. Dapat pula digunakan incisal
matrix yang disesuaikan dengan besar dan letak gigi yang bersangkutan, serta sesuaikan sisi mesial
atau distalnya.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.
6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan (frosty
appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan moist).

7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah dietsa,
lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai petunjuk
pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada kavitas klas IV, dengan warna resin komposit yang telah
ditentukan sebelumnya. Dasar kavitas dilakukan pengisian resin komposit terlebih dahulu. Tiap
lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan sinar LED), matrix yang telah dipersiapkan
diisi bahan komposit kemudian diadaptasikan pada gigi yang bersangkutan, selanjutnya dilakukan
penyinaran dari segala arah (dari labial dan palatal).

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper, bila ada traumatic occlusion
dilakukan pengurangan dengan menggunakan tapered fissure fine finishing bur berujung bulat
maupun yang runcing. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi.
Selanjutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian digunakan
silicone rubber atau soflex disc, dengan atau tanpa pasta poles, sehingga seluruh permukaan
restorasi halus dan tanpak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur jaringan gigi dengan
bahan restorasi.
Perhatikan pula kontak proximal restorasi, dapat dilakukan finishing dengan menggunakan metal
strip atau paper strip didahului dengan yang kasar sampai yang halus (ingat bentuk inciso
mesial/distal). Bila perlu dapat dilakukan post curing procedure.

10. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proximal

E. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KLAS VI


Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi
minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Dilakukan pembuatan bevel pada cavo surface
enamel margin.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%), kemudian
dicuci, dan dikeringkan.

3. Tissue management
Retraksi gusi di daerah proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan terutama di interdental papil.

4. Pemasangan matrix
Digunakan celluloide crown form matrix yang dibelah menjadi 2, yaitu sisi mesial dan sisi distal,
kemudian diletakkan melalui proximal dan ditahan dengan wedge. Dapat pula digunakan incisal
matrix yang disesuaikan dengan besar dan letak gigi yang bersangkutan, serta sesuaikan sisi mesial
atau distalnya.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Esta asam
Teknik etsa asam yang digunakan adalah total etch dengan asam fosfat konsentrasi 37-50%.
Aplikasi menggunakan micro brush steril, tunggu selama 15-30 detik, pada permukaan cavo
surface enamel margin, kemudian dicuci dan dikeringkan sampai tampak warna keputihan (frosty
appearance). Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (dalam keadaan moist).

7. Bonding
Pengulasan bahan bonding menggunakan micro brush pada seluruh permukaan yang telah dietsa,
lalu semprot dengan air syringe perlahan, kemudian disinari selama 10 detik (sesuai petunjuk
pabrik), sehingga tampak permukaan mengkilat.

8. Penumpatan
Penumpatan dengan teknik layering pada kavitas klas VI, dengan warna resin komposit yang telah
ditentukan sebelumnya. Dasar kavitas dilakukan pengisian resin komposit terlebih dahulu. Tiap
lapisan dilakukan penyinaran selama 10 detik (dengan sinar LED), matrix yang telah dipersiapkan
diisi bahan komposit kemudian diadaptasikan pada gigi yang bersangkutan, selanjutnya dilakukan
penyinaran dari segala arah (dari labial dan palatal).

9. Finishing & polishing


Dilakukan cek oklusi dengan menggunakan articulating paper, bila ada traumatic occlusion
dilakukan pengurangan dengan menggunakan tapered fissure fine finishing bur berujung bulat
maupun yang runcing. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi.
Selanjutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian digunakan
silicone rubber atau soflex disc, dengan atau tanpa pasta poles, sehingga seluruh permukaan
restorasi halus dan tanpak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur jaringan gigi dengan
bahan restorasi.
Perhatikan pula kontak proximal restorasi, dapat dilakukan finishing dengan menggunakan metal
strip atau paper strip didahului dengan yang kasar sampai yang halus (ingat bentuk inciso
mesial/distal). Bila perlu dapat dilakukan post curing procedure.

10. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
g. Kontak proximal

F. RESTORASI GLASS IONOMER CEMENT KLAS V


Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi
minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Retensi tambahan dapat dibuat dengan inverted
bur atau wheel bur dengan diameter 1 mm.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dibersihkan dengan bahan desinfektan (chlorhexidine gluconate 2%), kemudian
dicuci, dan dikeringkan.
3. Tissue management
Retraksi gusi di daerah cervical dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan.

