Dagnosis
Pasien datang dengan keluhan benjolan dileher kiri, bertambah besar sejak 1 bulan,
pendengaran menurun.
Limfadenopati
Limfadenopati adalah kondisi di mana terjadi pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah
bening.yang merujuk pada nodul limfa yang tidak normal ukurannya (lebih dari 1 cm) dan
dapat bertambah besar. Dan menimbulkan gejala berupa pembengkakan atau pembesaran
kelenjar getah bening. Pembengkakan tersebut dapat diketahui dengan munculnya benjolan di
bawah kulit, yang terasa nyeri.
Diagnosis Banding
Limfoma
Limfoma sudah termasuk keganasan, karakteristik dari limfoma yaitu demam, keringat
malam, penurunan berat badan, asimtomatik, memar.
Gejala utama limfoma adalah muncul benjolan di beberapa bagian tubuh, seperti leher,
ketiak, atau selangkangan. Benjolan tersebut muncul akibat pembengkakan kelenjar getah
bening.
CA nasofaring
CA nasofaring adalah jenis kanker tenggorokan yang terjadi pada lapisan luar
nasofaring. Nasofaring merupakan salah satu bagian pada tenggorokan bagian atas yang
terletak di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut. Kondisi ini dapat
menimbulkan gejala berupa benjolan pada tenggorokan, penglihatan kabur, hingga kesulitan
membuka mulut.
• Infeksi
- Infeksi virus
• Melibatkansedikitnyaduakelompokkelenjargetahbening
dalamsetiapkelompok
• Berlangsunglebihdaritigabulan
- Infeksibakteri
• Obat-obatandapatmenyebabkanlimfadenopatigeneralisata.
Limfadenopatidapattimbulsetelahpemakaianobat-obatansepertifenitoin dan isoniazid. Obat-
obatanlainnyasepertiallupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas,
hidralazine,
PenyebabLimfadenopati
Gejala dan tanda kanker nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok yaitu :
a. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung dan pilek.
Gejala sumbatan hidung yang didahului oleh epitaksis yang berulang. Pada keadaan
lanjut tumor masuk ke dalam rongga hidung dan sinus paranasal (Soepardi et al,
2012).
b. Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor
dekat dengan muara tuba Eustachius. Gangguan dapat berupa tinitus, rasa penuh di
telinga, berdengung sampai rasa nyeri di telinga (Soepardi et al, 2012).
c. Gangguan penglihatan sehingga penglihatan menjadi diplopia (penglihatan ganda).
Gejala dimata terjadi karena tumor berinfiltrasi ke rongga tengkorak, dan yang
pertama terkena ialah saraf otak ke III, IV dan VI, yaitu yang mempersarafi otot-otot
mata, sehingga menimbulkan gejala diplopia. Gejala yang lebih lanjut ialah gejala
neurologik, karena infiltrasi tumor ke intrakranial melalui foramen laserum, dapat
mengenai saraf otak ke III, sehingga mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII, dan
bila keadaan ini terjadi prognosisnya buruk (Soepardi et al, 2012).
d. Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher. (Soepardi et al, 2012).
Daftar pustaka :
Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D (ed). 2012. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan, Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi Ke7. Badan
Penerbit FKUI. Jakarta.
Daftar pustaka :
Oehadian, A. (2013). Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Cdk-209, 40(10), 727–732.
CA NASOFARING
Dari anamnesis
- Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh, tinnitus, otalgia, hidung
tersumbat, lendir bercampur darah. Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan
pada leher, terjadi gangguan saraf, diplopa, dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V,
VI) (Kemenkes, 2015).
Patologi anatomi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSIS BANDING
1. Limfoma Malignum
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, KNF merupakan keganasan terbanyak ke-4 setelah kanker payudara, kanker
leher rahim, dan kanker paru (adham, 2012).
o 87.000 kasus baru nasofaring muncul setiap tahunnya (dengan 61.000 kasus baru terjadi
pada laki-laki dan 26.000 kasus baru pada perempuan)
o 51.000 kematian akibat KNF (36.000 pada laki-laki, dan 15.000 pada perempuan)
- KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria dan
wanita adalah 2,18:1) dan 60% pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun (Chang,
2006).
- Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara yakni sebesar 40
- 50 kasus kanker nasofaring diantara 100.000 penduduk. Kanker nasofaring sangat
jarang ditemukan di daerah Eropa dan Amerika Utara dengan angka kejadian sekitar
PATOFISIOLOGI
Merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel skuamosa nasofaring atau kelenjar di
nasofaring, yang kemungkinan penyebabnya belum diketahui, nsmun beberapa teori
mengatakan bahwa untuk patofisiologinya kemungkinan karena 3 faktor (multifactorial),
yaitu:
- Faktor genetik: pada ras mongoloid memiliki risiko 6x lebih besar, dikarenakan
berhubungan dengan HLA BW46 dan HLA B17
- Faktor virus: (virus Epstein barr) dengan kejadian hamper 99% dideteksi pada
specimen biopsy KNF, namun karena sering ditemukan pada populasi normal, peran
EBV masih diragukan
- Faktor lingkungan: (bahan polusi), bahan karsinogenik (ikan asin dapat mengeluarkan
nitrosamine), rokok, gas kimia dll.
