Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ILMU BEDAH MULUT 3

“Bedah Preprostetik”

KELOMPOK 1

KELAS C

Disusun Oleh :

1. Nadya Rayani (2017-11-121) 11. Ravianka Calista(2017-11-133)


2. Niki Ana Lestari (2017-11-122) 12. Refky Vernando (2017-11-134)
3. Nurulia Maharani(2017-11-123) 13. Revadya Wirapradina(2017-11-135)
4. Okte Sintia Watma(2017-11-125) 14. Rezka Indriani(2017-11-136)
5. Olga Emmanuella(2017-11-126) 15. Ridho Apriansyah(2017-11-137)
6. Parida Ariani(2017-11-127) 16. Riza Pratiwi(2017-11-138)
7. Perischa Husman Y(2017-11-128) 17. Salma Amelia(2017-11-140)
8. Putri Dinantya(2017-11-130) 18. Salma Nuraida(2017-11-141)
9. Rahima Rara R(2017-11-131) 19. Salsabila Marsya F.H(2017-11-143)
10. Ramadhanty B(2017-11-132) 20. Samuel Christian(2017-11-144)
21. Saskiya Adelia (2017-11-145)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Bedah Preprostetik”
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen kami. Rasa terima kasih
juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari
pembaca. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat
untuk menambah pengetahuan pembaca.

Jakarta, 23 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ………… 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................... 3

BAB 2 STUDI PUSTAKA

Definisi Bedah Preprostetik……………..................................................................................... 5

Tujuan Bedah Preprostetik…………………................................................................................ 5

Indikasi Bedah Preprostetik…………………………….................................................................... 5

Kontraindikasi Bedah Preprostetik….....................................................................................6

Macam-macam Bedah Preprostetik……………………………....................................................... 6


Alveoloplasti …………………………………………………………………………………………………………………… 6
Torektomi ………………………………………………………………………………………………………………………. 12
Frenektomi……………………………………………………………………………………………………………………….17
Eksisi hypermobile tissue…………………………………………………………………………………………………. 20
Eksisi fibrous hyperplasia…………………………………………………………………………………………………. 21
Vestibuloplasti…………………………………………………………………………………………………………………. 23
Bone graft (trasnplantasi tulang)……………………………………………………………………………………… 27
Augmentasi dengan hidroksiapatit………………………………………………………………………………….. 29
Segmentalosteotomis ……………………………………………………………………………………………………… 31

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................................................... 33

Saran..................................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 34

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Secara ideal seseorang akan menggunakan gigi geligi permanen seumur hidupnya.
Akan tetapi, gigi dapat hilang/dicabut karena berbagai alasan, termasuk penyakit periodontal,
karies gigi, kondisi patologis rahang dan trauma. Ilmu prosthodontia selain bertujuan untuk
mengembalikan fungsi dan estetis gigi geligi karena adanya gigi yang hilang, tetapi juga
bentuk muka secara estetis. (Matthewet al, 2001) Bedah preprostetik adalah bagian dari
bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan
lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan
sederhana dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan
tulang dan implan alloplastik (Stephens, 1997)

Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan
estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak
sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi
tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan
hati-hati sebaiknya dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan
geligi tiruan (Panchal et al, 2001).

Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya


pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi prostetik dan rehabilitasi
sistem pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau bergigi sebagian. Bedah preprostetik
yang objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung yang baik untuk penempatan gigi
tiruan.

Alveoplasti adalah Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk


prosesus alveolaris sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan
immediate maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi
dilakukan (Archer, 1975). Alveoplasti dibagi daalam berbahgai macam yaitu alveoplasti primer
dan sekunder . Torektomi adalah suatu prosedur dimana dilakukan pengambilan torus,
apabila pada pemasangan gigi tiruan torus tersebut mengganggu. Proses pembedahan yang
dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan pada maksila atau mandibula.
Hypermobile Tissue adalah salah satu tindakan bedah yaitu membuang jaringan (tumor)
dengan cara eksisi. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan salah satunya untuk
memperbaiki penampilan secara estetika. Hypermobile ridge tissue dihasilkan dari resorpsi
residual ridge di bawah ill-fitting denture dengan oklusi yang tidak seimbang. Hal ini paling
sering terlihat di bagian anterior dari knife edge mandibular ridge. Eksisi fibrous hipoplasia
adalah tindakan bedah mulut yang ditujukan untuk memotong dan menghilangkan
pertumbuhan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan di daerah mukosa yang berkontak dengan
tepi gigi tiruan yang biasanya terlalu cekat dan menekan mukosa yang disebut Epulis
fissuratum juga sering disebut inflammatory fibrous hyperplasia, atau denture epulis. Eksisi

3
fibrous hipoplasia adalah tindakan bedah mulut yang ditujukan untuk memotong dan
menghilangkan pertumbuhan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan di daerah mukosa yang
berkontak dengan tepi gigi tiruan yang biasanya terlalu cekat dan menekan mukosa yang
disebut Epulis fissuratum juga sering disebut inflammatory fibrous hyperplasia, atau denture
epulis. Vestibuloplasti adalah suatu tindakan bedah muko-gingiva yang di desain untuk
menambah jumlah attached gingiva (gingiva cekat) dan menambah ketinggian sulkus
vestibular. Dengan cara melakukan reposisi mukosa, ikatan otot dan otot yang melekat pada
tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada mandibula untuk menghasilkan
sulkus vestibular yang dalam dan menambah stabilisasi dan retensi protesa.

4
BAB 2

STUDI PUSTAKA

Definisi Bedah Prepostetik

Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan
untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari
suatu protesa. Bedah prepostetik yang objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung
yang baik untuk penempatan gigi tiruan. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan
mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik
(Stephens, 1997).

Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan
estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak
sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi tiruan.
Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan hati-hati
sebaiknya dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi tiruan
(Panchal et al, 2001).

Tujuan Bedah Prepostetik

Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak dan jaringan
keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan mengembalikan fungsi oral,
bentuk wajah dan estetis.

Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk :

 Mengembalikan fungsi rahang ( seperti fungsi pengunyahan, berbicara, menelan)


 Memelihara atau memperbaiki struktur rahang
 Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
 Memperbaiki estetis wajah
 Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada daerah
yang mendukung protesa.
 Memulihkan daerah yang mendukung protesa pada pasien dimana terdapat
kehilangan tulang alveolar yang banyak.

Indikasi Bedah Prepostetik

 Oral tori & eksostosis


 Defek tulang yang tidak menguntungkan untuk protesa pasca pencabutan.
 Bentuk alveolar yang tajam.

5
 Indikasi untuk pembuatan immidiate denture.
 Dental implant

Kontraindikasi Bedah Prepostetik

 Jaringan lunak & keras rongga mulut sedang mengalami peradangan (inflamasi) akut.
 Pasien dengan kelainan sistemik.

Macam-macam Bedah Prepostetik

1. Alveoplasti
 Definisi :
 Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk prosesus alveolaris
sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate
maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi
dilakukan (Archer, 1975).
 Alveoplasti sebagai suatu prosedur untuk membentuk prosesus alveolaris
(Indresano dan Laskin, 1985).
 Alveoplasti adalah suatu tindakan pembuangan sebagian prosesus alveolaris
untuk mempersiapkan bentuk yang dapat memberikan dukungan yang baik bagi
gigi tiruan.
 Indikasi :
- Pada rahang di mana dijumpai neoplasma yang ganas, dan untuk
penanggulangannya akan dilakukan terapi radiasi.
- Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut; cortical plate yang
tajam; puncak ridge yang tidak teratur; tuberositas tulang; dan elongasi, sehingga
mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan.
- Jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang terbenam dalam tulang; maka
alveoloplasti dapat mempermudah pengeluarannya,
- Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor,
- Akan dilakukan tindakan apikoektomi
- Jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga dapat
menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit setempat
- Pada tulang interseptal yang terinfeksi; di mana tulang ini dapat dibuang pada
waktu dilakukan gingivektomi
- Setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera
dilakukan pencetakan yang baik untuk pembuatan gigi tiruan.
 Kontraindikasi :
- Pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis maka
proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua
- Pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena rasa
malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat, karena

6
selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini mengakibatkan
proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.

- Jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi gigi
tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.

 Macam-macam Alveoplasti :
A. Alveoplasti Primer
1) Alveoplasti Tunggal
Gigi posterior yang tinggal sendirian menimbulkan kendala dan
memerlukan penatalaksanaan yang khusus, karena sering mengalami ekstrusi
atau supraerupsi, tulang dan jaringan lunak pendukungnya berkembang
berlebihan untuk mendukung hal tersebut.
Ketika gigi mengalami hypererupted karena tidak adanya antagonis,
ketidakteraturan tulang biasanya diamati setelah ekstraksi. Hal ini dapat
menyebabkan masalah untuk proses penyembuhan normal dan abnormalitas
tulang alveolar, mengakibatkan gangguan pada penempatan alat restoratif
palsu.
Dalam kasus tersebut, segera setelah ekstraksi gigi, recontouring tulang
di area harus dilakukan. Alveoplasti tunggal bisa dilakukan bersamaan dengan
tindakan pembedahan atau dilakukan sesudah pencabutan.
2) Alveoplasti Multiple (Alveoplasti Konservatif)
Menghindarkan pemotongan mukoperiosteal dan pengambilan tulang
alveolar yang berlebihan. Pemisahan periosteum tulang mempercepat
resorpsi dan apabila berlebihan akan menambah rasa sakit.
B. Alveoplasti Sekunder
Alveoloplasti tertunda atau sekunder kadang-kadang diperlukan yaitu untuk
memperbaiki cacat yang masih tetap tertinggal sesudah pencabutan atau yang
disebabkan karena resorbsi atau atropi yang tidak teratur. Biasanya undercut yang
tidak diharapkan dikenali pertama-tama pada waktu mempelajari model.
Suatu insisi mukoperiosteum tunggal dibuat tepat di sebelah lingual dari
lingir yang akan diperbaiki, tebalnya meliputi mukosa dan periosteum, dan
perluasannya sampai di posterior dan anterior dari bagian yang akan dioperasi.
Perluasan flap mukoperiosteal kontinu ke arah bukal dan lingual menuju
daerah operasi untuk mendapat jalan masuk. Sekali lagi pengambilan tulang dan
perbaikan kontur dilakukan dengan menggunakan rongeur atau bur. Bagian yang
dioperasi kemudian dihaluskan dengan menggunakan kikir tulang, diirigasi
perlahan-lahan dengan salin steril, dan diamati dengan cermat.
Pada kasus alveoplasti sekunder, biasanya perlekatan kembali
mukoperiosteum berhasil baik, sedangkan hilangnya kedalaman vestibulum
karena penyibakan berlebihan dari flap bukal yang diikuti dengan migrasi oklusal
tetap harus dihindarkan.

7
 Penatalaksanaan Alveoplasti :
A. Teknik Simple
1) Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin labial
atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal.

2) Biasanya digunakan flap tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan juga flap
trapesoid dengan satu atau beberapa insisi.

