Anda di halaman 1dari 26

A.

SKENARIO

PEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER


Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan terdapat
benjolan pada leher kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama
bertambah besar. Keluhan disertai dengan demam terutama malam hari, berat badan menurun
dan nyeri pada benjolan tersebut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening di region
Colli Dextra, satu buah, konsistensi sedikit keras, ukuran 3x3 cm, tidak ada tanda inflamasi
dan nyeri tekan. Ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di kedua inguinal
masing-masing satu buah, ukuran 1x1 cm, konsistensi sedikit keras, tidak ada tanda inflamasi
dan nyeri tekan.
Dokter meminta pasien untuk melalakukan biopsy kelenjar getah bening untuk
menegakkan diagnosis dan pasien menyetujuinya.

B. KATA SULIT
1. Biopsi
2. Regio Colli Dextra
3. Inguinal

: Mengambil sepotong jaringan yang masih dalam


keadaan hidup.
: Leher pada bagian kanan
: Lipatan pangkal paha

C. ANALISA MASALAH
1. Mengapa demam terjadi pada malam hari?
- Karena keganasan tersebut berproliferasi pada malam hari
2. Kenapa bisa terjadi bengkak di Kelenjar Getah Bening?
- Karena pada Kelenjar Getah Bening terdapat nodus limfatikus yang menghasilkan
makrofag dan limfosit untuk melawan keganasan, jadi karena banyak diproduksi
itulah menyebabkan Kelenjar Getah Bening membengkak.
3. Kenapa bengkak tersebut terasa nyeri?
- Karena akibat kelenjar getah bening yang membengkak itu dia menekan saraf
disekitarnya sehingga menyebabkan nyeri.
4. Mengapa pembengkakan Kelenjar Getah Beningnya melebar?
- Karena merupakan keganasan, maka sel keganasan tersebut dibawa oleh cairan
limfa, salah satunya ke inguinal.
5. Mengapa dokter menyarankan biopsy?
- Karena itu merupakan pemeriksaan yang tepat untuk memeriksa jaringan tubuh
pasien, dank arena pembekakan semakin besar dan lama.
6. Mengapa tidak ada tanda inflamasi?
- Karena pembengkakan kelenjar getak bening disebabkan oleh keganasa, bukan
infeksi.
7. Mengapa pembengkakan terjadi di Regio Colli Dextra dan Inguinal?
- Karena pembuluh limf yang paling besar terdapat di Regio Colli Dextra &
Inguinal, dan mudah untuk di deteksi.
8. Kenapa terjadi penurunan Berat Badan?
- Karena pasien mengalami demam selama 1 bulan dan terjadi pembengkakan di
Regio Colli Dextra yang menyebabkan nyeri telan sehingga menurunkan nafsu
makan. Dan karena pembengkakan tersebut disebabkan oleh keganasan, maka sel
keganasan tersebut mengambil nutrisi jaringan sehingga pasien mengalami
penurunan berat badan.

D. HIPOTESIS
Keganasan dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening sehingga
kelenjar getah bening menghasilkan banyak makrofag dan limfosit sebagai respon
imun contohnya seperti demam. Pembesaran kelenjar getah bening ini dapat
menyebabkan penurunan berat badan akibat dari nyeri telan dan sel-sel ganas yang
mengambil nutrisi jaringan. Setelah dilakukan biopsy dapat ditegakkan diagnosis
limfadenopati.

E. SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Kelenjar Getah Bening
1.1 Definisi
1.2 Fungsi
1.3 Makroskopik
1.4 Mikroskopik
2. Memahami dan Menjelaskan Limfadenopati
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Manifestasi
2.6 Pemeriksaan
2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.8 Tatalaksana dan Pencegahan
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
2.11 Epidemiologi

1. Memahami dan Menjelaskan Kelenjar Getah Bening


1.1 Definisi
- Kelenjar getah bening adalah gumpalan jaringan, kira-kira seukuran kacang dan
merupakan 'rumah' bagi banyak sel darah putih. Kelenjar ini terdapat di seluruh tubuh dan
merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Kelenjar getah
bening membengkak ketika tubuh merespons terhadap infeksi atau peradangan.
2.2 Fungsi
1. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan sehingga
memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tuuh.
2.
Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein di dalam cairan
jaringan ke dalam aliran darah .
3.

Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.

4.

Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi

5.
Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna,
terutama lemak.
6. Membantu sistem kekebalan tubuh dalam membangun respon imun
1.3 Makroskopik
Organ limfoid sekunder :
Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik mempersentasikan antigen
yang yang ditangkapnya di bagian lain tubuh ke sel T yang memacunya untuk poliferasi
dan diferensiasi limfosit.
Limfonodus

Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit


dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik
sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui
duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat
permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya
pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari

limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan


cembung.
Bentuk :
Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus)
Ukuran :
Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan
inguinal dalam keadaan infeksi.

1.4 Mikroskopik

Limfonodus dibagi atas daerah korteks dan sinusoid. Daerah korteks dapat dibagi
atas 2 bagian. Pada nodulus limfatikus terdapat germinal centers. Limfonodus
dibungkus oleh kapsula fibrosa yang terdiri dari serat kolagen, yang menjulur
kedalam disebut trabeculae. Dibawah kapsula fibrosa terdapat sinus sub kapsularis
atau sinus marginalis dimana cairan limfe ditapis dan kemudian mengalir melalui
sinus kortikalis atau sinus trabekularis mengikuti trabekula. Stroma limfonodus
dibentuk oleh cabang-cabang trabekula dan jaringan retikular (sel retikular
merupakan sel fagosit) yang juga membentuk dinding dari sinusoid. Limfonodus
dibagi menjadi dua daerah yaitu :
Korteks
Dibagi menjadi dua bagian yaitu :
o Korteks luar
Dibentuk dari jaringan limfoid yang terdapat satu jaringan sel retikular dan serat
retikular yang dipenuhi oleh limfosit B. Terdapat struktur berbentuk sferis yang
disebut nodulus limfatikus, dalam satu nodulus limfatikus terdapat corona
(dibentuk dengan susunan sel yang padat) dan sentrum germinativum (dibentuk
dari susunan sel yang longgar, dan merupakan tempat diferensiasi limfosti B
menjadi sel plasma) . Terdapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis yang
dibentuk oleh jaringan ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat
retikular.
o Korteks dalam
Merupakan kelanjutan dari korteks luar, terdapat juga nodulus limfatikus, dan
mengandung limfosit T.

Medula

Terdapat korda medularis (genjel-genjel medula) yang merupakan perluasan korteks


dalam yang berisi sel plasma hasil diferensiasi pada sentrum germinativum. Korda
medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang berdilatasi yang disebut
sebagai sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe.

2. Memahami dan Menjelaskan Kelenjar Getah Bening


2.1 Definisi
-

Merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm
(Ferrer R,1998)
Abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening (Bazemore AW, 2006)
Kata yang berarti penyakit pada nodus limfa. Ketika infeksi terjadi pada nodus limfa,
maka penyakit tersebut akan disebut Limfadenitis, tetapi ketika infeksi menyerang
aliran limfa, penyakit ini disebut Limfangitis.

2.2 Klasifikasi

Bedasarkan luas limfadenopati :


1. Generalisata
Limfadenopati pada 2 atau lebih region anatomi yang berbeda
2. Lokalisata
Limfadenopati pada 1 regio anatomi

Bedasarkan tempat :

A. Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya meliputi infeksi di
lengan bawah atau tangan, limfoma,sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.
B. Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada ekstremitas atas.
Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan
sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang
bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah bening
aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau
melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral.
C. Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan.
Padapenelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko palingtinggi
ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.Limfadenopati supraklavikula kanan
berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus. Limfadenopati
supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung,
kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).
D. Limfadenopati inguinal
7

Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal,
terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi
merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang
disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta
melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan
pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.
E. Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun,
dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak
adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh leukemia,
limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati sumber keganasan
primer yang mungkin bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi
leher.
2.3 Etiologi
Banyak keadaan yang menyebabkan limfadenopati. Keadaan tersebut dapat diingat
dengan mnemonic MIAMI : Malignancies (Keganasan), Infection (Infeksi), Autoimmune
disorders (kelainan autoimun), Miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi
tidak lazim), Iatrogenik (sebab-sebab iatrogenic).

