Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Daftar Isi..............................................................................................................................1
Skenario...............................................................................................................................2
Kata Sulit.............................................................................................................................3
Pertanyaan............................................................................................................................3
Jawaban................................................................................................................................4
Hipotesis..............................................................................................................................5
SasaranBelajar......................................................................................................................6
1. Memahami dan Menjelaskan Autoimun
1.1. Menjelaskan Definisi Autoimun.
1.2. Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi.
1.3. Menjelaskan Patofisiologi terjadinya penyakit autoimun.
1.4. Menjelaskan Manifestasi Penyakit Autoimun.
2. Memahami dan Menjelaskan LES
2.1. Menjelaskan Penyakit LES
2.2. Menjelaskan Etiologi Penyakit LES
2.3. Menjelaskan Klasifikasi Penyakit LES
2.4. Menjelaskan Patofisiologi Penyakit LES
2.5. Menjelaskan Manifestasi
2.6. Menjelaskan Kriteria Diagnostik LES.
2.7. Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.8. Menjelaskan Tatalaksana
3. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan Lboratorium untuk Penyakit Autoimun.
4. Memahami dan Menjelaskan tentang Sabar dalam Menghadapi Musibah Menurut
Ajaran Islam.
Daftar Pustaka....................................................................................................................24

SKENARIO 3
RONA MERAH DI PIPI
Seorang perempuan berusia 30 tahun, datang ke Rumah sakit dengan keluhan demam
yang hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan lainnya mual, tidak nafsu makan, mulut
sariawan, nyeri pada persendian, rambut rontok dan pipi berwarna merah bila terkena sinar
matahari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu subfebris, konjungtiva pucat, terdapat
sariawan di mulut. Pada wajah terlihat malar rash. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan
kelainan. Dokter menduga pasien menderita Sistemic Lupus Eritematosus.
Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium hematologi, urin, dan
marker autoimun (autoantibodi misalnya anti ds-DNA). Dokter menyarankan untuk dirawat
dan dilakukan follow up pada pasien ini. Dokter menyarankan agar pasien bersabar dalam
menghadapi penyakit karena membutuhkan penanganan seumur hidup.

Kata Sulit :

1. Malar rash eritema menetap datar/ timbul melalui penonjolan malar cenderung tidak
mengenai lipatan nasolabial (Bratawijaya,2014).
2. Suhu Subfebris : suhu 37,5 derajat Celsius sampai 38 derajat Celsius
3. Autoimun : respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh
mekanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel
T, atau keduanya. (Bratawijaya,2010).
4. Sistemic Lupus Eritematosus :
Penyakit autoimun kronis dimana ada gangguan fungsi fisiologi/ kerusakan jaringan
(Dorland,2011).
Gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat ringan hingga
fulminan ditandai dengan adanya erupsi kulit, artritis, leukopenia, anemia, lesi organ,
limfadenopasti (Dorland,2014)
Pertanyaan :
1. Kenapa Pasien mengalami malar rash ?
2. Kenapa pasien mengalami nyeri pada persendian?
3. Kenapa dokter bias menduga pasien tersebut SLE?
4. Kenapa pasien membutuhkan penanganan seumur hidup?
5. Apa factor penyebab SLE?
6. Apa penyebab dan mekanisme menjadi SLE?
7. Apakah penyakit SLE ini terjadi pada perempuannya saja/
8. Bagaimana hasil pemeriksaan LAB yang menunjukkan hasil tersebut positif?
9. Apa manfaat bersabar dalam kasus ini?
10. Kenapa dokter menyarankan pemeriksaan hematologi, Urin, marker autoimun?
11. Kenapa dokter menyarankan untuk sabar?

Jawaban :
1. karena ada bentuk perlawanan antibodi yang berlebihan terhadap antigen . terjadi
inflamasi yang berlebihan.
2. Kaitan dengan artritis
Autoimun
a. non spesifik
b. spesifik (organ utama)
3. ciri-ciri LES : ada kriteria LES (4 + dari 11 kriteria) : 1) malar rash 2) sariawan 3)dll
4. karena penyakit LES menyerang imun berlangsung lama dan sulit disembuhkan.
Karena LES merupakan penyakit kronis.
5. Karena faktor *genetik
*non genetik : sinar matahari (UV), obat-obatan, difisiensi komplemen
6. Mekanisme : tubuh tidak dapat mengenali benda asli. Antibodi menyerang jaringan
tubuh karena ada organ yang rusak (dapat mengenai ginjal terjadi penimbunan
protein).
7. Bisa terjadi pada perempuan (5:1) hingga (9:1) ada hubungannya dengan hormon
estrogen.
8. Karena LES sulit disembuhkan, supaya dan tidak stres, sabar, membuat dosa
terhapuskan.
9. (Jawaban Untuk nomor 9 dan 11) Pemeriksaan yang bagaimanaDS DNA
*hematologi (bagaimana darahnya :terbentuk / keadaan imunnya pada darah.
DS DNA dilihat dari titer antibodinya materi gentik +
tujuan melakukan hematologi, urin, maker autoimun
Untuk mengetahui titer antibodi pasien.
10. Sabar menurut Islam :
Dapat dengan membaca Al Quran, sholat, berkumpul dengan orang sholeh.
Ayat Al Baqarah :
Manusia harus mengucapkan Inalillahiwainailahirojiun sesungguhnya semua milik
Allah dan akan kembali kepada Allah

