Daftar Isi..............................................................................................................................1
Skenario...............................................................................................................................2
Kata Sulit.............................................................................................................................3
Pertanyaan............................................................................................................................3
Jawaban................................................................................................................................4
Hipotesis..............................................................................................................................5
SasaranBelajar......................................................................................................................6
1. Memahami dan Menjelaskan Autoimun
1.1. Menjelaskan Definisi Autoimun.
1.2. Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi.
1.3. Menjelaskan Patofisiologi terjadinya penyakit autoimun.
1.4. Menjelaskan Manifestasi Penyakit Autoimun.
2. Memahami dan Menjelaskan LES
2.1. Menjelaskan Penyakit LES
2.2. Menjelaskan Etiologi Penyakit LES
2.3. Menjelaskan Klasifikasi Penyakit LES
2.4. Menjelaskan Patofisiologi Penyakit LES
2.5. Menjelaskan Manifestasi
2.6. Menjelaskan Kriteria Diagnostik LES.
2.7. Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.8. Menjelaskan Tatalaksana
3. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan Lboratorium untuk Penyakit Autoimun.
4. Memahami dan Menjelaskan tentang Sabar dalam Menghadapi Musibah Menurut
Ajaran Islam.
Daftar Pustaka....................................................................................................................24
SKENARIO 3
RONA MERAH DI PIPI
Seorang perempuan berusia 30 tahun, datang ke Rumah sakit dengan keluhan demam
yang hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan lainnya mual, tidak nafsu makan, mulut
sariawan, nyeri pada persendian, rambut rontok dan pipi berwarna merah bila terkena sinar
matahari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu subfebris, konjungtiva pucat, terdapat
sariawan di mulut. Pada wajah terlihat malar rash. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan
kelainan. Dokter menduga pasien menderita Sistemic Lupus Eritematosus.
Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium hematologi, urin, dan
marker autoimun (autoantibodi misalnya anti ds-DNA). Dokter menyarankan untuk dirawat
dan dilakukan follow up pada pasien ini. Dokter menyarankan agar pasien bersabar dalam
menghadapi penyakit karena membutuhkan penanganan seumur hidup.
Kata Sulit :
1. Malar rash eritema menetap datar/ timbul melalui penonjolan malar cenderung tidak
mengenai lipatan nasolabial (Bratawijaya,2014).
2. Suhu Subfebris : suhu 37,5 derajat Celsius sampai 38 derajat Celsius
3. Autoimun : respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh
mekanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel
T, atau keduanya. (Bratawijaya,2010).
4. Sistemic Lupus Eritematosus :
Penyakit autoimun kronis dimana ada gangguan fungsi fisiologi/ kerusakan jaringan
(Dorland,2011).
Gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat ringan hingga
fulminan ditandai dengan adanya erupsi kulit, artritis, leukopenia, anemia, lesi organ,
limfadenopasti (Dorland,2014)
Pertanyaan :
1. Kenapa Pasien mengalami malar rash ?
2. Kenapa pasien mengalami nyeri pada persendian?
3. Kenapa dokter bias menduga pasien tersebut SLE?
4. Kenapa pasien membutuhkan penanganan seumur hidup?
5. Apa factor penyebab SLE?
6. Apa penyebab dan mekanisme menjadi SLE?
7. Apakah penyakit SLE ini terjadi pada perempuannya saja/
8. Bagaimana hasil pemeriksaan LAB yang menunjukkan hasil tersebut positif?
9. Apa manfaat bersabar dalam kasus ini?
10. Kenapa dokter menyarankan pemeriksaan hematologi, Urin, marker autoimun?
11. Kenapa dokter menyarankan untuk sabar?
Jawaban :
1. karena ada bentuk perlawanan antibodi yang berlebihan terhadap antigen . terjadi
inflamasi yang berlebihan.
2. Kaitan dengan artritis
Autoimun
a. non spesifik
b. spesifik (organ utama)
3. ciri-ciri LES : ada kriteria LES (4 + dari 11 kriteria) : 1) malar rash 2) sariawan 3)dll
4. karena penyakit LES menyerang imun berlangsung lama dan sulit disembuhkan.
Karena LES merupakan penyakit kronis.
5. Karena faktor *genetik
*non genetik : sinar matahari (UV), obat-obatan, difisiensi komplemen
6. Mekanisme : tubuh tidak dapat mengenali benda asli. Antibodi menyerang jaringan
tubuh karena ada organ yang rusak (dapat mengenai ginjal terjadi penimbunan
protein).
7. Bisa terjadi pada perempuan (5:1) hingga (9:1) ada hubungannya dengan hormon
estrogen.
8. Karena LES sulit disembuhkan, supaya dan tidak stres, sabar, membuat dosa
terhapuskan.
9. (Jawaban Untuk nomor 9 dan 11) Pemeriksaan yang bagaimanaDS DNA
*hematologi (bagaimana darahnya :terbentuk / keadaan imunnya pada darah.
DS DNA dilihat dari titer antibodinya materi gentik +
tujuan melakukan hematologi, urin, maker autoimun
Untuk mengetahui titer antibodi pasien.
10. Sabar menurut Islam :
Dapat dengan membaca Al Quran, sholat, berkumpul dengan orang sholeh.
Ayat Al Baqarah :
Manusia harus mengucapkan Inalillahiwainailahirojiun sesungguhnya semua milik
Allah dan akan kembali kepada Allah
Hipotesis
LES merupakan penyakit autoimun. Faktor prnyrbabnya genetik dan non genetik.
Untuk pemeriksaan LES dapat dilakukan dengan pemeriksaan Laboratorium anti DS DNA.
Penyakit LES membutuhkan penanganan seumur hidup karena itu penderita dianjurkan sabar
sesuai dengan anjuran agama Islam.
Sasaran Belajar
5. Memahami dan Menjelaskan Autoimun
5.1. Menjelaskan Definisi Autoimun.
5.2. Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi.
5.3. Menjelaskan Patofisiologi terjadinya penyakit autoimun.
5.4. Menjelaskan Manifestasi Penyakit Autoimun.
6. Memahami dan Menjelaskan LES
6.1. Menjelaskan Penyakit LES
6.2. Menjelaskan Etiologi Penyakit LES
6.3. Menjelaskan Klasifikasi Penyakit LES
6.4. Menjelaskan Patofisiologi Penyakit LES
6.5. Menjelaskan Manifestasi
6.6. Menjelaskan Kriteria Diagnostik LES.
6.7. Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
6.8. Menjelaskan Tatalaksana
7. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan Lboratorium untuk Penyakit Autoimun.
8. Memahami dan Menjelaskan tentang Sabar dalam Menghadapi Musibah Menurut
Ajaran Islam.
Nonorgan
spesifik
penyakit
T. hashimoto
Grave D.
Pernisious
organ
tiroid
Tiroid
Del
anemia
IDDM
Infertilitas
merah
Pankreas
sperma
laki
Virtiligo
Antibodi terhadap
tiroglobulin
TSH recep
darah Intrinsik faktor
Sel beta
Sperma
Rheumatoid
Kulit
Melanosit
persendian
Kulit Ginjal IgG
arthritis
SLE
sendi
Sendi organ
DNA
RNA
nucleiprotein
Tes diagnosis
RIA
Immunofluorescen
Immunofluorescen
Aglutinasi
immunofluorescen
Immunofluorescen
IgG-latex Aglutination
DNA
RNA
latex Aglutination
Faktorgenetik
Penyakit auto imun dapat terjadi akibat cedera jaringan oleh sel T atau antibodi
yang bereaksi terhadap antigen pejamu.
7
inflamasi yang
disertai
peningkatan permeabilitas
vascular
ptosis
dan
diplopia.