4. Pemilihan matrix
Dilakukan pemilihan cervical matrix transparent (celluide) atau aluminium cervical matrix.

5. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.

6. Conditioner
Conditioner yang digunakan adalah asam sitrat dengan konsentrasi 15%. Aplikasi menggunakan
micro brush steril, pada permukaan kavitas, kemudian dicuci dan dikeringkan. Perhatikan bahwa
jaringan dentin tidak terkontaminasi (tetap dalam keadaan moist).

7. Penumpatan
Dilakukan pencampuran base-catalyst GIC menggunakan spatula plastik diatas paper pad dengan
perbandingan powder : liquid = 1:1. Penumpatan menggunakan plastic filling instrument untuk
menumpatkan GIC pada kavitas klas V, dengan warna yang telah ditentukan sebelumnya.
Dilakukan penumpatan menggunakan matric cervical yang telah disiapkan sebelumnya (dapat
berupa aluminium cervical matrix atau celluloide). Kelebihan bahan restorasi dibersihkan dengan
sonde sebelum setting. Selanjutnya dilakukan pengulasan varnish.

8. Finishing & polishing


Finishing menggunakan tapered fissure fine finishing bur. Pengurangan diusahakan jangan sampai
mengubah bentuk anatomi. Selanjutnya pada vase berikutnya dilakukan pemolesan dengan
menggunakan sand rubber atau soflex disc, astro brush/jiffy brush, sehingga seluruh permukaan
restorasi halus dan tampak mengkilat, serta tidak terasa batas antara struktur jaringan gigi dengan
bahan restorasi.
9. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

G. PULP CAPPING DIRECT


Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi kavitas menggunakan contra angle handpiece dengan round bur, fissure bur, dapat pula
digunakan tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip
preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Jika ada bagian yang perforasi/terbuka dijaga
jangan sampai terinfeksi atau terkena tekanan yang besar.
Kavitas dibersihkan dari sisa-sisa jaringan preparasi dengan ekskavator, kemudian dibersihkan lagi
dengan kapas yang telah dibasahi akuades steril. Kavitas dikeringkan dengan kapas kering steril.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dikeringkan dengan kapas kering steril.

3. Aplikasi bahan capping


Bahan kaping pulpa diaplikasikan diatas permukaan dasar kavitas setebal 0,2-0,3 mm,
menggunakan instrumen plastis ball applicator steril. Pada capping direct bahan kaping pulpa
harus menutup pulpa yang terbuka. Kelebihan bahan capping pulpa dapat diambil dengan
ekskavator.
Diaplikasikan semen seng fosfat di atas bahan capping pulpa, sekurang-kurangnya dengan tebal 1
mm. Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara.

4. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Tumpatan sementara dalam keadaan baik
e. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

H. PULP CAPPING INDIRECT


Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi kavitas menggunakan contra angle handpiece dengan round bur, fissure bur, dapat pula
digunakan tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip
preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif.
Kavitas dibersihkan dari sisa-sisa jaringan preparasi dengan ekskavator, kemudian dibersihkan lagi
dengan kapas yang telah dibasahi akuades steril. Kavitas dikeringkan dengan kapas kering steril.

2. Isolasi daerah kerja


Isolasi daerah kerja menggunakan rubber-dam atau quick-dam, saliva ejector, cotton roll, tongue
holder. Kavitas dikeringkan dengan kapas kering steril.

3. Aplikasi bahan capping


Bahan kaping pulpa diaplikasikan diatas permukaan dasar kavitas setebal 0,2-0,3 mm,
menggunakan instrumen plastis ball applicator steril. Kelebihan bahan capping pulpa dapat
diambil dengan ekskavator.
Diaplikasikan semen seng fosfat di atas bahan capping pulpa, sekurang-kurangnya dengan tebal 1
mm. Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara.

4. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Tumpatan sementara dalam keadaan baik
e. Keadaan jaringan lunak sekitarnya
I. PERAWATAN SALURAN AKAR TUNGGAL (DENGAN TEKNIK STANDARD)
Tahapan Kerja :
1. A. Pemasangan rubber dam dan saliva ejector
B. Access opening :
 Pembuatan access opening (lihat gambar access opening)
 Dimulai dengan menggunakan endo access bur no.2 atau no.3 hingga didapatkan glide
path (bebas hambatan, lurus membentuk akses straight line)
Yang perlu diperhatikan :
 Semua jaringan karies aktif dibersihkan agar kontaminasi ruang pulpa dan saluran
akar dapat dikurangi.
 Pada gigi dengan diagnosis nekrosis pulpa apabila ada sebagian jaringan pulpa yang
masih vital (terasa sakit) maka dapat dilakukan anestesi untuk mengurangi rasa sakit.

