Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TRIGGER CASE

“ASUHAN KEPERAWATAN Ny. R


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

Diajukan sebagai syarat untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II


Dosen Pengampu : Eleni Kenanga P.,M.Kep., Sp. Kep. An

DISUSUN OLEH :

1.ANDINI NURUL PUSPITASARI R.20.01.004


2.ANTIK APRILIANI VITALOKA R.20.01.006
3.DEWI RAHMAWATI R.20.01.015
4.DIAH AYU TRIHATINI R.20.01.016
5.KLISTIYANI R.20.01.026
6.PUTRI AULIA R.20.01.041
7.AYIP SEPTIAWAN MA;MUM R.20.01.008
8.MUHAMMAD FITRATURAHMAN R.20.01.064

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua
sehingga kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul “TRIGGER CASE”. Proposal ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan tugas pada program Keperawatan Anak
di Jurusan Keperawatan, Fakultas Sarjana Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Indramayu.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Eleni Kenanga P. M.Kep., Sp.Kep., An, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang
diberikan.
Kami menyadari proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan
saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan proposal
ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut.

Indramayu, 08 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN4
A.LATAR BELAKANG 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
LANDASAN TEORI
A. Definisi Hiperemesis Gravidarum 6
B. Etiologi Hiperemesis Gravidarum 6
C. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum 7
D. Manifestasi Klinik Hiperemesis Gravidarum 8
E. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum 8
F. Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum 9
G. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum 11
H. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum 11
I. Pencegahan 12
J. Pengobatan Hiperemesis Gravidarum. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 14
A. BIODATA 14
B. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN 14
C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA 15
D. STRUKTUR KELUARGA 15
E. RIWAYAT IMUNISASI 16
F. RIWAYAT SOSIAL 16
G. RIWAYAT OBSTETRIC 16
H. RIWAYAT KB 17
I. ASPEK PSIKOSOSIAL 17
J. DATA BIOLOGIS 17
K. PEMERIKSAAN FISIK 20
L. DATA PENUNJANG 21
M. ANALISA DATA 21
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS 24
O. INTERVENSI KEPERAWATAN 23
P. IMLPEMENTASI KEPERAWATAN 26
LAMPIRAN BAB VI PENUTUPAN 28
LAMPIRAN INSTRUMEN EVALUASI 29

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang diianjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu empat puluh
minggu (Prawirohardjo, 2011). Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis dan
biokimiawi yang mencolok. Perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut
selama kehamilan. Sebagian besar perubahan terjadi sebagai respon terhadap rangsangan
fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta (Cunningham, 2012).
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada
badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai "morning sickness" (Gunawan,
Manengkei dan Ocviyanti, 2011). Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah
gejala wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2011). Gejala awal kehamilan pada sebagian besar wanita
adalah mual, dengan atau tanpa muntah. Lima puluh hingga sembilan puluh persen (50%-
90%) wanita hamil mengalami mual dan muntah selama trimester pertama kehamilan,
umumnya terjadi pada minggu ke-4 dan ke-6 usia kehamilan dengan puncak antara minggu
ke-8 hingga ke-12. Bentuk yang lebih berat dari mual dan muntah dikenal dengan
hiperemesis gravidarum (Lacasse dkk, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah bentuk berat dari mual dan muntah yang ditandai
dengan dehidrasi, gangguan elektrolit, metabolik dan defisiensi nutrisi. Kejadian ini
merupakan alasan paling umum untuk rawat inap pada awal kehamilan. Hiperemesis
gravidarum bertanggung jawab terhadap peningkatan penggunaan perawatan kesehatan,
rumah sakit, hiiangnya waktu kerja dan mengurangi kualitas hidup selama kehamilan
(Vikanes, 2013).Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu
gagal ginjal akut, robekan Mallory-Weiss, ruptur esofagus, Wernicke encephalopathy,
pneumothoraks, pendarahan intrakranial janin, bayi prematur, berat bayi lahir rendah,
vasospasme arteri serebral, serta beban psikologis (Cunningham, 2012).Penyebab
hiperemesis gravidarum saat ini belum diketahui secara pasti dan multifaktorial. Diduga
4
adanya gangguan keseimbangan hormonal seperti p-hCG, estrogen, dan progesteron, tiroksin,
kortisol, diperkirakansebagai faktor penyebab penting. Beberapa faktor risiko hiperemesis
gravidarum yang dilaporkan adalah riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan
sebelumnya, ibu atau saudara perempuan dengan hiperemesis gravidarum, kehamilan ganda
atau gemelli, penyakit trofoblas atau mola hidatidosa, usia ibu yang terlalu muda, yaitu
kurang dan 20 tahun, primigravida /nullipara, faktor adaptasi dan hormonal: wanita hamil
dengan anemia akan meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum, faktor psikologis,
defisiensi vitamin B, dan obesitas (Sari, 2013).
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih
cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali.
Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien
depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan
B. Rumusan Masalah
Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuannya adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi usia pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum
2. Mengidentifikasi tingkat pendidikan pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum
3. Mengidentifikasi status ekonomi pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum
4. Mengidentifikasi paritas pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum
5. Mengidentifikasi gravidarum pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum
D. Manfaat
1. Hasil ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi data dasar petugas kesehatan untuk
memberikan penyuluhan
2. Sebagai bahan tambahan informasi bagi petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai hiperemesis gravidarum, terutama bagi ibu hamil yang
memiliki faktor risiko.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori
A. Definisi Hiperemesis Gravidarum

