OLEH :
KELOMPOK V
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
I.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang
bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas
bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal
sebagai aktivitas bakteriosida. Kadar minimal yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-
masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar
bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat
meningkat dari bakteriostatik menjadi bakteriosida bila kadar
antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM. (Priyanto, 2008).
5
3. Antimikroba Yang Mengganggu Keutuhan Membran Sel Mikroba.
1. AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida digunakan untuk beberapa jenis diare
dan kondisi lain yang khas. Contoh obat dari golongan
Aminoglikosida adalah Kantrex, Mycifradin, Kanamisin,
6
Neomisin. Terdapat beberapa interaksi antara antibiotik
golongan ini dengan antibiotik golongan lain, seperti :
a. Aminoglikosida – Aminoglikosida (yang lain)
Efek merugikan masing-masing antibiotikda dapat
meningkat. Akibatnya : mungkin fungsi pendengaran dan
ginjal rusak permanen.
b. Aminoglikosida – Pil KB
Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : resiko hamil
meningkat, kecuali jika digunakan untuk kontrasepsi lain.
c. Aminoglikosida – Sefalosporin
Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat
meningkat. Akibatnya : ginjal mungkin rusak. Gejala
yang dilaporkan : pengeluaran air kemih berkurang, ada
darah dalam air kemih, rasa haus yang berlebihan,
hilang nafsu makan, lemah, pusing, mengantuk, dan
mual.
d. Aminoglikosida – Digoksin
Efek digoksin dapat berkurang. Digoksin digunakan
untuk mengobati layu jantung dan untuk menormalkan
kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya :
kelainan jantung mungkin tidak terkendali dengan baik.
e. Aminoglikosida – Estrogen
Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada
wanita yang kekurangan estrogen selama mati haid dan
sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena
pembengkakan payudara sesudah melahirkan karena ibu
tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati amenore.
f. Aminoglikosida – Vankomisin
Efek samping merugikan dari masing-masing obat dapat
meningkat. Akibatnya : pendengaran dan ginjal dapat
rusak secara permanen. Vankomisin adalah antibiotika
yang digunakan untuk enterokolitis.
7
2. SEFALOSPORIN
Sefalosporin bertalian dengan penisilin dan digunakan
untuk mengobati infeksi saluran pencernaan bagian atas seperti
sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan
jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih. Contoh obat dari
golongan Sefalosporin adalah Sefradin, Sefadroksil, dan
Duficef. Interaksi obat dengan golongan ini, diantaranya :
a. Sefalosporin – Kloramfenikol
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang
secara berlebihan. Gejala yang dilaporkan : sakit
tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut,
pendarahan atau memar di seluruh tubuh, tinja hitam
pekat, dan kehilangan tenaga yang tak lazim.
b. Sefalosporin – Probenesid
Efek antibiotika sefalosporin dapat meningkat. Akibatnya
: resiko kerusakan ginjal meningkat. Gejala yang
dilaporkan : pengeluaran air kemih berkurang, nafsu
makan hilang, lemah, pusing, mengantuk, dan mual.
3. KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol diberikan untuk mengobati infeksi yang
berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik
yang kurang efektif. Contoh obat dari golongan Kloramfenikol
adalah Chloromycetin dan Mychel. Contoh interaksi
Kloramfenikol dengan obat lain adalah:
a. Kloramfenikol – Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat meningkat. Antikoagulan
digunakan untuk mengencerkan darah dan mencegah
pembekuan. Akibatnya: resiko pendarahan meningkat.
Gejala yang dilaporkan: memar dan pendarahan di
seluruh tubuh.
b. Kloramfenikol – Pil KB
Efek Pil KB dapat berkurang. Akibatnya : resiko hamil
meningkat, kecuali jika digunakan bentuk kontrasepsi
lain.