Diagnosisdapat
ditegakkan
dengan
10
pericarditis,
leukopenia
atau
trombositopenia,
anemia
hemolitik,
peningkatan laju endap darah, dan adanya darah dalam sel yang khas yang disebut sel
LES.
2.2. Menjelaskan Etiologi Penyakit LES
Etiologinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan merupakan
kegagalan mekanisme pengaturan sistem autoimun, karena terdapat sejumlah
autoantibodi dalam kadar yang tinggi terhadap komponen selular nuclear dan
sitoplasmik.
2.3. Menjelaskan Klasifikasi Penyakit LES
1. Lupus Eritematosus Sistemik
Gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat ringan
hingga fulminans, ditandai oleh adanya erupsi kulit, artalgia, atritis, leukopenia,
anemia, lesi organ, manifestasi neurologic, limfadenopati, deman, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid
Bentuk lupus eritematosus kutaneus kronik, ditandai dengan adanya macula warna
merah dilapisi skuama tipis dan lengket yang rontok meninggalkan parut ; lesi
berbentuk seperti kupu-kupu diatas batang hidung, pipi, dan lain-lain.
3. Lupus Obat
Dicetuskan oleh penggunaan obat tertentu dalam jangka panjang.
4. Lupus Neonatal
11
Biasanya jinak dan swasirna, ruam menyerupai lupus discoid, kadang disertai dengan
berbagai kelainan sistemik. Terdapat pada bayi yang lahir dari ibu penderita lupus.
(Dorland, 2014)
2.4. Menjelaskan Patofisiologi Penyakit LES
Penyakit autoimun adalah sistem imun yang gagal mengenali dan mentoleransi
antigen diri yang berkaitan dengan jaringan tertentu. Berasal dari kombinasi
predisposisi genetik dan pengaruh langsung yang mengarah pada kegagalan
mekanisme toleransi sistem imun.Dapat disebabkan:
2.4.1. Pajanan antigen-diri dalam keadaan normal tidak di akses kadang memicu
serangan imun terhadap antigen- antigen tersebut. Maka sistem imun tidak
belajar toleran terhadap antigen diri yang tersembunyi sehingga menyebabkan
rusaknya jaringan.
2.4.2. Antigen-diri normal menjalani modifikasi. Fakor-faktor nya contohnya obat,
bahan kimia/lingkungan, virus/mutasi genetik sehingga tidak dikenal dan
ditoleransi oleh sistem imun.
2.4.3. Terpajan sistem imun ke suatu antigen asing. Hampir identik dengan antigendiri memicu produksi antibodi mengaktifkan limfosit T yang tidak berinteraksi
dengan antigen asing. Tapi bereaksi silang dengan antigen tubuh yang mirip.
2.4.4. Studi-studi baru mengisyaratkan adanya kemungkinan lain sebagai pemicu
penyakit autoimun. Secara tradisional, ilmuan berspekulasi bahwa bias jenis
kelamin pada penyakit autoimun berkaitan dengan perbedaan hormon.
Ditemukan insiden lebih tinggi pada penyakit destruksi pada wanita saat
kehamilan, bahwa sel janin sering mendapat akses ke aliran darah ibu sewaktu
trauma persalinan dan kelahiran, kadang beredar di tubuh ibu selama beberapa
dekade setelah kehamilan. Sistem imun biasanya membersihkan sel-sel ini dari
tubuh ibu setelah kelahiran. Membuktikan bahwa wanita dengan penyakit ini
lebih besar kemungkinan mengalami persistensi sel janin dalam darah mereka
dibanding dengan wanita sehat. Mereka pura-pura jadi antigen-antigen ibu yang
mirip, lalu menetap di janin yang tidak dibersihkan secara dini sebagai benda
asing yang akan memicu serangan imun yang samar. (Sherwood, L 2002)
12
prevalensinya
adalah
(1)
Klas
IV,
diffuse
proliferative
glomerulonephritis (DPGN) sebesar 40%-50%; (2) Klas II, mesangial nephritis (MN)
sebesar 15%-20%; (3) Klas III, focal proliferative (FP) sebesar 10%-15%; dan (4)
Klas V, membranous pada > 20%.