Pada sebagian besar wanita mual dan muntah ringan sampai sedang sangat sering
dijumpai sampai sekitar 16 minggu (Cunningham, 2012). Namun, pada beberapa kasus,
kurang lebih pada 1-10% kehamilan, gejala mual dan muntah berlanjut melewati minggu ke-
20 sampai minggu ke-22 kehamilan (Widyana, Megadhana dan Kemara, 2013).Keluhan mual
dan muntah ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, lemah, dan perut
kembung. Jika mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menyebabkan komplikasi berupa penurunan berat badan >5%, ketonuria, dehidrasi, dan
hipokalemia, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum (Gunawan, Manengkei dan
Ocviyanti, 2011).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa
yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya
(Prawirohardjo, 2011).
B. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Etiologi dari hiperemesis gravidarum masih belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat
beberapa hipotesis yang berkembang mengenai penyebab dari hiperemesis gravidarum, yaitu
(Carr et al.2007):
a) Kadar hormon: insidensi hiperemesis gravidarum berhubungan dengan peningkatan
drastisdari hormon (J-hCG, estradiol, dan progesteron di antara minggu ke-10 sampai minggu
ke-20 kehamilan. Namun, hanya terdapat sedikit bukti spesifik yang langsung
menghubungkan ini,
b) Serotonin berperan penting dalam refleks muntah. Namun, tidak terlihat hubungan
langsung terhadap hiperemesis gravidarum.
c) Dismotilisasi gastrointestinal bagian atas: progestin dilaporkan menyebabkan relaksasi

6
otot-otot halus pada organ intestinal. Namun, bukti peningkatan waktu pengosongan lambung
tidak cukup kuat
d) Abnormalitas pada hati: elevasi pada pemeriksaan fungsi hati terjadi lebih sering pada
pasien hiperemesis gravidarum.
e) Nutrisi: kekurangan vitamin Bf,.
C. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Dasar patotisiologis dari hiperemesis gravidarum masih kontroversi. Hiperemesis
gravidarum tampaknya terjadi sebagai interaksi kompleks antara faktor biologis, psikologis,
sosial dan budaya (Ogunyemi dkk. 2013).Patofisiologi dari hiperemesis gravidarum masih
kurang baik dipahami. Terdapat banyak teori yang berusaha menjelaskan patofisiologi dari
penyakit ini, Muntah adalah suatu cara dimana saluran cema bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang beriebihan pada usus. Rangsangan pada
saluran cema dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah.
Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi dari serebral, dari
chemorecepior trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestbular via
serebelum. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari
medulla oblongata. (Widayana, Megadhana dan Kemara, 2013).
Muntah yang beriebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang sehingga darah
menjadi kentai (hemokonsentrasi) yang dapat menyebabkan peredaran darah menjadi lambat,
yang berarti konsumsi oksigen dan nutrisi di jaringan berkurang. Kekurangan nutrisi dan
oksigen di jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya
keadaan janin dan ibu hamil. Selain itu, muntah yang beriebihan dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esofagus sehingga terkadang muntah
bisa bercampur darah (Manuaba, Manuaba dan Manuaba, 2009).Menurut Gunawan,
Manengkei dan Ocviyanti (2011), peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (p-hCG)
akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan
muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki
kadar muntah yanglebih berat. Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah
dengan cara menghambat motililas lambung dan irama kontraksi otototot polos lambung.
Penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH) pada awal kehamilan juga
berhubungan dengan hiperemesis gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas.
Hiperemesis gravidarum merefleksikan perubahan hormonal yang lebih drastis dibandingkan
kehamilan biasa. Perubahan fisiologis pada saluran gastrointestinal dalam kehamilan,

