Anda di halaman 1dari 21

MENINGOENSEFALITIS

Oleh:
Rayma Hayati
FAB 117 038

Pembimbing:
dr. Bambang Supriadi, Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
Pendahuluan
 Meningitis adalah inflamasi pada jaringan
meningen.
 Ensefalitis adalah inflamasi dari jaringan otak.

 Meningoencephalitis adalah peradangan yang


terjadi pada encephalon dan meningens, dapat
disebut cerebromeningitis, encephalomeningitis,
meningocerebritis.
Anatomi
Anatomi
Etiologi
Bakteri yang paling sering menyebabkan
meningitis:
 Group B streptococcus

 Escherichia coli

 Klebsiella

 Enterobacter

 Streptococcus pneumonia

 Neisseria meningitides
Etiologi
 Penyebab Ensefalitis Akut:
 Adenovirus: Eastern equine encephalitis, Western equine
encephalitis, St. Louis encephalitis, California encephalitis,
West Nile encephalitis, Colorado tick fever, Venezuelan
equine encephalitis, Japanese encephalitis, Tick-borne
encephalitis, Murray Valley encephalitis
 Enterovirus
 Herpesvirus: Herpes simplex virus, Epstein-Barr virus,
Varicella-zoster virus,Human herpesvirus-6, Human
herpesvirus-7
 Lain-lain: HIV, Influenza viruses, Lymphocytic choriomeningitis
virus, Measles virus (native atau vaccine), Mumps virus
(native atau vaccine), Virus rabies, Virus rubella
Etiologi
 Penyebab Ensefalitis subakut:
 HIV

 JC virus
 Prion-associated encephalopathies (Creutzfeldt-Jakob
disease, kuru)
Patofisiologi
ISPA, Sinusitis, Mastoiditis, Otitis Media atau Fraktur
Tulang kepala

Kolonisasi bakteri atau virus

Invasi secara hematogen

Ruang Subaraknoid
Patofisiologi
Bakteri dan Virus penetrasi ke Cairan Serebrospinal (CSS)
Penetrasi melalui pleksus Choroideus

CSS berespon kurang baik pada invasi


(komplemen rendah dan antibodi sedikit)

Muncul respon inflamasi yang menyebabkan lisisnya dinding bakteri

Zat patogen dibebaskan dalam CSS


Gejala Klinis
MANIFESTASI MENINGOENSEFALITIS
KLINIS MENINGITIS ENSEFALITIS
Kesadaran Compos Mentis sampai Somnolen sampai Koma
Somnolen
Demam Hipotermia atau Hiperpireksia
Hiperpireksia
Tanda Rangsang Meningeal Kaku Kuduk (+) Tidak ada tanda rangsang
Kernig Sign (+) meningeal apabila
Brudzinski Sign (+) peradangan tidak
mencapai meningen.
Kejang Ada, kejang umum atau fokal.
Peningkatan Tekanan Intra Muntah, diplopia, sakit kepala, ptosis, ubun-ubun
Kranial (TIK) membumbung, bradikardia dengan hipertensi, apneu.
Gejala Prodormal Apatis, iritabilitas, nyeri Batuk, sakit tenggorokan,
(muncul beberapa hari kepala, malaise, anoreksia. demam, sakit kepala, dan
sebelum gejala spesifik) keluhan perut, lesu,
perubahan perilaku.
Pemeriksaan Penunjang
 Pungsi Lumbal
 Kontraindikasi: ketidakstabilan kardiovaskular atau
tanda-tanda tekanan intrakranial meningkat.
 Pemeriksaan CSS rutin: hitung Leukosit, diff. count,
protein, glukosa, dan gram stain.
 CSS harus dikultur untuk mengetahui bakteri, jamur,
virus, dan mikobakteri yang menginfeksi.
 PCR digunakan untuk mendiagnosis enterovirus dan
HSV karena lebih sensitif dan lebih cepat dari
biakan virus.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
• Pungsi Lumbal
Jenis Infeksi Hasil Pemeriksaan
Bakterial meningitis Pleositosis neutrophilic, kadar protein
tinggi, kadar glukosa rendah.
Viral meningitis Pleositosis limfositik ringan sampai
sedang, kadar protein normal atau sedikit
lebih tinggi, dan kadar glukosa normal.
Encephalitis Pleositosis limfositik, kadar protein
meningkat, dan kadar glukosa normal.
Infeksi HSV. Peningkatan jumla eritrosit dan protein
Infeksi tuberkulosis, infeksi kriptokokus, Peningkatan protein dan rendahnya kadar
atau carcinomatosis meningeal. glukosa.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) dapat
mengkonfirmasi komponen ensefalitis.

EEG adalah tes definitif dan menunjukkan aktivitas
gelombang lambat, walaupun perubahan fokal
mungkin ada.

Hasil neuroimaging mungkin normal atau dapat
menunjukkan pembengkakan otak difus parenkim
atau kelainan fokal pada ensefalitis.
Diagnosis Banding
 Intracranial abscess
 Sekuele dari edema otak
 Infark cerebral
 Perdarahan cerebral
 Keganasan
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
 Rawat di ICU atau di ruangan biasa dengan
pengawasan/observasi ketat.
 Monitoring: TTV dan cairan.

 Terapi cairan:
 Cairan rendah natrium:
 Glukosa 5-10% : NaCl 0,9% = 3:1
 Pantau kadar elektrolit (magnesium dan kalsium)
Penatalaksanaan
 Terapi untuk Meningitis bakterial:
 Antibiotik
yang digunakan harus dapat menembus
sawar darah otak. Contoh: rifampisin, kloramfenikol,
dan golongan kuinolon.
 Dexamethasone diberikan selama 4 hari dengan dosis
10 mg setiap 6 jam secara intravena.

 Terapi meningitis TB
 OAT 9-12 bulan
Penatalaksanaan
 Terapi viral meningitis
 Terapi antiviral (asiklovir), diberikan secepatnya pada
infeksi HSV
 Berikan antiemetik seperti ondansentron

 Terapi meningitis jamur


 Meningitis akibat kriptokokus diberikan Flukonazol atau
amfoterisin B.
Prognosis
 Mortalitas mencapai 40%
 Gejala sisa terjadi pada 50% pasien sembuh,
diantaranya:
 Gangguan perilaku, psikiatrik atau kognitif.
 Gangguan motorik.

 Gangguan penglihatan atau pendengaran

 Epileptik.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai