Anda di halaman 1dari 16

TUGAS HEMATOLOGI

KELENJAR GETAH BENING

DOSEN : Dra. Refdanita M.Si, Apt

Putu Rika V M.Far-Klin.,Apt

DISUSUN OLEH :

SELPINA ( 12334131 )

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
ISNTITUT SAINS & TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai penyakit Kelenjar Getah Bening.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam ilmu Hematologi, sekaligus melakukan apa
yang menjadi tugas mahasiswa pada mata kuliah Hematologi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Jakarta, April 2016

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Kelenjar getah bening (limfadenopati) merupakan pembesaran kelenjar getah
bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Berdasarkan lokasinya, limfadenopati terbagi menjadi
limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata. Pada sebagian besar kasus, diagnosis dapat
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kelenjar getah bening normal biasanya
berdiameter kurang dari 1 cm dan cenderung lebih besar pada orang dewasa muda. Pada orang
normal, kelenjar getah bening sering teraba di daerah inguinal karena trauma kronik dan infeksi yang
sering terjadi di ekstremitas bawah; dapat juga teraba di daerah leher (terutama daerah
submandibular) setelah infeksi daerah kepala dan leher. Pada umumnya, kelenjar getah bening
dengan ukuran lebih besar dari 1 cm merupakan temuan abnormal. Diperkirakan 1,1% penderita yang
berobat ke sarana layanan kesehatan primer mengidap keganasan. Faktor risiko utama keganasan
meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras, teri ksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, dan
berlokasi di supraklavikula. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibuatlah makalah tentang
penyakit Kelenjar Getah Bening (limfadenopati).

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Kelenjar Getah Bening (limfadenopati) ?
2. Bagaimana prognosis dari penyakit Kelenjar Getah Bening (limfadenopati) ?
3. Bagaimana pemeriksaan untuk penyakit Kelenjar Getah Bening (limfadenopati) ?
4. Terapi apa saja yang diberikan pada penderita penyakit Kelenjar Getah Bening (limfadenopati) ?
C. TUJUAN
1. Untuk mendapatkan informasi tentang penyakit Kelenjar Getah Bening (limfadenopati).
2. Untuk mengetahui prognosis dari penyakit Kelenjar Getah Bening (limfodenopati).
3. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penyakit Kelenjar Getah Bening (limfodenopati).
4. Untuk mengetahui terapi apa saja yang diberikan pada penderita penyakit Kelenjar Getah Bening
(limfodenopati).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari
1 cm. Kepustakaan lain mendeifinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau karakter
kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliak, atau poplitea dengan
ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar dari 5 mm
merupakan keadaan abnormal. Pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) dapat dibedakan menjadi
pembesaran KGB lokal (limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati
generalisata). Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih
daerah yang berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi
terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Lokasi kelenjar getah bening


(KGB) di daerah kepala dan leher.
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai (kapsul) dan
membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening eferen keluar dari KGB
melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui lubang-lubang di simpai. Di dalam
kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer
yang dilapisi oleh sel endotel.
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai (kapsul) dan
membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening eferen keluar dari KGB
melalui hilus. Cairan getah bening masuk k edalam kelenjar melalui lubang-lubang di simpai. Di dalam
kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer
yang dilapisi oleh sel endotel.

Gambar 2. Skema kelenjar getah bening (KGB).

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan sel B
(bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel plasma,
imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit berperan
terutama pada cell-mediated immunity. Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks,
medula, parakorteks, ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medula merupakan
daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T. Dalam korteks
banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal, biasanya berisi germinal center.
Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal centers berubah menjadi sel yang besar,
inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar
yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins (1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil.
Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas, diluar
germinal center, dan berkembang di dalam sel plasma.

B. FUNGSI KELENJAR GETAH BENING


Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai mikroorganisme asing dan
partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme.
C. EPIDEMIOLOGI
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak
normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis
pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabila
disebabkan infeksi virus. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun
bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV)
merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian
atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-
hemoliticus.
Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak
diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus
membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun
memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun
yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%.