3) Pada teknik ini pembukaan flap hanya sebatas proyeksi tulang, karena
pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal dapat menyebabkan
komplikasikomplikasi yang tidak diinginkan.

B. Teknik Dean Alveoplasti (Interseptal Alveoplasti)


Teknik dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial, dengan hanya
meninggalkan sedikit alveolar ridge yang sempit.
1) Hal ini dilakukan pada pasien dengan overjet maksila berat. Dalam teknik ini
pelat korteks yang mengandung stres tidak terganggu, tetapi hanya tulang
kanselus berlebih yang dihilangkan.

2) Gigi harus diekstraksi sedekat mungkin.

8
3) Kemudian tulang septum interdental dipotong dari taring ke taring. Ini bisa
dilakukan dengan menggunakan bur.

4) Bur kemudian digunakan untuk membuat dua potongan vertikal pada plat
bukal. Pemotongan ini harus ditempatkan pada ujung distal dari masing-
masing soket taring. Perawatan diambil untuk memotong hanya tulang dan
tidak melukai mukosa di atasnya.

5) Osteotom kemudian ditempatkan di dasar soket kaninus dan pelat labial


fraktur secara horizontal.

6) Menggunakan tekanan digital, plat labial dikompresi secara palatal.

7) Pemangkasan jaringan yang tidak rata dilakukan. Ini akan sangat membantu.

9
8) Situs bedah ditutup menggunakan jahitan terputus atau kontinu.

C. Teknik Obwegeser Alveoplasti


Teknik ini secara khusus digunakan pada pasien dengan overjet parah, di mana
hanya pengurangan labial tidak akan cukup.

1) Semua soket terhubung dengan satu sama lain menggunakan bur.

2) Soket melebar menggunakan bur vulcanite cone terbalik.

3) Piringan pemotong kecil digunakan untuk memotong korteks palatal dan labial.

10
4) Pemotongan vertikal dilakukan secara bilateral di kedua kortikal labial dan
palatal distal untuk masing-masing soket kaninus.

5) Kedua korteks dikompres bersama-sama menggunakan tekanan digital. Jahitan


kemudian dapat diberikan.

6) Gigi tiruan parsial segera ditempatkan untuk menstabilkan proses alveolar yang
fraktur.

D. Teknik Kortiko-Labial Alveoplasti


Dalam teknik ini, pengurangan plat kortikal luar dilakukan. Alveolar ridge
dipersempit, dibiarkan menjadi lebih kecil dan lebih akomodatif untuk gigi tiruan.
Ini adalah prosedur preprostetik yang paling umum digunakan meskipun
hasilnya jangka panjang tidak baik.Jika ditunjukkan, pencabutan gigi dilakukan.
Sayatan dibuat dan lipatan mucoperiosteal dengan ketebalan penuh diangkat.
Tutup harus memperpanjang setidaknya satu jarak gigi di luar area yang harus
dikurangi di kedua sisi.
1) Sebuah rongeur tajam digunakan untuk mengangkat potongan-potongan kecil

11
tulang.

2) Tulang yang dilepas harus memberikan kontur yang diinginkan.

3) Kontur yang tajam harus diarsipkan.

4) Tutup mucoperiosteal dijahit di tempat.

 Komplikasi Alveoplasti :
Dalam melakukan suatu tindakan bedah tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya
komplikasi, demikan pula halnya dengan alveoplasti. Dimana komplikasi-komplikasi
yang dapat terjadi antara lain:
- Rasa sakit
- Hematoma (penumpukan darah yang keluar dari pembuluh darah atau vena yang
rusak)
- Pembengkakan yang berlebihan
- Timbulnya rasa tidak enak pasca operasi (ketidaknyamanan)
- Proses penyembuhan yang lambat
- Resorbsi tulang berlebihan
- Osteomyelitis

2. Torektomi
 Definisi :
 Torektomi adalah suatu prosedur dimana dilakukan pengambilan torus, apabila
pada pemasangan gigi tiruan torus tersebut mengganggu. Proses pembedahan

12
yang dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan pada maksila atau
mandibula.
 Oral tori merupakan tonjolan tulang yang dapat terjadi pada mandibula atau
maksila. Oral tori merupakan lesi jinak, tumbuhnya lambat, tidak menimbulkan
rasa sakit, pada palpasi terasa keras, terlokalisir dan berbatas jelas, etiologi belum
diketahui dengan pasti tetapi beberapa ahli menduga terjadi karena adanya
proses inflamasi pada tulang. Pembedahan terhadap oral tori jarang dilakukan,
kecuali pada keadaan terdapatnya gangguan pembuatan protesa yang tidak dapat
diatasi sehingga harus dilakukan pembedahan.
 2 macam oral tori :
A. Torus Mandibularis
Biasanya terdapat pada lingual rahang bawah didaerah kaninus atau premolar kiri
dan kanan, bisa single atau multiple.
 Indikasi :
- Torus menyebabkan lingual undercut dan mengganggu sayap lingual
prostetis yang direncanakan.
- Ketika mukosa yang menutupi mengalami ulserasi.
- Besar torus mengganggu bicara dan deglutasi (menelan).

B. Torus Palatinus
Torus palatinus terdapat pada palatum sepanjang sutura palatinus media dan
dapat meluas ke lateral kiri dan kanan. Ukurannya bervariasi pada torus palatinus
berukuran besar dapat mengganggu fungsi bicara dan pengunyahan. Pembedahan
dilakukan apabila terdapat gangguan fungsi bicara dan pengunyahan.
 Indikasi :
- Torus besar berlobus dengan mukoperiosteal yang tipis menutupi dengan
arah memanjang ke posterior vibrating line pada palatum yang mencegah
perlekatan gigi tiruan.
- Mengganggu posterior seal pada palatum fovea.
- Sebuah torus yang sangat besar menutupi palatal.
- Trauma di atas torus.
- Undercut tulang baah mengganggu penyisipan gigi tiruan dan stabilitas.