7
D. Manifestasi Klinik Hiperemesis Gravidarum
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu (Prawirohardjo,
2011):
a) Tingkat pertama
Muntah yang terus-menerus. timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat
badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan
empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan
tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan
urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat kedua
Muntah lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebris, nadi cepat dan lebih dari 100- 140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang
dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang iktenis, aseton, bilirubin dalam urin,
dan berat badan cepat menurun.
c) Tingkat ketiga
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.
E. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah diagnosis eksklusi yang membutuhkan penilaian klinis
secara menyeluruh. Hiperemesis gravidarum cenderung berulang pada kehamilan berikutnya,
sehingga tidak adanya riwayat mual dan muntah dalam kehamilan sebelumnya membuat
diagnosa kurang mungkin (Jarvis dan Nelson, 2011).Penegakan diagnosis hiperemesis
gravidarum dapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang
(Widayana, Megadhana dan Kemara, 2013).
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh
jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari
anamnesis juga dapat diperoleh infonnasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutnsi dan

8
riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, f>enyakit hati, diabetes mellitus, dan
tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besamya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan
abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes
fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis
gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi
infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylon.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan
berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun
mola hidatidosa.
F. Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum
a) Umur
Umur merupakan salah satu faktor risiko yang tidak dapat dihindari. Tidak sedikit literatur
yang menyatakan bahwa NVP (Nausea and Vomiting in Pregnancy) atau mual muntah dalam
kehamilan dan hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada wanita hamil di usia muda
(Clark, Costantine dan Hankins, 2012), Menurut penelitian Fell et al. (2006), hiperemesis
gravidarum umumnya terjadi pada wanita hamil berumur <20 tahun. Muntah pada ibu hamil
dianggap mewakili berbagai konflik psikologis. Mual diyakini menjadi hasil dari ambivalensi
perempuan yang tidak siap untuk menjadi ibu karena ketidakmatangan kepribadian,
ketergantungan ibu yang kuat, dan kecemasan dan ketegangan yang berhubungan dengan
kehamilan (Verberg, 2005).
b) Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran satu atau lebih bayi dengan berat >500 gram, baik dalam
keadaan hidup maupun mati (Benson dan Pemol, 2009). Beberapa literatur menyebutkan
mual muntah daiam kehamilan dan hiperemesis gravidarum banyak terjadi pada wanita

9
nullipara (Clark, Costantine dan Hankins, 2012). Nullipara merupakan wanita yang belum
pemah melahirkan keturunan dengan berat >500 gram atau dengan kehamilan > 24 minggu.

c) Pekerjaan Ibu
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2008), bekerja adalah kegiatan ekonomi
yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama satu
minggu yang lalu (Wadud, 2012).
d) Pendidikan Ibu
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat dibutuhkan untuk
pengembangan diri dan peningkatan kematangan intelektual seseorang. Kematangan
intelektual ini berpengaruh pada wawasan dan cara berpikir seseorang, baik dalam tindakan
yang dapat dilihat maupun dalam cara pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2007).Tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
berkualitas pengetahuannya dan semakin matang intelektualnya, mereka cenderung lebih
memperhatikan kesehatan dirinya dan keluarganya Sebaliknya, semakin rendah tingkat
pendidikan akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap informasi dan hal-hal
lain (Notoatmodjo, 2007).
e) Kondisi Sebelum Hamil
Sebuah kohort berbasis populasi dari Kanada melaporkan hiperemesis terkait dengan
beberapa kondisi sebelum hamil, seperti gangguan hipertiroid, penyakit jiwa atau gangguan
pencemaan. (Vikanes, 2013).
f) Kehamilan Multipel
Faktor biologis yang paling berperan terhadap kejadian hiperemesis gravidarum adalah
perubahan kadar hormon selama kehamilan. Peningkatan kadar human chorionic
gonadotropin (phCG) dan estrogen dapat merangsang mual dan muntah. Pada kehamilan
tunggal, konsentrasi p-hCG meningkat cepat selama minggu pertama kehamilan dan berlipat
ganda tiap dua atau tiga hari berikutnya. Kadar p-hCG pada perempuan dengan kehamilan
multipel dapat meningkat jauh lebih tinggi daripada perempuan dengan kehamilan tunggal
sehingga keluhan mual dan muntah menjadi lebih berat (Gunawan, Manengkei dan
Ocviyanti, 2011).
g) Kehamilan Mola
10
Mola hidatidosa ditandai dengan proliferasi trofoblast. Kehamilan mola bisa lengkap
(classic) atau sebagian (partial). Penting mengenali kehamilan mola berhubungan dengan
potensinya untuk kedua penyakit trofoblas gestasional serta choriocarsinoma (Philip, 2003).