Agar sebuah kanker bisa terjadi, maka sel-sel yang terkena zat karsinogen harus mengalami
dua tahapan, yaitu:
- Tahap inisiasi dari kanker biasanya terjadi secara cepat dan menimbulkan kerusakan
secara langsung dalam bentuk terjadinya mutasi pada DNA. Mekanisme perbaikan
DNA akan mencoba melakukan perbaikan tetapi bila mekanisme tersebut gagal, maka
kerusakan tersebut akan terbawa pada sel anak yang dihasilkan dari proses
pembelahan.
- Tahap promosi, akan terjadi perkembangbiakan pada sel yang rusak, dimana hal
tersebut biasanya terjadi ketika sel-sel yang mengalami mutasi tersebut terkena bahan
yang bisa mendorong mereka untuk melakukan pembelahan secara cepat. Seringkali
terdapat jeda waktu yang cukup panjang diantara kedua tahapan tersebut. Tahap
promosi tersebut sebenarnya adalah sebuah tahap yang membutuhkan pengulangan
agar sel yang rusak tersebut mampu berkembang biak lebih lanjut menjadi kanker
TERAPI
Terapi utama:
LIMFADENOPATI
Pemeriksaan Fisik
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab
keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai
karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena
virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas.
Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh infl amasi
karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan
pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang
cepat. Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi
beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah
bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213
penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar di bawah 1 cm,
keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38%
penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening
berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi toraks abnormal tanpa adanya
gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk
penyakit granulomatosa (tuberkulosis, catscratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker
(terutama limfoma).1 Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang
menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm
dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit granulomatosa.
b. Lokasi limfadenopati
Limfadenopati daerah kepala dan leher
Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada
56% orang dewasa. Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak,
umumnya berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-
scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki,
limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula
kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan oleh keganasan.3 Kelenjar getah bening servikal
yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari, kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-
anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafilokokus dan streptokokus.3 Kelenjar getah
bening servikal yang berfl uktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa
tanda-tanda infl amasi atau nyeri yang signifi kan. merupakan petunjuk infeksi
mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch
disease). Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring,
tiroid, dan esofagus).3 Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis
tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga
disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa.
Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya meliputi infeksi di
lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.
Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada ekstremitas atas.
Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan
sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang
bermanifestasi sejak awal
Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan. Pada
penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi
ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula kanan
berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus. Limfadenopati
supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung,
kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).
Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal, terutama
yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan
penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh
keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat
disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita
karsinoma penis atau uretra.
Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun,
dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak
adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh leukemia,
limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati generalisata pada
penderita luluh imun (immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal
infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma
Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum
timbulnya lesi kulit
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasan darah. Laju
Endap darah, dilakukan untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.
b. Kultur Darah
Kultur darah dilakukan untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.
2. Ultrasonography (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati
servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran
mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi
dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang
lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95% (SR Rasyid, 2018).
KARSINOMA NASOFARING
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan nasofaring:
Rinoskopi posterior
Nasofaringoskop ( fiber / rigid )
Laringoskopi
Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band Imaging) digunakan untuk skrining,
melihat mukosa dengan
kecurigaan kanker nasofaring, panduan lokasi biopsi, dan follow up terapi pada kasus-kasus
dengan dugaan residu dan residif.
Pemeriksaan Radiologik
a. CT Scan
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi sinus frontalis sampai
dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan dengan kontras. Teknik
pemberian kontras dengan injector 1-2cc/kgBB, delay time 1 menit. CT berguna untuk
melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya serta penyebaran kelenjar getah
bening regional.
b. USG abdomen
Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila dapat keraguan pada kelainan
yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen dengan kontras.
c. Foto Thoraks
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya kelainan maka dilanjutkan
dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
d. Bone Scan
Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsy nasofaring BUKAN dari Biopsi
Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau biopsi insisional/eksisional kelenjar getah bening leher.
Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi posterior
atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber.
a. Berdiferensiasi (WHO 2)
a) Penderita anak
Pemeriksaan Laboratorium
PENATALAKSAAN LIMFADENOPATI
Prognosis
Prognosis dari benjolan ini tergantung dari pengobatan. Pengobatan limfadenopati KGB
leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil
setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan
terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap
atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat (Wardhani & Kentjono, 2017).
Komplikasi