13
 Penatalaksaaan Torektomi
A. Torus Palatinus
1) Insisi awal pada pengambilan torus palatinus adalah pada bidang sagital,

2) Dua insisi serong dibagian anterior membentuk huruf “V”, flap yang
terbentuk dipertahankan pada posisi retraksi dengan jahitan sementara.

3) Torus dibur dengan bur fisur sampai kedalaman tertentu (sesuai ketinggian
torus) dan dibuat menjadi segmen-segmen, kemudian segmen-segmen
tersebut dikeluarkan dengan menggunakan osteotom, dengan menggunakan
mallet atau ditekan dengan tangan.

14
4) Penghalusan akhir dilakukan dengan bur besar bulat atau bur bur akrilik yang
berbentuk buah pir dan kikis tulang.

5) Lakukan irigasi dan inspeksi, dan penutupan flap.

6) Apabila terdapat jaringan lunak yang berlebihan maka dilakukan pemotongan


seperlunya. Pentupan dimulai dari posterior dan dengan beberapa jahitan
matres hotizontal terputus.

B. Torus Mandibula

15
1) Pembuatan flap envelope yang relatif panjang di lingual tanpa insisi
tambahan
2) Suatu insisi dengan ketebalan penuh (menyertakan mukosa dan periosteum)
dibuat diatas puncak lingir residual atau pada kreviks gingival bagian lingual,
apabila gingival masih ada.

3) Flap mukoperiosteal tersebut dari permukaan superior dan permukaan


lingual dengan hati-hati untuk menghindari sobeknya flap.

4) Dengan menggunakan bur bulat atau fisur dilakukan pengeburan kedalaman


3-4 mm sepanjang garis pertemuan trorus dengan permukaan kortikal
mandibula dari posterior ke anterior.
5) Pengeboran ini dibuat sejajar atau sedikit atau sedikit miring terhadap
permukaan medial mandibula.

6) Pengambilan torus dengan osteotom, kemudian penghalusan akhir dengan


menggunakan bur dan kikir tulang, bagian tersebut diirigasi dengan salin
steril dan diinspeksi.

16
7) Penutupan dilakukan dengan jahitan kontinyu dari posterior ke anterior.

3. Frenektomi
 Definisi
 Frenektomi adalah prosedur sederhana untuk mengangkat sebagian atau seluruh
frenulum dalam rangka mengembalikan keseimbangan kebersihan mulut.
 Frenektomi merupakan prosedur operasi pengangkatan lapisan tipis jaringan
yang disebut frenulum.
 Indikasi :
- Perlekatan frenulum yang tinggi yang memperhebat inflamasi gigiva dan poket
- Diastema sentralis yang dapat menghambat perawatan orthodonsi
- Ankiloglossia untuk frenulum lingualis.
 Kontraindikasi :
- Pasien memiliki riwayat penyakit sistemik (ex : DM, Hemofilia, dIl.).
- Psikologis pasien tidak mendukung (takut, cemas, tekanan darah rendah,
takikardi).
 Penatalaksanaan Frenektomi
A. Frenektomi Labialis Maksila :
1) Metode yang biasanya digunakan adalah eksisi menggunakan dua hemostat.
2) Lakukan anestesi lokal terlebih dahulu.
3) Setelah anestesi lokal, bibir ditarik ke atas, dan frenulum yang digenggam
menggunakan dua hemostat melengkung, yang diposisikan di superior dan
inferior margin.

17
4) Bibir tersebut kemudian ditarik lebih jauh dan pisau scalpel tipis menyayat
jaringan di belakang hemostat, pertama di belakang hemostat bawah dan
kemudian balik hemostat atas.

5) Jika frenulum adalah hipertrofi dan ada ruang besar antara insisivus sentral,
jaringan ditemukan antara dan di belakang gigi seri sentral juga dihilangkan.

6) Jahitan terputus ditempatkan di sepanjang margin lateral luka dalam arah


linier, setelah mukosa dari margin luka dirusak menggunakan gunting.

18
B. Frenektomi Lingualis Mandibula :
1) Setelah anestesi lokal, lidah ditarik ke atas dan posterior dengan jahitan traksi
yang melewati ujung lidah.

2) Frenulum tersebut kemudian dipegang sekitar tengah panjang vertikal dengan


hemostat lurus, yang sejajar dengan dasar mulut.

3) Menggunakan pisau bedah bagian jaringan yang dipegang dipotong, pertama


di atas hemostat dan kemudian di bawah.

4) Tepi luka kemudian terputus dengan gunting dan jahitan terputus


ditempatkan.