2. Panjang gigi
2.1 Panjang gigi rata-rata
Panjang rata-rata gigi (mm)
Rata-rata Maksimum Minimum

Maksila
Insisivus sentral 23,3 25,6 21
Insisivus lateral 22,8 25,1 20,5
Kaninus 26 28,9 23,1
Premolar pertama 21,8 23,8 18,8
Premolar kedua 21 23 19
Molar pertama
Mesio-bukal 19,9 21,6 18,2
Disto-bukal 19,4 21,2 17,6
Palatal 20,6 22,2 17,6
Molar kedua
Mesio-bukal 20,2 22,2 18,2
Disto-bukal 19,4 21,3 17,5
Palatal 20,8 22,6 19,0

Mandibula
Insisivus sentral 21,5 23,4 19,6
Insisivus lateral 22,4 24,6 20,2
Kaninus 25,2 27,5 22,9
Premolar pertama 21 25 19
Premolar kedua 22 25 19
Molar pertama
Mesial 20,9 22,7 19,1
Distal 20,9 22,6 19,2
Molar kedua
Mesial 20,9 22,6 19,2
Distal 20,8 22,6 19,0

2.2 Rumus untuk mencari panjang gigi sesungguhnya

[𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤 𝐬𝐚𝐥𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐫] 𝐗 [𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐢𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐨𝐭𝐨]
𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐢𝐠𝐢 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 =
[𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐨𝐭𝐨]

𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 = 𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐢𝐠𝐢 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 − 𝟏 𝐦𝐦

2.3 Penentuan panjang kerja berdasarkan gambaran radiologis :


Diagnostic Wire Photo (DWP)
Untuk menentukan panjang kerja peru dilakukan diagnostic wire photo dengan cara
memasukkan K-file nomor kecil yang diberi stopper sesuai panjang rata-rata gigi
dikurangi 1-2 mm (stopper diletakkan pada bagian puncak cusp yang tertinggi)
kemudian dilakukan rontgen photo. Dari hasil rontgen photo dapat dilakukan
perhitungan panjang gigi dengan rumus (2.2)

3. Preparasi saluran akar dengan teknik standar


 Preparasi dengan k-file sesuai panjang kerja
 Preparasi dimulai dari k-file nomor kecil digunakan secara berurutan.
 Setiap pergantian nomor k-file dilakukan irigasi saluran akar menggunakan jarum
syringe injection 2 ml. Irigasi dengan larutan kombinasi NaOCl 2,5%, Chlorhexidine
2-3% dan dibilas dengan akuades steril.
Perhatikan :
 Irigasi secara perlahan-lahan (secara bertahap setiap 0,5 ml) dan tanpa tekanan.
 Setelah dilakukan irigasi, saluran akar dikeringkan dengan paper point steril, dan
tidak diperbolehkan menggunakan hembusan udara.

4. Mencoba gutta point (trial photo)


 Memilih gutta point sesuai standarisasi ISO. Kemudian diberi tanda (sesuai panjang
kerja) dan dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar dan diperoleh tug back.
 Dilakukan trial photo untuk mengetahui ketepatan dari gutta point (hermetis)
5. Dressing
Dressing menggunakan golongan kalsium hidroksida.

6. Obturasi dengan teknik single cone


 Siapkan gutta point dan pasta saluran akar.
 Tumpatan sementara dan bahan Ca(OH)2 dikeluarkan dahulu dengan cara
melakukan irigasi sampai saluran akar bersih.
 Saluran akar dikeringkan dengan paper point steril.
 Teknik obturasi menggunakan metode kondensasi lateral. Siler yang digunakan
berbahan dasar resin (Topseal, Dentsply) dicampur menggunakan spatula dan
dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan lentulo spiral yang ditandai
dengan rubber stop sepanjang ⅔ panjang kerja, kemudian gutta percha utama
(no.30) panjang 21,5 mm diolesi siler sepertiga apikal dan dimasukkan ke dalam
saluran akar sesuai panjang kerja. Finger spreader dimasukkan di antara gutta
percha dan dinding saluran akar kemudian ditekan kearah apikal, master cone akan
bergerak ke arah lateral menekan dinding saluran akar. Ruang yang tersedia setelah
finger spreader diambil diisi dengan gutta percha tambahan, ditekan ke arah apikal
lagi, dan seterusnya, sampai finger spreader tidak dapat masuk sepertiga koronal
gutta percha
 Gutta point (standarisasi ISO) yang sudah sesuai pada saat trial photo dimasukkan
ke dalam saluran akar yang disertai pengulasan pasta saluran akar, dengan
menggunakan jarum lentulo. Teknik obturasi menggunakan metode kondensasi
lateral. Finger spreader dimasukkan di antara gutta percha dan dinding saluran akar
kemudian ditekan kearah apikal, master cone akan bergerak ke arah lateral
menekan dinding saluran akar. Ruang yang tersedia setelah finger spreader diambil
diisi dengan gutta percha tambahan, ditekan ke arah apikal lagi, dan seterusnya,
sampai finger spreader tidak dapat masuk sepertiga koronal gutta percha. Gutta
percha dipotong 1 mm di bawah orifice menggunakan plugger yang dipanaskan.
Selanjutnya ditutup dengan cotton pellet dan tumpatan sementara kemudian
dilakukan rontgen photo obturasi.

7. Kontrol
 Dilakukan satu minggu setelah obturasi.
 Yang perlu diperiksa :
 Anamnesa : ada tidaknya rasa sakit dan dapat berfungsi dengan baik.
 Pemeriksaan klinis : perkusi, tumpatan sementara masih baik, keadaan jaringan
lunak sekitarnya baik, dan rontgen photo evaluasi baik.

J. PERAWATAN SALURAN AKAR JAMAK (DENGAN TEKNIK CDP MENGGUNAKAN PROTAPER


HAND USE)

Tahapan Kerja :
1. A. Pemasangan rubber dam dan saliva ejector
B. Access opening :
 Pembuatan access opening (lihat gambar access opening)
 Dimulai dengan menggunakan endo access bur no.2 atau no.3 hingga didapatkan
glide path (bebas hambatan, lurus membentuk akses straight line)

Yang perlu diperhatikan :


 Semua jaringan karies aktif dibersihkan agar kontaminasi ruang pulpa dan saluran
akar dapat dikurangi.
 Pada gigi dengan diagnosis nekrosis pulpa apabila ada sebagian jaringan pulpa
yang masih vital (terasa sakit) maka dapat dilakukan anestesi untuk mengurangi
rasa sakit.

2. Penentuan panjang kerja


Diagnostic Wire Photo (DWP) dan penentuan panjang umur
Untuk menentukan panjang kerja peru dilakukan diagnostic wire photo dengan cara
memasukkan K-file nomor kecil yang diberi stopper sesuai panjang rata-rata gigi dikurangi
1-2 mm (stopper diletakkan pada bagian puncak cusp yang tertinggi) atau pada daerah
yang cukup resistensinya, kemudian dilakukan rontgen photo. Dari hasil rontgen photo
dapat dilakukan perhitungan panjang gigi dengan rumus.

3. Preparasi
a. Persiapan preparasi daerah ⅔ koronal
 Gunakan k-file no 8,10,15 ke dalam saluran akar tanpa tekanan, hingga mencapai
3-4 mm sebelum apikal untuk mendapatkan jalan masuk ke dalam saluran akar.
 Gunakan lubrikan selama preparasi saluran akar (EDTA gel)
 Lakukan irigasi pada setiap pergantian jarum preparasi.
b. Pembentukan preparasi daerah ⅔ koronal (protaper hand use)
 Gunakan file ukuran S1 (protaper) hingga terasa longgar di daerah 3-4 mm
sebelum apikal.
 Kemudian cek debris yang berada pada flute, seharusnya tidak ada debris pada
daerah apikal S1 (3-4 mm sebelum apikal).
 Pada tahap ini file S1 harus terasa longgar di daerah 3-4 mm apikal.
 Apabila terasa ada hambatan atau jalan masuk orifice belum lancer, gunakan SX
terlebih dahulu.
c. Persiapan preparasi daerah 1/3 apikal
 Masukkan kembali file ukuran 8,10,15 dengan menggunakan lubrikan sebagai
pelican untuk mendapatkan panjang kerja (dilakukan perhitungan DWP).
 Lakukan irigasi pada setiap pergantian jarum preparasi.
d. Pembentukan preparasi daerah 1/3 apikal
 Gunakan S1 sesuai panjang kerja.
 Kemudian gunakan S2 sampai terasa adanya tahanan pada panjang kerja yang
sudah dicapai sebelumnya.
 Apabila terasa ada hambatan atau jalan masuk belum lancar, maka sebelumnya
bisa menggunakan SX.
 Irigasi tetap dilakukan setiap pergantian alat preparasi.
e. Finishing daerah ⅔ koronal dan 1/3 apikal
 Gunakan F1 hingga mencapai panjang kerja, gerakan protaper hand use adalah
putaran searah jarum jam ¾ putaran kemudian berlawanan jarum jam ketika
menarik file.
 K-file no.20 dimasukkan ke dalam saluran akar untuk mengukur diameter apikal
(re-check).
 Apabila k-file no.20 terasa longgar, maka preparasi dilanjutkan ke F2 dengan re-
check file no.25.
 Apabila masih terasa longgar lanjutkan preparasi ke F3 dengan re-check k-file
no.30.
 Antara pergantian file dilakukan irigasi saluran akar.
 Setiap pergantian nomor alat preparasi saluran akar k-file harus dilakukan irigasi
saluran akar menggunakan jarum irigasi (syringe injection 2ml) dan dilakukan
rekapitulasi.
 Irigasi menggunakan NaOCl 2,5% atau CHX 1-2% dan dibilas dengan akuades
steril.
 Jarum syringe untuk irigasi cukup kecil sehingga dapat masuk saluran akar, irigasi
secara perlahan-lahan (secara bertahap setiap 0,5 ml) dan tanpa tekanan.

4. Mencoba gutta point


a. Memilih gutta point sesuai standarisasi ISO. Kemudian diberi tanda (sesuai panjang
kerja) dan dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar dan diperoleh tug back.
b. Dilakukan trial photo untuk mengetahui ketepatan dari gutta point (hermetis)

5. Dressing
Dressing menggunakan golongan kalsium hidroksida.

6. Obturasi dengan teknik single cone


 Siapkan gutta point dan pasta saluran akar.
 Tumpatan sementara dan bahan Ca(OH)2 dikeluarkan dahulu dengan cara melakukan
irigasi sampai saluran akar bersih.
 Saluran akar dikeringkan dengan paper point steril.
 Gutta point (standarisasi ISO) yang sudah sesuai pada saat trial photo dimasukkan ke
dalam saluran akar yang disertai pengulasan pasta saluran akar, dengan
menggunakan jarum lentulo kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai
panjang kerja secara perlahan-lahan dan dipotong 1 mm di bawah orifice
menggunakan plugger yang dipanaskan. Selanjutnya ditutup dengan cotton pellet
dan tumpatan sementara kemudian dilakukan rontgen photo obturasi.
7. Kontrol
 Dilakukan satu minggu setelah obturasi.
 Yang perlu diperiksa :
 Anamnesa : ada tidaknya rasa sakit dan dapat berfungsi dengan baik.
 Pemeriksaan klinis : perkusi, tumpatan sementara masih baik, keadaan jaringan
lunak sekitarnya baik, dan rontgen photo evaluasi baik.

K. RESTORASI MAHKOTA PASAK


Tahapan Kerja :
Sebelum preparasi perlu dipersiapkan mahkota sementara, yang dapat dibuat direct ataupun
indirect.
1. Preparasi
Preparasi sesuai desain/outline menggunakan contra angle handpiece dengan tapered fissure
diamond bur, wheel diamond bur dapat pula digunakan tungsten carbide bur (fluted<12). Bentuk
dan ukuran disesuaikan dengan bidang yang akan dipreparasi.
1.1. Pengeluaran Gutta poin:
Dilakukan pengeluaran gutta poin sedalam 2/3 panjang akar, menggunakan peso reamer
(penetration drill) atau gate glidden drill yang telah diberi tanda terlebih dahulu.
1.2. Dekaputasi Total:
 Pada gigi yang masih utuh dibuat lubang pada 3 lokasi dari arah labial sampai
menembus palatal, kemudian ke3 lubang itu dipreparasi sehingga seluruh mahkota
terpotong setinggi interdental papil.
 Dilakukan dekaputasi total sampai sekeliling cervical, membentuk dataran segitiga,
arah labial dan palatal/lingual, dengan puncak di proximal, mesial dan distal setinggi
interdental papil. Puncak segitiga terletak dalam lengkung gigi yang baik.
 Diameter SA dibuat membulat atau lonjong sesuai bentuk preparasi SA gigi yang
bersangkutan. Bagian tepi diluar lingkaran SA diharapkan mempunyai ketebalan yang
sama, sehingga retensi jaringan gigi memenuhi persyaratan pokok preparasi.
Sebaiknya ukuran diameter SA adalah 1/3 diameter akar.
1.3. Penyelesaian Tahap Akhir Preparasi
Semua sudut yang tajam dibulatkan serta permukaan akar gigi dihaluskan dengan finishing
diamond bur, atau tungsten carbide bur (> 12 fluted), sand rubber atau soflex disc.

