Anda di halaman 1dari 17

1.

Diagnosis Dan Diagnosis Banding

Dagnosis

Pasien datang dengan keluhan benjolan dileher kiri, bertambah besar sejak 1 bulan,
pendengaran menurun.

Limfadenopati

Limfadenopati adalah kondisi di mana terjadi pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah
bening.yang merujuk pada nodul limfa yang tidak normal ukurannya (lebih dari 1 cm) dan
dapat bertambah besar. Dan menimbulkan gejala berupa pembengkakan atau pembesaran
kelenjar getah bening. Pembengkakan tersebut dapat diketahui dengan munculnya benjolan di
bawah kulit, yang terasa nyeri.

Diagnosis Banding

Limfoma

Limfoma sudah termasuk keganasan, karakteristik dari limfoma yaitu demam, keringat
malam, penurunan berat badan, asimtomatik, memar.

Gejala utama limfoma adalah muncul benjolan di beberapa bagian tubuh, seperti leher,
ketiak, atau selangkangan. Benjolan tersebut muncul akibat pembengkakan kelenjar getah
bening.

CA nasofaring

CA nasofaring adalah jenis kanker tenggorokan yang terjadi pada lapisan luar
nasofaring. Nasofaring merupakan salah satu bagian pada tenggorokan bagian atas yang
terletak di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut. Kondisi ini dapat
menimbulkan gejala berupa benjolan pada tenggorokan, penglihatan kabur, hingga kesulitan
membuka mulut.

Gejala Ca nasofaring yaitu

1. Suara purau >2 minggu dan sifat nya menetap


Gangguan getaran pada waktu fonasi dan suara menjadi kasar
2. Sesak nafas & stridor inspirasi karena saluran napas penuh dengan tumor
3. Nyeri pada tenggorok dan disfogia
4. Tumor pastiganas
Etiologi dan factor resikolimfadenopati

Penyebab yang paling seringlimfadenopatiadalah:

• Infeksi

- Infeksi virus

Infeksi virus sistemik paling seringmenyebabkanlimfadenopatigeneralisata. Infeksi yang


disebabkan oleh virus pada saluranpernapasanbagianatassepertiRinovirus, Parainfluenza
Virus, influenza Virus,Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus
ataupunRetrovirus. Virus lainnyaEbstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV),
Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus,Coxsackievirus, dan
Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Limfadenopatigeneralisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL)


adalahlimfadenopati pada lebihdariduatempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan
lama 3 lebihdari 3 bulanhinggabertahun-tahun. PGL adalahgejalakhususinfeksi HIV yang
timbul pada lebihdari 50% Orang.

Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL iniseringdisebabkan oleh infeksi HIV-nyaitusendiri.

PGL biasanyadialamiwaktutahapinfeksi HIV tanpagejala, denganjumlah CD4 di atas 500,


dan seringhilangbilakadar CD4 menurunhinggakadar CD4 200. Kuranglebih 30% orang
dengan PGL juga mengalamisplenomegali. Batasan limfadenopati pada infeksi HIV
adalahsebagaiberikut:

• Melibatkansedikitnyaduakelompokkelenjargetahbening

• Sedikitnyaduakelenjar yang simetrisberdiameterlebihdari 1 cm

dalamsetiapkelompok

• Berlangsunglebihdaritigabulan

• Tidakadainfeksi lain yang menyebabkannya

Pembengkakankelenjargetahbeningbersifattidaksakit, simetris dan kebanyakanterdapat di


leherbagianbelakang dan depan, di bawahrahangbawah, di ketiakserta di tempatlain,
tidaktermasuk di inguinal.

- Infeksibakteri

Pada infeksibakteribiasanyamenyebabkanlimfadenopatilokalisata, tetapidapat juga


terjadilimfadenopatigeneralisata pada penyakitdemamtifoid, endokarditis, tuberculosis dan
sifilis.PeradanganKGB (limfadenitis) dapatdisebabkanStreptokokus beta hemolitikusGrup A
ataustafilokokus aureus. Bakterianaerobbilaberhubungandengan caries dentis dan
penyakitgusi,radangapendiksatauabsestubo-ovarian.
Pada awalinfeksi, aspiratmengandungcampuranneutrofil dan limfosit.
Kemudianmengandungbahanpirulendarineutrofil dan massa debris.
Limfadenitisbakterialakutbiasanyamenyebabkan KGB berwarnakemerah,terabahangat dan
nyeritekan. Biasanyapenderitademam dan terjadileukositosisneutrofil pada
pemeriksaandarahtepi. Pada infeksi oleh Mikobakteriumtuberkulosis,
aspirattampakkarakteristikselepiteloiddenganlatarbelakanglimfosit dan sel plasma.