h) Faktor Genetik
Peran genetik dalam perkembangan dan keparahan dari mual muntah dalam kehamilan
dan hiperemesis gravidarum. Tidak hanya mual muntah dalam kehamilan dan hiperemesis
gravidarum yang merupakan penyakit yang dapat diwarisi, tapi keparahan dari penyakit ini
terlihat berhubungan dengan kecenderungan genetik. Wanita hamil memiliki risiko terbesar
jika ibu mereka atau saudara perempuan mereka pemah mengalami mual dan muntah dalam
kehamilan, hiperemesis gravidarum, atau jika mereka sendiri yang pemah mengalami
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya (Verberg et ah, 2005).
G. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian
makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan
sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum dapat juga
diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum (Gunawan, Manengkei dan Ocviyanti, 2011).
a) Tata Laksana Awal
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi
dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral
selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan.
b) Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat HI, diberikan diet hiperemesis I. Makanan
yang diberikan berupa roti kering dan buahbuahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam setelah makan.
c) Terapi Alternatif
Terapi altematif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual dan
muntah dalam kehamilan. Akar jahe [Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan
nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat
pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+
yang sering menyebabkan infeksi.
H. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

11
Muntah yang beriebihan dapat menyebabkan cairan tubuh semakin berkurang sehingga
darah menjadi kentai (hiperkonsentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah yang
berarti bahwa konsumsi oksigen dan nutrisi ke jaringan berkurang. sehingga akan
menimbulkan kerusakan jaringan yang memperberat keadaan ibu dan janin Muntah yang
terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat menyebabkan
dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok Dehidrasi yang berkepanjangan
juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan fisik harus
dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi
(>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebis, dan penurunan kesadaran.
Selanjutnya dalam pemeriksaan fisik lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak
pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.
I. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperemesis gravidarum
dengan cara :
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi
sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan yang
banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2005).
J. Pengobatan Hiperemesis Gravidarum.
Berbeda dengan morning sickness yang penanganannya dapat dilakukan di rum'ah,
penderita hiperemesis gravidarum perlu menjalani perawatan di rumah sakit. Pengobatan
yang diberikan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan ibu
hamil secara keseluruhan. Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan mual
dan muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah berlebihan,

12
memenuhi kebutuhan nutrisi, serta mengembalikan nafsu makan. Beberapa obat yang dapat
dokter diberikan adalah:
1. Obat antimual, seperti promethazine.
2. Vitamin B1 atau tiamin.
3. Pyridoxine atau vitamin B6.
4. Suplemen vitamin dan nutrisi. Jika hiperemesis gravidarum menyebabkan ibu hamil
tidak mampu menelan cairan atau makanan sama sekali, obat dan nutrisi akan diberikan
melalui infus. Selain melalui infus, ibu hamil juga dapat menerima asupan makanan
melalui selang makan.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada Ny. R Dengan Gangguan Sistem Pencernaan
Di Ruang Mawar, RS Plumbon

Nama mahasiswa : Kelompok 4


Tanda Tangan : ……………………..
Tanggal Pengkajian : 2 November 2021
Tanggal Masuk RS : 1 November 2021
No. Medical Record :

I. BIODATA
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Alamat : Desa Makmur
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tidak terkaji
Umur : ..................................................................................
Agama : ..................................................................................
Pendidikan : ..................................................................................
Pekerjaan : ..................................................................................
Alamat : ..................................................................................
Hubungan keluarga: Istri/Suami/Anak/Saudara/Lain-lainnya

14
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan Utama
Mual muntah
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat masuk rumah sakit pasien mengatakan hamil anak kedua usia kehamilan 10 minggu
dengan keluhan mual muntah sejak 2 minggu yang lalu, setiap makan dan minum muntah.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan mual muntah, tadi pagi muntah ± 4x, masih mual setiap
kali makan dan minum, mngeluh nyeri pada ulu hati, badan terasa lemas. Klien mengatakan
nyeri pada ulu hati, nyerinya seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6. Klien merasa lemas
sempoyongan saat berjalan dan perlu bantuan jika akan melakukan aktifitas sehari-hari.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riway penyakit gastritis sejak SMP, pasien juga
mengatakan dulu pernah mempunyai Riwayat sakit yang sama seperti ini saat mengandung
anak pertama tapi tidak sampai masuk rumah sakit.
III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan
sperti hipertensi,diabetes milites,dll.