d. Hematologi
Kelainan hematologi yang sering terjadi adalah limfopenia, anemia, trombositopenia,
dan lekopenia.
e. Pneumonitis interstitialis
Merupakan hasil infiltrasi limfosit. Kelainan ini sulit dikenali dan sering tidak dapat
diidentifikasi. Biasanya terdiagnosa setelah mencapai tahap lanjut.
f. Susunan Saraf Pusat (SSP)
Gejala SSP bervariasi mulai dari disfungsi serebral global dengan kelumpuhan dan
kejang sampai gejala fokal seperti nyeri kepala dan kehilangan memori. Diagnosa
lupus SSP ini membutuhkan evaluasi untuk mengeksklusi ganguan psikososial reaktif,
infeksi, dan metabolik. Trombosis vena serebralis bisanya terkait dengan antibodi
antifosfolipid. Bila diagnosa lupus serebralis sudah diduga, konfirmasi dengan CT
Scan perlu dilakukan.
g. Arthritis
Dapat terjadi pada lebih dari 90% anak dengan LES. Umumnya simetris, terjadi pada
beberapa sendi besar maupun kecil. Biasanya sangat responsif terhadap terapi
13
dibandingkan dengan kelainan organ yang lain pada LES. Berbeda dengan JRA,
arthritis LES umumnya sangat nyeri, dan nyeri ini tak proporsional dengan hasil
pemeriksaan fisik sendi. Pemeriksaan radiologis menunjukkan osteopeni tanpa adanya
perubahan pada tulang sendi.Anak dengan JRA polyarticular yang beberapa tahun
kemudian dapat menjadi LES.
h. Fenomena Raynaud
Ditandai oleh keadaan pucat, disusul oleh sianosis, eritema dan kembali hangat.
Terjadi karena disposisi kompleks imun di endotelium pembuluh darah dan aktivasi
komplemen lokal.
i. Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endocarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari keadaan
tersebut.
2.6. Menjelaskan Kriteria Diagnostik LES
No
1
Kriteria
Bercak malar
Definisi
Eritema datar atau menimbul yang menetap di
(butterfly
rash)
Bercak
nasolabial
Bercak eritema yang menimbul dengan adherent
diskoid
Fotosensitif
4
5
Ulkus mulut
fisik
Ulkus mulut atau nasofaring, biasanya tidak
Artritis
nyeri
Artritis nonerosif pada dua atau lebih persendian
perifer, ditandai dengan nyeri tekan, bengkak
Serositif
atau efusi
a. Pleuritis
Riwayat pleuritic pain atau terdengar pleural
friction rub atau terdapat efusi pleura pada
pemeriksaan fisik
14
atau
b. Perikarditis
Dibuktikan
dengan
EKG
atau
terdengar
Gangguan
ginjal
Gangguan
atau campuran
Kejang
saraf
(uremia,
ketoasidosis
atau
ketidakseimbangan elektrolit)
atau
Psikosis
Tidak disebabkan oleh obat atau kelainan
metabolik
9
(uremia,
ketoasidosis
atau
Gangguan
ketidakseimbangan elektrolit)
Terdapat salah satu kelainan darah
darah
<
4000/mm3
pada
>1
<
1500/mm3
pada
>2
pemeriksaan
Limfopenia
pemeriksaan
Trombositopenia < 100.000/mm3 tanpa adanya
10
Gangguan
intervensi obat
Terdapat salah satu kelainan
imunologi
Antibodi
antinuklear
Seorang pasien diklasifikasikan menderita SLE apabila memenuhi minimal 4 dari 11
butir kriteria tersebut diatas.