Hipotesis
LES merupakan penyakit autoimun. Faktor prnyrbabnya genetik dan non genetik.
Untuk pemeriksaan LES dapat dilakukan dengan pemeriksaan Laboratorium anti DS DNA.
Penyakit LES membutuhkan penanganan seumur hidup karena itu penderita dianjurkan sabar
sesuai dengan anjuran agama Islam.

Sasaran Belajar
5. Memahami dan Menjelaskan Autoimun
5.1. Menjelaskan Definisi Autoimun.
5.2. Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi.
5.3. Menjelaskan Patofisiologi terjadinya penyakit autoimun.
5.4. Menjelaskan Manifestasi Penyakit Autoimun.
6. Memahami dan Menjelaskan LES
6.1. Menjelaskan Penyakit LES
6.2. Menjelaskan Etiologi Penyakit LES
6.3. Menjelaskan Klasifikasi Penyakit LES
6.4. Menjelaskan Patofisiologi Penyakit LES
6.5. Menjelaskan Manifestasi
6.6. Menjelaskan Kriteria Diagnostik LES.
6.7. Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
6.8. Menjelaskan Tatalaksana
7. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan Lboratorium untuk Penyakit Autoimun.
8. Memahami dan Menjelaskan tentang Sabar dalam Menghadapi Musibah Menurut
Ajaran Islam.

1. Memahami dan Menjelaskan Autoimun


1.1. Menjelaskan Definisi Autoimun.
Autoimun adalah respons imun terhadap antigen jaringan sendiri yang
disebabkan oleh mekanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan
self- tolerance sel B, sel T, atau keduanya.
1.2. Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi.
Organ
spesifik

Nonorgan
spesifik

penyakit
T. hashimoto
Grave D.
Pernisious

organ
tiroid
Tiroid
Del

anemia
IDDM
Infertilitas

merah
Pankreas
sperma

laki
Virtiligo

Antibodi terhadap
tiroglobulin
TSH recep
darah Intrinsik faktor
Sel beta
Sperma

Rheumatoid

Kulit
Melanosit
persendian
Kulit Ginjal IgG

arthritis
SLE

sendi
Sendi organ

DNA
RNA
nucleiprotein

Tes diagnosis
RIA
Immunofluorescen
Immunofluorescen

Aglutinasi
immunofluorescen
Immunofluorescen
IgG-latex Aglutination
DNA
RNA
latex Aglutination

Etiologi Penyakit Autoimun :


Kegagalan toleransi, diantaranya adalah :
-

Kegagalan induksi kematian sel

Kegagalan sel anergi

Aktifasi secara langsung sel B tanpabantuansel limfosit

Kegagalan sel limfosit suppression

Molecular mimicry (menyerupai)

Aktifasi limfosit secara polyclonal

Faktorgenetik

Infeksi oleh mikroorganisme

1.3. Menjelaskan Patofisiologi terjadinya penyakit autoimun.


-

Penyakit auto imun dapat terjadi akibat cedera jaringan oleh sel T atau antibodi
yang bereaksi terhadap antigen pejamu.
7

Penyakit auto imun terjadi karena kesalahan pada pengaturan toleransi


imunologis sistem imun.

Toleransi imunologis merujuk pada ketiadaan responsivitas terhadap antigen diri


sendiri, agar kita dapat hidup harmonis dengan sel tubuh sendiri

Toleransi imunologis diklasifikasi menjadi 2, yaitu toleransi sentral dan perifer


Toleransi Sentral
Kematian (delesi) klon-klon limfosit T dan B yang reaktif terhadap diri sendiri
pada saatpematangan sel-sel tersebut di organ limfoid sentral (timus untuk Sel T,
dan sum-sum tulang untuk sel B)
Limfosit T yang memiliki reseptor untuk antigen-diri mengalami apoptosis di
dalam timus pada proses pematangan sel T.
Limfosit B akan mengalami apoptosis apabila ketika sel B sedang berkembang
menjumpai suatu antigen terkait-membran di dalam sum-sum tulang.
Akan tetapi delesi klonal limfosit reaktif-diri ini jauh dari sempurna. Banyak
antigen-diti mungkin tidak terdapat di timus dan karena itu, sel-sel T dan sel-sel B
yang memiliki reseptor untuk autoantigen ini lolos ke darah perifer.
Toleransi Perifer
Sel-sel T autoreaktif yang lolos dari seleksi negatif di dalam timus tersebut dapat
menimbulkan kerusakan jaringan kecuali jika sel-sel ini dihilangkan atau di
bungkam di jaringan perifer. Diketahui beberapa mekanisme cadangan yang
meredam sel T yang berfungsi autoreaktif tersebut