2.4 Patofisiologi
Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi. Limfadenopati
terjadi bila limfonodus local dan pembuluh darah mengalirkan materi terinfeksi, yang
tertangkap dalam jaringan folikular nodus. Peningkatan aliran limfatik adalah karakteristik
dari inflamasi local. BIla terjadi inflamasi pembiluh limfatik dsebut limfangitis dan bila
inflamasi mempengaruhi limfonodus disebut limfadenitis. Sistem limfe membantu
mempertahankan infeksi tetap terlokalisasi da terisolasi dari aliran darah.
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah.
Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe
yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena.
Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari
daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas
9

pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan
demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh
limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah,
tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang
dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat
menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer
ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat
menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe
regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau
bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya
mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah
lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi
tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison, 1999;
372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan
anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk
diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari,
2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak
dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran
pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur,
sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35).
Beberapa plasma dan sel-sel (misalnya, sel-sel kanker, infeksi mikroorganisme) dalam ruang
interstitial, bersama dengan bahan tertentu seluler, antigen, dan partikel asing memasuki
pembuluh limfatik, menjadi cairan limfatik. Kelenjar getah bening menyaring cairan limfatik
dalam perjalanan ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses
penyaringan juga menyajikan antigen ke limfosit yang terkandung dalam node. Respon imun
dari limfosit ini melibatkan proliferasi sel, yang dapat menyebabkan node untuk
memperbesar (limfadenopati reaktif). Mikroorganisme patogen dilakukan dalam cairan
limfatik dapat langsung menginfeksi node, menyebabkan limfadenitis (lihat Limfadenitis),
dan sel-sel kanker dapat mengajukan dan berkembang biak dalam kelenjar.

Cells within the node replicate in response to antigenic stimuli or as a result of


malignant transformation
Cells exogenous to the node, such as neutrophils or metastatic neoplastic cells, enter
the node in large numbers
Foreign material is deposited within histiocytic cells of the node (e.g., lipid storage
diseases)
Local cytokine release leads to vascular engorgement and edema
10

Tissue necrosis leads to suppuration

Peradangan Kenaikan Penembusan Cairan Interstisial ke dalam saluran limfa jaringan


Cairan Limfe, protein dan sel cairan limfe bertambah Pembengkakan KGB
Sel bereplikasi dalam merespon antigen Sel-sel netrofil atau sel neoplasma metatastik
memasuki nodus dalam jumlah besar Bahan asing disimpan di dalam sel histiosit
Pelepasan sitokin lokal menyebabkan pembengkakan pembuluh darah dan edema Jaringan
nekrosis menyebabkan nanah
Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases
by Sarah S. Long, Larry K. Pickering, and Charles G. Prober
4th edition published by Elsevier
2.5 Manifestasi Klinis
a. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.
b. Sering keringat malam.
c. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
d. Timbul benjolan di bagian leher..
Gejala-gejala pembengkakan kelenjar getah bening tergantung pada kedua lokasi dan
penyebab pembesaran, seperti:

SALURAN NAPAS : Batuk lama atau lebih 2 minggu hilang timbul, ASMA, sering
batuk kecil atau berdehem, sering menarik napas dalam.

HIDUNG, TELINGA TENGGOROKAN : Pilek lama lebih dari 2 minggu hilang


timbul, bila pilek lama sering disertai sakit telingasering bersin, hidung buntu,
terutama malam dan pagi hari. MIMISAN, SINUSITIS, hidung sering gatal digosokgosok atau hidung sering digerak-gerakkan rabbit nose. Kotoran telinga berlebihan,
sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna). Telinga sering berdengung
atau gemuruk .

KULIT : Kulit timbul BISUL, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti
tergigit nyamuk. Timbul warna putih pada kulit seperti panu. Perioral dermatitis
timbul bintil kemerahan atau jerawat di sekitar mulut. Dipinggir kuku kulit sering
terkelupas, kulit dibawah kuku bengkak bahkan sampai terlepas (paronichia) Sering
menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena
gatal.

SALURAN CERNA : Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak.
MUAL pagi hari. Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB
11

(obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang
angin, berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan bau tajam. Sering
NYERI PERUT. Kadang nyeri di daerah kantung empedu. Waspadai bila nyeri perut
hebat bila divonis usus buntu harus segera second opinion ke dokter lain. Sering salah
diagnosis karena gejala mirip.

GIGI DAN MULUT : Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi
mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan mudah berdarah, sering SARIAWAN,
lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.

PEMBULUH DARAH Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering LEBAM


KEBIRUAN pada tulang kering kaki atau pipi atas seperti bekas terbentur. Berdebardebar, mudah pingsan, tekanan darah rendah.