2.7. Menjelaskan Diagnosis Banding
Dengan adanya gejala di berbagai organ, maka penyakit-penyakit yang didiagnosis
banding banyak sekali. Beberapa penyakit yang berasosiasi dengan LES mempunyai
gejala-gejala yang dapat menyerupai LES, yaitu arthritis reumatika, sklerosis
sistemik, dermatomiositis, dan purpura trombositopenik.
2.8. Menjelaskan Tatalaksana
2.8.1. Edukasi/ konseling
Pasien LES memerlukan informasi yang benar dan dukungan agar hidup mandiri.
Pasien memerlukan pengetahuan akan masalah aktivitas fisik, mengurangi/mencegah
kekambuhan seperti memakai tabir surya, payung/topi, latihan teratur, pengaturan
berat badan. Diperlukan informasi akan pengawasan berbagai fungsi oragan, baik
berkaitan dengan aktivitas penyakit ataupun akibat pemakaian obat-obatan, butirbutir edukasi terhadap pasien LES
-
Masalah yang terkait dengan fisik: kegunaan latihan terutama yang terkait
dengan pemakaian steroid seperti osteoporosis, istirahat, pemakaian alat bantu
maupun diet, mengatasi infeksi secepatnya maupun pemakaian kontrasepsi.
Pemakaian obat mencakup jenis, dosos, lama pemberian dan sebagainya. Perlu
tidaknya suplementasi mineral dan vitamin. Obat-obatan yang dipakai jangka
16
panjang contohnya obat anti tuberculosis dan beberapa jenis lainnya termasuk
antibiotikum.
-
Dimana pasien dapat memperikeh informasi tentang LES ini, adanya yayasan
kelompok pendukung, dan sebagainya.
Program rehabilitasi
Salah satu hal penting adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga 30%
apabila pasien dengan LES dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2
minggu. Disamping itu penurunan kekuatan otot sekitar 1-5% per hari dalam kondisi
immobilitas. Berbagai latihan perlu diperlukan untuk mempertahankan kestabilan
sendi. Modalitas fisik seperti pemeberian panas/ dingin diperlukan untuk mengurangi
rasa nyeri, menghilangkan kekakuan atau spasme otot. Secara garis besar, maka
tujuan, indikasi dari teknik pelakasaan program rehabilitas yang melibatkan beberapa
maksud dibawah ini, yaitu:
-Istirahat
-Terapi fisik
-Terapi dengan modalitas
-Ortotik
-Lain-lain
2.8.3.
Terapi medikamentosa
Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan untuk krisis akut yang berat
17
18
membantu untuk membedakan lupus aktif dengan infeksi. Pada lupus yang aktif kadar CRP
norma atau meningkat tidak bermakna, sedangkan pada infeksi terdapat peningkatan CRP yang
sangat tinggi. Pemeriksaan komplemen C3 dan C4 membantu untuk menilai aktivitas penyakit.
Pada keadaan aktif kadar kedua komplemen ini rendah.
Pemeriksaan Lab yang dilakukan thd pasien SLE:
-
Tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi namun spesifitas yang rendah.
Hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala mengarah pada SLE. Tes ana
positif 95-100%. Tapi hasil tes ANA dapat positif pada beberapa penyakit lain yang
mempunyai gambaran klinis menyerupai SLE. . Jika tes ANA (+) maka dapat terjadi
sklerosis sistemik, poliomiostis, dermatomiostis, athritis reumatoid, tiroiditis otoimun,
keganasan obat. Jika tes ANA (-) terdapat gambaran klinis yang khas. Tidak dapat
mengeksekusi bahwa penderita bukan lupus.
-
Merupakan tes spesifik terhadap SLE, untuk melihat apakah pasien memiliki
antibody terhadap SLE, untuk melihat apakah pasien memiliki antibody terhadap
materi genetic di dalam sel. Titer meningkat sebelum SLE kambuh.