Selepiteloidberupaselbentukpoligonal yang lonjongdengansitoplasma yang pucat, batassel


yang tidakjelas, kadangsepertikomaatau inti yang berbentuksepertibumerang yang pucat,
berlekukdengankromatinhalus.

Limfadenitisgranulomatosa. Tampakselepiteloid pada


aspiratpenderitalimfadenitistuberkulosis.

• Keganasanseperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga


dapatmenyebabkanlimfadenopati. Diagnosis
defenitifsuatulimfomamembutuhkantindakanbiopsieksisi, oleh karenaitu diagnosis
subtipelimfomadenganmenggunakanbiopsiaspirasi jar um halusmasihmerupakankontroversi.
AspiratLimfoma non-Hodgkin berupapopulasisel yang monotondenganukuransel yang
hamper sama. Biasanyatersebar dan tidakberkelompok. DiagnostiksitologiLimfoma Hodgkin
umumnyadibuatdenganditemukannyatandaklasikyaitusel Reed Sternberg
denganlatarbelakanglimfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalahsel
yang besardengandua inti atau multinucleated dengansitoplasma yang banyak dan pucat.
Limfoma Hodgkin. Tampaksel Reed Sternbergklasikdenganlatarbelakanglimfosit dan
eosinofil. Metastasis karsinomamerupakanpenyebab yang
lebihumumdarilimfadenopatidibandingkandenganlimfoma.
Denganteknikbiopsiaspirasijarumhaluslebihmudahmendiagnosissuatu metastasis
karsinomadaripadalimfoma.

Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.Tampaksel-sel yang mengalamikeratinisasi


pada aspiratdaripenderitakarsinomalaring.

Penyakitlainnya yang salah satugejalanyaadalahlimfadenopatiadalahpenyakitKawasaki,


penyakitKimura, penyakitKikuchi, penyakitKolagen, penyakitCat-scratch,
penyakitCastleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus
erithematosus(SLE).

• Obat-obatandapatmenyebabkanlimfadenopatigeneralisata.
Limfadenopatidapattimbulsetelahpemakaianobat-obatansepertifenitoin dan isoniazid. Obat-
obatanlainnyasepertiallupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas,
hidralazine,

penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).


• Imunisasidilaporkan juga dapatmenyebabkanlimfadenopati di daerahleher,
sepertisetelahimunisasi DPT, polio atautifoid. Meskipundemikian, masing-
masingpenyebabtidakdapatditentukanhanyadaripembesaran KGB saja, melainkandarigejala-
gejalalainnya yang menyertaipembesaran KGB tersebut

PenyebabLimfadenopati

Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician.


2002;66:2103-10
MANIFESTASI KLINIS KARSINOMA NASOFARING

Gejala dan tanda kanker nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok yaitu :

a. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung dan pilek.
Gejala sumbatan hidung yang didahului oleh epitaksis yang berulang. Pada keadaan
lanjut tumor masuk ke dalam rongga hidung dan sinus paranasal (Soepardi et al,
2012).
b. Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor
dekat dengan muara tuba Eustachius. Gangguan dapat berupa tinitus, rasa penuh di
telinga, berdengung sampai rasa nyeri di telinga (Soepardi et al, 2012).
c. Gangguan penglihatan sehingga penglihatan menjadi diplopia (penglihatan ganda).
Gejala dimata terjadi karena tumor berinfiltrasi ke rongga tengkorak, dan yang
pertama terkena ialah saraf otak ke III, IV dan VI, yaitu yang mempersarafi otot-otot
mata, sehingga menimbulkan gejala diplopia. Gejala yang lebih lanjut ialah gejala
neurologik, karena infiltrasi tumor ke intrakranial melalui foramen laserum, dapat
mengenai saraf otak ke III, sehingga mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII, dan
bila keadaan ini terjadi prognosisnya buruk (Soepardi et al, 2012).
d. Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher. (Soepardi et al, 2012).

Daftar pustaka :
Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D (ed). 2012. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan, Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi Ke7. Badan
Penerbit FKUI. Jakarta.

MANIFESTASI KLINIS LIMFADENOPATI


Kelenjar getah bening servikal yang berfluktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan tanpa tanda-tanda infl amasi atau nyeri yang signifikan merupakan petunjuk infeksi
mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch
disease). Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring,
tiroid, dan esofagus).Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa
yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelenjar getah bening yang keras dan
tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa.
Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri,
dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan
oleh infl amasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan
oleh perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena
ekspansi tumor yang cepat. Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering
menyertai limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis
(Oehadian, 2013).

Daftar pustaka :
Oehadian, A. (2013). Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Cdk-209, 40(10), 727–732.

MANIFESTASI KLINIS LIPOMA


a. Konsistensi seperti lemak daging sapi
b. Mudah digoyangkan
c. Pertumbuhan benjolan lambat
d. Dapat tumbuh menjadi lebih besar, dari sebesar kelereng hingga sebesar bola
pingpong.
Hubungan benjolan dileher dengan keluhan penurunan pendengaran, bisa karena tumor yang
semakin memsar menjadikan sumbatan pada tuba eustachius sehingga fungsi dari tuba
tersebut sebagai ventilator dan drainase terganggu sehingga mengakibatkan penurunan
tekanan pada cavum timpani dan terjadilah gejala tinnitus, penurunan pendengaran dan suara
grebek-grebek pada telinga.

CA NASOFARING

Dari anamnesis

- Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh, tinnitus, otalgia, hidung
tersumbat, lendir bercampur darah. Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan
pada leher, terjadi gangguan saraf, diplopa, dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V,
VI) (Kemenkes, 2015).

Dari pemeriksaan fisik

- Dilakukan pemeriksaan status generalis dan status lokalis.


- Pemeriksaan nasofaring:
o Rinoskopi posterior
o Nasofaringoskop (fiber / rigid)
o Laringoskopi
- Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band Imaging) digunakan untuk
skrining, melihat mukosa dengan kecurigaan kanker nasofaring, panduan lokasi
biopsi, dan follow up terapi pada kasus-kasus dengan dugaan residu dan residif
(Kemenkes, 2015).

Dari pemeriksaan penunjang (Radiologi)

a. CT Scan Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi sinus


frontalis sampai dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan
dengan kontras. Teknik pemberian kontras dengan injector 1-2cc/kgBB, delay time 1
menit. CT berguna untuk melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya
serta penyebaran kelenjar getah bening regional.
b. USG abdomen Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila dapat
keraguan pada kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen
dengan kontras.
c. Foto Thoraks Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya
kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
d. Bone Scan Untuk melihat metastasis tulang.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diatas untuk menentukan TNM.

Patologi anatomi

- Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi nasofaring BUKAN dari


Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau biopsi insisional/eksisional kelenjar getah
bening leher.
- Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi
posterior atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber
- Biopsi Aspirasi Jarum Halus Kelenjar Leher Pembesaran kelenjar leher yang diduga
keras sebagai metastasis tumor ganas nasofaring yaitu, internal jugular chain superior,
posterior cervical triangle node, dan supraclavicular node jangan di biopsi terlebih
dulu sebelum ditemukan tumor induknya. Yang mungkin dilakukan adalah Biopsi
Aspirasi Jarum Halus (BAJH).

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

- Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.


- Alkali fosfatase, LDH
- SGPT – SGOT (Kemenkes, 2015)

DIAGNOSIS BANDING

1. Limfoma Malignum

2. Proses non keganasan (TB kelenjar)

3. Metastasis (tumor sekunder)

EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, KNF merupakan keganasan terbanyak ke-4 setelah kanker payudara, kanker
leher rahim, dan kanker paru (adham, 2012).

Berdasarkan GLOBOCAN 2012 (Ferlay, 2015).

o 87.000 kasus baru nasofaring muncul setiap tahunnya (dengan 61.000 kasus baru terjadi
pada laki-laki dan 26.000 kasus baru pada perempuan)

o 51.000 kematian akibat KNF (36.000 pada laki-laki, dan 15.000 pada perempuan)

- KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria dan
wanita adalah 2,18:1) dan 60% pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun (Chang,
2006).
- Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara yakni sebesar 40
- 50 kasus kanker nasofaring diantara 100.000 penduduk. Kanker nasofaring sangat
jarang ditemukan di daerah Eropa dan Amerika Utara dengan angka kejadian sekitar
PATOFISIOLOGI

Merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel skuamosa nasofaring atau kelenjar di
nasofaring, yang kemungkinan penyebabnya belum diketahui, nsmun beberapa teori
mengatakan bahwa untuk patofisiologinya kemungkinan karena 3 faktor (multifactorial),
yaitu:

- Faktor genetik: pada ras mongoloid memiliki risiko 6x lebih besar, dikarenakan
berhubungan dengan HLA BW46 dan HLA B17
- Faktor virus: (virus Epstein barr) dengan kejadian hamper 99% dideteksi pada
specimen biopsy KNF, namun karena sering ditemukan pada populasi normal, peran
EBV masih diragukan
- Faktor lingkungan: (bahan polusi), bahan karsinogenik (ikan asin dapat mengeluarkan
nitrosamine), rokok, gas kimia dll.

Agar sebuah kanker bisa terjadi, maka sel-sel yang terkena zat karsinogen harus mengalami
dua tahapan, yaitu:

- Tahap inisiasi dari kanker biasanya terjadi secara cepat dan menimbulkan kerusakan
secara langsung dalam bentuk terjadinya mutasi pada DNA. Mekanisme perbaikan
DNA akan mencoba melakukan perbaikan tetapi bila mekanisme tersebut gagal, maka
kerusakan tersebut akan terbawa pada sel anak yang dihasilkan dari proses
pembelahan.
- Tahap promosi, akan terjadi perkembangbiakan pada sel yang rusak, dimana hal
tersebut biasanya terjadi ketika sel-sel yang mengalami mutasi tersebut terkena bahan
yang bisa mendorong mereka untuk melakukan pembelahan secara cepat. Seringkali
terdapat jeda waktu yang cukup panjang diantara kedua tahapan tersebut. Tahap
promosi tersebut sebenarnya adalah sebuah tahap yang membutuhkan pengulangan
agar sel yang rusak tersebut mampu berkembang biak lebih lanjut menjadi kanker

TERAPI

Terapi utama:

- Radiasi (4000-6000 R).


- Terapi ad juvan: kemoterapi
Empat minggu setelah radiasi selesai dilakukan evaluasi klinis, dan biopsi. Bila hasil biopsi
negatif dan klinis membaik, dilakukan pemeriksaan fisik serta biopsi ulang setiap bulan (pada
tahun
pertama). Bila hasil biopsi positif, radiasi ditambah (booster). Setelah dosis radiasi penuh,
biopsi tetap positif diberikan kemoterapi. Dapat dilakukan CT-scan untuk konfirmasi. Bila
tetap negatif, pada tahun kedua pemeriksaan ulang dilakuakn setiap 3 bulan kemudian pada
tahun ketiga setiap 6 bulan, seterusnya setiap tahun sampai 5 tahun.

LIMFADENOPATI

Pemeriksaan Fisik

a. Karakteristik dan ukuran kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab
keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai
karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena
virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas.
Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh infl amasi
karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan
pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang
cepat. Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi
beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah
bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213
penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar di bawah 1 cm,
keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38%
penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening
berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi toraks abnormal tanpa adanya
gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk
penyakit granulomatosa (tuberkulosis, catscratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker
(terutama limfoma).1 Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang
menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm
dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit granulomatosa.

b. Lokasi limfadenopati
Limfadenopati daerah kepala dan leher

Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada
56% orang dewasa. Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak,
umumnya berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-
scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki,
limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula
kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan oleh keganasan.3 Kelenjar getah bening servikal
yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari, kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-
anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafilokokus dan streptokokus.3 Kelenjar getah
bening servikal yang berfl uktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa
tanda-tanda infl amasi atau nyeri yang signifi kan. merupakan petunjuk infeksi
mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch
disease). Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring,
tiroid, dan esofagus).3 Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis
tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga
disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa.

Limfadenopati epitroklear

Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya meliputi infeksi di
lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.

Limfadenopati aksila

Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada ekstremitas atas.
Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan
sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang
bermanifestasi sejak awal

atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati


antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas,
yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral.

Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan. Pada
penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi
ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula kanan
berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus. Limfadenopati
supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung,
kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).

Limfadenopati inguinal

Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal, terutama
yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan
penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh
keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat
disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita
karsinoma penis atau uretra.

Limfadenopati generalisata

Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun,
dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak
adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh leukemia,
limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati generalisata pada
penderita luluh imun (immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal
infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma
Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum
timbulnya lesi kulit

Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasan darah. Laju
Endap darah, dilakukan untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.
b. Kultur Darah

Kultur darah dilakukan untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.

2. Ultrasonography (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati
servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran
mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi
dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang
lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95% (SR Rasyid, 2018).

KARSINOMA NASOFARING

Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan status generalis dan status lokalis.

Pemeriksaan nasofaring:

 Rinoskopi posterior
 Nasofaringoskop ( fiber / rigid )
 Laringoskopi

Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band Imaging) digunakan untuk skrining,
melihat mukosa dengan

kecurigaan kanker nasofaring, panduan lokasi biopsi, dan follow up terapi pada kasus-kasus
dengan dugaan residu dan residif.

Pemeriksaan Radiologik

a. CT Scan

Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi sinus frontalis sampai
dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan dengan kontras. Teknik
pemberian kontras dengan injector 1-2cc/kgBB, delay time 1 menit. CT berguna untuk
melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya serta penyebaran kelenjar getah
bening regional.

b. USG abdomen
Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila dapat keraguan pada kelainan
yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen dengan kontras.

c. Foto Thoraks

Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya kelainan maka dilanjutkan
dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.

d. Bone Scan

Untuk melihat metastasis tulang.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diatas untuk menentukan TNM.

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsy nasofaring BUKAN dari Biopsi
Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau biopsi insisional/eksisional kelenjar getah bening leher.
Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi posterior
atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber.

Pelaporan diagnosis karsinoma nasofaring berdasarkan kriteria WHO yaitu:

1. Karsinoma Sel Skuamosa Berkeratin (WHO 1)

2. Karsinoma Tidak Berkeratin:

a. Berdiferensiasi (WHO 2)

b. Tidak Berdiferensiasi (WHO 3)

3. Karsinoma Basaloid Skuamosa

Eksplorasi nasofaring dengan anestesi umum jika:

1. Dari biopsi dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil yang

positif sedangkan gejala dan tanda yang ditemukan

menunjukkan ciri karsinoma nasofaring.

2. Unknown Primary Cancer


Prosedur ini dapat langsung dikerjakan pada:

a) Penderita anak

b) Penderita dengan keadaan umum kurang baik

c) Keadaan trismus sehingga nasofaring tidak dapat diperiksa.

d) Penderita yang tidak kooperatif

e) Penderita yang laringnya terlampau sensitif

3. Dari CT Scan paska kemoradiasi/ CT ditemukan kecurigaan residu / rekuren, dengan


Nasoendoskopi Nasofaring menonjol. Biopsi Aspirasi Jarum Halus Kelenjar Leher
Pembesaran kelenjar leher yang diduga keras sebagai metastasis tumor ganas nasofaring
yaitu, internal jugular chain superior, posterior cervical triangle node, dan supraclavicular
node jangan di biopsi terlebih dulu sebelum ditemukan tumor induknya. Yang mungkin
dilakukan adalah Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH).

Pemeriksaan Laboratorium

• Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.

• Alkali fosfatase, LDH

• SGPT – SGOT (Kemenkes RI, 2017).

PENATALAKSAAN LIMFADENOPATI

Penatalaksaan limfadenopati berdasarkan pada penyebab masing-masing limfadenopati tersebut.


Tatalaksana atau pengobatan awal yang dilakukan pada Limfadenopati biasanya adalah diberikan
antibiotik dengan durasi 1-2 minggu serta diobservasi. Beberapa antibiotik ditargetkan untuk bakteri
seperti Staphylococcus aureus dan Streptococci group A. Antibiotik yang disarankan untuk
limfadenopati adalah cephalosporins, amoxicillin/clavulanate (Augmentin), orclindamycin. Obat
kortikosteroid sebaiknya dihindari terlebih dahulu pada beberapa saat karena pengobatan dengan
kortikosteroid dapat menunda diagnosis hitologik dari leukemia atau limfoma

Prognosis

Prognosis dari benjolan ini tergantung dari pengobatan. Pengobatan limfadenopati KGB
leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil
setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan
terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap
atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat (Wardhani & Kentjono, 2017).

Komplikasi

Penyebab utama adalah infeksi mikrobakterium atipikal, cat-scartch disease, toksoplasmosis,


limfadenitis kikuchi, sarkoidosis dan penyakit kawasaki. Pada benjolan yang keras KGB servikal
dengan usia tua dan perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala leher (orofaring, nasofaring,
laring, tiroid, dan esofagus).Limfadenitis servikal merupakan manifestasi klinis dari limfadenitis
tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus) yang disebut skrofula. Kelainan ini dapat disebabkan
oleh mikrobakteri non tuberkulosa (Fletcher, 2011).

Anda mungkin juga menyukai