1.4. Menjelaskan Manifestasi Penyakit Autoimun.


1.4.1. LES
Gejala sistemik meliputi lemah, anoreksia, demam, lemah, dan menurunnya
berat badan. Gejala di kulit termasuk ruam malar (butterfly rash), ulkus di kulit
dan mukosa, purpura, alopesia (kebotakan), fenomena Raynaud, dan
fotosensitifitas. Gejala sendi sering ditemukan (http://www.klikdokter.com).
1.4.2. Artritis rheumatoid (RA)
Respons

inflamasi yang

disertai

peningkatan permeabilitas

vascular

menimbulkan pembengkakan sendi dan sakit bila eksudat bertambah banyak.


(Sudoyo, AW, dkk. 2006)
1.4.3. Sindroma Sjogren
8

Perusakan kelenjar lakrimal menyebabkan berkurangnya air mata, sehingga


epitel kornea menjadi mongering, diikuti dengan peradangan, erosi, dan ulserasi
(keratokonjungtivitis). Dapt pula terjadi atrofi mukosa, disertai dengan fisura
yang meradang dan ulserasi (xerostomia). (Robbins, et.al. 2007)
1.4.4. Graves disease
Manifestasi yang tersering adalah palpatasi, mudah lelahm hiperkinesia, diare,
berkeringat, intoleransi terhadap panas, tahan terhadap suhu dingin, pembesaran
tiroid, thyrotoxic eyes signs, takikardi ringan, lemah otot, hilangnya massa otot
dan nervousness. Serta sering sekali berkurangnya berat badan tanpa
berkurangnya nafsu makan. Pada anak-anak terjadi pertumbuhan yang cepat
disertai dengan maturasi tulang yang cepat. Pada pasien diatas 60 tahun, terdapat
gejala kardiovaskular, miopati, palpitasi, dispnea, tremor, dan berat badan turun.
(http://www.docstoc.com )
1.4.5. Miastenia gravis
Pada 90 % penderita, gejala awal berupagangguan otot-otot okular yang
menimbulkan

ptosis

dan

diplopia.

Diagnosisdapat

ditegakkan

dengan

memperhatikan otot-otot levator palpebrae kelopakmata. Bila penyakit hanya


terbatas pada otot-otot mata saja, maka perjalananpenyakitnya sangat ringan dan
tidak akan menyebabkan kematian.
Miastenia gravis juga menyerang otot-otot, wajah, dan laring.Keadaan ini
dapat menyebabkan regurgitasi melalui hidung jika pasienmencoba menelan
(otot-otot palatum), menimbulkan suara yang abnormalatau suara nasal, dan
pasien tak mampu menutup mulut yang dinamakansebagai tanda rahang
menggantung.
Pada sistem pernapasan, terserangnya otot-otot pernapasan terlihatdari adanya
batuk yang lemah, dan akhirnya dapat berupa serangan dispneadan pasien tidak
lagi mampu membersihkan lender dari trakea dan cabang-cabangnya. Pada kasus
yang lebih lanjut, gelang bahu dan panggul dapatterseranghingga terjadi
kelemahan pada semua otot-otot rangka.
Biasanya gejala Miastenia gravis dapat diredakan dengan beristirahatdan
dengan memberikan obat antikolinesterase. Namun gejala-gejalatersebut dapat
menjadi lebih atau mengalami eksaserbasi oleh sebab (Price & Wilson. 2006)
1.4.6. Skleroedema
9

Gejala skleroderma bervariasi, tergantung pada sistem organ yang terlibat.


Yang paling umum tanda dan gejala termasuk skleroderma:
-

Fenomena Raynaud. Respon berlebihan untuk suhu dingin atau tekanan


emosional, kondisi ini menyempitkan pembuluh darah kecil di tangan dan kaki
dan menyebabkan mati rasa, nyeri atau perubahan warna pada jari tangan atau
kaki.