8
c. Kloramfenikol – Obat Kanker
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang
ssecara berlebihan. Gejala yang dilaporkan : sakit
tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut,
pendarahan atau memar di seluruh tubuh, tinja hitam
pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.
f. Kloramfenikol – Estrogen
Efek estrogen dapat berkurang. Estrogen diberikan pada
wanita yang kekurangan estrogen selama mati haid dan
sesudah histerektomi, untuk mencegah rasa nyeri karena
pembengkakan payudara sesudah melahirkan karena ibu
tidak menyusui bayinya, dan untuk mengobati amenore.
Akibatnya : gangguan yang diobati mungkin tidak
terkendali dengan baik.
g. Kloramfenikol – Griseofulvin
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang
ssecara berlebihan. Gejala yang dilaporkan : sakit
tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut,
pendarahan atau memar di seluruh tubuh, tinja hitam
pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.
h. Kloramfenikol – Penisilin
Efek penisilin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan.
9
i. Kloramfenikol – Fenitoin
Efek fenitoin dapat meningkat. Fenitoin adalah
antikonvulsan yang digunakan untuk kejang dalam
gangguan seperti ayan. Akibatnya : dapat timbul efek
samping yang merugikan karena terlalu banyak fenitoin.
Gejala yang dilaporkan : nanar dan gangguan
penglihatan.
b. Klindamisin/Linkomisin – Eritroimisin
Efek klindamisin/linkomisin dapat berkurang. Akibatnya :
infeksi yang diobati mungkin tidak sembuh seperti yang
diharapkan.
5. ERITROMISIN
Eritromisin digunakan untuk mengobati infeksi saluran
napas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi
telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia,
untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan
efektif untuk penyakit Legionnaire (penyakit yang ditularkan
oleh serdadu sewaan). Eritromisin sering digunakan untuk
pasien yang alergi terhadap penisilin. Contoh obat golongan
Eritromisin adalah Bristamycin, Pedamycin, dan Robimycin.
Interaksi yang terjadi antara Eritromisin dengan obat lain
antara lain :
10
a. Eritromisin – Obat Asma
Efek obat asma dapat meningkat. Obat asma digunakan
untuk membuka jalan udara paru-paru dan untuk
mempermudah pernapasan penderita asma. Akibatnya :
terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak
obat asma. Gejala yang dilaporkan : mual, sakit kepala,
pusing, mudah terangsang, tremor, insomnia, aritmia
jantung, dan kemungkinan kejang.
b. Eritromisin – Karbamazepin
Efek karbamazapin dapat meningkat. Karbamazepin
adalah antikonvulsan yang digunakan untuk
mengendalikan kejang pada gangguan seperti ayan.
Akibatnya : terjadi efek samping merugikan yang
disebabkan karena terlalu banyak karbamazepin.
c. Eritromisin – Digoksin
Efek digoksin dapat berkurang. Digoksin digunakan
untuk mengobati layu jantung dan untuk menormalkan
kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya :
terjadi efek saming merugikan yang disebabkan karena
terlalu banyak digoksin.
d. Eritromisin – Penisilin
Efek masing-masing antibiotik dapat meningkat atau
berkurang. Karena akibatnya sulit diramalkan, sebaiknya
kombinasi ini dihindari.
6. GRISEOFULVIN
Griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati
infeksi fungi pada kuli, rambut, kuku jari tangan, dan kuku
jari kaki. Contoh obat pada golongan ini adalah : Fulvicin,
Grifulvin, dan Grisactin. Interaksi yang terjadi antara
Griseofulvin dengan jenis obat lain, antara lain :
a. Griseofulvin – Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat berkurang. Antikoagulan
digunakan untuk mengencerkan darah dan mencegah
pembekuan. Akibatnya : darah dapat tetap membeku
meski pun pasien diberi antikoagulan.
11
b. Griseofulvin – Barbiturat
Efek griseofulvin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi
fungi yang diobati mungkin tidak sembuh seperti yang
diharapkan. Barbiturat digunakan sebagai sedativa atau
sebagai pil tidur.
c. Griseofulvin – Primidon
Efek griseofulvin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi
fungi yang diobati mungkin tidak sembuh seperti yang
diharapkan. Primidon adalah antikonvulsan yang
digunakan untuk mengobati gangguan kejang seperti pada
ayan.