2. Tissue Mangement
Retraksi gusi di keliling cervikal dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengurangi perdarahan.

3. Mencetak SA
Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan dengan teknik double impression dengan bahan
rubber base (elastomer) dengan sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh. Dalam SA
dilakukan pencetakan dengan bantuan pasak plastik dan bahan cetak elastomer jenis medium
body/light body
Cetak rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

4. Catatan Gigit
Pembuatan catatan gigit dilakukan dengan menggunakan bahan cetak ”bite registration” atau
gulungan lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah
malam lunak dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien kemudian pasien disuruh
menggigit dalam keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan ke dalam buccal fold kearah RA
dan RB sampai malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
Laboratorium teknik gigi untuk pembuatan pasak dan inti tuang.

5. Model Kerja
Cetakan RA dan RB di cor dengan gips keras (Moldarox) untuk cetakan double impression dan gips
biasa (Moldano) untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit (ad. 4) model
kerja RA dan RB dioklusikan, selanjutnya dikirim ke Lab gigi.

6. Instruksi ke Lab. Gigi


Untuk instruksi ke Lab, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk pasak + inti
tersebut, bentuk anatomi yang baik (sebagai inti/core mahkota gigi), cervical line yang tepat, space
oklusi yang baik dengan antagonis, kapan waktu pengiriman dan penyelesaiannya serta lain-lain
yang perlu untuk diperhatikan oleh teknisi Lab gigi.
7. Pasang Coba Pasak
Setelah Pasak + Inti selesai, perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba perlu
diperhatikan antara lain:
a. Bentuk anatomi inti
b. Space oklusi dengan antagonis cukup
c. Keadaan initial fit pasak dalam SA
d. Space proximal dengan gigi tetangga cukup
e. Inklinasi anterior

8. Pasang Tetap Pasak:


Pemasangan tetap pasak dilakukan dengan mengguanakan luting cement.

9. Mencetak Pasak dan Inti Tuang:


Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan seperti mencetak mahkota selubung pada
umumnya, melalui teknik double impression dengan bahan cetak rubber base (elastomer) dengan
sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh.
Cetak rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

10. Catatan Gigit


Pembuatan catatan gigit dilakukan dengan menggunakan bahan cetak ”bite registration” atau
gulungan lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah
malam lunak dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien kemudian pasien disuruh
menggigit dalam keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan ke dalam buccal fold kearah RA
dan RB sampai malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
Laboratorium teknik gigi.

11. Model Kerja


Cetakan RA dan RB di cor dengan gips keras (Moldarox) untuk cetakan double impression dan gips
biasa (Moldano) untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit (ad. 4) model
kerja RA dan RB dioklusikan, selanjutnya dikirim ke Lab gigi.

12. Pencocockan Warna Gigi


Pencocokan warna dilakukan dengan bantuan shade guide warna, serta dikomunikasikan dengan
pasien. Warna dapat disesuaikan dengan gigi tetangga yang masih baik.
13. Instruksi ke Lab. Gigi
Untuk instruksi ke Lab, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk mahkota selubung
tersebut, bentuk anatomi yang baik, warna sesuai shade guide terutama pada gigi anterior yang
memerlukan estetik, warna tidak tampak opaque, translucency yang baik, cervical line yang tepat,
oklusi yang baik, kapan waktu pengiriman dan penyelesaiannya serta lain-lain yang perlu untuk
diperhatikan oleh teknisi Laboratorium gigi.