Gastroesophageal reflux disease (GERD). Selain acid reflux, yang dapat


merusak bagian kerongkongan terdekat perut, Anda juga mungkin memiliki
masalah menyerap nutrisi jika otot usus Anda tidak bergerak makanan baik
melalui usus Anda.
Perubahan Kulit. Perubahan ini mungkin termasuk jari-jari bengkak dan
tangan; bercak penebalan kulit, terutama pada jari, dan kulit yang kencang di
sekitar tangan, wajah atau mulut. Kulit dapat tampil mengkilap, dan gerakan
bagian yang terkena dapat terbatasi. (Mayo Foundation for Medical Education
and Research. 2008)

10

2. Memahami dan Menjelaskan LES


2.1. Menjelaskan Penyakit LES
Gangguan multisistemik yang kronik, meradang, sering febril pada jaringan
ikat yang sering mengalami remisi dan relaps; awitannya dapat dapat bersifat akut
atau perlahan dan ditandai terutama dengan keterlibatan kulit (cutaneous l.
erythematosus), sendi, ginjal, dan membrane serosa. Etiologinya tidak diketahui,
tetapi diperkirakan merupakan kegagalan mekanisme pengaturan sistem autoimun,
karena terdapat sejumlah autoantibodi dalam kadar yang tinggi terhadap komponen
selular nuclear dan sitoplasmik. Gangguan ini ditandai dengan abnormalitas yang
sangat bervariasi, termasuk artritis, artralgia, nefritis, manifestasi sistem saraf pusat,
pleurisi,

pericarditis,

leukopenia

atau

trombositopenia,

anemia

hemolitik,

peningkatan laju endap darah, dan adanya darah dalam sel yang khas yang disebut sel
LES.
2.2. Menjelaskan Etiologi Penyakit LES
Etiologinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan merupakan
kegagalan mekanisme pengaturan sistem autoimun, karena terdapat sejumlah
autoantibodi dalam kadar yang tinggi terhadap komponen selular nuclear dan
sitoplasmik.
2.3. Menjelaskan Klasifikasi Penyakit LES
1. Lupus Eritematosus Sistemik
Gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat ringan
hingga fulminans, ditandai oleh adanya erupsi kulit, artalgia, atritis, leukopenia,
anemia, lesi organ, manifestasi neurologic, limfadenopati, deman, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid
Bentuk lupus eritematosus kutaneus kronik, ditandai dengan adanya macula warna
merah dilapisi skuama tipis dan lengket yang rontok meninggalkan parut ; lesi
berbentuk seperti kupu-kupu diatas batang hidung, pipi, dan lain-lain.
3. Lupus Obat
Dicetuskan oleh penggunaan obat tertentu dalam jangka panjang.
4. Lupus Neonatal

11

Biasanya jinak dan swasirna, ruam menyerupai lupus discoid, kadang disertai dengan
berbagai kelainan sistemik. Terdapat pada bayi yang lahir dari ibu penderita lupus.
(Dorland, 2014)
2.4. Menjelaskan Patofisiologi Penyakit LES
Penyakit autoimun adalah sistem imun yang gagal mengenali dan mentoleransi
antigen diri yang berkaitan dengan jaringan tertentu. Berasal dari kombinasi
predisposisi genetik dan pengaruh langsung yang mengarah pada kegagalan
mekanisme toleransi sistem imun.Dapat disebabkan:
2.4.1. Pajanan antigen-diri dalam keadaan normal tidak di akses kadang memicu
serangan imun terhadap antigen- antigen tersebut. Maka sistem imun tidak
belajar toleran terhadap antigen diri yang tersembunyi sehingga menyebabkan
rusaknya jaringan.
2.4.2. Antigen-diri normal menjalani modifikasi. Fakor-faktor nya contohnya obat,
bahan kimia/lingkungan, virus/mutasi genetik sehingga tidak dikenal dan
ditoleransi oleh sistem imun.
2.4.3. Terpajan sistem imun ke suatu antigen asing. Hampir identik dengan antigendiri memicu produksi antibodi mengaktifkan limfosit T yang tidak berinteraksi
dengan antigen asing. Tapi bereaksi silang dengan antigen tubuh yang mirip.
2.4.4. Studi-studi baru mengisyaratkan adanya kemungkinan lain sebagai pemicu
penyakit autoimun. Secara tradisional, ilmuan berspekulasi bahwa bias jenis
kelamin pada penyakit autoimun berkaitan dengan perbedaan hormon.
Ditemukan insiden lebih tinggi pada penyakit destruksi pada wanita saat
kehamilan, bahwa sel janin sering mendapat akses ke aliran darah ibu sewaktu
trauma persalinan dan kelahiran, kadang beredar di tubuh ibu selama beberapa
dekade setelah kehamilan. Sistem imun biasanya membersihkan sel-sel ini dari
tubuh ibu setelah kelahiran. Membuktikan bahwa wanita dengan penyakit ini
lebih besar kemungkinan mengalami persistensi sel janin dalam darah mereka
dibanding dengan wanita sehat. Mereka pura-pura jadi antigen-antigen ibu yang
mirip, lalu menetap di janin yang tidak dibersihkan secara dini sebagai benda
asing yang akan memicu serangan imun yang samar. (Sherwood, L 2002)