7. METRODINAZOL
Metrodinazol dierikan secara oral untuk mengobati
infeksi trikhomoniasis, suatu jenis vaginitis. Pengobatan
dilakukan pada kedua pihak pasangan sanggama. Contoh obat
dari golongan Metrodinazol adalah Flagyl dan Metryl.
Interaksi antara Metrodinazol dengan obat lain diantaranya :
a. Metrodinazol – Alkohol
Kombinasi ini dapat menyebabkan reaksi yang sama
seperti yang disebabkan oleh disulfiram. Disulfiram
menekan keinginan pecandu alkohol untuk minum
alkohol karena terjadi reaksi dengan alkohol yang
menyebabkan efek samping yang merugikan.
Metrodinazol menunjukkan interaksi yang sama, hanya
tidak sekuat disulfiram.
b. Metrodinazol – Antikoagulan
Efek koagulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan
untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan.
Akibatnya : resiko pendarahan meningkat. Gejala yang
dilaporkan : memar dan pendarahan di seluruh tubuh,
dan tinja hitam pekat.
c. Metrodinazol – Kloramfenikol
Kombinasi ini dapat menekan sumsum tulang belakang
secara berlebihan. Gejala yang dilaporkan: sakit
tenggorokan, demam, kedinginan, tukak mulut,
12
pendarahan atau memar di seluruh tubuh, tinja hitam
pekat, dan kehilangan tenaga yang tidak lazim.
Kloramfenikol digunakan untuk mengobati infeksi
berbahaya yang tidak sembuh bila diobati dengan
antibiotik lain yang kurang efektif.
d. Metrodinazol – Disulfiram
Kombinasi ini dapat menimbulkan rasa bingung dan
perilaku psikotik atau perilaku yang menyimpang.
Disulfiram digunakan untuk menanggulangi kecanduan
alkohol.
8. KETOKONAZOL
Ketokonazol diberikan secara oral untuk mengobati infesi
fungi pada kulit, rambut, kuku jari tangan, dan kuku jari kaki.
Contoh obat pada golongan ini adalah Nizoral. Interaksi yang
terjadi antara Ketokonazol dengan obat lain diantaranya :
a. Ketokonazol – Antasida
Efek ketakonazol dapat berkurang. Akibatnya : infeksi
fungi yang diobati mungkin tidak sembuh seperti yang
diharapkan. Interaksi ini dicegah dengan menggunakan
obat ketokonaol sekurang-kurangnya dua jam seelum
menggunakan antasida.
b. Ketokonazol – Simetidin
Efek ketokonazol dapat berkurang. Akibatnya: infeksi
fungi yang diobati mungkin tidak sembuh seperti yang
diharapkan. Simetidin digunakan untuk mengobati tukak
lambung. Interaksi ini dicegah dengan cara menggunakan
obat ketokonazol sekurang-kurannya dua jam sebelum
menggunakan simetidin.
9. PENISILIN
Penisilin digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran
napas bagian atas seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi
telinga, bronkhitis kronis, pneumonia, saluran kemih. Contoh
obat dalam golongan penisilin adahah Amoksisilin, Amoxsan,
Ampisilin, dan Amoxil. Interaksi antara Penisilin dengan obat
lain, diantaranya :
13
a. Penisilin – Alopurinol
Resiko bengkak-bengkak pada kulit akiat penggunaan
antibiotik meningkat. Alopurinol digunakan untuk
mengobati pirai.
b. Penisilin – Pil KB
Efek pil KB dapat berkurang. Akibatnya : resiko hamil
meningkat, kecuali jika digunakan bentuk kontrasepsi
lain.
c. Penisilin – Tetrasiklin
Efek penisilin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi yang
diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan.