19
 Komplikasi Frenektomi :
- Infeksi pasca pembedahan
- Bleeding, swelling (tonjolan abnormal atau pembesaran lokal)
- Nyeri
- Facial discoloration
- Sensitivitas gigi terhadap makanan panas, dingin, manis ataupun asam.
- Reaksi alergi
4. Eksisi Hypermobile Tissue
 Definisi
 Hypermobile Tissue adalah salah satu tindakan bedah yaitu membuang jaringan
(tumor) dengan cara eksisi. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan salah
satunya untuk memperbaiki penampilan secara estetika.
 Hypermobile ridge tissue dihasilkan dari resorpsi residual ridge di bawah ill-fitting
denture dengan oklusi yang tidak seimbang. Hal ini paling sering terlihat di bagian
anterior dari knife edge mandibular ridge.
 Ridge yang flabby atau yang mudah bergerak biasanya sering terlihat pada ridge
anterior rahang atas ketika bagian rahang atas yang tidak bergigi berkontak
dengan gigi asli pada daerah anterior rahang bawah. Kelly pada tahun 1972
melaporkan bahwa gigi anterior rahang bawah menyebabkan trauma pada ridge
anterior rahang atas seperti tekanan oklusal yang langsung diberikan pada area
ini.
 Indikasi
- Jika tinggi tulang alveolar adekuat akan tetap setelah reduksi hypermobile tissue,
maka eksisi dapat diindikasikan.
- Apabila tinggi tulang alveolar inadekuat, augmentation ridge atau vestibuloplasti
diindikasikan.
 Kontraindikasi
- Apabila ridge mengalami atrofi dan pasien memiliki tulang yang tipis dan tajam,
eksisi dapat menyebabkan defisiensi yang lebih besar.
 Dalam setiap kasus, attached tissue harus dipertahankan. Penanganan untuk
hypermobile tissue meliputi :
 Eliminasi peradangan dengan memberikan periode untuk jaringan istirahat

20
 Koreksi oklusal dari complete denture dengan interocclusal record baru dan
remounting
 Oral hygiene & denture hygiene yang baik
 Atau dengan teknik mucostatic impression untuk meminimalkan iritasi dari gigi
tiruan.
 Penatalaksanaan Eksisi Hypermobile Tissue :
1) Injeksikan anestesi lokal pada daerah operasi
2) Lakukan 2 insisi yang sejajar, di sebelah lingual dan buccal dari jaringan yang akan
di eksisi
3) Periosteal elevator digunakan untuk mengangkat kelebihan soft tissue dari dasar
tulang.
4) Eksisi tangensial dari sejumlah kecil jaringan di daerah yang berdekatan mungkin
diperlukan untuk memungkinkan adaptasi adequate soft tissue selama
penutupan.
5) Eksisi tambahan tersebut harus seminimal mungkin untuk menghindari
pemngambilan jaringan yang terlalu banyak. Hal ini untuk menghindari
terlepasnya periosteum dari dasar tulang.
6) Lakukan penjahitan, bisa dengan teknik kontinu (jahitan jelujur) atau interrupted
(terputus-putus)
7) Pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan bisa dilakukan 3-4 minggu setelah
pembedahan.

 Komplikasi Hypermobile Tissue :


- Salah satu kemungkinan komplikasi dari jenis prosedur ini adalah kehilangan
vestibule bukal.

5. Eksisi Fibrous Hiperplasia


 Definisi

21
 Eksisi fibrous hipoplasia adalah tindakan bedah mulut yang ditujukan untuk
memotong dan menghilangkan pertumbuhan jaringan ikat fibrosa yang
berlebihan di daerah mukosa yang berkontak dengan tepi gigi tiruan yang
biasanya terlalu cekat dan menekan mukosa yang disebut Epulis fissuratum juga
sering disebut inflammatory fibrous hyperplasia, atau denture epulis.
 Pertumbuhan jaringan ikat tersebut disebabkan oleh iritasi kronik karena
pemakaian gigi tiruan. Lebih spesifiknya, gigi palsunya melukai daerah mukosa,
karena mukosa yang sangat tipis dari normalnya.

 Penatalaksanaan Eksisi Fibrous Hiperplasia :


1) Lakukan anestesti lokal terlebih dahulu.
2) Lakukan eksisi pada jaringan yang mengalami penonjolan.

3) Hilangkan lesi pada segmen dengan menggunakan scalpel.

4) Hilangkan jaringan yang mengalami penonjolan tersebut.

5) Penjahitan tepi luka dimana periosteum tetap terbuka, untuk menghindari


penurunan kedalaman mukobukal fold.

22
6) Letakan kembali gigi tiruan yang sebelumnya, segera setelah operasi selesai, untuk
mempertahankan kedalaman mukosa sulkus yang baru dibuat.

7) Lalu, permukaan internal gigi palsu dilapisi dengan conditioner tissue

6. Vestibuloplasti
 Definisi
 Vestibuloplasti adalah suatu tindakan bedah muko-gingiva yang di desain untuk
menambah jumlah attached gingiva (gingiva cekat) dan menambah ketinggian
sulkus vestibular.
 Dengan cara melakukan reposisi mukosa, ikatan otot dan otot yang melekat pada
tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada mandibula untuk
menghasilkan sulkus vestibular yang dalam dan menambah stabilisasi dan retensi
protesa.
 Indikasi
- Menghentikan resesi gingiva yang progresif.
- Mendapatkan kembali gingiva cekat dan meningkatkan kedalaman vestibulum.
- Membantu dalam kontrol plak dan meningkatkan resistensi terhadap trauma
mastikasi. Untuk alasan estetik dan untuk membuat permukaan untuk landasan
gigi tiruan pada pasien edentulous dalam rangka menambah retensi dan
stabilisasi.
- Berguna pada kasus inflamasi dan resesi jaringan sekitar implan yang disebabkan
ketegangan frenulum, hal ini umumnya kasus pada jaringan sekitar implan.
 Kontraindikasi
- Kehilangan tulang yang banyak setelah pencabutan gigi yang traumatic.
- Resorpsi tulang sekunder akibat periodontitis dan atropi tulang alveolar setelah
pencabutan.
- Kondisi sistemik pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi.