12

2.5. Menjelaskan Manifestasi


a. Kulit
Sebesar 2 sampai 3% lupus discoid terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Sekitar 7%
Lupus diskoid akan menjadi LES dalam waktu 5 tahun, sehingga perlu dimonitor
secara rutin Hasil pemeriksan laboratorium menunjukkan adanya antibodi antinuclear
(ANA) yang disertai peningkatan kadar IgG yang tinggi dan lekopeni ringan.
b. Serositis (pleuritis dan perikarditis)
Gejala klinisnya berupa nyeri waktu inspirasi dan pemeriksaan fisik dan radiologis
menunjukkan efusi pleura atau efusi parikardial.
c. Ginjal
Pada sekitar 2/3 dari anak dan remaja LES akan timbul gejala lupus nefritis. Lupus
nefritis akan diderita sekitar 90% anak dalam tahun pertama terdiagnosanya LES.
Berdasarkan klasifikasi WHO, urutan jenis lupus nefritis yang terjadi pada anak
berdasarkan

prevalensinya

adalah

(1)

Klas

IV,

diffuse

proliferative

glomerulonephritis (DPGN) sebesar 40%-50%; (2) Klas II, mesangial nephritis (MN)
sebesar 15%-20%; (3) Klas III, focal proliferative (FP) sebesar 10%-15%; dan (4)
Klas V, membranous pada > 20%.
d. Hematologi
Kelainan hematologi yang sering terjadi adalah limfopenia, anemia, trombositopenia,
dan lekopenia.
e. Pneumonitis interstitialis
Merupakan hasil infiltrasi limfosit. Kelainan ini sulit dikenali dan sering tidak dapat
diidentifikasi. Biasanya terdiagnosa setelah mencapai tahap lanjut.
f. Susunan Saraf Pusat (SSP)
Gejala SSP bervariasi mulai dari disfungsi serebral global dengan kelumpuhan dan
kejang sampai gejala fokal seperti nyeri kepala dan kehilangan memori. Diagnosa
lupus SSP ini membutuhkan evaluasi untuk mengeksklusi ganguan psikososial reaktif,
infeksi, dan metabolik. Trombosis vena serebralis bisanya terkait dengan antibodi
antifosfolipid. Bila diagnosa lupus serebralis sudah diduga, konfirmasi dengan CT
Scan perlu dilakukan.
g. Arthritis
Dapat terjadi pada lebih dari 90% anak dengan LES. Umumnya simetris, terjadi pada
beberapa sendi besar maupun kecil. Biasanya sangat responsif terhadap terapi
13

dibandingkan dengan kelainan organ yang lain pada LES. Berbeda dengan JRA,
arthritis LES umumnya sangat nyeri, dan nyeri ini tak proporsional dengan hasil
pemeriksaan fisik sendi. Pemeriksaan radiologis menunjukkan osteopeni tanpa adanya
perubahan pada tulang sendi.Anak dengan JRA polyarticular yang beberapa tahun
kemudian dapat menjadi LES.
h. Fenomena Raynaud
Ditandai oleh keadaan pucat, disusul oleh sianosis, eritema dan kembali hangat.
Terjadi karena disposisi kompleks imun di endotelium pembuluh darah dan aktivasi
komplemen lokal.
i. Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endocarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari keadaan
tersebut.
2.6. Menjelaskan Kriteria Diagnostik LES
No
1

Kriteria
Bercak malar

Definisi
Eritema datar atau menimbul yang menetap di

(butterfly

daerah pipi, cenderung menyebar ke lipatan

rash)
Bercak

nasolabial
Bercak eritema yang menimbul dengan adherent

diskoid

keratotic scaling dan follicular plugging, pada

Fotosensitif

lesi lama dapat terjadi parut atrofi


Bercak di kulit yang timbul akibat paparan sinar
matahari, pada anamnesis atau pemeriksaan

4
5

Ulkus mulut

fisik
Ulkus mulut atau nasofaring, biasanya tidak

Artritis

nyeri
Artritis nonerosif pada dua atau lebih persendian
perifer, ditandai dengan nyeri tekan, bengkak

Serositif

atau efusi
a. Pleuritis
Riwayat pleuritic pain atau terdengar pleural
friction rub atau terdapat efusi pleura pada
pemeriksaan fisik
14

atau
b. Perikarditis
Dibuktikan

dengan

EKG

atau

terdengar

pericardial friction rub atau terdapat efusi


7

Gangguan

perikardial pada pemeriksaan fisik


a. Proteinuria persisten > 0,5 g/hr atau

ginjal

pemeriksaan +3 jika pemeriksaan kuantitatif


tidak dapat dilakukan
atau
b. Cellular cast : eritrosit, Hb, granular, tubular

Gangguan

atau campuran
Kejang

saraf

Tidak disebabkan oleh obat atau kelainan


metabolik

(uremia,

ketoasidosis

atau

ketidakseimbangan elektrolit)
atau
Psikosis
Tidak disebabkan oleh obat atau kelainan
metabolik
9