14. Pasang Coba Mahkota Selubung


Setelah mahkota selubung selesai, perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba
perlu diperhatikan antara lain:
a. Bentuk anatomi baik
b. Warna sesuai
c. Oklusi pada pasien baik, tidak ada peninggian gigit
d. Keadaan initial fit mahkota
e. Kontak proximal baik

15. Finishing & Polishing


Finishing menggunakan Arkansas stone bur atau fine finishing diamond bur, tungsten carbide bur
(> 12 fluted). Finishing/preparasi diusahakan jangan sampai mengubah bentuk anatomi gigi yang
bersangkutan.
Selanjutnya dilakukan pemulasan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian digunakan
sillicone rubber atau soflex disc sehingga seluruh permukaan mahkota halus dan tampak
mengkilat.
Untuk PFM, setelah finishing sebaiknya dikembalikan ke Laboratorium untuk pemolesan lebih
lanjut.

16. Pasang Tetap


Pemasangan tetap mahkota selubung dengan menggunakan luting cement. Bersihkan cement
sebelum setting.

17. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu dilihat saat kontrol
adalah:
 Adanya rasa sakit
 Perkusi
 Restorasi pasak dalam keadaan baik initial fitnya
 Keadaan jaringan lunak sekitarnya oklusi berapa overbite-overjet terukur baik

L. RESTORASI INDIRECT INLAY LOGAM


Tahapan Kerja :
1. Preparasi kavitas
Preparasi sesuai desain preparasi/outline form, menggunakan contra angle handpiece dengan
round end diamond bur, pear shape atau flat end fissure diamond bur, dapat pula digunakan
tungsten carbide bur (fluted < 12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip preparasi
minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif. Bentuk outline preparasi seperti pada preparasi
klas II restorasi resin komposit secara direct technique, tetapi disini dilakukan pembuatan inlay
secara indirect technique.
Dibuat bevel pada axio pulpo line angle dan cavo surface enamel margin dinding kavitas preparasi.
Dibuat pula bentukan channel dan dovetail pada preparasi oklusal.

2. Tissue management
Retraksi gusi di daerah cervical dengan menggunakan retraction cord dan bahan haemostatic
agent untuk mengatasi perdarahan.

3. Liner
Pemberian liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka. Liner dapat
berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran.
4. Mencetak
Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan melalui teknik double impression dengan bahan
cetak rubber base (elastomer), dengan sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh. Cetak
rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

5. Catatan gigit
Pembuatan catatan gigit dilakukan menggunakan bahan cetak “bite registration” atau gulungan
lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah malam lunak
dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien, kemudian pasien diminta menggigit dalam
keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan di bagian bukal fold ke arah RA dan RB, sampai
malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
laboratorium teknik gigi.

6. Model kerja
Cetakan RA dan RB dicor dengan bahan gips keras untuk cetakan double impression dan gips biasa
untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit model kerja RA dan RB
dioklusikan, selanjutnya dikirim ke lab gigi.

7. Instruksi ke lab. gigi


Untuk instruksi ke lab gigi, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk inlay tersebut,
bentuk anatomi oklusal yang baik, cervical line yang baik, kapan waktu pengiriman dan
penyelesaiannya serta lain-lain yang diperlukan untukdiperhatikan. Dalam hal ini tidak diperlukan
pencocokan warna/shade guide oleh karena bahan dari logam.

8. Pasang coba inlay


Setelah inlay selesai, perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba perlu
diperhatikan antara lain :
a. Bentuk anatomi oklusal baik
b. Permukaan logam halus/tidak porous
c. Oklusi pada pasien baik, tidak ada peninggian gigit
d. Keadaan initial fit dari inlay
e. Kontak proximal baik
9. Finishing & polishing
Finishing menggunakan stone bur. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk
anatomi. Selanjutnya pada vase berikutnya dilakukan pemolesan dengan menggunakan sand
rubber atau soflex disc, sehingga seluruh permukaan inlay halus dan tampak mengkilat, serta batas
antara struktur jaringan gigi dengan bahan logam terasa halus.

10. Pasang tetap


Pemasangan tetap dilakukan dengan penyemenan inlay menggunakan lutting cement.