OTOT DAN TULANG : nyeri kaki atau kadang tangan, sering minta dipijat terutama
saat malam hari. Kadang nyeri dada. Kadang otot sekitar rahang atas dan rahang
bawah kaku bila mengunyah terganggu, bila tidur gigi sering gemeretak, Otot di leher
belakang dan punggung sering kaku dan nyeri

SALURAN KENCING : Sering minta kencing, BED WETTING (semalam ngompol


2-3 kali)

MATA : Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum). Kulit hitam di area
bawah kelopak mata. memakai kaca mata (silindris) sejak usia 6-12 tahun.

HORMONAL : rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan


pertumbuhan tinggi badan. Gangguan pada dewasa : rambut rontok, Prementrual
Syndrome (gangguan saat menstruasi), jerawat,

Mengalami Gizi Ganda : bisa kurus, sulit naik berat badan atau kegemukan. Pada
kesulitan kenaikkan erat badan sering disertai kesulitamn makan dan nafsu makan
kurang. Sebaliknya pada kegemukan sering mengalami nafsu makan berlebihan

Kesulitan Makan dan gangguan Makan : Nafsu makan buruk atau gangguan
mengunyah menelan

Kepala,telapak kaki atau tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan meski
dingin (malam atau ac). Keringat berbau.

FATIQUE atau KELELAHAN : mudah lelah, sering minta gendong, Pada dewasa
sering mengeluh capek

Daya tahan menurun sering sakit demam, batuk, pilek setiap bulan bahkan sebulan 2
kali. (normal sakit seharusnya 2-3 bulan sekali). Karena sering sakit berakibat
Tonsilitis kronis (AMANDEL MEMBESAR).

Kelenjar limfoma cenderung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan
tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada
12

jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik,
dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa.
2.6 Pemeriksaan
Anamnesis
1. Lokasi pembesaran kelenjar getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening pada dua sisi leher secara mendadak biasanya
disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh
penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila
berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh mikobakterium,
toksoplasma, ebstein barr virus atau citomegalovirus.
2. Gejala-gejala penyerta (symptoms)
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan
mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas
penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit
kolagen atau penyakit serum (serum sickness).
3. Umur Penderita
Umur adalah pertimbangan yang paling penting karena dapat membantu memprediksi
kemungkinan proses jinak maupun ganas. Pada pasien yang lebih muda dari 30 tahun,
limfadenopati oleh karena proses jinak didapatkan sekitar 80 % dari pasien
limfadenopati, sedangkan pada orang tua yang dari 50 tahun, limfadenopati oleh
karena proses keganasan diperkirakan sekitar 60%.
4. Riwayat penyakit
Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan kepada infeksi oleh
streptokokus. Adanya infeksi gigi dan gusi dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri
anaerob.
5. Riwayat pekerjaan dan perjalanan
Paparan terhadap infeksi / kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran
nafas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis.
Orang yang bekerja di hutan dapat terkena Tularemia.
6. Penggunan obat-obatan
13

Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan


isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine,
cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida,
sulindac). Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (generalisata)
Pemeriksaan fisik
Karakteristik dari kelenjar getah bening:
Kelenjar Getah Bening dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening
harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan,
Apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.

Ukuran: normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan lipat paha >1,5cm
dikatakan abnormal).

Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

Penempelan: beberapa Kelenjar Getah Bening yang menempel dan bergerak bersamaan
bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis keganasan.
Tanda-tanda penyerta (sign) :

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah
pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus.

Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila
dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan
kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa
mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus.

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang degnan
penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa
mengarahkan kepada leukimia.

Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam; kemerahan pada mata;
peradangan pada tenggorok, strawberry tongue; perubahan pada tangan dan kaki
14

(bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan kaki); limfadenopati satu sisi (unilateral)
mengarahkan kepada penyakit kawasaki.

Pembesaran KGB leher bagian posterior (belakang) terdapat pada infeksi rubela dan
mononukleosis. Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, KGB umumnya bilateral (dua
sisi-kiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri,
kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif
dan dapat digerakkan.

Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan
adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenitis disebabkan keganasan,
tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan (terikat dengan
jaringan di bawahnya).

Pada infeksi oleh mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan mingguan-bulanan,


walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan
dapat pecah.

Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran,
bentuk, dan gambaran mikronodular.
2. Biopsi
Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan operasi
menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening akan
dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.
Biopsi terbagi menjadi 3 cara, yaitu:
A. Biopsi jarum
Biopsi dilakukan, sesuai dengan kebutuhan pasien. Biopsi kelenjar getah
bening yang paling sederhana dikenal sebagai biopsi jarum atau fine needle aspiration
(FNA). Prosedur biopsi ini biasanya memakan waktu kurang dari 10 menit. Pasien
berbaring di atas meja, kemudian dilakukan disinfeksi dan anestesi pada daerah yang
akan dibiopsi. Kemudian dimasukkan jarum ke dalam kelenjar getah bening dan
diambil sampel untuk diperiksa. Kemudian ditekan pada tempat pengambilan sampel
untuk menghentikan perdarahan dan diperban untuk menutup luka dan mencegahan
infeksi bakteri.
B. Biopsi terbuka (eksterna)

15

Biopsi kelenjar getah bening yang lebih komprehensif dikenal sebagai biopsi
terbuka. Seperti pada biopsi jarum, pasien berbaring di atas meja, dibawah general
anestesi. Kemudian diberikan disinfeksi pada daerah biopsi lalu insisi dan diambil
potongan-potongan jaringan. Kemudian daerah biopsi tersebut dijahit dan diperban.
Prosedur ini berlangsung sedikit lebih lama daripada biopsi jarum, biasanya sekitar
45-60 menit total.
C. Biopsi sentinel
Ketika kanker dicurigai sebagai penyebab peradangan, maka biopsi dilakukan
dengan cara yang berbeda. Biopsi ini merupakan prosedur khusus, yang dikenal
sebagai biopsi kelenjar getah bening sentinel. Dalam prosedur ini, sejumlah kecil
cairan pelacak berwarna biru atau isotop radioaktif disuntikkan ke dalam daerah
biopsi. Pelacak ini kemudian akan mengalir ke sumber yang dicurigai kanker, atau
yang disebut sebagai sentinel node. Sentinel node ini umumnya merupakan lokasi
pertama di mana kanker pertama kali ditemukan. Setelah kelenjar getah bening
sentinel diambil, massa sampel dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Satu atau dua
kelenjar getah bening lainnya dapat diambil pada saat yang sama sebagai sampel
perbandingan.
Tabel 2. Pertimbangan Dilakukan Biopsi Pada Limfadenopati
A. Size
- Greater than 2 cm
- Increasing over 2 weeks
- No decrease in size of node after 4 weeks
B. Location
- Supraclavicular lymph node
C. Consistency
- Hard
- Matted
- Rubbery
D. Asscociated Features
- Abnormal chest radiograph suggestive of lymphoma
- Fever
- Weight loss
- Hepatosplenomegaly

3. Kultur
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang
membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk
memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.
4. CT Scan

16

CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil gambar
tubuh Anda untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis Anda.
Sebelum mengambil gambar, Anda mungkin akan diberi pewarna melalui IV di
pembuluh darah Anda agar dapat melihat gambar dengan jelas. CT Scan dapat
mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk melihat dalam tubuh Anda.
gambar ini digunakan untuk mencari penyebab limfadenitis.
6. Foto Toraks
Foto toraks merupakan suatu pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam evaluasi
limfadenopati kronis lokal atau generalisata dan dapat melihat adanya pelebaran
mediastinum karena limfadenopati dari limfoma dan sarcoid. Dua pertiga dari pasien
yang memiliki Hodgkin limfoma mungkin menunjukkan pelebaran mediastinum pada
foto dada. Pada penelitian Swingler, et al didapatkan dari 46 anak (rata-rata usia 21.5
bulan) dengan limfadenopati mediastinum yang dicurigai kearah TB paru melalui
pemeriksaan CT scan dengan kontras, pada pemeriksaan foto thorax hanya mampu
mendiagnosis adanya limfadenopati mediastinum sebesar 47,1%. Secara keseluruhan
sensitivitas dari foto thorak mencapai 67% dan spesifitasnya 59%. Deteksi dari
mediastinum Limfadenopati melalui thorak foto untuk mendiagnosa TB paru pada
anak-anak harus ditafsirkan dengan hati-hati. Akurasi diagnostik mungkin
ditingkatkan dengan menyempurnakan kriteria radiologis limfadenopati dan
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan klinis lainnya.
7. Tuberkulosis Skin Test (TST)
Diindikasikan untuk menyingkirkan infeksi M. Tuberkulosis. TST dapat menunjukkan
indikasi reaktif pada anak dengan mikobakterium nontuberculosis tapi tidak sensitif.