(uremia,

ketoasidosis

atau

Gangguan

ketidakseimbangan elektrolit)
Terdapat salah satu kelainan darah

darah

Anemia hemolitik dengan retikulositosis


Leukopenia

<

4000/mm3

pada

>1

<

1500/mm3

pada

>2

pemeriksaan
Limfopenia
pemeriksaan
Trombositopenia < 100.000/mm3 tanpa adanya
10

Gangguan

intervensi obat
Terdapat salah satu kelainan

imunologi

Anti ds-DNA diatas titer normal


Anti-Sm(Smith) (+)
Antibodi fosfolipid (+) berdasarkan
kadar serum IgG atau IgM antikardiolipin yang
abnormal
15

antikoagulan lupus (+) dengan menggunakan tes


standar
tes sifilis (+) palsu, paling sedikit selama 6
bulan dan dikonfirmasi dengan ditemukannya
11

Antibodi

Treponema palidum atau antibodi treponema


Tes ANA (+)

antinuklear
Seorang pasien diklasifikasikan menderita SLE apabila memenuhi minimal 4 dari 11
butir kriteria tersebut diatas.
2.7. Menjelaskan Diagnosis Banding
Dengan adanya gejala di berbagai organ, maka penyakit-penyakit yang didiagnosis
banding banyak sekali. Beberapa penyakit yang berasosiasi dengan LES mempunyai
gejala-gejala yang dapat menyerupai LES, yaitu arthritis reumatika, sklerosis
sistemik, dermatomiositis, dan purpura trombositopenik.
2.8. Menjelaskan Tatalaksana
2.8.1. Edukasi/ konseling
Pasien LES memerlukan informasi yang benar dan dukungan agar hidup mandiri.
Pasien memerlukan pengetahuan akan masalah aktivitas fisik, mengurangi/mencegah
kekambuhan seperti memakai tabir surya, payung/topi, latihan teratur, pengaturan
berat badan. Diperlukan informasi akan pengawasan berbagai fungsi oragan, baik
berkaitan dengan aktivitas penyakit ataupun akibat pemakaian obat-obatan, butirbutir edukasi terhadap pasien LES
-

Penjelasan tentang apa itu lupus dan penyebabnya.

Tipe dari penyakit LES dan peragai dari masing-masing tipe.

Masalah yang terkait dengan fisik: kegunaan latihan terutama yang terkait
dengan pemakaian steroid seperti osteoporosis, istirahat, pemakaian alat bantu
maupun diet, mengatasi infeksi secepatnya maupun pemakaian kontrasepsi.

Pengenalan masalah aspek psikologis: bagaimana pemahaman diri pasien LES,


mengatasi rasa lelah, stress emosional, trauma psikis, masalh terkait dengan
keluarga atay tempat kerja dan pekerjaan itu sendiri, mengatasi rasa nyeri.

Pemakaian obat mencakup jenis, dosos, lama pemberian dan sebagainya. Perlu
tidaknya suplementasi mineral dan vitamin. Obat-obatan yang dipakai jangka
16

panjang contohnya obat anti tuberculosis dan beberapa jenis lainnya termasuk
antibiotikum.
-

Dimana pasien dapat memperikeh informasi tentang LES ini, adanya yayasan
kelompok pendukung, dan sebagainya.

Terkait dengan pendekatan biopsikososial dalan penatalaksaaan LES, setiap pasien


LES perlu dianalisis adanya masalah neuro-psikologik maupun social. Berdasaran
data penelitian di RSCM (2010) ditemukan gangguan neuro-psikologik sebesar
86,49%.
Edukasi keluarga diarahkan untuk memangkas dampak stigmata psikologik akibat
adanya keluarga dengan LES, memberikan informasi perlunya dukungan keluarga
yang tidak berlebihan.
2.8.2.

Program rehabilitasi

Salah satu hal penting adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga 30%
apabila pasien dengan LES dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2
minggu. Disamping itu penurunan kekuatan otot sekitar 1-5% per hari dalam kondisi
immobilitas. Berbagai latihan perlu diperlukan untuk mempertahankan kestabilan
sendi. Modalitas fisik seperti pemeberian panas/ dingin diperlukan untuk mengurangi
rasa nyeri, menghilangkan kekakuan atau spasme otot. Secara garis besar, maka
tujuan, indikasi dari teknik pelakasaan program rehabilitas yang melibatkan beberapa
maksud dibawah ini, yaitu:
-Istirahat
-Terapi fisik
-Terapi dengan modalitas
-Ortotik
-Lain-lain
2.8.3.