10. TETRASIKLIN
Tetrasiklin digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang
sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi
lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain,
Syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter
ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobatik beberapa
jenis jerawat. Contoh obat dari golongan Tetrasiklin adalah
Terramycin, Tetrasiklin, dan Tetracyn. Interaksi tetrasiklin
dengan obat lain, diantaranya:
a. Tetrasiklin – Antasida
Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi
mungkin tidak dapat disembuhka dengan pengobatan
tetrasiklin. Untuk mencegah interaksi ini, penggunaan
masing-masing obat supaya diselang waktu dua jam.
b. Tetrasiklin – Pencahar
Efek tetrasiklin dapat berkurang. Akibatnya : infeksi
mungkin tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan
tetrasiklin.
c. Tetrasiklin – Vitamin A
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan di dalam
tengkorak dengan gejala seperti sakit kepala berat, mual,
dan ganggugan penglihatan.
14
II.3 Resistensi Antimikroba
15
II.4 Efek Samping
1. Reaksi Alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan
melibatkan sistem imun tubuh hospes.terjadinya tidak
bergantung pada besarnya dosis obat . Manifestasi gejala dan
derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.
2. Reaksi Idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara
genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai
contoh 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia
hemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini disebabkan
mereka kekurangan enzim G6PD.
3. Reaksi Toksik
AM pada umumnya bersifat toksik-selektif , tetapi sifat ini
relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis
antimikroba.
1. Umur
2. Kehamilan
3. Genetik
4. Keadaan patolik tubuh hospes
16
II.6 Kombinasi Antibiotik
1. Bakteriostatik
Antimikroba yang tergolong bakteriostatik menghambat
pertumbuhan bakteri, alih-alih membunuhnya secara
langsung. Karena bakteri patogen terhambat
pertumbuhannya, sistem kekebalan tubuh dapat dengan
mudah memerangi infeksi. Mekanisme kerja antimikroba
bakteriostatik adalah dengan mengganggu sintesis protein
pada bakteri penyebab penyakit.
Contoh antimikroba bakteriostatik adalah Spectinomycin
(Obat Gonore), Tetracycline (Obat infeksi), Kloramfenikol
(Untuk infeksi bakteri), dan Makrolida (efektif untuk bakteri
gram positif).
17
2. Bakteriasida
Antibiotik bakteriasida mengandung senyawa aktif yang
secara langsung membunuh bakteri. Untuk membunuh
bakteri, antibiotik jenis ini menargetkan dinding sel luar,
membran sel bagian dalam, serta susunan kimia bakteri.
Contoh antimikroba bakteriasida adalah Penisilin (menyerang
dinding sel luar), Polymyxin (menargetkan membran sel),
dan Kuinolon (mengganggu jalur enzim). Beberapa zat
bakteriosida digunakan sebagai desinfektan, sterilisasi, dan
antiseptik.
18
BAB III
III.1 Pembahasan
19
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dapat
dibedakan menjadi lima, yaitu antimikroba dengan mekanisme
penghambatan sintesis dinding sel, perusakan membran plasma,
penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat,
dan penghambatan sintesis metabolit esensial.
20
sel bakteri. Contohnya adalah polimiksin B yang melekat
pada fosfolipid membran.
Polimiksin merupakan suatu peptida yang di dalamnya
terdapat satu ujung molekul larut lipid dan ujung molekul yang
lain larut air. Masuknya polimiksin dalam membran plasma
fungi akan menyebabkan gangguan antara lapisan-lapisan
membran plasma. Ujung larut air polimiksin akan trtinggal
di luar membran, sedangkan ujung larut lemak akan berada
di dalam membran dan menyebabkan gangguan antara
lapisan-lapisan membran yang memungkinkan lalu-lintas
substansi bebas keluar-masuk sel.
21
Rifampin menghambat sintesis RNA dengan cara
mengikat subunit β-RNA polimerase bakteri sehingga
menghambat transkripsi mRNA. Antimikroba ini digunakan
untuk melawan Mycobacteria pada TBC dan lepra. Rifampin
dapat mempenetrasi jaringan.
22
III.2 Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. 2013. ISO Indonesia Volume 48. Jakarta : PT.
ISFI Penerbitan Jakarta.
24