PEMBAHASAN
Perkusi
Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya jarang dilakukan jika pemeriksaan foto
rontgen toraks telah dilakukan. Tetapi pemeriksaan perkusi ini tetap bermanfaat untuk
menentukan adanya kardiomegali, efusi perikardium, dan aneurisma aorta. Foto rontgen
toraks akan menunjukkan daerah redup sebagai petunjuk bahwa jantung melebar. Daerah
redup jantung akan mengecil pada emfisema.
Auskultasi
Katup Pulmonal
Terdengar lebih jelas pada interkosta ke 2 dan ke 3 kiri sternum
Katup aorta
Terdengar lebih jelas pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup
pulmonal
Katup mitral
Terdengar lebih jelas pada sternum, dekat batas atas sendi antara interkosta ke 4 dan
sternum
Katup trikuspidalis
Terdengar lebih jelas pada sternum, sesuai garis penghubung proyeksi katup mitral dengan
sendi antara sternum dengan interkosta ke 5 kanan.
Auskultasi jantung
3) B3 (Brain)
a) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskuler difokuskan untuk mengkaji
bibir dan cuping telinga untuk mengetahui adanya sianosis perifer.
b) Pemeriksaan raut muka
Bentuk muka : bulat, lonjong dan sebagainya
Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan
Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi saraf VII
c) Pemeriksaan bibir
Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan dan lainnya
Pucat (anemia)
d) Pemeriksaan mata
Konjungtiva
Pucat (anemia)
Ptekie (perdarahan di bawah kulit atau selaput lendir) pada endokarditis bakterial
Sklera
Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati dan lainnya
Kornea
Arkus senilis (garis melingkar putih atau abu abu di tepi kornea) berhubungan dengan
peningkatan kolesterol atau penyakit jantung koroner.
Funduskopi
Yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop untuk menilai kondisi
pembuluh darah retina khususnya pada klien hipertensi.
e) Pemeriksaan neurosensori
Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama tidur, bangun, duduk atau
istirahat dan nyeri dada yang timbulnya mendadak. Pengkajian meliputi wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri dan
kehilangan kontak mata.
4) B4 (Bladder)
Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang penting. Penurunan haluaran urine
merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakah
penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urine (yang terjadi bila perfusi ginjal
menurun) atau karena ketidakmampuan klien untuk buang air kecil. Daerah suprapubik
harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang
menunjukkan kandungkemih yang penuh (distensi kandung kemih).
5) B5 Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah sakit dan
yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit,
kulit kering atau berkeringat, muntah dan perubahan berat badan
Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran balik vena
yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri
tekan dan halus. Ini daapt diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30 60
detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis sebesar 1 cm.
6) B6 (Bone)
Pengkajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :
Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan berdebar
Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, nokturia dan
keringat pada malam hari)
Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tisur dalam 24 jam
dan apakah klien mengalami sulit tidur dan bagaimana perubahannya setelah klien
mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, klien dengan IMA sering
terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak napas
Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada kesenjangan yang
berarti misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas klien biasanya berubah karena klien
merasa sesak napas saat beraktivitas.
pemeriksaan fisik secara B6
Hal-hal yang perlu diingat dalam pemeriksaan fisik adalah :
- Pemeriksaan fisik dilakukan pada saat pasien masuk, dan diulang kembali
dalam interval waktu tertentu sesuai kondisi pasien.
- Setiap pemeriksaan harus dikomunikasikan kepada pasien.
- Privacy pasien harus terus dipertahankan (walaupun pasien dalam
keadaan koma)
- Tehnik yang digunakan adalah : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
- Pemeriksaan dilakukan secara Head to toe
- Pemeriksaan dilakukan pada semua sistem tubuh.
1. B 1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi)
Pola napas : Dinilai kecepatan, irama, dan kualitas.
Bunyi napas: Bunyi napas normal; Vesikuler, broncho vesikuler.
Penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukan adanya
atelektasis, pnemotorak atau fibrosis pada pleura.
Rales (merupakan tanda awal adanya CHF. emphysema) merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh aliran udara yang melalui sekresi di dalam
trakeobronkial dan alveoli.
Ronchi (dapat terjadi akibat penurunan diameter saluran napas dan
peningkatan usaha napas)
Bentuk dada : Perubahan diameter anterior posterior (AP)
menunjukan adanya COPD
Ekspansi dada : Dinilai penuh / tidak penuh, dan kesimetrisannya.
Ketidaksimetrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis, lesi pada
paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, pnemotoraks, atau
penempatan endotrakeal dan tube trakeostomi yang kurang tepat.
Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : Retraksi dari otot-otot
interkostal, substrernal, pernapasan abdomen, dan respirasi paradoks
(retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat terjadi jika otot-
otot interkostal tidak mampu menggerakan dinding dada.
Sputum.
Sputum yang keluar harus dinilai warnanya, jumlah dan
konsistensinya. Mukoid sputum biasa terjadi pada bronkitis kronik dan
astma bronkiale; sputum yang purulen (kuning hijau) biasa terjadi pada
pnemonia, brokhiektasis, brokhitis akut; sputum yang mengandung
darah dapat menunjukan adanya edema paru, TBC, dan kanker paru.
Selang oksigen : endotrakeal tube, Nasopharingeal tube, diperhatikan
panjangnya tube yang berada di luar.
Parameter pada ventilator: Volume Tidal. Normal : 10 15 cc/kg BB.
Perubahan pada uduma fidal menunjukan adanya perubahan status
ventilasi penurunan volume tidal secara mendadak menunjukan
adanya penurunan ventilasi alveolar, yang akan meningkat PCO2.
Sedangkan peningkatan volume tidal secara mendadak menunjukan
adanya peningkatan ventilasi alveolar yang akan menurunkan PCO2.
Kapasitas Vital : Normal 50 60 cc / kg BB
Minute Ventilasi
Forced expiratory volume
Peak inspiratory pressure