Terapi medikamentosa

Kortikosteroid digunakan sebagai pengobatan utama pada pasien LES walau


banyak laporan munculnya efek samping. Dosis kortikosteroid digunakan bervariasi.
Untuk meminimalkan masalah interprestasi maka dilakukan standarisasi berdasarkan
patofisiologi dan farmakokinetiknya.
Indikasi

Dosis rendah sedang untuk LES tenang

Dosis sedang- tinggi untuk LES aktif

Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan untuk krisis akut yang berat
17

Efek samping tergantung pada dosis dan waktu.

18

3. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Autoimun.


Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah leukosit, trombosit, limfosit dan kadar Hb
dan LED. LED yang meningkat menandakan aktifnya penyakit.

Pemeriksaan CRP sangat

membantu untuk membedakan lupus aktif dengan infeksi. Pada lupus yang aktif kadar CRP
norma atau meningkat tidak bermakna, sedangkan pada infeksi terdapat peningkatan CRP yang
sangat tinggi. Pemeriksaan komplemen C3 dan C4 membantu untuk menilai aktivitas penyakit.
Pada keadaan aktif kadar kedua komplemen ini rendah.
Pemeriksaan Lab yang dilakukan thd pasien SLE:
-

Tes ANA (Anti Nuclear Antibody)

Tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi namun spesifitas yang rendah.
Hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala mengarah pada SLE. Tes ana
positif 95-100%. Tapi hasil tes ANA dapat positif pada beberapa penyakit lain yang
mempunyai gambaran klinis menyerupai SLE. . Jika tes ANA (+) maka dapat terjadi
sklerosis sistemik, poliomiostis, dermatomiostis, athritis reumatoid, tiroiditis otoimun,
keganasan obat. Jika tes ANA (-) terdapat gambaran klinis yang khas. Tidak dapat
mengeksekusi bahwa penderita bukan lupus.
-

Tes Anti dsDNA (double stranded)

Merupakan tes spesifik terhadap SLE, untuk melihat apakah pasien memiliki
antibody terhadap SLE, untuk melihat apakah pasien memiliki antibody terhadap
materi genetic di dalam sel. Titer meningkat sebelum SLE kambuh.
-

Tes Antibodi anti-S (Smith)

Antibodi spesifik terdapat 20-30% pasien


-

Tes Anti-RNP (Ribonukleoprotein), anti-ro/anti-SS-A, anti-La (antikoagulan lupus anti


SSB, dan antibodi antikardiolipin).

Titernya tidak terkait dengan kambuhnya SLE


-

Komplemen C3, C4, dan CH50 (komplemen hemolitik)

Tes sel LE
Kurang spesifik dan juga positif pada arthritis rheumatoid, syndrome sjogren,
scleroderma, obat, dan bahan-bahan kimia lain. Untuk mencari keberadaan jenis sel
tertentu yang dipengaruhi membesarnya antibodi terhadap lapisan inti sel lain
pemeriksaan ini jarang digunakan jika dibandingkan dengan pemeriksaan ANA, karena
pemeriksaan ANA lebih peka untuk mendeteksi penyakit Lupus dibandingkan dengan LE
cell prep.

19

Tes anti ssDNA (single stranded)

Pasien dengan anti ssDNA positif cenderung menderita nefritis


-

Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan immune complexes (kekebalan) di dalam


darah

Biopsy Kulit

Biopsy Ginjal

20

4. Memahami dan Menjelaskan tentang Sabar dalam Menghadapi Musibah Menurut


Ajaran Islam.
Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan sholat
Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusu , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan menemui Robb-nya
dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya ( QS Al Baqarah : 45 -46 )
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran :
Pelajaran Pertama :
Bahwa Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk selalu bersabar dan menegakkan
sholat di dalam menghadapi segala problematika hidup.
Adapun sabar secara bahasa adalah menahan, dikatakan : qutila fulanun shobron
artinya : si fulan terbunuh dalam keadan ditahan. Oleh karenanya, seseorang yang
menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar.
Pelajaran Kedua :
Sabar dibagi menjadi beberapa macam :
1. Pertama : Sabar di dalam ketaatan, yaitu menata diri untuk selalu mengerjakan
perintah-perintah Allah dan Rosul-Nya. Sabar di dalam ketaatan ini adalah tingkatan
sabar yang paling tinggi, kenapa ? karena untuk melakukan suatu ketaatan, diperlukan
kemauan yang sangat kuat, dan untuk menuju pintu syurga seseorang harus mampu
melewati jalan-jalan yang dipenuhi dengan duri, ranjau dan segala sesuatu yang
biasanya dia benci dan tidak dia sukai, sebagaimana sabda Rosulullah saw

Dan jalan menuju syurga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi ( HR
Muslim )
Sabar dalam ketaatan ini harus melalui tiga fase :
-

Fase Pertama : Sabar sebelum beramal, ini meliputi perbaikan niat, yaitu
mengikhlaskan amal hanya karena Allah swt , dan bertekad untuk mengerjakan

ibadat tersebut sesuai dengan aturannya. Dalam hal ini Allah berfirman :