11. Kontrol
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa pada saat
kontrol adalah :
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi
d. Restorasi inlay dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya

M. RESTORASI INDIRECT ONLAY LOGAM


Onlay diindikasikan pada gigi dengan mahkota klinis yang masih tinggi, preparasi dengan
mereduksi permukaan oklusal gigi kurang lebih 1,5-2mm, sehingga bebas oklusi dengan gigi
antagonis. Preparasi dilakukan mengikuti bentuk anatomi oklusal, bila bidang oklusal masih utuh
(gigi vital). Reduksi bidang buccal dan lingual/palatal 1/3 tinggi mahkota klinis, sambil mengikuti
bentuk anatomi gigi. Dilakukan slicing di proximal mesial dan distal bila gigi masih utuh, slicing
sebatas diatas bidang kontak.
Onlay pada gigi yang telah mengalami perawatan SA, dimana telah terbentuk acces opening pada
kavitas preparasi, maka kavitas ini dimanfaatkan sebagai retensi tambahan setelah dasar kavitas
ditutup dengan basis semen.
Tahapan Kerja :
1. Preparasi
Preparasi sesuai design/outline menggunakan contra angle handpiece dengan flame shape,
diamondbur, pier shape atau flat/round end fissure diamond bur, inverted diamond bur dapat pula
digunakan tungsten carbide bur (fluted<12), yang disesuaikan dengan diameter kavitas. Prinsip
preparasi minimal invasive, tanpa mengesampingkan syarat pokok preparasi pada umumnya.
Preparasi hanya membuang jaringan karies aktif.

2. Tissue Mangement (bila diperlukan)


Retraksi gusi di daerah cervikal proximal dengan menggunakan retraction cord dan bahan
haemostatic agent untuk mengurangi perdarahan.

3. Mencetak
Dilakukan pencetakan rahang yang bersangkutan dengan teknik double impression dengan bahan
rubber base (elastomer) dengan sendok cetak sebagian atau sendok cetak penuh.
Cetak rahang antagonis dengan bahan cetak alginate.

4. Catatan Gigit
Pembuatan catatan gigit dilakukan dengan menggunakan bahan cetak ”bite registration” atau
gulungan lempeng malam merah yang dipanaskan dan dibentuk seperti galengan gigit, setelah
malam lunak dan homogen diletakkan pada rahang bawah pasien kemudian pasien disuruh
menggigit dalam keadaan oklusi, kemudian malam diadaptasikan ke dalam buccal fold kearah RA
dan RB sampai malam mengeras.
Catatan gigit ini dipergunakan untuk mengoklusikan model kerja RA dan RB yang akan dikirim ke
Laboratorium teknik gigi.
5. Model Kerja
Cetakan RA dan RB di cor dengan gips keras (Moldarox) untuk cetakan double impression dan gips
biasa (Moldano) untuk rahang antagonis. Kemudian dengan bantuan catatan gigit (ad. 4) model
kerja RA dan RB dioklusikan, selanjutnya dikirim ke Lab gigi.
6. Instruksi ke Lab. Gigi
Untuk instruksi ke Lab, perlu dijelaskan bahan apa yang akan digunakan untuk onlay tersebut,
bentuk anatomi oklusal yang baik, kapan waktu pengiriman dan penyelesaiannya serta lain-lain
yang perlu untuk diperhatikan.
Dalam hal ini tidak diperlukan pencocokkan warna/shade guide oleh karena bahan dari logam.

7. Pasang Coba Onlay


Setelah Onlay selesai perlu dilakukan pasang coba pada pasien. Pada pasang coba perlu
diperhatikan antara lain:
a. Bentuk anatomi oklusal baik
b. Permukaan logam halus/tidak porous
c. Oklusi pada pasien baik, tidak ada peninggian gigit (cek dengan articulating paper)
d. Keadaan initial fit dari onlay
e. Kontak proximal baik
f. Pertemuan logam dan struktur jaringan gigi halus

8. Finishing & Polishing


Finishing menggunakan stone bur. Pengurangan diusahakan jangan sampai mengubah bentuk
anatomi oklusal onlay.
Selanjutnya dilakukan pemulasan dengan menggunakan sand rubber cup, kemudian digunakan
rubber atau soflex disc sehingga seluruh permukaan onlay halus dan tampak mengkilat, serta
batas/garis demarkasi antara struktur jaringan gigi dengan logam terasa halus. (cek dengan sonde
tajam).

9. Pasang Tetap
Pemasangan tetap dilakukan dengan penyemenan onlay menggunakan luting cement.

10. Kontrol:
Pasien dipesan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu dilihat saat kontrol
adalah:
a. Adanya rasa sakit
b. Perkusi
c. Vitalitas gigi (bila masih vital)
d. Restorasi dalam keadaan baik
e. Tidak terjadi traumatik oklusi
f. Keadaan jaringan lunak sekitarnya baik

Anda mungkin juga menyukai