23
 Berdasarkan teknik klasik yang digunakan, vestibuloplasti dapat dibagi menjadi tiga
kelompok :
1) Vestibuloplasti submukosa
Pendalaman vestibulum dengan memperdalam membran mukosa pada
vestibulum tanpa membuka mukosa keseluruhan.
2) Vestibuloplasti dengan epitelisasi sekunder
Mukosa vestibulum di satu sisi digunakan untuk memberi batas pelebaran
verstibulum, sedangkan di sisi lainnya dibiarkan mengalami penyembuhan dengan
tumbuhnya permukaan epitel baru. Pemindahan letak mukosa vestibulum dapat
dilakukan dengan transposisi flap.
3) Vestibuloplasti dengan graft
Pendalaman vestibulum dengan menggunakan graft yang dapat berasal dari
gingiva, kulit, membran sintetik dan bahan lainnya.
 Penatalaksanaan Vestibuloplasti :
A. Vestibuloplasti submukosa Teknik Edlan Mejchar
1) Oleskan antiseptik seperti povidone iodine atau biguanid
2) Lakukan anestesi lokal hingga muncul rasa kebal
3) Outline 2 insisi vertikal dari margin gingiva sekitar 12 mm kearah vestibulum,
disatukan dengan insisi horizontal.

4) Flap mukosa (M), hingga terlihat periosteum

5) Periosteum (P) diseparasi dari tulang alveolar, kemudian ditransposisikan ke


bibir.

6) Flap mukosa diarahkan ke bawah menutupi tulang alveolar dan dijahitkan ke


bagian dalam permukaan periosteum.

24
7) Periosteum ditransposisikan ke bibir dan dijahitkan pada insisi horisontal.

B. Modified Apically Repositioned Flap (MARF)


1) Oleskan antiseptik seperti povidone iodine atau biguanid
2) Lakukan anestesi lokal hingga muncul rasa kebal
3) Lakukan insisi horisontal dengan bevel menggunakan blade, minimal 0.5 mm
koronal dari mucogingival junction ke attached gingiva, insisi harus berkontak
dengan periosteum sedikit ke arah apikal dari puncak tulang alveolar pararel
dengan mucogingival junction dalam arah mesio distal, sehingga 0.5 mm
gingiva tetap berada pada bagian koronal dari flap.
4) Lakukan pemisahan flap dan diseksi ke arah apikal sesuai dengan kedalaman
yang diinginkan.
5) Perluasan mesio-distal dilakukan sesuai dengan banyak gigi yang terlibat dan
diperluas pada arah mesio-distal.
6) Flap dipindahkan ke arah apikal dan dijahit ke periosteum dibawahnya dengan
menggunakan teknik simple interrupted dengan menggunakan benang non-
resorbable.

25
C. Teknik Vestibuloplasti dengan Free Gingiva Autograf
1) Oleskan antiseptik seperti povidone iodine atau biguanid
2) Lakukan anestesi lokal hingga muncul rasa kebal
3) Lakukan prosedur pembedahan :
a) Situasi awal terdapat gingiva cekat berkeratin (1mm).

b) Bibir dan pipi ditarik, insisi jaringan ikat serta serat otot mukosa dipisahkan
dari mukosa dan daerah penerima siap untuk FGG.

c) Ambil donor di palatal dengan lebar sesuai yang dibutuhkan.

d) Free graft

e) FGG dijahit kearah marginal dari gingiva cekat dan ditekan untuk
mengadaptasikan dengan periosteum.

f) Pada 6 bulan menunjukkan daerah attached gingiva melebar dan


pendalaman vestibulum.

26
7. Bone Graft (Tranplantasi Tulang)
 Definisi
 Bone Grafting merupakan suatu tindakan pemindahan suatu jaringan yang
diambil dari satu tempat dan ditransplantasikan ke tempat yang lain. Biasanya
digunakan sebagai salah satu pilihan untuk memperbaiki kerusakan tulang
periodontal.
 Bone grafting dapat dilakukan untuk memperbaiki kecacatan yang diakibatkan
oleh adanya penyakit, kecelakaan ataupun kelainan pada pertumbuhan dan
perkembangan tulang.
 Indikasi
- Premature loss
- Gigi impaksi atau gigi ektopik
- Gigi yang hilang karena trauma
- Tumor
- Kongenital pada satu lengkung rahang dengan tanda klinis gigi yang berjejal pada
lengkung rahang yang berlawanan
- Gigi dengan prognosis yang buruk
 Kontraindikasi
- Semua kondisi kesehatan umum dimana semua intervensi bedah
dikontraindikasikan.
- Oral hygine buruk
- Motivasi yang rendah
 Macam-macam Bone Graft
1) Autograft
Autograft merupakann bone graft yang ditransplantasikan langsung dari
satu area skeletal seorang individu ke area skeletal lain ditubuhnya sendiri.
Sering juga dikenal sebagai autogenous atau autologous bone graft.
Autograft merupakan suatu jaringan tulang yang diambil dari suatu tempat
dan ditanam di tempat lain pada individu yang sama.
a) Autograft cancellous
Merupakan gold standard yaitu dengan menggunakan tulang iliaka sebagai
donor utama.
b) Autograft kortikal
Sumber autograft kortikal adalah kalvaria, fibula, iga, dan krista iliaka.