IV. STRUKTUR KELUARGA


( Tidak Terkaji )
1. Genogram (3 generasi)
Keterangan :
: perempuan
: laki – laki
: abortus
: perempuan meninggal
: laki – laki meninggal

: tinggal serumah
: cerai
: pasien
: garis hubungan keluarga

15
Bila pasien adalah seorang kakek/nenek maka genogram dibuat dua generasi ke
bawah, bila pasien adalah anak – anak maka genogram bisa dibuat generasi ke atas. Bila
pasien bapak/ibu dapat juga dibuat 1 generasi ke atas dan 1 generasi ke bawah.

V. RIWAYAT IMUNISASI
(khusus untuk di ruang perawatan anak)

VI. RIWAYAT SOSIAL


Ibu mengatakan untuk kebersihan lingkunganya bersih, tidak ada percemaran lingkungan
dan tidak ada bahaya yang mengancam.
VII. RIWAYAT OBSTETRIC
a. Riwayat menstruasi Menarche umur 12 tahun, banyaknya ± 3 softek/hari, siklusnya
28 hari, lamanya ± 8 hari, keluhan saat datang bulan tidak nyeri, HPHT 24 Agustus 2021
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu Anak pertama usia 2 tahun, pada usia
kehamilan 9 bulan dengan persalinan normal di Bidan, tidak ada penyulit dan jenis
kelaminnya laki-laki dengan BB 2800 gr.
c. Pengalaman menyusui Ibu mempunyai pengalaman menyusui pada anak pertamanya,
lama menyusui ± 2 tahun.
d. Kehamilan sekarang Status obstetrik GII PI A0 P0 HI usia kehamilan 10 minggu,
HPHT 24 Agustus 2021, berat badan sebelum hamil 47 kg, taksiran persalinan tanggal 31
Mei 2022. Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2, ibu juga mendapatkan
pengobatan selama hamil jenisnya vitamin elkana dan tablet Fe. Untuk persiapan persalinan,
rencana persalinan berada di Bidan, perlengkapan kebutuhan ibu dan bayi sudah
dipersiapkan, kesiapan mental ibu dan keluarga merasa sudah siap untuk menantikan
kelahiran anak ke2, pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri,
proses persalinan ibu sudah mengetahui tanda-tanda melahirkan perut terasa kencengkenceng
yang terus menerus, untuk mengurangi rasa kenceng-kenceng dengan cara tarik nafas dalam,
untuk proses persalinannya ibu mendapatkan bimbingan untuk mengejan dari bidan dan
rencana perawatan bayi dilakukan sendiri dengan dibantu keluarga.
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi:

16
1. Breast care : ibu mengetahui kalau sebelum menyusui bayi untuk membersihkan
puting susu.
2. Nutrisi : ibu mengetahui nutrisi yang baik untuk ibu dan bayi.
3. Senam nifas : ibu belum pernah melakukan senam nifas.
4. KB : ibu mengetahui kb apa yang cocok untuk ibu.
5. Menyusui : ibu akan menyusui bayinya selama ± 2 tahun dengan ASI exsklusif dan
ibu belum mengetahui teknik menyusui yang benar.
VIII. RIWAYAT KB
Ibu melaksanakan KB, jenis KB yang digunakan KB suntik 3 bulan dan menggunakan
KB sejak setelah melahirkan anak pertama, masalah yang terjadi selama menggunakan
KB suntik yaitu haid tidak teratur. RIWAYAT LINGKUNGAN Ibu mengatakan untuk
kebersihan lingkunganya bersih, tidak ada percemaran lingkungan dan tidak ada bahaya
yang mengancam.
IX. ASPEK PSIKOSOSIAL
Persepsi terhadap kehamilan ibu merasa bahagia menanti anak kedua.Kehamilan ini
membuat perubahan terhadap kehidupan sehari hari-hari yang biasanya ibu mampu
melakukan aktivitas berat ibu harus mengurangi aktivitas berat untuk menjaga kesehatan
ibu dan janin.Ibu berharap selalu diberi kesehatan pada ibu dan bayi sampai waktu
persalinan, ibu tinggal bersama suami, anak pertama serta keluarga.Keluarga adalah
orang terpenting, dan ibu sudah siap untuk menantikan kelahiran anak yang kedua.
X. DATA BIOLOGIS
Pola Fungsi Kesehatan Kehidupan Sehari – Hari (ADL)
Pola Kehidupan Sehari –
No Saat sehat Saat sakit
hari