D. Etiologi
Penyebab limfadenopati yang paling sering adalah :
a. Infeksi
1) Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti
Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus,
Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus
(CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah satu
gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami oleh
sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk
demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like
illness).
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian
melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di KGB,
diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik,
termasuk limpa, lapisan usus dan otak. Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat
mengandung immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel
imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas
dan tingible body macrophage, tetapi banyak dijumpai sel-sel plasma.
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized
lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang
berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada
lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-
nya itu sendiri. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah
CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih
30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali.
Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:
a) Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
b) Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap kelompok
c) Berlangsung lebih dari satu bulan
d) Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan
terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di
tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL
akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih
mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar
kacang polong sampai sebesar buah anggur.
2) Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup
A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan
penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian. Pada awal infeksi, aspirat
mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian mengandung bahan pirulen dari
neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna
merah, panas dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil
pada pemeriksaan darah tepi.
Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel
epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel bentuk
poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang
seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan
kromatin halus.

Gambar 3. Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid


pada aspirat penderita limfadenitis tuberkulosis.

a) Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat


menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan
biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi
jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel
yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak
berkelompok. Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya
tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan
histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated
dengan sitoplasma yang banyak dan pucat.
Gambar 4. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternberg
klasik dengan atar belakang limfosit dan eosinofil.

Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati


dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan
teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma
daripada limfoma.

Gambar 5. Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.


Tampak sel-sel yang mengalami keratinisasi pada aspirat dari
penderita karsinoma laring.

b) Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki,
penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit
Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).
c) Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul
setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti
allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,
pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).
d) Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah
imunisasi DPT, polio atau tifoid.

Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran
KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari
1 cm. Kepustakaan lain mendeifinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau karakter
kelenjar getah bening.
B. DIAGNOSIS
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.
C. ANAMNESIS
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat penyakit,
riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.
1. Lokasi

Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi
virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya
pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan
infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.

2. Gejala penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah
dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum
(serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.
3. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-
tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi
juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat
mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.
4. Riwayat pemakaian obat
Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti
fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine,
sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati
generalisata).
5. Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran
napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberkulosis turut membantu mengarahkan
penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-
daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam
hutan dapat terkena Tularemia.

D. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada penyakit
kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Karakteristik dari KGB
dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus
dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau
tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
a. Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.
b. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
c. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
d. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila
digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela dan
mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko keganasan lebih besar
daripada pembesaran KGB bagian anterior. Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga
sering disebabkan oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan
degnan pembesaran KGB generalisata.
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat digerakkan. Bila
ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat
fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya
mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati
disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh
karena terikat dengan jaringan di bawahnya.
Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis,
dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah pada
langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok,
tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak
leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan
pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus (EBV).
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak. Adanya
pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan), memar yang tidak
jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang
yang tidak berespon dengan obat demam, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok,
strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan
kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki.

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati
servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular,
nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum
halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai
sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
Gambar 6. Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round, tanpa
echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).

b. CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu
studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell
lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan
menggunakan USG atau CT scan.

E. PENGOBATAN
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun
selain observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat
mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh
Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik dalam 10-14
hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut
untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih
besar dari 1 cm. Limfadenopati dapat disebabkan oleh keganasan, infeksi, penyakit autoimun,
kelainan-kelainan yang jarang didapatkan dan iatrogenik (obat). Anamnesis dan pemeriksaan
fisik penting untuk mengevaluasi usia penderita, lokasi, karakteristik, dan lamanya
limfadenopati, serta gejala lain yang menyertai untuk mengarahkan pada penyebab
limfadenopati. Kunci kecurigaan keganasan adalah usia tua, karakteristik kelenjar yang keras,
teri ksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu dan berlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi
merupakan prosedur diagnostik terpilih bila dicurigai keganasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amaylia Oehadian, Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, RS
Hasan Sadikin/Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
2. Ni Wayan Winarti, Ni Putu Sriwidyani, Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Anda mungkin juga menyukai