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Diagnosis

17

Diagnosis Banding

Limfadenitis

Jenis limfadenitis ada dua yaitu limfadenitis akut dan limfadenitis kronis. Sedangkan jenis
limfadenitis kronis sendiri masih dibagi menjadi menjadi dua macam yaitu limfadenitis
kronis spesifik dan non spesifik.
a. Limfadenitis Akut
Limfadenitis ini bentuknya terbatas pada sekelompok kelenjar getah bening yang
mendrainase suatu fokus infeksi, atau mungkin generalisata apabila terjadi infeksi bakteri
atau virus sistemik. Secara histologis, tampak pusat germinativum besar yang
memperlihatkan banyak gambaran mitotik. Apabila keadaan ini disebabkan oleh organisme
piogenik, disekitar folikel dan di dalam sinus limfoid ditemukan infiltrat neutrofilik. Pada
infeksi yang parah, pusat germinativum mengalami nekrosis sehingga terbentuk abses.

18

Apabila infeksi terkendali, kelenjar getah bening akan kembali tampak normal atau terjadi
pembentukan jaringan parut apabila dekstruktif.
b. Limfadenitis Kronis
Menimbulkan tiga pola, bergantung pada agen penyebabnya: hiperplasia folikel,
hiperplasia limfoid parakorteks, atau histiositosis sinus. Hiperplasia folikel berkaitan dengan
infeksi atau proses proses peradangan yang mengaktifkan sel B. Sel B dalam berbagai tahap
diferensiasi berkumpul di dalam pusat germinativum besar yang bulat atau oblong (folikel
sekunder). Hiperplasia limfoid parakorteks ditandai dengan perubahan reaktif di dalam regio
sel T kelenjar getah bening. Sel T parafolikel mengalami proliferasi dan transformasi menjadi
imunoblas yang mungkin menyebabkan lenyapnya folikel germinativum.
Disebabkan oleh infeksi kronis. Infeksi kronis nonspesifik misalnya pada keadaan
seseorang dengan faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher
( limfadenitis ). Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang sangat minimal dan tidak
nyeri.
Pembesaran kronis yang spesifik dan masih banyak di Indonesia adalah akibat
tuberkulosa. Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah benng,
padat / keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi
perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunakseperti abses tetapi tidak nyeri
seperti abses banal. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sukar sembuh oleh karena
keluar secret terus menerus sehingga seperti fistula.
Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat terjadi sedemikian rupa, besar
dan konglomerasi sehingga leher penderita itu disebut seperti bull neck.
Pada keadaan seperti ini kadang kadang sukar dibedakan dengan limfoma malignum.
Limfadenitis tuberkulosa diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, terutama
yang tidak disertai oleh tuberkulosa paru. Pada gambaran histopologi yang spesifik adalah
perkijuan dan sel datia Langhan s.
Dosis Obat Anti Tuberkulosis
Obat

Dosis harian
(mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)

INH

5-15 (maks 300 mg)

15-40 (maks. 900 mg)

15-40 (maks. 900 mg)

Rifampisin

10-20 (maks. 600 mg)

10-20 (maks. 600 mg)

15-20 (maks. 600 mg)

Pirazinamid

15-40 (maks. 2 g)

50-70 (maks. 4 g)

15-30 (maks. 3 g)

Etambutol

15-25 (maks. 2,5 g)

50 (maks. 2,5 g)

15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin

15-40 (maks. 1 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

25-40 (maks. 1,5 g)

Pengobatan TBC pada orang dewasa

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan


etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan
rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).Diberikan kepada:
Penderita baru TBC paru BTA positif.
19

Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.


Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3Diberikan kepada:
Penderita kambuh.
Penderita gagal terapi.
Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3Diberikan kepada:
Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
Pengobatan TBC pada anak
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

1.
2.