1 Pola Nutrisi
a. Makan
1) Jenis - Tidak terkaji - Nasi, lauk-pauk,
dan sayur
2) Frekuensi - Tidak terkaji - Tidak terkaji

3) Porsi - < 1 porsi (3sendok). - < 1 porsi (2-4


sendok)
4) Total konsumsi - Tidak terkaji - Tidak terkaji
5) Pantangan - Tidak terjadi - Tidak terkaji
6) Keluhan - Mual muntah - Mual muntah

17
Pola Kehidupan Sehari –
No Saat sehat Saat sakit
hari

b. Minum - Teh hangat


1) Jenis - Tidak terkaji
- 100 cc
2) Frekuensi - Tidak terkaji
- 1 gelas
3) Porsi - Tidak terkaji
- Tidak terkaji
4) Pantangan - Tidak terkaji - Tidak terkaji
5) Keluhan - Tidakterkaji
2. Pola Eliminasi
a. Urin (BAAK)
1) Frekuensi - Tidak Terkaji - 300cc
2) Jumlah - 4x/hari - 3x/hari
3) Warna - Kuning - Kuning

4) Bau - Amoniak
- Amoniak
5) Perasaan setelah - Tidak Terkaji
- Tidak Terkaji
BAK
6) Total produksi urin - Tidak Terkaji
- 300 cc
7) Keluhan - Tidak Terkaji
- Tidak Terkaji
b. Alvi (BAB) - Tidak Terkaji
1) Frekuensi
- Kuning kecoklatan - Tidak Terkaji
2) Warna
- Lembek - Tidak Terkaji
3) Konsistensi - Khas
4) Bau - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji
5) Keluhan - Tidak Terkaji
- Tidak Terkaji

3. Pola Istirahat dan Tidur :


a. Tidur siang
1) Lamanya
- <8jam/hari - 7jam/hari
2) Kualitas - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji

3) Kebiasaan sebelum - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji


tidur dan saat tidur - Tidak Terkaji

18
Pola Kehidupan Sehari –
No Saat sehat Saat sakit
hari

(pengantar tidur) - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji


4) Perasaan waktu
bangun tidur - TidakTerkaji
5) Keluhan

b. Tidur malam
1) Lamanya - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji

2) Kualitas - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji

3) Kebiasaan sebelum
tidur dan saat tidur - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji
(pengantar tidur) - Tidak Terkaji - TidakTerkaji
4) Perasaan waktu - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji
bangun -
5) Keluhan

4 Pola aktivitas dan


kebersihan diri
a. Personal hygiene
1) Mandi
a. Frekuensi - >2x/hari - 1x/hari

b. Sarana mandi - Memakai sabun - Memakai Sabun

2) Gosok gigi
a. Frekuensi - > 2 x/hari dan setelah
makan - 1x/hari
b. Sarana gosok - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji
gigi

3) Keramas
a. Frekuensi - >2x/minggu - TidakTerkaji

b. Sarana keramas - Memakai sampo - Tidak Terkaji

4) Kuku
a. Keadaan kuku
- Tidak Terkaji - Tidak Terkaji

19
Pola Kehidupan Sehari –
No Saat sehat Saat sakit
hari

b. Frekuensi
potong kuku - Tidak Terkaji - Tidak Terkaji
5) Berhias
6) Keluhan

5 Pola kebiasaan Tidak ada Tidak

6. Mobilisasi dan kebiasaan Tidak ada Lemas

7. Persiapan persalinan Belum ada Belum ada

8. Keadaan Mental Tidak Terkaji Cemas

XI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
a. Kesadaran: baik , pasien tampak pucat
b. Berat badan/Tinggi badan
sebelum sakit : 50kg
seblum hamil : 48kg
saat sakit : 47kg
Tinggi badan : 156 cm
c. Tanda-tanda vital
T= 90/70mmHg, P= 80x/mnt, R= 20x/mnt, S= 36ºC
2. Kepala:
Bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam tidak ada
ketombe, rambut bersih.
3. Mata:
Kelopak mata tidak ada peradangan dan edema, kantung mata menghitam dan sedikit
cekung, gerakan mata normal, konjungtiva anemis, sklera putih, pupil isokor.
4. Hidung:
Reaksi alergi tidak ada, tidak ada pembengkokan pada septum nasi. Tidak ada sumbatan
benda asing.
5. Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir kering, gigi lengkap dan tidak berlubang.Tidak ada kesulitan menelan.
6. Leher:
Terdapat hiperpigmentasi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
7. Dada dan axiala

20
Dada simetris, ada perubahan pada bentuk payudara yaitu mammae membesar, areola
mammae tampak hitam, colostrum belum ada.
a. Jantung : irama teratur,tidak ada bunyi jantung tambahan
b. Paru-paru : bunyi napas vesikuler, gerakan dinding dada simetris
c. Payudara : simetris, tidak ada benjolan, terdapat hiperpigmentasi pada ereola
d. Puting susu : exverted
e. Kelenjar limphe : tidak ada pembesaran kelenjar limphe.
8. Pernafasan
Jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu pernapasan atau
tarikan intercostae, tidak ada suara tambahan seperti ronchi.
9. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 80 x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung.