27
Autograft kortikal memiliki sedikit atau tidak ada sifat osteoinduktif dan
lebih banyak osteokonduktif, namun osteoblas yang bertahan mengandung
sifat osteogenik.
2) Allograft
Bone graft yang berasal dari donor lain (individu lain) yang masih satu
species disebut allograft.
Allograft umumnya berasal dari tulang yang dicangkok dari tulang
kadaver. Allograft didapat dari jaringan kadaver berupa mineralized freeze-dried
(FDBA) atau decalcified freeze-dried (DFBA). Baik FDBA maupun DFDBA diambil
dari kortical tulang panjang karena kaya akan protein induktif tulang dan
kurang antigenik dibanding tulang cancellous.
3) Xenograft
Xenograft adalah jaringan tulang yang diambil dari satu spesies dan
ditanam ke spesies lain. Xenograft yang paling umum digunakan adalah
anorganic bovine bone (ABB).
ABB merupakan suatu biomaterial yang mempunyai sejarah keberhasilan
yang tinggi dan telah banyak digunakan secara klinis. ABB memiliki kelebihan
yaitu mempunyai komposisi ultrastruktural yang mirip dengan tulang
manusia, terdiri dari hydroxyapatite, dan telah dilakukan prosedur
kimiawi untuk menghilangkan komponen organiknya sehingga dapat
digunakan tanpa menimbulkan respon immune host.
 Penatalaksanaan Bone Graft
1) Bone graft dipisahkan berdasarkan panjang ukuran yang diperlukan.
2) Setelah transplantasi, bone graft kemudian ditempatkan dengan permukaan
kortikal berbatasan dengan permukaan akar .
3) Pada kasus dengan atrofi horisontal dari prosesus alveolar digunakan splitting
osteotomy untuk melebarkan daerah resipien.
4) Setelah dilakukan insisi mukosa, plat kortikal bukal dipotong dengan satu
osteotomy sagital dan dua osteotomy vertical.
5) Sebuah chisel dimasukkan ke dalam dan ditekan ke daerah bukal sehingga
terbentuk celah untuk menempatkan gigi yang akan ditransplantasi.

28
 Komplikasi Bone Graft
- Rasa sakit
- Pembengkakan
- Cedera saraf
- Peradangan
- Reabsorpsi graft

8. Augmentasi dengan Hidroksiapatit


 Definisi
 Augmentasi resorpsi ridge alveolar adalah suatu prosedur bedah untuk
memperbaiki bentuk dan ukuran ridge alveolar dalam persiapan untuk menerima
dan mempertahankan gigi tiruan.
 Augmentasi resorpsi ridge alveolar merupakan perawatan yang paling dapat
diprediksi untuk menciptakan kontur tulang yang memadai untuk penempatan
gigi tiruan.
 Hidroxiapatit merupakan suatu bahan alloplastik yang relatif biokompatibel, non-
biodegradasi, osteokonduktif, dan osteofilik, tetapi non-osteogenik, dan
mempunyao partikel granular yang halus, tersusun secara teratur ataupun tidak.
Secara kimiawi, mirip dengan kalsium fosfat yang menyusun email atau
tulang. Insersi bahan ini segera pada tempat bekas pencabutan menunjukkan
hasil klinis dan laboratoris yang baik dalam mempertahankan linggir alveolar.
 Indikasi
- Kelainan kraniofasial
- Cleft facial. Pasien pada kasus ini sering mengalami hipoplasia maksila.
- Defisiensi linggir alveolar
- Kekurangan tulang alveolar. Kekurangan tulang alveolar mungkin merupakan
hasil dari keadaan, seperti trauma avulsi gigi insisivus rahang bawah atau cacat
bawaan.

29
- Bila daerah yang mendukung protesa dari linggir yang atropi yang besar tidak bisa
dibaiki dengan vestibuloplasti.
 Kontraindikasi
- Pasien muda dengan tulang yang rapuh
- Pasien yang tidak kooperatif
 Penatalaksaaan Augmentasi dengan Hidroksiapatit :
1) Aloplas untuk penambahan linggir
Penambahan linggir dengan aloplas (unsur hidroksiapatit) sering dilakukan di
bagian bedah selain dengan pencakokan tulang autologus.
HA terdapat di dalam syringe berdiameter kecil (6mm) yang berisi 0,75mg
bahan steril dan siap digunakan, HA dibasahi dengan salin atau darah vena untuk
membantu pengeluarannya dari dalam syringe. HA bersifat radiopak, dan
tempat pertemuan antara tulang dan aloplas dengan mudah terlihat pada film.
2) Diseksi untuk penambahan linggir
Penambahan linggir regional maupun total dilakukan dengan cara yang serupa
yaitu diseksi subperiosteal dan deposisi, penutupan (agar tidak bocor), dan
pencetakan terhadap HA.
Ada berbagai pendekatan untuk membentuk saluran subperiosteal, yang
diperlukan untuk membentuk ruang atau kantung tempat deposisi bahan. Diseksi
mandibula dilakukan dengan insisi melintang bilateral pada regio gigi kaninus atau
insisivus di garis tengah dikombinasi dengan insisi bilateral disebelah posterior
foramen mentale.
3) Pengembang jaringan (tissue expenders)

Pengerasan HA memerlukan waktu 4-6 minggu. Pada praktek biasanya


ditunggu sampai 4 minggu sesudah pembedahan untuk konstruksi
protesa sementara dan paling tidak 2 bulan apabila ingin dilakukan vestibuloplasti.

Komplikasi utama pada penambahan lingir mandibula adalah trauma pada n.


Mentalis danmengakibatkan anestesia/disestesia, yang manifestasinya berupa
semutan pada bibir. Kembalinya sensasi merupakanhal yang memang harus
terjadi dan bukan merupakan perkecualian.

Terapi profilaksis antibiotikdianjurkan oleh beberapa ahli bedah, walaupun in


feksipasca bedah kemungkinannya kecil.

4) Blok hidroksiapatit

Blok HA yang porus kadang-kadang digunakan untuk penambahan lingir.