2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH


+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila
diduga ada resistensi terhadap INH).
2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis
maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB tidak berat
INH

: 5 mg/kgbb/hari

Rifampisin

: 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)


INH

: 10 mg/kgbb/hari

Rifampisin

: 15 mg/kgbb/hari

Dosis prednison

: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

Limfoma

Limfoma atau limfoma maligna adalah sekelompok kanker di mana sel-sel limfatik menjadi
abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Karena jaringan limfe terdapat di sebagian
besar tubuh manusia, maka pertumbuhan limfoma dapat dimulai dari organ apapun.
Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Limfoma Hodgkin (LH)
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular predominan
limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat subtipe menurut Rye, antara
lain:
20

Nodular Sclerosis

Lymphocyte Predominance

Lymphocyte Depletion

Mixed Cellularity

c. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)

GEJALA-GEJALA
Limfoma Non-Hodgkin dapat menimbulkan serangkaian gejala, namun gejala-gejala yang
paling umum terjadi adalah:
Demam terus menerus dan berulang
Hilangnya berat badan tanpa alas an
Membengkaknya kelenjar getah bening
Keringat yang timbul di malam hari
Hilangnya selera makan
Saat diagnose NHL telah dipastikan, penilaian stadium kanker harus dilakukan.
Penahapan mengacu pada tingkat penyebaran limfoma dalam tubuh. Hal ini dapat
memberikan hasil prognosis yang signifikan dan sangat berguna untuk menentukan rencana
pengobatan terbaik untuk pasien. Terdapat 4 stadium yang terbagi atas 2 kategori A dan B.
Stadium-stadium tersebut meliputi:

Stadium I: Terdapat satu kelompok kelenjar getah bening yang terinfeksi pada salah
satu sisi diafragma.
Stadium II: Terdapat dua kelompok atau lebih dari kelenjar getah bening yang
terinfeksi namun masih berada pada satu sisi diafragma.
Stadium III: Paling sedikit 2 kelompok jaringan kelenjar getah bening terinfeksi dan
terletak pada kedua sisi diafragma
Stadium IV: Bila penyakit/kankernya mempengaruhi organ tubuh lainnya (misal
sumsum tulang, hati, dsb)
Kategori A: Tidak terjadi demam terus menerus/berulang, keringat malam, atau
kehilangan berat badan secara mendadak
Kategori B: : Terdapat seluruh gejala yang telah disebut dalam kategori A

Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg yang
bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed-Sternberg adalah suatu sel besar
berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated), berlobus dua (bilobed), atau berinti
banyak (multinucleated) dengan sitoplasma amfofilik yang sangat banyak. Tampak jelas di dalam
inti sel adanya anak inti yang besar seperti inklusi dan seperti mata burung hantu (owl-eyes), yang
biasanya dikelilingi suatu halo yang bening.

21

Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa hal yang diduga berperan sebagai penyebab penyakit ini antara lain:
a. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)
b. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida, herbisida, bahan kimia
organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.
c. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun
d. Faktor genetik
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu:
a. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang terbatas dalam
pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, seperti limfoma gaster yang
terbatas pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi, obstruksi, dan
perdarahan masif, pembedahan masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini
pembedahan hanya dilakukan untuk mendukung proses penegakan diagnosis melalui
surgical biopsy.7
b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan limfoma,
terutama limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk
diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak digunakan untuk
mengobati limfoma hodgkin seperti radioimunoterapi dan radioisotope.
Radioimunoterapi menggunakan antibodi monoclonal seperti CD20 dan CD22 untuk
melawan antigen spesifik dari limfoma secara langsung, sedangkan radioisotope
menggunakan 131Iodine atau 90Yttrium untuk irradiasi sel-sel tumor secara selektif7.
Teknik radiasi yang digunakan didasarkan pada stadium limfoma itu sendiri1, yaitu:
Untuk stadium I dan II secara mantel radikal
Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi
Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation
Untuk stadium IV secara total body irradiation
c. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak
obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap limfoma.
d. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-, di mana interferon-
berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat pemberian
kemoterapi.
e. Transplantasi sumsum tulang
Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila limfoma tidak
membaik dengan pengobatan konvensional atau jika pasien mengalami pajanan ulang
(relaps). Ada dua cara dalam melakukan transplantasi sumsum tulang, yaitu secara
alogenik dan secara autologus. Transplantasi secara alogenik membutuhkan donor
sumsum yang sesuai dengan sumsum penderita. Donor tersebut bisa berasal dari
saudara kembar, saudara kandung, atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai
dengan sumsum tulang penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor
sumsum tulang berasal dari sumsum tulang penderita yang masih bagus diambil
kemudian dibersihkan dan dibekukan untuk selanjutnya ditanamkan kembali dalam
tubuh penderita agar dapat menggantikan sumsum tulang yang telah rusak.
22

