Anda di halaman 1dari 2

RESUME

“Patofisiologi HIV/AIDS”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
Dosen Pengampu : Eleni Kenanga P,M.Kep.Sp.Kep.An

Kelas 4B
Antik Apriliani Vitaloka
R.20.01.006

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu
Jl. Wirapati Sindang-Indramayu, Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45222
 Patofisologi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS. HIV
ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit
yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi. Pada 4
hingga 11 hari sejak HIV mulai masuk kedalam dan dapat dideteksi di dalam darah
(Nasronudin, 2020). Sirkulasi sistemik dapat disertai dengan tanda gejala infeksi virus
misalkan panas tinggi secara mendadak, nyeri kepala, nyeri sendir, nyeri otot, mual,
muntah, sulit tidur, batuk atau pilek dan lain lain. Keadaan ini disebut sindrom retroviral
akut. Pada fase ini telah dimulai penurunan CD4 pada peningkatan HIV-RNA Viral load .
Viral load akan meningkat pada awal infeksi dan penurunan sampai pada suatu titik
tertentu. Keadaan tersebut penurunan CD4 yang lebih cepat pada kurun waktu 1,5 sampai
2,5 tahun sebelum akhirnya menjadi stadium AIDS (Nasronudin, 2020). Hal ini berarti
sudah sampai masa AIDS agar penderita dapat menahan sistem kekebalan tubuh agar tetap
sehat dengan memakai obat Antiretroviral (ARV) (Murni, 2016). Jika pengobatan tidak
teratasi akan menyebabkan penurunan system imun sehingga pertahanan individu terhadap
mikroorganisme pathogen menjadi lemah dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi
sekunder sehingga masuk ke stadium AIDS (Nasronudin, 2020).
Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap infeksi.
HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120
HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi membrane virus ke membran sel. Koreseptor
menyebabkan perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel sasaran.
Selain limfosit,monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir
untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat
menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel Natural Killer (NK), limfosit B, sel endotel,
sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Infeksi
pada limfosit CD4 juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme
termasuk apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut),
atau pembentukan sinsitium (fusi sel).

Anda mungkin juga menyukai