Insersi dilakukan dengan pembuatan saluran subperiosteal atau dengan prosedur
pembukaan flap, dengan jalan masuk yang agak lebih luas, dibuat sepanjang insisi
lingir dan pembuatan flap yang besar.

30
5) Pemeliharaan linggir

Insersi HA dengan segera pada tempat bekaspencabutan menunjukkan hasil k


linis dan laboratoris yang baik dalam mempertahankan lingir alveolar. Pada suatu
studi, pasien yang telah dievalusi ulang setelah lebih dari 2 tahun menunjukkan
bahwa lingir dari sisi yang dilakukan perawatan ukurannya 2 kali lebih
besar dibandingkan yang tidak dirawat (kontrol), walaupundibebani protesa pada
waktu berfungsi.

9. Segmentalosteotomis
 Definisi
 Segmentalosteotomis adalah sebagai pemotongan tulang yang membagi
lengkung dari maksila atau mandibula menjadi tiga atau lebih bagian.
Menggabungkan besar-segmen bedah ortognatik dan unitooth atau pembedahan
kecil-segment merupakan pendekatan yang efektif untuk menangani berbagai
kelainan dentofacial dengan masalah oklusal.

 Indikasi
- Diskrepansi skeletal kelas II atau III yang parah.
- Gigitan dalam (deep bite) pada pasien yang tidak sedang bertumbuh masalah
dentoalveolar yang parah (terlalu parah untuk dikoreksi dengan koreksi
ortodontik semata).
- Situasi periodontal yang sangat lemah/terganggu dan asimetri skeletal.
- Anterior segmental osteotomi:
 Kelainan protusi maloklusi pada regio anterior namun pada regio posterior
tidak terjadi maloklusi
 Hubungan molar kelas I angle
- Posterior segmental osteotomi:
 Open bite posterior unilateral dan bilateral
 Kontraindikasi
- Semua intervensi bedah dikontraindikasikan
 Penatalaksanaan Segmentalosteotomis :
1) Anestesi umum dengan intubasi nasal, yaitu infiltrasi lokal dengan HCl lignocaine
2% dengan adrenalin 1:80000
2) Insisi vertikal mukoperiosteal dibuat di daerah bikuspid bilateral, dimana telah
dilakukan pencabutan sebelumnya (premolar 1 atas bilateral dicabut keduanya)
Insisi menembus subperiosteal, membedah maju ke tepi piriform sekitar 5mm di
atas tingkat puncak gigi gigi taring.

31
3) Korteks bukal tulang dipotong dengan gergaji berosilasi atau bur fisur, pertama
secara vertikal dan distal ke gigi taring dan kemudian secara horizontal ke tepi
piriform di atas apeks gigi. Osteotomi secara bilateral selesai.

 Penatalaksanaan anterior osteotomy segmental:


1) Sebanyak 4 gigi (2 di setiap sisi) dicabut untuk mendorong rahang atas dan bawah.
2) Selaput lendir dan tulang dikurangi dan membuat dasar ruang untuk
gusi.
3) Setelah mendorong tulang ke dalam, permukaan oklusal yang baru diperiksa
(pasien menggigit frame ini dengan gigi atas dan bawah selama operasi).
4) Jika dagu bergeser sejauh yang direncanakan, maka tulang dipatenkan.

32
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan
untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai
dasar dari suatu protesa. Ada beberapa macam bedah prepostetik diantaranya adalah
alveoloplasti, torektomi, frenektomi, eksisi hypermobile tissue, eksisi fibrous hyperplasia,
vestibuloplasti, bone graft (trasnplantasi tulang), augmentasi dengan hidroksiapatit, dan
segmentalosteotomis. Masing – masing bedah prepostetik tersebut memiliki indikasi dan
kontraindikasi dalam penatalaksanaannya.

Saran
Dalam memahami materi bedah preprostetik sebaiknya didasari oleh sumber yang
bervariasi, terpercaya, dan terbaru sehingga dapat memperluas pemahaman dan
wawasan.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Aditya G. Alveoloplasti sebagai Tindakan Bedah Preprostodontik. J Kedokteran Trisakti


1999; 18(1): 28-32
2. Annisa S. Perbedaan Penatalaksanaan Alveolektomi dan Alveoplasti. [Skripsi]. Makassar:
FKG Universitas Hasanuddin, 2017
3. Chari H, Shaik KV. Preprosthetic Surgery: Review of Literature. IJSS Case Reports & Reviews
2016; 3(4): 9-14
4. D. Fragiskos, Fragiskos DDS. Oral and Maxillofacial Surgery. School of DentistryUniversity
of AthensGreece, 2007
5. Hasan H, Mappangara S, Kawulusan N, Ruslin M. Torektomi Palatinus. Makassar Dent J
2019; 8(2): 79-82
6. Hupp J, Tucker M, Ellis E. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 7th ed. Mosby.
2018
7. Kasim AAA, Erwansyah E. Frenektomi Berperan pada Keberhasilan Perawatan Ortodontik.
Makassar Dental Journal 2012; 1(1): 16-20
8. Mitra GF. Illustrated Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Jaypee. 2009:
241-256
9. Naini A. Potensi Graft Alloplast sebagai Material Augmentasi Resorbsi Ridge Alveolar. In
Press. 2016
10. Puspitadewi SR. Perawatan Prosthodontik pada Kondisi Ridge yang Kurang
Menguntungkan. Jurnal B-Dent 2015; 2(2):151-160
11. Tolstunov L. Vertical Alveolar Ridge Augmentation in Implant Dentistry: A Surgical Manual.
Willey Blackwell: 4,14,237

34

Anda mungkin juga menyukai