-
Tes sel LE
Kurang spesifik dan juga positif pada arthritis rheumatoid, syndrome sjogren,
scleroderma, obat, dan bahan-bahan kimia lain. Untuk mencari keberadaan jenis sel
tertentu yang dipengaruhi membesarnya antibodi terhadap lapisan inti sel lain
pemeriksaan ini jarang digunakan jika dibandingkan dengan pemeriksaan ANA, karena
pemeriksaan ANA lebih peka untuk mendeteksi penyakit Lupus dibandingkan dengan LE
cell prep.
19
Biopsy Kulit
Biopsy Ginjal
20
Fase Pertama : Sabar sebelum beramal, ini meliputi perbaikan niat, yaitu
mengikhlaskan amal hanya karena Allah swt , dan bertekad untuk mengerjakan
ibadat tersebut sesuai dengan aturannya. Dalam hal ini Allah berfirman :
21
Fase Kedua : Sabar ketika beramal, yaitu dengan selau mengingat Allah swt
selama beramal, dan tidak malas untuk mengerjakan seluruh rukun, kewajiban dan
sunah dari amal tersebut. Kalau sedang mengerjakan puasa umpamanya, maka dia
harus tetap mengingat bahwa dirinya sedang puasa dan Allah selalu melihat
seluruh amalannya, maka dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang dilarang
oleh Allah selama berpuasa dan berusaha untuk mengerjakan amalan sunah dan
wajib, seperti membantu fakir miskin, memberikan ifthor kepada yang berpuasa,
sholat berjamaah dan sebagainya.
Fase ketiga : Sabar setelah beramal , yaitu dengan menahan diri untuk tidak
mepublikasikan amalnya kepada orang lain, dan menjauhi diri dari riya dan halhal yang bisa menghapus amal perbuatannya. Dalam bersedekah umpamanya,
maka setelah bersedekah, dia harus menahan diri untuk tidak menyebut-nyebut
sedekahnya dan harus menahan diri tidak menyakiti perasaan penerima sedekah.
tetapi sangat bisa dan sabar kalau diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain.
Contoh-contoh seperti ini sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ketiga : Sabar terhadap musibah, yaitu menahan diri dan tidak mengeluh ketika
terkena musibah. Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena sesuatu itu sudah
terjadi di depannya, dan dia tidak bisa menghindarinya, artinya dia bersabar atau tidak
bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak dari
kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa musibah. Sabar dalam bentuk ini
tersebut dalam firman Allah swt :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar.( QS Al Baqarah : 155 )
Dalam hadist Ummu Salamah disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
:
.
Jika diantara kalian tertimpa musibah, hendaknya berkata : Sesunggunya kami milik
Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari
pahala dari musibah ini di sisi-Mu, maka berikanlah kepada-ku pahala itu, dan
gantikanlah aku dengan sesuatu yang lebih baik dari musibah ini ( HR Abu Daud )
Hadist di atas benar-benar dipraktekkan oleh para sahabat, bahkan oleh Ummu
Salamah sendiri, tepatnya ketika suaminya Abu Salamah pada detik-detik terakhir dari
hidupnya dia berdoa : Ya Allah gantilah untuk keluargaku seseorang yang lebih baik
dariku Dan ketika Abu Salamah telah meninggal dunia, Ummu Salamah berdoa :
Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah
saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu.
Kemudian apa yang terjadi setelah Ummu Salamah tetap sabar, tabah dan berdoa
sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah saw . Ternyata Allah mengabulkan doa
tersebut dan Ummu Salamah mendapat ganti suami yang lebih baik dari Abu Salamah,
yaitu Rosulullah saw.
23
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2014. Imunologi Dasar. Edisi 11. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Crowin Elizabeth J. 2009 . Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dorland, W.A. (2010). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2004. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC
Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B.A, et.al. 2014 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 jilid 3.
Jakarta: Interlan Publising
Wilson Lorraine M, Prince A. 2006 Patofisiologi vol.2 ed.6. Jakarta : EGC
www.medicastore.com
www.merck.com
http://www.internafkui.or.id
http://www.klikdokter.com
24