10. Abdomen
Abdomen membesar sesuai usia kehamilan, usia kehamilan 10 minggu, linea dan striae
belum terlihat, TFU belum teraba, DJJ belum terdengar, belum ada kontraksi, tidak ada luka
bekas operasi, bising usus 14 x/menit.
11. Genitourinary
Tidak terkaji untuk menjaga privasi pasien
12. Ekstremitas (integument/muskuloskeletal)
Turgor kulit menurun, wana kulit sawo matang (kecoklatan), tidak ada kesulitan dalam
pergerakan,terpasang infus D5% drip metoclor 1 ampul + neurosanbe 1 ampul pada
ekstremitas kiri atas. tidak terdapat edema dan varises pada ekstermitas atas dan bawah,
reflek patela positif (+2)
13. Perineum dan genital
Pada vagina tidak terdapat varises, bersih, tidak ada keputihan, dan tidak terdapat
hemorrhoid.

XII. DATA PENUNJANG


Rontgen, Laboratorium,dll.
No Jenis Tanggal Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Laboratorium
Hemoglobin 9,70 gr/dl 11,6-15gr
Leukosit 8.700/ul 3.500-10.500/ul
Hematokrit 28,9% 38,8-50%
Trombosit 457.000/ul 150.000- 450.000/ul

XIII. ANALISA DATA (minimal 3 masalah)


Tanggal, Data Senjang Penyebab / Masalah Tanda

21
Jam (DS dan DO) Etiologi Keperawatan Tangan dan
Nama jelas

DS : pasien Kadar Defisit Nutrisi


mengatakan mual hormone D.0019
muntah, tadi pagi esterogen
muntah ± 4x, meningkat
masih mual setiap
kali makan dan Kadar
minum hormone
progesterone
DO : - Berat meningkat
badan menurun
Sebelum sakit : Masalah
50 Kg pada
Sebelum Hamil : lambung
48 Kg meningkat
Saat Sakit : 47 Kg
- Terdapat Sensitivitas
bising usus tubuh
14 x/menit meningkat

Human
chorionic
gonadotropin
(Hcg)

Defisit
Nutrisi

Nyeri Akut
DS :Klien Gangguan D.0077
mengatakan nyeri Pencernaan
pada ulu hati,

DO : - Pasien Refluks asam


tampak meringis. atau GERD
- Jenis nyeri
tajam Gangguan
dengan rasa esophagitis
seperti di atau gastritis
tusuk-tusuk.
- Skala nyeri

22
6
Kondisi
kehamilan

Nyeri Akut

Mobilitas
DS : . Klien
Lelah saat Fisik
merasa lemas hamil di D.0054
sempoyongan trimester
pertama
saat berjalan dan
perlu bantuan jikaPeningkatan
akan melakukan hormone
aktifitas sehari- progesteron
selama hamil
hari.
Mual dan
muntah
DO :
- Kekuatan Imobilitas
otot Fisik
menurun
- Rentang
gerak
ROOM
menurun
TD : 90/70
mmHg
P : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36 c

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


(minimal 3 diagnosa)
1. Defisit Nutrisi
2. Nyeri Akut
3. Imobilitas Fisik

23
XV. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan Keperawatan Tanda
Tanggal, No. Diagnosa
Rencana Tangan dan
Jam Keperawatan Tujuan Rasional
Tindakan Nama Jelas
D.0019 Setelah O: Untuk
dilakukan Identifiksi mengetahui
intervensi status nutrisi kandungan
keperawat T : nutrisi dan
an selama Sajikan kalori yang di
2x24 jam makanan butuhkan
maka secara menarik pasien
defisit dan suhu yang
nutrisi sesuai
teratasi E:
dengan Anjurkan
kriteria makan sedikit
hasil : tapi sering
- Mual K :
cuku Kolaborasi
p pemberian
menu medikasi
run sebelum
- Munt makan (mis,
ah pereda nyeri,
menu anti emetik),
run jika perlu
- Kein
ginan
maka
n
cuku
p
meni
ngkat

D.0077 Setelah O: Untuk


dilakukan Identifikasi mengetahui
intervensi lokasi, tingkat nyeri
keperawat karakteristik, pasien,
an selama durasi, meningkatkan
2x24 jam frekuensi, pengetahuan
maka kualitas, klien tentang

24
nyeri akut intensitas nyeri
menurun : nyeri.
- Kelu T:
han Pertimbangkan
nyeri jenis dan
menu sumber nyeri
run dalam
- Eksp pemilihan
resi strategi
meri meredakan
ngis nyeri
menu E:
run Jelaskan
- Mual strategi
menu meredakan
run nyeri
- Munt K:
ah Kolaborasi
menu pemberian
run analgetik, jika
perlu.

D.0054 O: Mengetahui
Identifikasi kemampuan
Setelah
adanya nyeri klien saat
dilakukan
atau keluhan latihan dan
intervensi
fisik lainnya mengetahui
keperawat
T: keinginan
an selama
Libatkan klien untuk
2x24 jam
keluarga untuk berlatih
maka
membantu
mobilitas
pasien dalam
fisik
meningkatkan
meningkat
pergerakan
dengan
E:
kriteria
Ajarkan
hasil :
mobilisasi
- Keku
sederhana yang
atan
harus
otot
dilakukan
meni
(misalnya,
ngkat

25
- Rent duduk di
ang tempat tidur,
gerak pindah dari
ROO tempat tidur ke
m kursi)
meni K:
ngkat -
- Nyeri
menu
run

XVI. IMLPEMENTASI KEPERAWATAN


No.
Tanggal Tanda Tangan
Diagnosa Implementasi keperawatan
Waktu dan Nama Jelas
Keperawatan
D.0019 Tindakan : Identifikasi status
nutrisi

Respon :

Tindakan : Menganjurkan
pasien makan sedikit tapi
sering

Respon : pasien mengatakan


makan sehari 4x dengan
porsi sedikit

Tindakan : Kolaborasi
pemberian medikasi

Respon :

D.0077 Tindakan : mengidentifikasi


nyeri

Respon : Nyeri seperti


ditusuk tusuk skala nyeri 6

Tindakan : Ajarkan teknik


non farmakologi

26
Respon : Pasien mengerti
dan mampu
mempraktekannya

Tindakan : Kolaborasi
pemberian analgetik

Respon :

D.0054 Tindakan : Identifikasi


adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya

Respon :

Tindakan : Memberitahu
keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerkan

Respon : keluarga bisa


membantu saat klien ke
kamar mandi

Tindakan : Ajarkan
mobilisasi sederhana

Respon : Klien mencoba


pindah dari tempat tidur kr
kursi

27
28
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum merupakan gangguan kehamilan pada trimester I atau pada
usia kehamilan 6-12 minggu, ditandai dengan mual muntah berlebihan yang bisa berlangsung
sepanjang hari, hiperemesis gravidarum bisa ditimbulkan Karena kelainan gastrointestinal
atau karna factor psikologis klien seperti cemas dan stress. Hiperemesis gravidarum bisa
ditandai dengan ciri-ciri seperti Ibu merasa lemah, Muntah terus menerus dan mempengaruhi
keadaan umum, Nafsu makan tidak ada, Berat badan menurun, temperature tubuh meningkat,
Nadi meningkat sekitar 10 permenit dan tekanan darah sistolik menurun, Turgor kulit
mengurang, Lidah mengering mata cekung, Merasa nyeri pada epigastrium. Hiperemesis
gravidarum akan mengakibatkan dehidrasi parah jika tidak ditangani dengan cepat sehingga
perawat dituntut untuk mengawasi asupan nutrisi dan cairan klien.

29
LAMPIRAN INSTRUMEN EVALUASI

Penilaian Makalah Kelompok

No Komponen Bobot Nilai Bobot X Nilai


Penampilan dan Kerapian
1. Pengetikan
1 2. Penjilidan 10
3. Lay Out Makalah dan
Powerpoint
Sistematika Penulisan
1. Dilengkapi Bab, Sub Bab
(Latar Belakang, Tujuan,
2 Isi/Pembahasan) 30
2. Paragraf Pembuka dan Penutup
3. Kejelasan kalimat dalam
paragraf
Kejelasan penyajian konsep
1. Isi paragraf
3 35
2. Alur penjelasan
3. Keberadaan konsep/teori
4 Kesimpulan dan Saran 10
5 Daftar Rujukan yang sesuai 15
Total

30

Anda mungkin juga menyukai