21

Kecuali orang - orang yang bersabar dan beramal sholeh.(Qs Hud:11)


-

Fase Kedua : Sabar ketika beramal, yaitu dengan selau mengingat Allah swt
selama beramal, dan tidak malas untuk mengerjakan seluruh rukun, kewajiban dan
sunah dari amal tersebut. Kalau sedang mengerjakan puasa umpamanya, maka dia
harus tetap mengingat bahwa dirinya sedang puasa dan Allah selalu melihat
seluruh amalannya, maka dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang dilarang
oleh Allah selama berpuasa dan berusaha untuk mengerjakan amalan sunah dan
wajib, seperti membantu fakir miskin, memberikan ifthor kepada yang berpuasa,
sholat berjamaah dan sebagainya.

Fase ketiga : Sabar setelah beramal , yaitu dengan menahan diri untuk tidak
mepublikasikan amalnya kepada orang lain, dan menjauhi diri dari riya dan halhal yang bisa menghapus amal perbuatannya. Dalam bersedekah umpamanya,
maka setelah bersedekah, dia harus menahan diri untuk tidak menyebut-nyebut
sedekahnya dan harus menahan diri tidak menyakiti perasaan penerima sedekah.

Allah swr berfirman :





Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasan penerima ( Qs Al Baqarah : 264 )
2. Kedua : Sabar terhadap maksiat, yaitu selalu menahan diri untuk selalu menjauhi apaapa yang dilarang oleh Allah dan Rosul-Nya. Bentuk sabar ini jauh lebih ringan jika
dibandingkan dengan bentuk sabar yang pertama, karena meninggalkan sesuatu yang
dilarang jauh lebih ringan daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah. Walaupun
sebenarnya dalam masalah ini, kadang sifatnya sangat relatifnya, artinya bagi
seseorang mungkin lebih ringan meninggalkan sesuatu yang dilarang daripada
mengerjakan sesuatu yang diperintah, sementara bagi orang lain justru yang terjadi
adalah sebaliknya., dia merasa lebih ringan mengerjakan sesuatu yang diperintahkan
kepadanya daripada meninggalkan sesuatu yang dilarang. Inipun tergantung kepada
bentuk larangan dan perintah. Umpamanya kebanyakan orang bisa bersabar untuk
tidak berzina, akan tetapi tidak bisa bersabar untuk selalu mengerjakan sholat
berjamaah di masjid. Sebaliknya kebanyakan orang sangat sulit dan tidak bisa
bersabar untuk meninggalkan ghibah ( membicarakan kejelekan orang lain ), akan
22

tetapi sangat bisa dan sabar kalau diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain.
Contoh-contoh seperti ini sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ketiga : Sabar terhadap musibah, yaitu menahan diri dan tidak mengeluh ketika
terkena musibah. Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena sesuatu itu sudah
terjadi di depannya, dan dia tidak bisa menghindarinya, artinya dia bersabar atau tidak
bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak dari
kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa musibah. Sabar dalam bentuk ini
tersebut dalam firman Allah swt :



Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar.( QS Al Baqarah : 155 )
Dalam hadist Ummu Salamah disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
:
.
Jika diantara kalian tertimpa musibah, hendaknya berkata : Sesunggunya kami milik
Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari
pahala dari musibah ini di sisi-Mu, maka berikanlah kepada-ku pahala itu, dan
gantikanlah aku dengan sesuatu yang lebih baik dari musibah ini ( HR Abu Daud )
Hadist di atas benar-benar dipraktekkan oleh para sahabat, bahkan oleh Ummu
Salamah sendiri, tepatnya ketika suaminya Abu Salamah pada detik-detik terakhir dari
hidupnya dia berdoa : Ya Allah gantilah untuk keluargaku seseorang yang lebih baik
dariku Dan ketika Abu Salamah telah meninggal dunia, Ummu Salamah berdoa :
Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah
saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu.
Kemudian apa yang terjadi setelah Ummu Salamah tetap sabar, tabah dan berdoa
sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah saw . Ternyata Allah mengabulkan doa
tersebut dan Ummu Salamah mendapat ganti suami yang lebih baik dari Abu Salamah,
yaitu Rosulullah saw.

23

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2014. Imunologi Dasar. Edisi 11. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Crowin Elizabeth J. 2009 . Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dorland, W.A. (2010). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2004. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC
Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B.A, et.al. 2014 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 jilid 3.
Jakarta: Interlan Publising
Wilson Lorraine M, Prince A. 2006 Patofisiologi vol.2 ed.6. Jakarta : EGC
www.medicastore.com
www.merck.com
http://www.internafkui.or.id
http://www.klikdokter.com

24

Anda mungkin juga menyukai