Benjolan di leher yang seringkali disalahartikan sebagai pembesaran KGB leher :


Gondongan : pembesaran kelenjar parotits akibat infeksi virus, sudut rahang bawah
dapat menghilang karena bengkak
Kista Duktus Tiroglosus : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan
Kista Dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan
Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi jalinan
pembuluh darah, berwarna merah atau kebiruan

2.8 Tatalaksana dan Pencegahan


Tatalaksana

Tatalaksana limfadenopati didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus limfadenopati


sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain dari
observasi (Sutoyo, 2009)
Lakukan observasi 4-6 minggu, bila tidak juga mengalami pengecilan, maka dapat
menjadi indikasi untuk melakukan biopsi (Sutoyo, 2009)
Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
keganasan (Sutoyo, 2009)
Bila penyebab limfadenopati adalah mikobakterium tuberkulosis maka diberikan obat
anti tuberkulosis selama 9-12 bulan (Sutoyo, 2009)
Bila disebabkan mikobakterium selain tuberkulosis maka memerlukan pengangkatan
KGB yang terinfeksi (Sutoyo, 2009)
Pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari dengan
pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada
reaksi alergi terhadap antibiotik golongan penisilin dapat diberikan cephalexin 25mg/kg
(sampai dengan 500mg) tiga kali sehari atau eritromisin 15mg/kg (sampai 500mg) tiga
kali sehari.
Atau bila pembedahan tidak memungkinkan atau tidak maksimal diberikan antibiotik
golongan makrolida dan antimikobakterium. (Sutoyo, 2009)
DIGOLONGKAN ATAS 2 KELOMPOK :
1. OBAT LINI-1
Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, Streptomisin dan pirazinamid.
2. OBAT LINI-2
Fluorokuinolon, Sikloserin, Etionamid, Amikasin, Kanamisin, Kepreomisin.

Pencegahan
Beberapa hal yang dapa dilakukan unuk mencegah terjadinya limfadenopati:

23

Menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah terjadinya


berbagai infeksi.
Memastikan semua makanan dan minuman yang kita konsumsi bersih dan higenis.
Menjaga kebersihan badan dengan rajin membersihkannya memakai sabun secara
teratur.
Menjaga kebersihan tempat tinggal.
Melakukan gaya hidup sehat.

2.9 Komplikasi
1.Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati
dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati
inilah
yang
membentuk
nanah,
yang
mengisi
ronggatersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di
dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung
kepada
lokasi
abses.
2. Selulitis (infeksi kulit)
Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.
Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan aliran
darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.
3. Sepsis (septikemia atau keracunan darah)
Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam nyawa, yang
ditemukan dalam hubungan dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai (biasanya namun
tidak
terbatas
pada
bakteri-bakteri).
4. Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)
Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat / keras,
multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi perkijuan
seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi tidak nyeri. Apabila abses
ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh karena keluar secara terus menerus sehingga
seperti fistula. Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system /
daya tahan tubuh setiap individual.

24

2.10 Prognosis
Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan antibiotik. Dalam
kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau empat hari. Namun, dalam
beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan untuk pembengkakan
menghilang, panjang pemulihan tergantung pada penyebab infeksi. Penderita dengan
limfadenitis yang tidak diobati dapat mengembangkan abses, selulitis, atau keracunan darah
(septikemia), yang kadang-kadang fatal.

2.11 Epidemiologi
Insiden limfodenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada
anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu
masalah klinis pada anak anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan
sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri
merupakan penyebab utama limfadenopati. Kebanyakan disebebkan oleh infeksi saluran
pernafasan bagian atas, limfadenopati lokalisata lebih banyak disebebkan infeksi
Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.
Pada penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4%
dibandingkan dengan penderita usia <40 tahun yang memiliki resiko keganasan hanya sekitar
0,4%.

25

DAFTAR PUSTAKA
Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2014. Limfoma Non-Hodgkin. Disunting oleh Sudoyo,
Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam: (Harrison's Principles of Internal Medicine);
Volume 1
Subekti, Nike Budhi. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2006
Shannon, Jake. Lymph S ystem : Lymph Node Biopsi. [online]2012 [cited
2013 August 28] Available from : http://www.lymphsystem.net/lymphnode-biopsi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209Pendekatan Diagnosis Limfadenopati.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai